KARYA ILMIAH
Disusun Oleh:
2022
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
serta hidayahnya sehingga kami diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah
Bahasa Indonesia yang berjudul “ Penulisan Kalimat Efektif Dalam Penulisan Karya
Ilmiah “ yang merupakan bagian dari tugas kelompok kami dalam mata perkuliahan
Bahasa Indonesia di semester dua ini secara tepat waktu. Shalawat serta salam tetap
tercurahkan kepada baginda agung Muhammad SAW, Semoga syafaatnya akan terus
mengalir pada kita di hari akhir kelak.
Tak lupa penulis ucapkan banyak terima kasih kepada selaku Dosen Bahasa
Indonesia, Ibu Dr.Suciati,S.Sos,M.Si yang telah membimbing penyelesaian makalah.
Penulis juga berterima kasih banyak kepada teman-teman yang sudah berkontribusi
dalam penyelesaian makalah ini.
Penulis berharap dengan disusunnya makalah ini dapat menjadi suatu referensi
bagi banyak orang dan dapat menambah wawasan bagi para pembaca dalam mata
perkuliahan Bahasa Indonesia khususnya pada penulisan-penulisan kalimat efektif yang
baik dan benar.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Karya ilmiah merupakan laporan tertulis dan diterbitkan yang memaparkan hasil
penelitian atau pengkajian yang telah dilakukan seseorang atau kelompok dengan
memenuhi kaidah dan etika keilmuan (Zulmiyetri, Nurhastuti dan Safaruddin, 2019).
Penerbitan sebuah karya ilmiah bertujuan agar dapat dijadikan bahan pembelajaran
mengenai penelitian atau pengkajian yang telah dilakukan. Dengan demikian,
membuat karya ilmiah harus memperhatikan kaidah-kaidah bahasa. Salah satu kaidah
bahasa yang harus diperhatikan adalah penggunaan kalimat efektif.
Sebuah karya ilmiah harus menggunakan kalimat efektif, sehingga pembaca dapat
mudah memahami isi karya ilmiah tersebut. Seperti yang dijelaskan Finoza (dalam
Martius, 2017) bahwa kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mewakili pikiran
penulis atau pembicara secara tepat sehingga pembaca dapat memahami pikiran
tersebut dengan mudah dan lengkap sebagai mana yang dimaksudkan oleh penulis
atau pembicaranya. Oleh karena itu, penulis karya ilmiah diwajibkan untuk memiliki
kemampuan dalam penyusunan kalimat efektif (Sukartha et.Al, 2015).
Kemampuan dalam penyusunan kalimat efektif ini harus dimiliki oleh seorang
mahasiswa. Hal ini dikarenakan seorang mahasiswa tentunya akan sering dihadapkan
untuk membuat sebuah karya ilmiah. Namun hingga saat ini masih banyak mahasiswa
yang belum memiliki kemampuan tersebut. Salah satu factor penyebab hal tersebut
yaitu ketidak tahuan atau kemalasan mereka untuk mempelajari kemampuan tersebut.
Maka dari itu pembuatan makalah ini bertujuan untuk memberikan petunjuk
mengenai cara menyusun kalimat efektif. Dengan demikian, diharapkan pembaca
dapat memahami dan mempraktikan penggunaan kalimat efektif secara baik dan benar
menurut kaidah kebahasaan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka rumusan
masalah pada makalah ini yaitu sebagai berikut:
1. Apa saja unsur yang terdapat pada kalimat?
2. Bagaimana fungsi unsur-unsur dalam kalimat tersebut?
3. Apa saja syarat dalam penyusunan kalimat efektif?
C. Tujuan Penulisan
Berdasar dari rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penulisan ini adalah
yaitu sebagai berikut:
1. Memberikan dasar pemahaman mengenai kalimat
2. Memberikan panduan untuk menyusun kalimat efektif
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang dapat mengungkapkan pikiran yang utuh.
Pikiran yang utuh itu dapat diekspresikan dalam bentuk lisan atau tulisan. Dalam bentuk
lisan, kalimat ditandai dengan alunan titinada, keras–lembutnya suara, disela jeda, dan
diakhiri dengan nada selesai.
Menurut Pakar bahasa seperti Keraf (dalam Martius, 2017) menyatakan bahwa kalimat
efektif adalah kalimat yang dapat menimbulkan gagasan yang sama tepatnya dalam pikiran
pendengar atau pembaca seperti yang dipikirkan oleh pembicara atau penulisnya. Dalam
batasan tersebut tampak jelas bahwa gagasan didalam penulis dan pembaca menjadi inti
batasannya. Keefektifan kalimat ditandai oleh ketepatan kalimat untuk mewakili gagasan
penulis dan sanggup menimbulkan gagasan yang sama tepat dalam pikiran pembaca.
