Anda di halaman 1dari 18

KALIMAT EFEKTIF

MAKALAH
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia
yang Diampu oleh Ibu Rany Widyastuti, M. Pd.

TBI C 2023

Disusun oleh Kelompok 3 :

Muaddibunnas Syukkur (23381031035)

Risma Sulistiyani (23381032050)

Sri Devi Yolanda Putri (23381032056)

PROGRAM STUDI TADRIS BAHASA INGGRIS

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI MADURA

2023
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...................................................................................................

DAFTAR ISI............................................................................................................... ii

BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................................... 1

1. Latar Belakang.................................................................................................. 1
2. Rumusan Masalah............................................................................................. 1
3. Tujuan............................................................................................................... 2

BAB 2 PEMBAHASAN.............................................................................................. 3

1. Pengertian Kalimat Efektif............................................................................... 3


2. Unsur-unsur Kalimat Efektif............................................................................ 3
3. Ciri-ciri Kalimat Efektif................................................................................... 7
4. Syarat-syarat Kalimat Efektif........................................................................... 13

BAB 3 PENUTUP....................................................................................................... 15

1. Kesimpulan....................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................. iii

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Bahasa adalah alat yang digunakan oleh seluruh lapisan umat manusia untuk
berkomunikasi. Bahasa itu sendiri merupakan wadah untuk menuangkan pola pikir atau
ide gagasan seorang pembicara atau penulis. Setiap ide gagasan atau pola pikir tersebut
disatukan dan dirangkai menjadi sebuah kalimat.

Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan yang
mengungkapkan pikiran yang utuh. Dalam bentuk lisan kalimat diucapkan dengan suara
naik turun, keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir. Dalam wujud
tulisan berhuruf latin, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda
titik (.), tanda tanya (?), atau tanda seru (!). 1 Kalimat inilah yang akan menjadi penentu
apakah pembaca atau target pembicara bisa memahaminya atau tidak. Struktur minimal
sebuah kalimat adalah subjek (S) dan predikat (P) serta intonasi yang menunjukkan
bagian ujaran itu sudah lengkap dengan makna.2 Kalimat yang dapat mencapai
sasarannya dengan baik disebut kalimat efektif.

Namun, jamak bisa kita jumpai di beberapa karya tulis ilmiah, kalimat-kalimat
yang tidak memenuhi syarat sebagai bahasa ilmiah. Hal ini disebabkan oleh kalimat
yang digunakan adalah kalimat yang tidak efektif, atau bertele-tele, kabur, dan tidak
logis. Sehingga, pembaca atau target pembicara akan mengalami kesulitan untuk
memahami maksud dari kalimat yang ingin Kita sampaikan.

Berangkat dari hal itu, Kami kelompok 3 merasa urgen untuk memberikan
pemahaman kepada Kalian seputar tentang kalimat efektif.

2. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian kalimat efektif?

1
E. Zaenal Arifin dkk, BAHASA INDONESIA AKADEMIK: MATA KULIAH PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN,
(Kota Tangerang: PT Pustaka Mandiri, 2010), hal. 75.
2
Suyatno dkk, Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi (Membangun Karakter Mahasiswa melalui
Bahasa), (Bogor: IN MEDIA, 2017), hal. 85.

1
2. Apa saja unsur-unsur kalimat efektif?
3. Bagaimana ciri-ciri kalimat efektif?
4. Apa saja syarat-syarat kalimat efektif?

3. Tujuan
1. Mengetahui pengertian kalimat efektif.
2. Mengetahui unsur-unsur kalimat efektif.
3. Mengetahui ciri-ciri kalimat efektif.
4. Mengetahui syarat-syarat kalimat efektif.

