Anda di halaman 1dari 7

Nama : Wafa Nurfauziah Gunawan

NIM : C1AA21171

S1 Keperawatan/1/C

RESUME

KONSEP TAHAPAN DAN HAMBATAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK

Mata Kuliah Komunikasi Keperawatan II

Dosen Pengampu : Woro Rahmanishati, S.Pd.,S.Kep., M.Kes

Pengertian Komunikasi Terapeutik

Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi yang terjalin dengan baik,


komunikaatif dan bertujuan untuk menyembuhkan atau setidaknya dapat
melegakan serta dapat membuat pasien merasa nyaman dan akhirnya
mendapatkan kepuasan.

Komunikasi terapeutik merupakan suatu hubungan perawat dengan pasien


yang dirancang untuk mencapai tujuan therapy dalam pencapaian tingkat
kesembuhan yang optimal dan efektif dengan harapan lama hari rawat pasien
menjadi pendek dan dipersingkat Perawat dituntut untuk melakukan komunikasi
terapeutik dalam tindakan keperawatan agar pasien dan keluarga mengetahui
tindakan yang akan dilakukan kepada pasien melalui tahapan-tahapan dalam
komunikasi terapeutik. Perawat tidak boleh bingung dan sebaliknya pasien harus
merasa bahwa dia merupakan focus utama perawat selama melakukan interaksi.
Komunikasi terapeutik termasuk komunikasi interpersonal dengan titik tolak
saling memberikan pengertian antar perawat dengan pasien. Persoalan mendasar
dan komunikasi ini adalah adamya saling membutuhkan antar perawat dan pasien,
sehingga dapat dikategorikan kedalam komunikasi pribadi di antara perawat dan
pasien, perawat membantu dan pasien menerima bantuan.

Tujuan hubungan terapeutik diarahkan pada pertumbuhan pasien meliputi:


realisasi diri, penerimaan diri dan peningkatan penghormatan terhadap diri. Rasa
identitas personal yang jelas dan peningkatan integritas diri. Kemampuan untuk
membina hubungan interpersonal yang intim dan saling bergantungdengan
kapasitas untuk mencintai dan dicintai. Peningkatan fungsi dan kemampuan untuk
memuaskan kebutuhan serta mencapai tujuan personal yang realistik.

Tahapan Komunikasi Terapeutik

1. Tahap Pre-interaksi

Tahap ini merupakan tahap persiapan perawat sebelum bertemu dan


berkomunikasi dengan pasien. Perawat perlu mengevaluasi diri tentang
kemampuan yang dimiliki. Menganalisa kekuatan dan kelemahan diri, dengan
analisa diri perawat akan dapat memaksimalkan dirinya agar bernilai terapeutik
ketika bertemu dan berkomunikasi dengan pasien, jika dirasa dirinya belum siap
untuk bertemu dengan pasien makan perawat perlu belajar kembali dan berdiskusi
dengan teman kelompok yang lebih berkompeten. Pada tahap ini juga perawat
mencari informasi dan mengumpulkan data, sebagai dasar atau bahan untuk
membuat rencana interaksi.

2. Tahap Orientasi/ Perkenalan

Tahap ini dimulai ketika perawat bertemu pasien untuk pertama kalinya. Pada
tahap ini digunakan oleh perawat untuk berkenalan dan langkah awal membina
hubungan saling percaya dengan pasien. Tugas-tugas perawat dalam tahap ini
adalah mampu membina hubungan saling percaya dengan pasien dan
menunjukkan komunikasi terbuka dan sikap penerimaan. Untuk dapat membina
hubungan saling percaya dengan pasien, perawat harus bersikap terbuka, jujur,
ikhlas, menerima pasien, menghargai pasien dan mampu menepati janji kepada
pasien. Pada tahap ini perawat juga bertugas untuk merumuskan tujuan dengan
pasien, tujuan dapat dirumuskan setelah masalah pasien teridentifikasi.

Hal-hal yang perlu dilakukan dalam tahap ini adalah, sebagai berikut:

a. memberikan salam terapeutik disertai dengan jabat tangan,

b. memperkenalkan diri perawat “Nama saya Sulistiyawati, anda bisa memanggil


saya perawat Wati”,
c. Menanyakan nama pasien “Nama Bapak/Ibu/Saudara siapa?”,

d. menyepakati kontrak yang terkait dengan kesediaan pasien untuk bercakap-


cakap (tempat bercakapcakap dan lama percakapan).

