Oleh :
C1AA21171
2022
1. TOPIK
Hubungan Perilaku Konsumsi Makanan Asin Dengan Kejadian Hipertensi.
2. KATA KUNCI
Kata kunci yang digunakan adalah Consumption Behavior, Salty Food,
Hipertensi.
A. Hipertensi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah gejala peningkatan tekanan darah
seseorang berada diatas normal yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi
yang dibawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkan.
Penyakit hipertensi dikategorikan sebagai the silent diseases karena penderita
tidak mengetahui dirinya mengidap hipertensi sebelum pemeriksaan tekanan
darahnya. Berdasarkan data WHO diperkirakan penderita hipertensi di seluruh
dunia berjumlah 600 juta orang, dengan 3 juta kematian setiap tahun. Di Amerika,
diperkirakan 1 dari 4 orang dewasa menderita Hipertensi (Mukhtar, 2007).
Hipertensi juga menempati peringkat ke-2 dari 10 penyakit terbanyak pada pasien
rawat jalan di rumah sakit di Indonesia pada tahun 2006 dengan prevalensi sebesar
4,67% (Depkes, 2008 dalam Delfi Ramadhini, 2018).
Hipertensi merupakan penyakit yang tidak dapat dianggap remeh, dan sering
dijuluki sebagai penyakit “Silent killer” karena tanda dan gejala yang tidak terlihat
dari sekilas melihat penderitanya. Penyakit yang juga dikenal dengan tekanan
darah tinggi ini merupakan faktor resiko utama dari perkembangan penyakit
jantung dan stroke. Penyakit ini merupakan keadaan dimana tekanan darah
mengalami peningkatan yang memberikan gejala berlanjut pada suatu organ target
dalam tubuh. Hipertensi tidak secara langsung membunuh penderitanya namun,
akan memicu atau menimbulkan penyakit-penyakit lainnya.
B. Salty Food
Natrium merupakan unsur alami yang terdapat pada semua bahan pangan
seperti daging, ikan, susu dan telur terutama dalam makanan asin. Kandungan
natrium dalam bahan makanan semakin meningkat dengan diterapkannya berbagai
cara pengawetan seperti penambahan garam dalam pembuatan ikan asin, ebi, ham,
lidah asap dan keju. Demikian pula, buah-buahan dan sayuran yang diasinkan,
acar dan sayuran yang disimpan dalam botol atau kaleng, berbagai jenis saus
seperti taoco, saus tomat, sambal dan lain-lain. (Mary,2011 dalam Honestly
Diana, 2017)
Garam ialah bumbu dapur yang tentu digunakan sebagai pemberi rasa pada
masakan, tetapi hendak jadi permasalahan apabila garam disantap dalam jumlah
banyak. Rata- rata konsumsi setiap hari garam orang dewasa adalah 5 hingga 15
gram, tetapi dampak pengurangan garam pada Klien hipertensi hendaknya
komsumsi garam tidak lebih dari 100 mmol/ hari ataupun 2, 4 gr natrium, ataupun
6 gr natrium klorida( 1 sendok teh)/ hari.
Organisasi Kesehatan Dunia serta banyak otoritas kesehatan warga sudah
menyerukanpengurangan konsumsi natrium diet selaku strategi kunci buat kurangi
tekanan darah besar serta penyakit kardiovaskular. Perilaku penduduk makan asin
nampak memiliki ikatan yang bermakna terhadap peristiwa hipertensi dengan nilai
p=0, 001. Jika dilihat dari OR ( adjusted) nyatanya keseringan makan asin ataupun
tidak, tidak berbeda besar resiko terhadap peristiwa hipertensi setelah dikontrol
dengan status ekonomi, tipe kelamin, usia, pembelajaran, daerah tinggal, minuman
berkafein serta bumbu penyedap.
World Health Organization merekomendasikan mengurangi konsumsi garam
yang dapat mengurangi kenaikan hipertensi. Kandungan sodium yang
direkomendasikan tidak lebih dari 100 mmol (2, 4gram sodium ataupun 6 gr).