Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN BACA VII

KALIMAT EFEKTIF
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Bahasa Indonesia

Dosen Pengampu Deni Suswanto, M.Pd.

Nama : Wafa Nurfauziah Gunawan

NIM : 1203040123

Jurusan/Semester/ Kelas : HPI/1/C

Sumber : KALIMAT EFEKTIF

(Kelompok 5)

PENGERTIAN KALIMAT EFEKTIF


Kalimat adalah satuan bahasa berupa kata atau rangkaian kata yang dapat berdiri sendiri dan
menyatakan makna yang lengkap. Kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang mengungkapkan
pikiran yang utuh, baik dengan cara lisan maupun tulisan. Dalam wujud lisan, kalimat diucapkan
dengan suara naik turun, dan keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir. Sedangkan
dalam wujud tulisan berhuruf latin, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda
titik (.) untuk menyatakan kalimat berita atau yang bersifat informatif, tanda tanya (?) untuk
menyatakan pertanyaan dan tanda seru (!) untuk menyatakan kalimat perintah.

Kalimat merupakan bagian kalimat yang menunjuk pelaku, tindakan, keadaan, masalah atau segala
sesuatu hal yang menjadi pokok suatu pembicaraan dan dapat diterangkan oleh Predikat (P). Fungsi
Subjek (S) ini dapat diisi oleh kata benda atau frasa nomina, klausa, maupun frasa verba Satuan
bahasa terkecil dan terlengkap maknanya disebut kalimat. Hal ini dikarenakan pada sebuah kata
terkadang tidak dapat mewakili sebuah konsep makna yang utuh. Walaupun satuan bahasa terkecil,
kalimat mempunyai makna yang utuh karena dapat berdiri sendiri serta mempunyai pola intonasi
akhir.

Pengertian efektif adalah usaha guna mendapatkan tujuan, hasil dan target yang diharapkan sesuai
dengan waktu yang telah ditetapkan tanpa memperdulikan biaya yang harus dikeluarkan. Efektif
merupakan cara mencapai suatu tujuan dengan pemilihan cara yang benar dari beberapa pilihan
alternatif, kemudian mengimplimentasikan pekerjaan itu dengan tepat dengan waktu yang cepat.

Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan penutur/penulisnya secara tepat
sehingga dapat dipahami oleh pendengar/pembaca secara tepat pula. Efektif dalam hal ini adalah
ukuran kalimat yang memiliki kemampuan menimbulkan gagasan atau pikiran pada pendengar atau
pembaca.
Beberapa definisi kalimat efektif menurut beberapa ahli bahasa :
1.Kalimat efektif adalah kalimat yang bukan hanya memenuhi syarat-syarat komunikatif, gramatikal,
dan sintaksis saja, tetapi juga harus hidup, segar, mudah dipahami, serta sanggup menimbulkan daya
khayal pada diri pembaca. (Rahayu: 2007)
2.Kalimat efektif adalah kalimat yang benar dan jelas sehingga dengan mudah dipahami orang lain
secara tepat. (Akhadiah, Arsjad, dan Ridwan:2001)
3.Kalimat efektif adalah kalimat yang memenuhi kriteria jelas, sesuai dengan kaidah, ringkas, dan
enak dibaca. (Arifin: 1989)
4.Kalimat efektif dipahami sebagai kalimat yang dapat menyampaikan informasi dan informasi
tersebut mudah dipahami oleh pembaca. (Nasucha, Rohmadi, dan Wahyudi: 2009)

PERSYARATAN KALIMAT
a.Kelengkapan struktur subjek dan predikat
b.Pemutasian subjek dan predikat
c.Perwujudan makna gramatikal berdasarkan struktur.