2
BAB 2

PEMBAHASAN

1. Pengertian Kalimat Efektif

Kalimat merupakan primadona dalam kajian bahasa. Hal ini disebabkan karena
dengan perantara kalimatlah seseorang dapat menyampaikan maksud yang ingin
disampaikan secara lengkap dan jelas. Satuan bentuk bahasa yang sudah kita kenal
sebelum sampai pada tataran kalimat adalah kata (misal tidak) dan frasa atau kelompok
kata (misal tidak tahu). Kata dan frasa tidak dapat mengungkapkan suatu maksud secara
lengkap dan jelas, kecuali jika kata dan frasa itu sedang berperan sebagai kalimat minor,
yaitu kalimat yang hanya terdiri atas satu inti kalimat (misal halo dan selamat siang).3

Kalimat yang disusun dengan benar secara gramatikal dan benar secara logikal
akan dapat mudah dipahami orang lain, dan kalimat seperti itu disebut kalimat efektif.4
Kalimat sangat mengutamakan keefektifan informasi sehingga kejelasan kalimat itu
dapat terjamin.5 Efektif dalam hal ini adalah ukuran kalimat yang memiliki kemampuan
menimbulkan gagasan atau pikiran para pembaca/pendengar.6

Kalimat efektif haruslah disusun secara sadar untuk mencapai daya informasi yang
diinginkan penulis/pembicara kepada pembaca/pendengar. Dari pendapat para ahli,
dapat disimpulkan bahwa hakikat kalimat efektif yaitu apabila kita akan membuat
kalimat yang baik dan benar harus berdasarkan kaidah-kaidah yang berlaku dan kalimat
tersebut mudah dipahami oleh orang lain.7

2. Unsur-unsur Kalimat Efektif

3
Suyatno dkk, Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi (Membangun Karakter Mahasiswa melalui
Bahasa), (Bogor: IN MEDIA, 2017), hal. 85.
4
Parto, BERKOMUNIKASI EFEKTIF DENGAN KALIMAT EFEKTIF DALAM BAHASA INDONESIA, MEDIAKOM:
Jurnal Ilmu Komunikasi, 3(2), 2020, hal. 170.
5
E. Zaenal Arifin dkk, BAHASA INDONESIA AKADEMIK: MATA KULIAH PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN,
(Kota Tangerang: PT Pustaka Mandiri, 2010), hal. 100.
6
Suyatno dkk, Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi (Membangun Karakter Mahasiswa melalui
Bahasa), (Bogor: IN MEDIA, 2017), hal. 101.
7
Ahmad Bahtiar dkk, BAHASA INDONESIA UNTUK PERGURUAN TINGGI, (Bogor: IN MEDIA, 2017), hal. 57.

3
Unsur kalimat adalah fungsi sintaksis yang dalam buku-buku tata bahasa lama biasa
disebut jabatan kata dalam kalimat. Pada kalimat efektif terdapat lima unsur, yakni
subjek (S), predikat (P), objek (O), pelengkap (Pel), dan keterangan (K).

A. Subjek

Subjek (S) adalah bagian kalimat yang menunjukkan pelaku, sosok (benda),
sesuatu hal, atau masalah yang menjadi pokok pembicaraan. Subjek biasa diisi
oleh jenis kata/frasa verbal. Contohnya sebagai berikut.
a. Ayahku sedang melukis.
b. Berjalan kaki menyehatkan badan.

Kata yang bercetak miring pada contoh-contoh di atas adalah subjek (S).
Bagian yang menunjukkan pelaku diisi oleh kata ayanku dan frasa verbal berjalan
kaki.

B. Predikat

Predikat (P) adalah bagian dari kalimat yang memberitahu tindakan


(melakukan apa) atau dalam keadaan bagaimana subjek (S). Selain menyatakan
tindakan atau perbuatan subjek (S), P juga dapt menyatakan sifat, situasi, status,
ciri atau jadi diri S. Predikat juga bisa berupa kata/frasa, sebagian besar berkela
verbal atau adjektiva, tetapi juga dapat berupa nomina atau frasa nominal.
Contohnya sebagai berikut.
a. Ibu sedang tidur siang.
b. Putrinya cantik jelita.
c. Kota Jakarta dalam keadaan aman.
d. Kucingku belang tiga.
e. Sutan adalah mahasiswa baru.
f. Dia adalah pemain sepak bola terkenal.

Kata-kata yang bergaris miring pada contoh-contoh di atas merupakan predikat


(P).

