Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hipertensi adalah suatu kondisi tekanan darah tinggi dengan tekanan
sistolik diatas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg. Tekanan
sistolik menggambarkan kekuatan pompa otot jantung sedangkan tekanan
diastolik menggambarkan kekuatan tahanan pembuluh darah perifer.
Hipertensi merupakan faktor resiko utama bagi kardiovaskuler yang
mengakibatkan penyebab utama kematian di seluruh dunia. hipertensi bisa
disebabkan oleh obesitas, merokok, makanan, keturunan, stress, dan alkohol
(Oktavia, Junaid, & Ainurafiq, 2017).
WHO (World Health Organization) dan ISHWG ( International
Society Of Hypertension Working Grup) mengekelompokkan dalam
klasifikasi optimal, normal, normal-tinggi, hipertensi ringan, hipertensi
sedang, dan hipertensi berat. Hipertensi yang tidak bisa terkontrol akan
menimbulkan berbagai komplikasi seperti, gagal jantung, ganguan
penglihatan, kerusakan ginjal, system syaraf menyebabkan perdarahan pada
otak (intraserebral) (Lestari & Isnaini, 2018).

Menurut WHO hipertensi merupakan pembunuh nomor satu di


dunia untuk usia 45 tahun dan diperkirakan 12 juta orang meninggal setiap
tahunnya. Secara global, hipertensi diperkirakan menyebabkan 7,5 juta
kematian, sekitar 12,8% dari total seluruh kematian. Di Indonesia, banyaknya
penderita hipertensi diperkirakan 15 juta orang tetapi hanya 4% yang
merupakan hipertensi terkontrol. Prevalensi 6-15% pada orang dewasa, 50%
diantaranya tidak menyadari sebagai penderita hipertensi sehingga mereka
cenderung untuk menjadi hipertensi berat karena tidak menghindari dan tidak
mengetahui factor risikonya dan 90% merupakan hipertensi esensial (Sanjaya,
2016: 2).
Menurut WHO hipertensi merupakan pembunuh nomor satu di
dunia untuk usia 45 tahun dan diperkirakan 12 juta orang meninggal setiap
tahunnya. Secara global, hipertensi diperkirakan menyebabkan 7,5 juta
kematian, sekitar 12,8% dari total seluruh kematian. Di Indonesia, banyaknya
penderita hipertensi diperkirakan 15 juta orang tetapi hanya 4% yang
merupakan hipertensi terkontrol. Prevalensi 6-15% pada orang dewasa, 50%
diantaranya tidak menyadari sebagai penderita hipertensi sehingga mereka
cenderung untuk menjadi hipertensi berat karena tidak menghindari dan tidak
mengetahui factor risikonya dan 90% merupakan hipertensi esensial (Sanjaya,
2016: 2).

Berdasarkan hasil (Riskesdas, 2018), menunjukkan bahwa hipertensi


di Indonesia mencapai 34,1% banyaknya penderita hipertensi di Indonesia
diperkirkan mencapai 15 juta dan hanya 4% yang terkendali. Prevalensi yang
ada di Provinsi Jawa Tengah sebanyak 634.860 (72,13%) kasus. Sedangkan
yang ada di Kabupaten Magelang 15.540 (16% ) kasus dari 97.398 jumlah
penderita hipertensi yang berkunjung ke puskesmas se-kabupaten Magelang
(Margowati, Priyanto, & Wiharyani, 2016).

Penderita Hipertensi pada tahun 2016 di Kabupaten Bener Meriah


sebanyak 7.704 penderita. Pada tahun 2017 sebanyak 8.064 penderita. Pada
tahun 2018 sebanyak 5.868 penderita. Hingga saat ini penyakit hipertensi
masih merupakan masalah kesehatan masyarakat Bener Meriah. (Dinkes
Kabupaten Bener Meriah, 2020).