SYARAT-SYARAT KALIMAT EFEKTIF


1.Koherensi Adalah Hubungan timbal balik yang baik dan jelas antara unsur - unsur (kata atau
kelompok kata) yang membentuk kata itu.
2.Kesatuan, Suatu kalimat efektif harus mempunyai struktur yang baik. Artinya, kalimat itu harus
memiliki unsur - unsur subyek dan predikat, atau bisa ditambah dengan obyek, keterangan, dan
pelengkap yang bisa melahirkan arti yang merupakan ciri - ciri keutuhan kalimat.
3.Kehematan adalah kehematan dalam pemakain kata, frase atau bentuk lainnya yang dianggap tidak
diperlukan. Kehematan tersebut menyangkut soal gramatikal dan makna kata. Namun, dalam hal ini
tidak berarti bahwa kata yang menambah kejelasan kalimat boleh dihilangkan.
4.Paralelisme atau kesejajaran Adalah kesamaan bentuk kata atau imbuhan yang digunakan dalam
kalimat itu Jika pertama menggunakan verba, maka bentuk kedua juga menggunakan verba. Lalu, jika
kalimat pertama menggunakan kata kerja berimbuhan me-, maka kalimat berikutnya juga harus
menggunakan kata kerja berimbuhan me-, juga.
5.Penekanan Gagasan pokok atau misi yang ingin ditekankan oleh pembicara biasanya dilakukan
dengan memperlambat ucapan, melirihkan suara, dan sebagainya pada bagian kalimat tadi.
6.Kevariasian, untuk menghindari kebosanan dan keletihan saat membaca, diperlukan variasi dalam
teks. Ada kalimat yang dimulai dengan subyek, predikat atau keterangan. Ada kalimat yang pendek
dan panjang.
7.Logis/Nalar, suatu kalimat dikatakan logis apabila informasi dalam kalimat tersebut dapat diterima
oleh akal atau nalar. Logis atau tidaknya kalimat dilihat dari segi maknanya, bukan strukturnya. Suatu
kalimat dikatakan logis apabila gagasan yang disampaikan masuk akal, hubungan antar gagasan
dalam kalimat masuk akal, dan hubungan gagasan pokok serta gagasan penjelas juga masuk akal.

UNSUR-UNSUR KALIMAT EFEKTIF


Unsur kalimat adalah fungsi sintaksis yang dalam buku-buku tata bahasa Indonesia lama lazim
disebut jabatan kata dan kini disebut peran kata dalam kalimat, yaitu subjek (S), predikat (P), objek
(O), pelengkap (Pel), dan keterangan (Ket). Kalimat bahasa Indonesia baku sekurang-kurangnya
terdiri atas dua unsur, yakni subjek dan predikat. Unsur yang lain (objek, pelengkap, dan keterangan)
dalam suatu kalimat dapat wajib hadir, tidak wajib hadir, atau wajib tidak hadir.
1.Subjek (S)
adalah bagian kalimat menunjukkan pelaku, tokoh, sosok (benda), sesuatu
hal, suatu masalah yang menjadi pangkal/pokok pembicaraan. Subjek biasanya diisi oleh jenis
kata/frasa benda (nominal), klausa, atau frasa verbal. Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh sebagai
berikut ini:
a.Ayahku sedang melukis.
b.Meja direktur besar.
c.Yang berbaju batik dosen saya.
d.Berjalan kaki menyehatkan badan.
e.Membangun jalan layang sangat mahal.
Kata-kata yang dicetak tebal pada kalimat di atas adalah S. Contoh S yang diisi oleh kata dan
frasa benda terdapat pada kalimat (a) dan (b), contoh S yang diisi oleh klausa terdapat pada kalimat
(c), dan contoh S yang diisi oleh frasa verbal terdapat pada kalimat (d) dan (e).
Dalam bahasa Indonesia, setiap kata, frasa, klausa pembentuk S selalu merujuk pada benda
(konkret atau abstrak). Pada contoh di atas, kendatipun jenis kata yang mengisi S pada kalimat (c), (d)
dan (e) bukan kata benda, namun hakikat fisiknya tetap merujuk pada benda. Bila kita menunjuk
pelaku pada kalimat (c) dan (d), yang berbaju batik dan berjalan kaki tentulah orang (benda).
Demikian juga membangun jalan layang yang menjadi S pada kalimat (e), secara implisit juga
merujuk pada “hasil membangun” yang tidak lain adalah benda juga. Di samping itu, kalau diselami
lebih dalam, sebenarnya ada nomina yang lesap, pada awal kalimat (c) sampai (e), yaituorang pada
awal kalimat (c) dan kegiatan pada awal kalimat (d) dan (e).