C. Objek

4
Objek (O) adalah bagian kalimat yang melengkapi predikat (P). Objek pada
umumnya diisi oleh nomina atau klausa. Letak O selalu di belakang P yang berupa
verba transitif, yaitu verba yang menuntut harus hadirnya O seperti pada contoh
berikut.
a. Nani menimang....
b. Arsitek merancang....
c. Juru masak menggoreng....

Contoh-contoh di atas mengharuskan penambahan objek menjadi:


a. Nani menimang bayi.
b. Arsitek merancang bangunan.
c. Juru masak menggoreng ayam.

D. Pelengkap

Pelengkap (Pel) atau komplemen adalah bagian yang melengkapi P. Letak Pel
umumnya di belakang berupa verba. Posisi itu juga ditempati O, dan jenis kata
yang mengisi Pel dan O juga sama, yaitu dapat berupa nomina, frasa nominal, atau
klausa. Namun, antara Pel dan O terdapat perbedaan. Perhatikan contoh di bawah
ini.

Ketua MPR//membacakan//Pancasila.
S P O

Banyak orsospol//berlandaskan//Pancasila.
S P Pel

Kedua kalimat aktif pertama dan kedua yang Pel dan O-nya sama-sama diisi
oleh nomina Pancasila, jika hendak dipasifkan ternyata yang bisa hanya kalimat
pertama.

Pancasila//dibacakan//oleh Ketua MPR.


S P Ket

Posisi Pancasila sebagai Pel pada kalimat kedua tidak bisa dipindahkan ke
depan menjadi S dalam kalimat pasif.

5
*Pancasila dilandasi oleh banyak orsospol.

Hal lain yang membedakan Pel dan O adalah jenis pengisinya. Selain diisi oleh
nomina dan frasa nominal. Pel dapat pula diisi oleh frasa adjektival dan frasa
preposisional. Di samping itu, letak Pel tidak selalu persis di belakang P. Kalau
dalam kalimatnya terdapat O, letak Pel adalah di belakang O sehingga urutan
penulisan bagian kalimat menjadi S-P-O-Pel. Berikut adalah beberapa contoh
pelengkap dalam kalimat.

1. Sutardji membacakan pengagungannya puisi kontemporer.


2. Mayang mendongengkan Rayhan Cerita si Kancil.
3. Sekretaris itu mengambilkan atasannya air minum.
4. Annisa mengirimi kakeknya kopiah bludru.
5. Pamanku membelikan anaknya rumah mungil.

Itulah contoh-contoh dari pelengkap (Pel) pada seatu kalimat.

E. Keterangan

Keterangan (K) adalah bagian kalimat yang menerangkan berbagai hal tentang
bagian kalimat yang lainnya. Unsur keterangan dapat berfungsi menerangkan S, P,
dan O. Posisinya bersifat manasuka, dapat di awal, di tengah, atau di akhir kalimat.
Pengisi K adalah frasa nominal, frasa preposisional, adverbia, atau klausa.
Contohnya sebagai berikut.
a. Diana mengambilkan adiknya air minum dari kulkas. (ket. tempat)
b. Rustam Lubis sekarang sedang belajar menyanyi. (ket. waktu)
c. Lia memotong tali dengan gunting. (ket. alat)
d. Anak yang baik itu rela berkorban demi orang tuanya. (ket. tujuan)
e. Polisi menyelidiki masalah narkoba dengan hati-hati. (ket. cara)
f. Amir Burhan pergi dengan teman-teman sekantornya menonton drama
(ket. penyerta)
g. Mahasiswa fakultas hukum berdebat bagaikan pengacara. (ket. penyerta)
h. Karena malas belajar, mahasiswa itu tidak lulus. (ket. penyebab)

6
i. Murid-murid TK berpegangan satu sama lain sambil bernyanyi gembira.
(ket. kesalingan)

Yang bercetak tebal adalah contoh-contoh dari keterangan.8

3. Ciri-ciri Kalimat Efektif

Agar kalimat yang ditulis dapat memberikan informasi kepada pembaca secara
tepat seperti yang diharapkan oleh penulis, perlu diperhatikan beberapa hal terkait ciri-
ciri kalimat efektif.