B. UNSUR KALIMAT
Unsur kalimat adalah fungsi sintaksis yang dalam buku-buku tata bahasa lama disebut
jabatan kalimat. Istilah tersebut disebut fungsi sintaksis kalimat. Fungsi sintaksis kalimat
dalam bahasa Indonesia terdiri atas Subjek (S), Predikat (P), Objek (O), Pelengkap (Pel), dan
Keterangan (K). Seorang penulis, terutama penulis karya ilmiah harus memahami dan
memperhatikan penggunaan unsur-unsur satuan bentuk yang akan mengisi fungsi S, P, O,
Pel, dan K. Satuan bentuk yang akan mengisi fungsi kalimat bukan hanya berbentuk kata,
melainkan juga dapat berbentuk frasa atau klausa. Untuk mengenali bentuk satuan pengisi
setiap fungsi sintaksis tersebut, dapat dilihat contoh kalimat berikut:
1. Fungsi Subjek
Dalam sebuah konstruksi kalimat, S merupakan fungsi sintaksis terpenting ke dua
setelah P. Pada umumnya, secara kategori, S biasanya berupa nomina, seperti Amir
berlari atau frasa nomina, seperti Anak itu belum makan. Selain itu, S juga dapat
berupa frasa verba, seperti Berjalan kaki menyehatkan badan.
Mulyono (dalam Martius, 2017) telah mengemukakan ciri-ciri S. Menurut
Bahasawan tersebut, S sebuah kalimat dapat ditentukan berdasarkan ciri-ciri sebagai
berikut:
1. merupakan jawaban atas pertanyaan apa atau siapa yang di depan
predikat, misalnya Burung-burung sedang bernyanyi;
2. merupakan bagian kalimat yang diterangkan oleh predikat, misalnya
Badannya kekar;
3. berkata ganti tunjuk penentu itu, ini, dan tersebut, misalnya, Kuda itu
berlari-lari;
4. diikuti salah satu kata gabung ialah, adalah, merupakan, atau
menjadi, misalnya, Kata adalah bentuk kebahasaan yang terkecil;
5. dalam kalimat dasar, berintonasi re – re – mi (2 – 2 – 3), misalnya,
Bunga yang disenangi orang banyak;
6. berpartikel –nya, misalnya Membacanya.
2. Fungsi Predikat
Dalam kalimat, predikat merupakan konstituen pokok yang disertai konstituen
subjek di sebelah kirinya. Jika ada konstituen objek dan pelengkap, konstituen
tersebut wajib diletakkan di sebelah kanan predikat tersebut. Sungguhpun P selalu
berada setelah S, kita juga sering menemukan P berada sebelum S, yang disebut
dengan kalimat inversi, misalnya Indah sekali pemandangan alam itu. Predikat
kalimat biasanya berupa kategori frasa verba atau frasa adjectiva. Namun, P dapat
juga berupa kata benda atau yang lainnya.
Untuk mengidentifikasi P sebuah kalimat, Mulyono (2012) telah mengemukakan
ciri-ciri sebagai berikut:
1. merupakan jawaban atas pertanyaan mengapa (melakukan apa), bagaimana,
berapa, dan apa sang subjek tersebut;
2. menerangkan atau memberikan keterangan tentang subjek;
3. kadang-kadang berpartikel –lah;
4. dalam kalimat dasar, berakhir dengan intonasi turun;
5. kebanyakan berdistribusi setelah S.
3. Fungsi Objek
Bila dilihat dari kategori, O biasanaya berupa nomina atau frasa nominal. Jika O
tergolong kategori nomina, frasa nomina, atau persona ketiga tunggal, O tersebut
dapat diganti dengan pronomina–nya. Jika O tersebut berupa pronomina aku atau
kamu, dapat diganti dengan bentuk –ku dan –mu (Putrayasa dalam Martius, 2017). O
tersebut dapat dikenali dari beberapa hal, yaitu (1) dari jenis predikat yang
dilengkapinya dan (2) ciri khas objek itu sendiri. Biasanya, P berupa verba transitif
yang ditandai oleh afiks tertentu, yaitu prefiks me(N)-, suprafiks me(N)-kan dan
me(N)-i. Pada dasarnya, O kalimat aktif akan menjadi S jika kalimat transitif itu
diubah menjadi kalimat pasif (Mulyono dalam Martius, 2017). Lihat contoh berikut :
1. Pemerintah akan membangun masjid di kampung kami. (aktif)
S P O K
2. Masjid akan dibangun pemerintah di kampung kami. (pasif)
S P O K
Pada kalimat (1), dapat dilihat, yang menduduki fungsi S adalah kata pemerintah,
sedangkan pada kalimat (2) yang menduduki fungsi S adalah masjid, yang semula
menduduki fungsi O pada kalimat aktif.