Selain ciri di atas, S dapat juga dikenali dengan cara bertanya dengan memakai kata tanya siapa
(yang)… atau apa (yang)… kepada P. Kalau ada jawaban yang logis atas pertanyaan yang diajukan,
itulah S. Jika ternyata jawabannya tidak ada dan atau tidak logis berarti kalimat itu tidak mempunyai
S. Inilah contoh “kalimat” yang tidak mempunyai S karena tidak ada/tidak jelas pelaku atau
bendanya.
a.Bagi siswa sekolah dilarang masuk.
b.Di sini melayani obat generic.
c.Memandikan adik di pagi hari.
Contoh (a) sampai (c) belum memenuhi syarat sebagai kalimat karena tidak mempunyai S. Kalau
ditanya kepada P, siapa yang dilarang masuk pada contoh (a) siapa yang melayani resep pada contoh
(b) dan siapa yang memandikan adik pada contoh (c), tidak ada jawabannya. Kalaupun ada, jawaban
itu terasa tidak logis.
2.Predikat (P)
adalah bagian kalimat yang memberitahu melakukan (tindakan) apa atau dalam keadaan bagaimana
subjek (pelaku/tokoh atau benda di dalam suatu kalimat). Selain memberitahu tindakan atau perbuatan
subjek (S), P dapat pula menyatakan sifat, situasi, status, ciri, atau jatidiri S. termasuk juga sebagai P
dalam kalimat adalah pernyataan tentang jumlah sesuatu yang dimiliki oleh S. predikat dapat juga
berupa kata atau frasa, sebagian besar berkelas verba atau adjektiva, tetapi dapat juga numeralia,
nomina, atau frasa nominal. Perhatikan contoh berikut:
1.Kuda meringkik.
2.Ibu sedang tidur siang.
3.Putrinya cantik jelita.
4.Kota Jakarta dalam keadaan aman.
5.Kucingku belang tiga.
6.Robby mahasiswa baru.
7.Rumah Pak Hartawan lima.
Kata-kata yang dicetak tebal dalam kalimat di atas adalah P. Kata meringkik pada kalimat (a)
memberitahukan perbuatan kuda. Kelompok kata sedang tidur siang pada kalimat (b)
memberitahukan melakukan apa ibu,cantik jelita pada kalimat (c) memberitahukan bagaimana
putrinya, dalam keadaan aman pada kalimat (d) memberitahukan situasi kota Jakarta, belang tiga pada
kalimat (e) memberitahukan ciri kucingku, mahasiswa baru pada kalimat (f) memberitahukan status
Robby, dan lima pada kalimat (g) memberitahukan jumlah rumah Pak Hartawan.
Walaupun contoh (a), (b), (c) ditulis persis seperti lazimnya kalimat normal, yaitu diawali dengan
huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik, namun di dalamnya tidak ada satu kata pun yang
berfungsi sebagai P. Tidak ada jawaban atas pertanyaan melakukan apa adik yang gendut lagi lucu
(pelaku) pada contoh (a), tidak ada jawaban atas pertanyaan kenapa atau ada apa dengan kantor di
Jalan Gatot Subroto dan Bandung terkenal sebagai kota kembang itu pada contoh (b) dan (c). karena
tidak ada informasi tentang tindakan, sifat, atau hal lain yang dituntut oleh P, maka contoh (a), (b), (c)
tidak mengandung P. Karena itu, rangkaian kata-kata yang cukup panjang pada contoh (a), (b), (c) itu
belum merupakan kalimat, melainkan baru merupakan kelompok kata atau frasa.
3.Objek (O)
adalah bagian kalimat yang melengkapi P. objek pada umumnya diisi oleh nomina, frasa nominal,
atau klausa. Letak O selalu di belakang P yang berupa verba transitif, yaitu verba yang menuntut
wajib hadirnya O, seperi pad contoh di bawah ini.
1.Nurul menimang …
2.Arsitek merancang …
3.Juru masak menggoreng …
Verba transitif menimang, merancang, dan menggoreng pada contoh tersebut adalah P yang menuntut
untuk dilengkapi. Unsur yang akan melengkapi P pada ketiga kalimat itulah yang dinamakan objek.
Jika P diisi oleh verba intransitif, O tidak diperlukan. Itulah sebabnya sifat O dalam kalimat dikatakan
tidak wajib hadir. Verba intransitive mandi, rusak, pulang yang menjadi P dalam contoh berikut tidak
menuntut untuk dilengkapi.
1. Nenek mandi.
2. Komputerku rusak.
3. Tamunya pulang.
Objek dalam kalimat aktif dapat berubah menjadi S jika kalimatnya dipasifkan. Perhatikan contoh
kalimat berikut yang letak O-nya di belakang dan ubahan posisinya bila kalimatnya dipasifkan.
a. 1) Martina Hingis mengalahkan Yayuk Basuki (O)
2) Yayuk Basuki (S) dikalahkan oleh Martina Hingis.
b. 1) Orang itu menipu adik saya (O)
2) Adik saya (S) ditipu oleh orang itu.