Menurut Zaenal Arifin dan Amran Tasai, sebuah kalimat efektif mempunyai ciri-
ciri khas, yaitu kesepadanan struktur, keparalelan bentuk, ketegasan makna, kehematan
kata, kecermatan penalaran, kepaduan gagasan, dan kelogisan bahasa.

A. Kesepadanan

Kesepadanan ialah keseimbangan antara pikiran (gagasan) dan struktur bahasa


yang dipakai. Kesepadanan artinya hubungan timbal balik antara subjek dengan
predikat, antara predikat dengan objek serta dengan keterangan-keterangan yang
menjelaskan unsur-unsur kalimat tadi. Setiap kalimat yang baik harus jelas
memperhatikan kesatuan gagasan. Kesatuan gagasan berarti kalimat tersebut harus
utuh dan mempunyai satu ide pokok. Jika kalimat itu utuh dan terdapat satu ide
pokok, maka kalimat tersebut telah memenuhi ciri sebagai kalimat yang memiliki
kesepadanan dan kesatuan gagasan.

Kesepadanan kalimat mempunyai beberapa ciri, sebagai berikut:

1) Kalimat itu mempunyai subjek dan predikat yang jelas. Ketidakjelasan


subjek atau predikat suatu kalimat tentu saja membuat kalimat itu tidak
efektif. Kejelasan subjek dan predikat suatu kalimat dapat dilakukan dengan
menghindarkan pemakaian kata depan di, dalam, bagi, untuk, pada, sebagai,
tentang, mengenai, menurut, dan sebagainya di depan subjek.
Contoh:
a. Bagi semua siswa sekolah ini harus membayar iuran bulanan. (Salah)
b. Semua siswa sekolah ini harus membayar iuran bulanan. (Benar)
8
Suyatno dkk, Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi (Membangun Karakter Mahasiswa melalui
Bahasa), (Bogor: IN MEDIA, 2017), hal. 86-90.

7
2) Tidak terdapat subjek yang ganda.
a. Penyusunan laporan itu saya dibantu oleh para guru.
b. Soal itu saya kurang jelas.
Kalimat-kalimat itu dapat diperbaiki dengan cara berikut.
a. Dalam menyusun laporan itu, saya dibantu oleh para guru.
b. Soal itu bagi saya kurang jelas.
3) Kata penghubung intrakalimat tidak dipakai pada kalimat tunggal.
Contoh:
a. Kami datang agak terlambat. Sehingga kami tidak dapat mengikuti
acara pertama.
b. Kakaknya membeli sepeda motor Yamaha. Sedangkan dia membeli
sepeda motor Honda.
Perbaikan kalimat-kalimat ini dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama,
ubahlah kalimat itu menjadi kalimat majemuk dan kedua gantilah ungkapan
penghubung intrakalimat menjadi ungkapan penghubung antarkalimat,
sebagai berikut.
a. Kami datang agak terlambat sehingga kami tidak dapat mengikuti acara
pertama.
Atau
Kami datang agak terlambat. Oleh karena itu, kami tidak dapat mengikuti
acara pertama.
b. Kakaknya membeli sepeda motor Yamaha, sedangkan dia membeli
sepeda motor Honda.
Atau
Kakaknya membeli sepeda motor yamaha. Akan tetapi, dia membeli
sepeda motor Honda.
4) Predikat kalimat tidak didahului oleh kata yang.
Contoh:
a. Bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Melayu.
b. Sekolah kami yang terletak di depan bioskop Gunting.
Perbaikannya adalah sebagai berikut.
a. Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu.

8
b. Sekolah kami terletak di depan bioskop Gunting.