Penatalaksanaan pada pasien hipertensi bisa dilakukan dengan cara


farmakologis dan non farmakologis. Jenis obat hipertensi untuk terapi
farmakologis yaitu deuretik (Hidroklorotiazid), penghambat simpatetik
(metildopa), betabloker, vasodilator, penghambat angiotensin ll (valsartan).
Sedangkan terapi non farmakologis dengan menggunakan obat herbal. Terapi
ini tentunya menggunakan tanaman yang sudah di teliti dan terbukti secara
medis memiliki kandungan antihipertensi, diantaranya adalah bawang putih
(alium sativum), seledri (apium graveolens), mentimun (cucumis sativus
linn), anggur (vitis vinifera) dan juga alvokat (aguacate), diantara beberapa
macam obat herbal menurut (Nuryanti, 2011) rebusan daun seledri efektif
untuk menurunkan tekanan darah karena mengandung zat apigenin yang
mencegah terjadinya penyempitan pembuluh darah dan tekanan darah tinggi.
Selain itu seledri mengandung pthalides dan magnesium yang baik untuk
melemaskan atau melenturkan otot-otot sekitar pembuluh darah. Daun seledri
juga mudah dicari dan harganya cukup terjangkau di Masyarakat, Serta tidak
ditemukan adanya efek samping penggunaan daun seledri untuk terapi
komplementer. Dalam pemberian rebusan daun seledri sebanyak 200 cc
diminum di pagi hari dan siang hari. Hasil dari pemberian rebusan daun
seledri selama kurang lebih tujuh hari terdapat nilai yang signifikan p<0,05
yang artinya rebusan daun seledri efektif untuk menurunkan tekanan darah
sistol maupun diastol sebelum dan setelah intervensi (Asmawati, Purwati, &
Handayani, 2015).

Di desa Bale redelong masyarakat yang terkena hipertensi mencapai


251 orang dan yang berobat ke puskesmas hanya 20 orang, masyarakat
mengatakan tidak mau berobat ke puskesmas karena untuk mengurus
persyaratan sangat ribet, dan seorang tetangga saya menderita hipertensi dan
dan darah tingginya kambuh saat di malam hari jam 22 : 21 malam, dan saya
di panggil oleh suami ibu tersebut untuk mengukur tekanan darah si ibu
tersebut dan tekanan darah ibu tersebut 180/100 mmHg dan pada saat itu
apotek sudah tutup dan ibu tersebut tidak memiliki obat penurun tekanan
darah tinggi, dan ibu tersebut sudah merasa pening saat bangun dan kendaran
pun hanya ada motor, karena keadaan ibu yang tidak sanggup untuk berjalan
keluarga tidak membawanya ke rumah sakit, dan saat itu ibu tersebut
diberikan remasan daun seledri oleh suaminya sebanyak satu gelas lalu di
minum oleh ibu tersebut, dan setelah beberapa menit saya kembali mengukur
tekanan darah ibu tersebut, tekanan darahnya menjadi 160/90 mmHg.

Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan


penelitian mengenai pengaruh konsumsi daun seledri untuk penurunan
tekanan darah tinggi pada masyarakat penderita hipertensi di desa Bale
Redelong Kecamatan Bukit Kabupaten Bener Meriah tahun 2020.

Kajian jurnal yang setema atau objek materialnya sama dengan kajian
ini diantaranya:

No Penulis Judul Tahun


Pengaruh Rebusan Seledri
1. Surya gustina 2018
(Apium Gravolens Linn)
Terhadap Tekanan Darah Pada
Penderita Hipertensi Di
Kelurahan Pahandut Palangka
Raya

2. Ragil Ari Wibowo Aplikasi rebusan daun seledri 2019


(Apium Gravolens Linn) sebagai
penurunan tekanan darah tinggi
pada masyarakat penderita
hiperteni

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, yang menjadi rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah apakah ada “Pengaruh konsumsi daun seledri
untuk penurunan tekanan darah tinggi pada masyarakat penderita
Hipertensi di desa Bale Redelong Kecamatan Bukit Kabupaten Bener
Meriah Tahun 2020 ?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Peneliatian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui pengaruh
konsumsi daun seledri untuk penurunan tekanan darah tinggi pada
masyarakat di Desa bale Redelong Kecamatan Bukit Kabupaten Bener
Meriah
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengidentifikasi tekanan darah sebelum dilakukan pemberian
daun seledri untuk penurunan tekanan darah tinggi pada masyarakat
penderita hipertensi di Desa Bale Redelong Kecamatan Bukit
Kabupaten Bener Meriah.
b. Untuk mengidentifikasi tekanan darah sesudah dilakukan pemberian
daun seledri untuk penurunan tekanan darah tinggi pada masyarakat
penderita hipertensi di Desa Bale Redelong Kecamatan Bukit
Kabupaten Bener Meriah.

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Praktis
a. Keluarga
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan
menambah wawasan pada keluarga yang terkena penyakit hipertensi
di desa Bale Redelong.
b. Intitusi Pendidikan
Penelitian ini dapat memberikan informasi pada intitusi pendidikan
mengenai keterkaitan pengaruh konsumsi daun seledri untuk
penurunan tekanan darah tinggi pada masyarakat penderita hipertensi
di desa Bale Redelong Kecamatan Bukit Kabupaten Bener Meriah.
2. Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber acuan untuk dilakukan
penelitian selanjutya khususnya tentang pengaruh konsumsi daun seledri
untuk penurunan tekanan darah tinggi pada masyarakat penderita
hipertensi.

Anda mungkin juga menyukai