4. Pelengkap (pel)
Pelengkap (P) atau komplemen adalah bagian kalimat yang melengkapi P. letak Pelengkap
umumnya di belakang P yang berupa verba. Posisi seperti itu juga ditempati oleh O, dan jenis
kata yang mengisi Pel dan O juga sama, yaitu dapat berupa nomina, frasa nominal, atau
klausa. Namun, antara Pel dan O terdapat perbedaan. Perhatikan cnntoh di bawah ini:
a.       Ketua MPR membacakan Pancasila.
        S                  P             O
b.      Banyak orpospol berlandaskan  Pancasila.
            S                    P            Pel
Kedua kalimat aktif (a) dan (b) yang Pel dan O-nya sama-sama diisi  oleh
nomina Pancasila,  jika hendak dipasifkan ternyata yang bisa hanya kalimat (a) yang
menempatkan Pancasila sebagai O. Ubahan kalimat (a) menjadi kalimat pasif adalah sebagai
berikut: Pancasila dibacakan oleh ketua MPR.
S                     P               O
        Posisi Pancasila sebagai Pel pada kalimat (b) tidak bisa dipindah ke depan menjadi S
dalam kalimat pasif. Contoh berikut adalah kalimat yang tidak gramatikal.
Pancasila dilandasi oleh banyak orsospol.
           Hal lain yang membedakan Pel dan O adalah jenis pengisinya. Selain diisi oleh
nomina dan frasa nominal, Pelengkap dapat juga diisi oleh frasa adjectival dan frasa
preposisional.
Di samping itu, letak Pelengkap tidak selalu persis di belakang P. Apabila dalam kalimatnya
terdapat O, letak pel adalah di belakang O sehingga urutan penulisan bagian kalimat menjadi
S-P-O-Pel. Berikut adalah beberapa contoh pelengkap dalam kalimat.
a.       Sutardji membacakan pengagumnya puisi kontemporer.
b.      Mayang mendongengkan Rayhan Cerita si Kancil.
c.       Sekretaris itu mengambilkan atasannya air minum.
d.      Annisa mengirimi kakeknya kopiah bludru.
e.       Pamanku membelikan anaknya rumah mungil.

5. Keterangan (ket)
adalah bagian kalimat yang menerangkan berbagai hal mengenai bagian kalimat yang
lainnya. Unsur Ket dapat berfungsi menerangkan S, P, O, dan Pel. Posisinya bersifat bebas,
dapat di awal, di tengah, atau di akhir kalimat. Pengisi Ket adalah frasa nominal, frasa
preporsisional, adverbia, atau klausa. Berdasarkan maknanya, terdapat bermacam-macam Ket
dalam kalimat. Para ahli membagi keterangan atas Sembilan macam (Hasan Alwi dkk,
1998:366) yaitu seperti yang tertera pada tabel di bawah ini.
JENIS KETERANGAN DAN CONTOH PEMAKAIANNYA
No. Jenis keterangan Posisi/penghubung Contoh pemakaian
1. Tempat Di Di kamar, di kota
Ke Ke Surabaya, ke rumahnya
Dari Dari Manado, dari sawah
Pada Pada permukaan
2. Waktu - Sekarang, kemarin
Pada Pada pukul 5 hari ini
Dalam Dalam 2 hari ini
Se- Sepulang kantor
Sebelum Sebelum mandi
Sesudah Sesudah makan
Selama Selama bekerja
Sepanjang Sepanjang perjalanan
3. Alat Dengan Dengan pisau, dengan mobil
4. Tujuan Supaya/agar Supaya/agar kamu faham
Untuk Untuk kemerdekaan
Bagi Bagi masa depan
Demi Demi orang tuamu
5. Cara Secara Secara hati-hati
Dengan cara Dengan cara damai
Dengan jalan Dengan jalan berunding
6. Kesalingan - Satu sama lain
7. Similatif Seperti Seperti angin
Bagaikan Bagaikan seorang dewi
Laksana Laksana bintang di langit
8. Penyebab Karena Karena perempuan itu
Sebab Sebab kegagalannya
9. Penyerta Dengan Dengan adiknya
Bersama Bersama orang tuanya
Beserta Beserta saudaranya
STRUKTUR KALIMAT
Struktur kalimat dasar terdiri dari,
a. Pola kalimat dasar
b. Tipe kalimat
Struktur kalimat tunggal terdiri dari,
 Pola kalimat tunggal
Struktur kalimat majemuk terdiri dari,
a. Kalimat majemuk setara
b. Kalimat majemuk bertingkat
c. Kalimat majemuk campuran