B. Keparalelan

Keparalelan adalah kesamaan bentuk kata yang digunakan dalam kalimat itu.
Keparalelan atau kesejajaran bertalian dengan hubungan antara unsur-unsur kalimat,
misalnya antara kata dengan kata, frase dengan frase dalam sebuah kalimat.
Hubungan tersebut harus jelas dan logis. Kesejajaran membantu memberi kejelasan
dalam unsur gramatikal dengan mempertahankan bagian-bagian yang sederajat
dalam konstruksi yang sama. Struktur gramatikal yang baik bukan merupakan tujuan
dalam komunikasi, tetapi sekadar merupakan suatu alat untuk merangkaikan sebuah
pikiran atau maksud dengan sejelas-jelasnya.
Contoh:
a) Harga minyak dibekukan atau kenaikan secara luwes.
Kalimat a) tidak mempunyai kesejajaran karena dua bentuk kata yang mewakili
predikat terjadi dari bentuk yang berbeda, yaitu dibekukan dan kenaikan.
Kalimat itu dapat diperbaiki dengan cara menyejajarkan kedua bentuk itu Harga
minyak dibekukan atau dinaikkan secara luwes.
b) Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecetan tembok,
memasang penerangan, pengujian sistem pembagian air, dan pengaturan tata
ruang.
Kalimat b) tidak memiliki kesejajaran karena kata yang menduduki predikat
tidak sama bentuknya, yaitu kata pengecatan, memasang, pengujian, dan
pengaturan. Kalimat itu akan baik kalau diubah menjadi predikat yang nominal,
sebagai berikut.
Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecetan tembok,
pemasangan penerangan, pengujian sistem pembagian air, dan pengaturan tata
ruang.

C. Ketegasan

Ketegasan atau penekanan ialah suatu perlakuan penonjolan pada ide pokok
kalimat. Inti pikiran yang terkandung dalam tiap kalimat (gagasan utama) haruslah
dibedakan dari sebuah kata yang dipentingkan. Kata yang dipentingkan harus

9
mendapat tekanan atau harus lebih ditonjolkan dari unsur-unsur yang lain.
Penekanan juga dapat dimunculkan dari bagian yang terpenting dalam kalimat
dengan menempatkan bagian tersebut pada awal atau akhir kalimat. Ada berbagai
cara untuk membentuk penekanan dalam kalimat.

1) Meletakkan kata yang ditonjolkan itu di depan kalimat (di awal kalimat).
Contoh:
Presiden mengharapkan agar rakyat membangun bangsa dan negara ini dengan
kemampuan yang ada pada dirinya.
Penekanannya ialah Presiden mengharapkan.

2) Membuat urutan kata yang bertahap.


Contoh:
Bukan seribu, sejuta, atau seratus, tetapi berjuta-juta rupiah, telah
disumbangkan kepada anak-anak yatim.
Seharusnya:
Bukan seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah, telah
disumbangkan kepada anak-anak yatim.

3) Melakukan pengulangan kata (repetisi).


Contoh: Saya suka akan budi pekerti mereka, saya suka akan sikap mereka.

4) Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan.


Contoh: Anak itu tidak bodoh dan malas, tetapi pintar dan rajin.

5) Mempergunakan partikel penekanan (penegasan).


Contoh: Saudaralah yang harus bertanggung jawab

D. Kehematan

Kehematan ialah adanya upaya menghindari pemakaian kata yang tidak perlu.
Hemat di sini berarti tidak memakai kata-kata mubazir, tidak mengulang subjek,
tidak menjamakkan kata yang memang sudah berbentuk jamak. Dengan hemat kata,
diharapkan kalimat menjadi padat berisi.

Contoh kalimat yang tidak hemat kata:

10
a. Saya melihatnya dengan mata kepala saya sendiri mahasiswa itu belajar seharian
dari pagi sampai petang.
b. Dalam pertemuan yang mana hadir Wakil Gubernur DKI dilakukan suatu
perundingan yang membicarakan tentang perparkiran.
c. Manajer itu dengan segera mengubah rencananya setelah dia bertemu dengan
direkturnya.
d. Agar supaya Anda dapat memperoleh nilai ujian yang baik Anda harus belajar
dengan sungguh-sungguh.