3. Tahap Kerja

Tahap merupakan inti dari hubungan perawat dengan pasien dalam


keseluruhan tahap komunikasi terapeutik. Pada tahap ini perawat bersama dengan
pasien mengatasi masalah yang dihadapi oleh pasien. Tahap ini berkaitan dengan
pelaksanaan rencana asuhan keperawatan yang telah ditetapkan.

4. Tahap Terminasi

Tahap terminasi merupakan tahap akhir dari keseluruhan proses komunikasi


terapeutik. Perawat bersama pasien diharapkan mampu meninjau kembali kembali
proses keperawatan yang telah dilalui dan pencapaian tujuannya. Ada tiga
kegiatan utama yang harus dilakukan perawat pada fase terminasi ini, yaitu
melakukan evaluasi subjektif dan objektif; merencanakan tindak lanjut interaksi;
dan membuat kontrak dengan klien untuk melakukan pertemuan selanjutnya.

Teknik Komunikasi Terapeutik

1. Mendengarkan dengan penuh perhatian (listening)

Mendengarkan dengan penuh perhatian merupakan upaya untuk mengerti


seluruh pesan verbal dan nonverbal yang sedang dikomunikasikan. Keterampilan
mendengarkan dengan penuh perhatian dapat ditunjukkan dengan sikap berikut :

a) Pandang klien ketika sedang bicara.

b) Pertahankan kontak mata yang memancarkan keinginan untuk mendengarkan.

c) Hindarkan gerakan yang tidak perlu.

2. Menunjukkan penerimaan (accepting)

Menerima tidak berarti menyetujui. Menerima berarti bersedia untuk


mendengarkan orang lain, tanpa menunjukkan keraguan atau tidak setuju. Perawat
sebaiknya menghindarkan ekspresi wajah dan gerakan tubuh yang menunjukkan
tidak setuju, seperti mengerutkan kening atau menggelengkan kepala seakan tidak
percaya. Sikap perawat yang menunjukkan penerimaan dapat diidentifikasi seperti
perilaku berikut.

a) Mendengarkan tanpa memutuskan pembicaraan.

b) Memberikan umpan balik verbal yang menampakkan pengertian.

3. Menanyakan pertanyaan yang berkaitan

Tujuan perawat bertanya adalah untuk mendapatkan informasi yang spesifik


mengenai klien.

4. Mengulang (restating/repeating)

Maksud mengulang adalah teknik mengulang kembali ucapan klien dengan


bahasa perawat.

Contoh:

K : “Saya tidak nafsu makan, seharian saya belum makan.”

P : “Bapak mengalami gangguan untuk makan?”

5. Klarifikasi (clarification)

Teknik ini dilakukan jika perawat ingin memperjelas maksud ungkapan klien.

Contoh :

“Coba jelaskan kembali apa yang Bapak maksud dengan kegagalan

hidup?”

6. Memfokuskan (focusing)

Metode ini dilakukan dengan tujuan membatasi bahan pembicaraan sehingga


lebih spesifik dan dimengerti.

Contoh:

Klien : “Ya, beginilah nasib wanita yang teraniaya seperti saya.

Tapi, saya pikir untuk apa saya pikirkan sakit ini?”


Perawat : “Coba ceritakan bagaimana perasaan ibu sebagai wanita.”

7. Merefleksikan (reflecting/feedback)

Perawat perlu memberikan umpan balik kepada klien dengan menyatakan


hasil pengamatannya sehingga dapat diketahui apakah pesan diterima dengan
benar. Perawat menguraikan kesan yang ditimbulkan oleh syarat nonverbal klien.

Contoh :

“Ibu tampak sedih.” “Apakah Ibu merasa tidak senang apabila Ibu ….”

8. Memberi informasi (informing)

Memberikan informasi merupakan teknik yang digunakan dalam rangka


menyampaikan informasi-informasi penting melalui Pendidikan kesehatan.
Apabila ada informasi yang ditutupi oleh dokter, perawat perlu mengklarifikasi
alasannya. Setelah informasi disampaikan, perawat memfasilitasi klien untuk
membuat keputusan.