4. Fungsi Pelengkap
Orang sering mencampuradukkan antara O dan Pel. Hal ini dapat dimaklumi karena
antara kedua konsep tersebut memang terdapat kemiripan. Baik O maupun Pel sering
berwujud nomina, dan keduannya sering menduduki tempat yang sama, yaitu di
belakang verba. Di samping terdapatnya persamaan, antara O dan Pel juga terdapat
perbedaan, yaitu O selalu terdapat pada kalimat yang dapat dipasifkan, sedangkan Pel
terdapat pada kalimat yang tidak dapat dipasifkan. Seperti telihat dalam kalimat
berikut:
1. Ibu menjual sayur di pasar pagi. (aktif)
S P O K
2. Sayur dijual Ibu di pasar pagi. (pasif)
S P Pel K
3. Ibu berjualan sayur di pasar pagi.
S P Pel K
Pada kalimat (1) dapat dilihat bahwa kata sayur menduduki fungsi O dan kata tersebut
berada setelah predikat. Fungsi O pada kalimat tersebut dapat menduduki fungsi S apabila
dipasifkan, seperti yang terlihat pada kalimat (2). Selanjutnya, kata sayur pada kalimat (3)
menduduki fungsi Pel karena berada dibelakang P yang beverba intransitif. Fungsi Pel ini
tidak dapat menduduki fungsi S karena kalimat (3) tersebut tidak dapat dipasifkan.
1. KESATUAN GAGASAN
Setiap kalimat harus menunjukkan adanya kesatuan gagasan yang ditandai oleh
adanya suatu ide tunggal. Kesatuan gagasan itu diwakili oleh subjek dan predikat di
dalam kalimat. Untuk itu, kalimat harus mengandung subjek dan predikat yang
menunjukkan kelengkapan informasi kalimat tersebut.
Desa tempat saya ber-KKN sangat Desa dimana saya ber-KKN sangat
terisolasi terisolasi
2. KEPADUAN
Setiap kalimat harus disusun dengan koherensi atau kepaduan yang baik dan
kompak antarunsurnya. Kepaduan dibatasi sebagai hubungan timbal-balik yang
jelas diantara unsur-unsur (kata atau kelompok kata) yang membentuk kalimat itu.
Meskipun kalimat tersebut memiliki gagasan utama, jika terdapat pemakian kata
atau kelompok kata yang tidak tepat di dalamnya, kalimat tersebut menjadi tidak
kompak.
4. KEHEMATAN
Hemat maksudnya tidak boros dalam pemakaian kata. Artinya, penulis tidak perlu
lagi menggunakan kata-kata yang maknanya sudah diwakili oleh kata-kata yang
sudah dikemukakan sebelum atau sesudahnya.
Saudara tidak boleh mengikuti semua Saudara tidak boleh mengikuti semua
aktivitas kampus karena belum aktivitas kampus karena Saudara belum
memenuhi persyaratan administrasi. memenuhi persyaratan administrasi.
Rahmad tidak hanya pintar bermain bola Rahmad tidak hanya pintar bermain bola
kaki, tetapi juga pintar bermain tenis. kaki saja, tetapi juga pintar bermain
tenis.
Saya melihat sendiri pencuri itu dipukul Saya melihat dengan mata kepala saya
oleh massa sampai babak belur. sendiri pencuri itu dipukul oleh massa
sampai babak belur.
Anak kembar itu sangat mirip sehingga Anak kembar itu sangat mirip sehingga
sangat sulit dibedakan. sangat sulit terbedakan.
Jika rajin mengonsumsi obat-obat Jika rajin mengonsumsi obat-obat
herbal, kita akan terhindar dari efek herbal, kita akan dihidarkan dari efek
obat-obat kimia. obat-obat kimia.
6. LOGIS
Bila makna yang terdapat dalam sebuah kalimat dapat diterima oleh akal sehat,
kalimat tersebut berarti sudah logis.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari seluruh paparan pembahasan dalam tulisan ini dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang dapat mengungkapkan pikiran yang
utuh. Gagasan yang disampaikan akan lebih mudah diterima apabila
menggunakan kalimat efektif. Kalimat efektif sendiri adalah kalimat yang dapat
menimbulkan gagasan yang sama tepatnya dalam pikiran pendengar atau pembaca
seperti yang dipikirkan oleh pembicara atau penulisnya.
2. Terdapat enam fungsi sintaksis dalam bahasa Indonesia yang terdiri atas Subjek
(S), Predikat (P), Objek (O), Pelengkap (Pel), dan Keterangan (K). Subjek dan
Predikat merupakan unsur utama dalam sebuah kalimat.
3. Terdapat enam syarat kalimat efektif yaitu kesatuan gagasan, kepaduan,
kesejajaran, kehematan, cermat dalam diksi dan logis.
DAFTAR PUSTAKA
Zulmiyetri, Nurhastuti dan Safaruddin. Penulisan Karya Ilmiah. Jakarta: KENCANA.
Sukartha, I Nengah et. Al. (2015). Bahasa Indonesia Akademik untuk Perguruan Tinggi.
Prodi Bahasa Indonesia FSB Unud: Udayana Univesity Press.
Martius. (2017). Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia: Suatu
Pendekatan pada Penulisan Karya Ilmiah. Pekanbaru: Asa Riau.