Contoh kalimat yang hemat kata:


a. Saya melihat sendiri mahasiswa itu belajar seharian.
b. Dalam pertemuan yang dihadiri Wakil Gubernur DKI dilakukan perundingan
perparkiran.
c. Manajer itu segera mengubah rencana setelah bertemu direkturnya.
d. Agar Anda dapat memperoleh nilai ujian yang baik, belajarlah sungguh-
sungguh.
e. Belajarlah sungguh-sungguh agar Anda memperoleh nilai yang baik.
f. Anda harus sungguh-sungguh belajar supaya mendapat nilai yang baik.

E. Kecermatan

Prinsip kecermatan berarti cermat dan tepat menggunakan diksi. Kecermatan


sangat diperlukan dalam membuat suatu kalimat, dengan cara menyusun kalimat
dengan penuh kehati-hatian, sehingga hasilnya tidak akan menimbulkan tafsir
ganda.

Contoh:

a) Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu menerima hadiah.


Kalimat a) memiliki makna ganda, yaitu siapa yang terkenal, mahasiswa atau
perguruan tinggi.
b) Yang diceritakan menceritakan tentang putra-putri raja, para hulubalang, dan
para menteri.

11
Kalimat b) salah pilihan katanya karena dua kata yang bertentangan, yaitu
diceritakan dan menceritakan. Kalimat itu dapat diubah menjadi: Yang
diceritakan ialah putra-putri raja, para hulubalang, dan para menteri.

F. Kepaduan

Kepaduan adalah terjadinya hubungan yang padu antara unsur-unsur pembentuk


kalimat. Yang termasuk unsur pembentuk kalimat adalah kata, frasa, klausa, serta
tanda baca yang membentuk S-P-O-Pel-Ket dalam kalimat.

Contoh kalimat yang unsurnya tidak koheren:


a. Kepada setiap pengemudi mobil harus memiliki surat izin mengemudi. (tidak
mempunyai subjek/subjeknya tidak jelas).
b. Saya punya rumah baru saja diperbaiki. (struktur kalimat tidak benar/rancu)
c. Tentang kelangkaan pupuk mendapat keterangan para petani. (unsur S-P-O tidak
berkaitan erat).
d. Yang saya sudah sarankan kepada mereka adalah merevisi anggaran itu proyek.
(salah dalam pemakaian kata dan frasa).

Contoh kalimat yang unsur-unsurnya koheren:


a. Setiap pengemudi mobil harus memiliki surat izin mengemudi.
b. Rumah saya baru saja diperbaiki.
c. Para petani mendapat keterangan tentang kelangkaan pupuk.
d. Yang sudah saya sarankan kepada mereka adalah merevisi anggaran proyek itu.
e. Saya sudah menyarankan kepada mereka adalah merevisi anggaran proyek itu.

G. Kelogisan

Kelogisan ialah terdapatnya arti kalimat yang logis/masuk akal. Logis dalam hal
ini juga menuntut adanya pola pikir yang sistematis (runtut/teratur dalam
perhitungan angka atau penomoran). Sebuah kalimat yang sudah benar strukturnya,
sudah benar pula pemakaian tanda baca, kata, atau frasanya, dapat menjadi salah
jika maknanya lemah dari segi logikanya berbahasa. Perhatikan contoh kalimat yang
lemah dari segi logika berbahasa berikut.

12
1. Kambing sangat senang bermain hujan. (padahal kambing tergolong binatang
anti air).
2. Karena lama tinggal di asrama putra, anaknya semua laki-laki. (apa hubungan
tinggal di asrama putra dengan mempunyai anak laki-laki).
3. Tumpukan uang itu terdiri atas pecahan ribuan, ratusan, sepuluh ribuan, lima
puluh ribuan, dua puluh ribuan. (tidak runtut dalam merinci, sehingga lemah dari
segi logika).
4. Kepada Bapak (Dekan), waktu dan tempat kami persilahkan. (waktu dan tempat
tidak perlu dipersilahkan).
5. Dengan mengucapkan syukur kepada Tuhan, selesailah makalah ini tepat pada
waktunya. (berarti “modal” untuk menyelesaikan makalah cukuplah ucapan
syukur kepada Tuhan).9