9. Diam (silence)

Diam memberikan kesempatan kepada perawat dan klien untuk


mengorganisasi pikirannya. Penggunaan metode diam memerlukan keterampilan
dan ketetapan waktu. Diam memungkinkan klien untuk berkomunikasi terhadap
dirinya sendiri, mengorganisasi pikirannya, dan memproses informasi.

10. Identifikasi tema (theme identification)

Identifikasi tema adalah menyimpulkan ide pokok/utama yang telah


dikomunikasikan secara singkat. Metode ini bermanfaat untuk membantu topik
yang telah dibahas sebelum meneruskan pada pembicaraan berikutnya. Teknik ini
penting dilakukan sebelum melanjutkan pembicaraan dengan topik yang
berkaitan.

11. Memberikan penghargaan (reward)

Menunjukkan perubahan yang terjadi pada klien adalah upaya untuk


menghargai klien. Penghargaan tersebut jangan sampai menjadi beban bagi klien
yang berakibat klien melakukan segala upaya untuk mendapatkan pujian.
12. Menawarkan diri

Klien mungkin belum siap untuk berkomunikasi secara verbal dengan orang
lain atau klien tidak mampu untuk membuat dirinya dimengerti.

13. Memberi kesempatan kepada klien untuk memulai pembicaraan

Memberi kesempatan pada klien untuk berinisiatif dalam memilih topik


pembicaraan. Perawat dapat berperan dalam menstimulasi klien untuk mengambil
inisiatif dalam membuka pembicaraan.

14. Menganjurkan untuk meneruskan pembicaraan

Hal ini merupakan teknik mendengarkan yang aktif, yaitu perawat


menganjurkan atau mengarahkan pasien untuk terus bercerita. Teknik ini
mengindikasikan bahwa perawat sedang mengikuti apa yang sedang dibicarakan
klien dan tertarik dengan apa yang akan dibicarakan selanjutnya.

15. Refleksi

Refleksi menganjurkan klien untuk mengemukakan serta menerima ide dan


perasaannya sebagai bagian dari dirinya sendiri.

16. Humor

Humor yang dimaksud adalah humor yang efektif. Humor ini bertujuan untuk
menjaga keseimbangan antara ketegangan dan relaksasi. Perawat harus hati-hati
dalam menggunakan teknik ini karena ketidaktepatan penggunaan waktu dapat
menyinggung perasaan klien yang berakibat pada ketidakpercayaan klien kepada
perawat.

Hambatan Dalam Komunikasi Terapeutik

1. Resisten

Resisten adalah upaya pasien untuk tetap tidak menyadari aspek penyebab
ansietas yang dialami. Perilaku resisten biasanya diperlihatkan oleh pasien selama
fase kerja, karena pada fase ini sangat banyak berisi proses penyelesaian masalah.

2. Transferens
Transferens merupakan respon tidak sadar dimana pasien mengalami
perasaan atau sikap terhadap perawat yang pada dasarnya terkait dengan tokoh
dalam kehidupan dimasa lalu.

3. Kontertransferens

Kontratransferens merupakan kebuntuan terapeutik yang dibuat oleh perawat


bukan pasien yang merujuk pada respon emosional spesifik oleh perawat terhadap
pasien yang tidak tepat dalam isi maupun konteks hubungan terapeutik atau
ketidaktepatan dalam intensitas emosi.

Cara Mengatasi Hambatan dalam Komunikasi Terapeutik

1. Meningkatkan umpan balik, untuk mengetahui apakah pesan atau informasi


telah diterima, dipahami, dan dilaksanakan atau tidak.

2. Empati, penyampaian pesan disesuaikan dengan keadaan penerima.

3. Pengulangan, untuk menjamin bahwa pesan dapat diterima.

4. Menggunakan bahasa yang sederhanaagar setiap orang dapat memahami isi


pesan yang disampaikan.

5. Penentuan waktu yang efektif, pesan disampaikan pada saat penerima siap
menerima pesan.

6. Mendengarkan secara efektifsehingga komunikasi antar atasan dengan bawahan


dapat berlangsung dengan baik.

7. Mengatur arus informasi, komunikasi harus diatur mutunya, jumlah dan cara
penyampaiannya

Anda mungkin juga menyukai