CIRI-CIRI KALIMAT EFEKTIF


Untuk dapat mencapai keefektifan suatu kalimat harus memenuhi setidaknya enam syarat,
yaitu:
1)      Kesepadanan
Yang dimaksud dengan kesepadanan ialah keseimbangan antara pikiran (gagasan) dan
struktur bahasa yang dipakai. Kesepadanan kalimat ini diperlihatkan oleh kesatuan gagasan
yang kompak dan kepaduan pikiran yang baik.
Kesepadanan kalimat itu memiliki beberapa ciri, seperti tercantum di bawah ini:
• Sebuah kalimat itu mempunyai subjek dan predikat dengan jelas.
• Tidak terdapat subjek yang ganda.
• Kalimat penghubung intrakalimat tidak dipakai pada kalimat tunggal.
• Predikat kalimat tidak didahului oleh kata ‘yang’.
2) Keparalelan
Yang dimaksud dengan keparalelan adalah kesamaan bentuk kata yang digunakan dalam
kalimat itu. Artinya, kalau bentuk pertama menggunakan nomina. Kalau bentuk pertama
menggunakan verba, bentuk kedua juga menggunakan verba.
3) Ketegasan
ialah suatu perlakuan penonjolan pada ide pokok kalimat. Dalam sebuah kalimat ada ide yang
perlu ditonjolkan. Kalimat itu memberi penekanan atau penegasan pada penonjolan itu. Ada
berbagai cara untuk membentuk penekanan dalam kalimat.
 Meletakkan kata yang ditonjolkan itu di depan kalimat (di awal kalimat).
 Membuat urutan kata yang bertahap
 Melakukan pengulangan kata (repetisi).
 Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan.
 Mempergunakan partikel penekanan (penegasan).
4) Kehematan
Yang dimaksud dengan kehematan dalam kalimat efektif adalah hemat mempergunakan kata,
frasa, atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu. Kehematan tidak berarti harus
menghilangkan kata-kata yang dapat menambah kejelasan kalimat. Peghematan di sini
mempunyai arti penghematan terhadap kata yang memang tidak diperlukan, sejauh tidak
menyalahi kaidah tata bahasa.
Ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan.
 Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan pemakaian superordinat
pada hiponimi kata.
 Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan kesinoniman dalam satu
kalimat.
 Penghematan dapat dilakukan dengan cara tidak menjamakkan kata-kata yang
berbentuk jamak.
 Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghilangkan pengulangan subjek.
5) Kecermatan
Yang dimaksud dengan cermat adalah bahwa kalimat itu tidak menimbulkan tafsiran ganda.
Dan tepat dalam pilihan kata. Perhatikan kalimat berikut.
a. Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu menerima hadiah.
b. Dia menerima uang sebanyak dua puluh lima ribuan.
Kalimat (a) memilikimakna ganda, yaitu siapa yang terkenal, mahasiswa atau perguran
tinggi.
Kalimat (b) memiliki makna ganda, yaitu berapa jumlah uang, seratus ribu rupiah atau dua
puluh lima ribu rupiah.
6) Kepaduan
Yang dimaksud dengan kepaduan ialah kepaduan ialah kepaduan pernyataan dalam kalimat
itu sehingga informasi yang disampaikannya tidak terpecah-pecah.
a. Kalimat yang padu tidak bertele-tele dan tidak mencerminkan cara berpikir yang tidak
simetris.Oleh karena itu, kita hindari kalimat yang panjang dan bertele-tele.
b. Kalimat yang padu mempergunakan pola aspek + agen + verbal secara tertib dalam
kalimat-kalimat yang berpredikat pasif persona.
Contoh:
Surat itu saya sudah baca.
Saran yang dikemukakannya kami akan pertimbangkan.
Kalimat di atas tidak menunjukkan kepaduan sebab aspek terletak antara agen dan
verbal. Seharusnya kalimat itu berbentuk
a. Surat itu sudah saya baca.
b. Saran yang dikemukakannya akan kami pertimbangkan.
c. Kalimat yang padu tidak perlu menyisipkan sebuah kata seperti daripada atau tentang antara
predikat kata kerja dan objek penderita.
Perhatikan kalimat ini :
a. Mereka membicarakan daripada kehendak rakyat.
b. Makalah ini akan membahas tentang desain interior pada rumah-rumah adat.
Seharusnya:
a. Mereka membicarakan kehendak rakyat.
b. Makalah ini akan membahas desain interior pada rumah-rumah adat.
7) Kelogisan
Yang dimaksud dengan kelogisan ialah bahwa ide kalimat itu dapat diterima oleh akal dan
penulisannya sesuai dengan ejaan yang berlaku.