4. Syarat Kalimat Efektif

Kalimat efektif adalah kalimat yang mampu menyampaikan informasi secara


sempurna karena memenuhi syarat-syarat pembentuk kalimat efektif tersebut. Adapun
syarat-syarat kalimat efektif adalah sebagai berikut:

a. Kelogisan ialah bahwa ide kalimat itu dapat dengan mudah dipahami dan
penulisannya sesuai dengan ejaan yang berlaku. Hubungan unsur-unsur dalam
kalimat harus memiliki hubungan yang logis/masuk akal.
b. Ketegasan yaitu suatu perlakuan untuk mengemukakan ide pokok kalimat.
c. Kehematan adalah tidak menggunakan bentuk lain yang dianggap tidak perlu
tetapi tidak mengurangi makna atau mengubah informasi dan tidak menyalahi
kaidah tata Bahasa Indonesia.
d. Ketepatan adalah bahwa informasi yang akan disampaikan harus sesuai dengan
sasaran.
e. Kecermatan adalah bahwa penggunaakn kata/kalimat tidak menimbulkan tafsir
ganda (kalimat yang ambigu).
f. Kepaduan adalah informasi yang disampaikan tidak terpecah-pecah.

9
Ahmad Bahtiar dkk, BAHASA INDONESIA UNTUK PERGURUAN TINGGI, (Bogor: IN MEDIA, 2017), hal.
57-64.

13
g. Kesejajaran adalah penggunaan bentuk-bentuk yang sama pada kata-kata yang
paralel agar kalimat terlihat rapi dan bermakna sama.
h. Kesepadanan adalah bahwa suatu kalimat efektif harus memenuhi unsur
gramatikal yaitu unsur subjek (S), predikat (P), objek (O), pelengkap (Pel), dan
keterangan (K).10

10
Eva Mizkat, ANALISIS PENGGUNAAN KALIMAT EFEKTIF PADA PENULISAN KRITIK DAN SARAN
MAHASISWA FKIP UNA. Jurnal Komunikasi Bahasa, 7(1), 2019, hal. 21.

14
BAB 3

PENUTUP

1. Kesimpulan
a. Kalimat efektif adalah kalimat yang disusun dengan benar secara gramatikal dan
benar secara logikal serta dapat dengan mudah dipahami oleh orang lain.
b. Unsur dalam kalimat efektif terdapat lima unsur, yaitu subjek, predikat, objek,
pelengkap, dan keterangan.
c. Ciri-ciri kalimat efektif ada tujuh, yaitu kesepadanan struktur, keparalelan
bentuk, ketegasan makna, kehematan kata, kecermatan penalaran, kepaduan
gagasan, dan kelogisan bahasa.
d. Kalimat dikatakan efektif jika memenuhi syarat-syarat kalimat efektif, yaitu
kelogisan, ketegasan, kehematan, ketepatan, kecermatan, kepaduan, kesejajaran,
dan juga kesepadanan.

15
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, E. Zaenal dkk. 2010. BAHASA INDONESIA AKADEMIK: MATA KULIAH


PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN. Kota Tangerang: PT Pustaka Mandiri.
Diakses pada 05 September 2023, pukul 06:10 WIB.

Bahtiar, Ahmad dkk. 2017. BAHASA INDONESIA UNTUK PERGURUAN TINGGI.


Bogor: IN MEDIA. Diakses pada 05 September 2023, pukul 05:35 WIB.

Parto. 2020. BERKOMUNIKASI EFEKTIF DENGAN KALIMAT EFEKTIF DALAM


BAHASA INDONESIA. MEDIAKOM; Jurnal Ilmu Komunikasi, 3(2), 167-179.
http://jurnal.unmuhjember.ac.id/index.php/mdk/article/view/3132. Diakses pada
05 September 2023, pukul 08:49 WIB.

Suyatno dkk. 2017. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi (Membangun Karakter
Mahasiswa melalui Bahasa). Bogor: IN MEDIA. Diakses pada 05 September
2023, pukul 06:36 WIB.

iii

Anda mungkin juga menyukai