Kalimat Tanya
Adalah Kalimat yang dimaksud untuk mendapat jawaban berupa informasi, penjelasan atau
pertanyaan.
• Ciri-ciri Kalimat Tanya
a. Menggunakan kata tanya (5W+1H).
b. Membalikan urutan kata.
c. Menambah kata buka/tidak, partikel –kah.
d. Intonasi naik.
• Macam-macam Kalimat Tanya
1. Kalimat tanya retoris adalah kalimat tanya yang tidak memerlukan jawaban.
Contoh: Apalagi yang dapat kita kerjakan, kecuali hanya memohon pertolongan Tuhan?
2. Kalimat tanya biasa adalah kalimat tanya yang hanya memerlukan jawaban.
Contoh: Siapa yang menulis artikel itu?
3. Kalimat tanya konfirmasi adalah kalimat tanya untuk pembenaran/penegasan.
Contoh: Apakah hari ini ada rapat dengan klien mengenai kerjasama?
• Contoh-contoh Kalimat Tanya
1. Apa digunakan menanyakan benda, tumbuh-tumbuhan dan hewan.
Contoh: Arsitek itu sedang merencanakan apa?
Apabila kata tanya tersebut dipindahkan ke awal kalimat, maka kalimat itu menjadi:
Apa yang sedang direncanakan arsitek itu?
2. Siapa digunakan untuk menanyakan Tuhan, Malaikat dan orang.
Contoh: Siapa yang mencabut nyawa manusia?
• Contoh-contoh Kalimat Tanya
1. Apa digunakan menanyakan benda, tumbuh-tumbuhan dan hewan.
Contoh: Arsitek itu sedang merencanakan apa?
Apabila kata tanya tersebut dipindahkan ke awal kalimat, maka kalimat itu menjadi:
Apa yang sedang direncanakan arsitek itu?
2. Siapa digunakan untuk menanyakan Tuhan, Malaikat dan orang.
Contoh: Siapa yang mencabut nyawa manusia?

Kalimat Bernalar
Kalimat bernalar merupakan satuan kalimat informasi yangberjalan selaras antara yang disampaikan
oleh pihak pertama dapat diterima dengan “utuh” oleh pihak kedua.

Kalimat Suruh (perintah)


Pernyataan untuk mengerjakan sesuatu, menyatakan syarat kejadian, tafsiran bermakna ejekan atau
sindiran dan mencegah atau melarang. Berdasarkan strukturnya kalimat suruh digolongkan menjadi
empat, yaitu:
1. Kalimat suruh sebenarnya
Ditandai oleh pola intonasi suruh, P nya terdiri dari kata verbal instrasitif, partikel -lah dapat
ditambahkan untuk memperhalus perintah, sementara S, O, K nya boleh dipakai, boleh tidak.
Contoh: Beristirahatlah!
2. Kalimat persilahan
Ditandai pola intonasi suruh, penambahan kata silahkan atau dipersilahkan di awal kalimat.
Contoh: Silahkan bapak duduk di sini!
3. Kalimat ajakan
Sama halnya dengan kalimat persilahan dan kalimat suruh yang sebenarnya kalimat ajakan ini,
berdasarkan fungsinya dalam hubungan situasi, juga mengharapkan suatu tanggapan yang berupa
tindakan, hanya perbedaannya tindakan itu di sini bukan hanya dilakukan oleh orang yang diajak
berbicara, melainkan juga oleh orang yang berbicara atau penuturnya.
Contoh: Ayo kita jalan-jalan!
4. Kalimat larangan
Kalimat yang menyatakan suatu pencegahan atau larangan dan harus dikerjakan oleh orang yang
bersangkutan, serta partikel -lah dapat ditambahkan pada kata tersebut untuk memperhalus larangan.
Contoh: Janganlah engkau meninggalkanku!

Kalimat Sederhana dan Kalimat Luas


Kalimat dapat dibagi atas dua bagian besar, yaitu kalimat sederhana dengan kalimat luas. Kalimat
sederhana dibagi atas dua bagian, yaitu kalimat yang tak berklausa dan kalimat berklausa satu.
Kalimat luas adalah kalimat yang terdiri atas dua klausa atau lebih. Kalimat luas itu
bermacam-macam. Macam-macam kalimat luas terdiri atas kalimat luas setara dan kalimat luas tak
setara (Alwi dkk, 2004)

Kalimat Luas Yang Setara


Kalimat luas setara adalah struktur kalimat yang di dalamnya terdapat sekurang-kurangnya dua
kalimat dasar dan masing-masing dapat berdiri sebagai kalimat tunggal disebut kalimat luas setara.
Ciri-ciri kalimat luas antara lain :
1. Kedudukan pola-pola kalimat,sama derajatnya.
2. Penggabungannya disertai perubahan intonasi.
3. Berkata tugas/penghubung, pembeda sifat kesetaraan.
4. Pola umum uraian jabatan kat :S-P+S-P

Kalimat Luas Bertingkat


Kalimat luas bertingkat adalah kalimat yang mengandung satu kalimat dasar yang merupakan inti
(utama) dan satu atau beberapa kalimat dasar yang berfungsi sebagai pengisi salah satu unsur kalimat
inti itu misalnya keterangan, subjek, atau objek dapat disebut sebagai kalimat luas bertingkat jika
diantara kedua unsur tersebut digunakan sebagai konjungtor. Konjungtor inilah yang membedakan
struktur kalimat luas bertingkat dari kalimat setara.

Kalimat Luas Tidak Setara


Dalam kalimat luas yang tidak setara klausa yang satu merupakan bagian dari klausa lainnya. Klausa
yang merupakan bagian dari klausa lainnya itu disebut bukan inti, sedangkan lainnya disebut inti.
Kalimat bukan inti itu kadang-kadang merupakan Objek bagi klausa ini.
Contoh: Ia berkata bahwa ia mencintaiku.

Struktur Kalimat Efektif


Struktur kalimat efektif adalah suatu kalimat yang memiliki kesesuaian dengan tata Bahasa Indonesia
yang baik dan benar. Sebab, kalimat efektif yang benar, itu akan dapat dipahami maknanya dengan
mudah oleh para pembaca. Struktur kalimat efektif ini dibagi beberapa macam, yaitu :
1. Struktur Kalimat Efektif Umum
Unsur-unsur pada kalimat ini yang membangun kalimat dibedakan menjadi dua, yaitu: unsur wajib
dan unsur tidak wajib. Unsur wajib ialah subjek dan predikat (unsur manasuka), sedangkan unsur
tidak wajib ialah unsur yang boleh ada dan boleh juga tidak ada (yaitu, kata kerja bantu, harus, boleh;
keterangan aspek sudah, akan; keterangan waktu, tempat, cara dsb).

Jenis-jenis Kalimat Efektif


1. Kalimat Argumentasi
Kalimatnya harus jelas dan mudah dipahami atau mudah dipahami oleh pembaca atau pendengar dan
tidak boleh bersifat ambigu dan tidak jelas.
2. Kalimat dalam Penyampaian Ide atau Gagasan
Ketika ingin menyampaikan sebuah ide atau gagasan kita harus menggunakan kalimat yang mudah
dipahami dan tidak terkesan bertele-tele apalagi sampai menimbulkan kesalahpahaman.
3. Kalimat Formal
Bisa dibayangkan jika pemerintah menggunakan bahasa yang tidak baku di dalam undang-undang
1945 atau pada peraturan pemerintah? Tentu akan menjadi tidak pantas dan tidak jelas. Oleh karena
itu kalimat efektif digunakan pada kalimat formal.

Fungsi Kalimat Efektif


Sifatnya yang jelas, tegas tidak multitafsir atau ambigu membuat kalimat efektif banyak digunakan
pada saat melakukan penulisan dokumen-dokumen penting misalnya skripsi, disertasi, undang-
undang, surat resmi dan sebagainya.
Fungsi lainnya yaitu dapat mempermudah pembaca dalam memahami maksud sebuah tulisan. Selain
itu juga fungsi kaliat efektif ini dapat memperindah sebuah penulisan.

Anda mungkin juga menyukai