PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara etimologi atau bahasa hipertensi berasal dari bahasa
Yunani, yang terdiri dari dua kata yaitu hiper dan tension. Hiper
berarti tekanan yang berlebihan dan tension berarti tensi
(Ainurrafiq, dkk 2020). Menurut World Health Organization
(WHO), hipertensi adalah suatu kondisi dimana pembuluh darah
terus menerus menigkatkan tekanannya. Sesorang disebut
hipertensi, jika tekanan darah sistoliknya ≥ 140 MmHg dan tekanan
diastoliknya ≥ 90 MmHg (WHO, 2019). Tekanan darah berasal dari
kekuatan darah yang mendorong dinding pembuluh darah arteri saat
dipompa oleh jantung. Penyakit ini, merupakan kondisi medis
serius yang dapat meningkatkan risiko penyakit jantung, otak,
ginjal, dan penyakit lainnya (WHO, 2019). Hipertensi dibagi
menjadi dua yaitu, hipertensi primer dan sekunder. Hipertensi
primer atau esensial adalah jenis hipertensi yang tidak diketahui
penyebabnya. Adapun hipertensi sekunder adalah hipertensi yang
penyebabnya dapat diketahui melalui tanda-tanda diantaranya
kelainan pembuluh darah ginjal, gangguan kelenjar tiroid
(Hipertiroid), dan penyakit kelenjar adrenal ( Infodatin,
KEMENKES RI 2019a). Hipertensi sering disebut sebagai “ silent
killer” atau “membunuh secara diam-diam”. Hal ini, dikarenakan
kebanyakan penderita tidak mengetahui penyakit yang dideritanya.
Gejala dan keluhan pada penderita hipertensi diantaranya sakit
kepala, gelisah, jantung berdebar-debar, pusing, penglihatan kabur,
rasa sakit di dada dan mudah lelah. Penyakit ini, memiliki beberapa
komplikasi yaitu gangguan penglihatan, gangguan saraf, gangguan
jantung dan gangguan ginjal (Infodatin, KEMENKES RI 2019b).
Menurut WHO, angka prevalensi (angka kejadian) global
penderita hipertensi pada tahun 2019 mencapai 22% dari total
penduduk dunia. Prevalensi tertinggi ditunjukkan di wilayah Afrika
dengan prevalensi sebesar 27% dari total penduduk. Sedangkan
Asia Tenggara menduduki peringkat ke tiga dengan prevalensi 25%
dari total penduduk (Infodatin, KEMENKES RI 2019c). Prevalensi
hipertensi di Indonesia mengalmi penigkatan. Berdasarkan data
Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) tahun 2018, total penderita
hipertensi usia diatas 18 tahun di Indonesia sebesar 34,11%
sedangkan pada tahun 2013 sebesar 25,8%. Data per provinsi di
Indonesia, menunjukkan Kalimantan Selatan menduduki posisi
pertama dengan prevalensi 44,13% dari total penduduk menderita
hipertensi (Riskesdas, 2018a). Selain itu, di daerah banjarmasin
penderita hipertensi pada lansia (lanjut usia) juga mengalami
peningkatan dari 7.777 penderita pada tahun 2018 menjadi 8.269
pada tahun 2019. Sejalan dengan hal tersebut, data dari Puskesmas
Pekauman Kota Banjarmasin menunjukkan penderita hipertensi
pada lansia juga mengalami peningkatan. Data dari puskesmas
tersebut menunjukkan pada tahun 2018 penderita hipertensi pada
lansia sebanyak 4.565 penderita menjadi 4719 pada tahun 2019
(Irfani, 2020).
Berdasarkan penelitian Rahmayani, faktor-faktor risiko
hipertensi primer diantaranya jenis kelamin, riwayat keluarga,
stres, olahraga yang tidak teratur, dan kebiasan merokok
(Rahmayani, 2019). Pada usia 35-44 tahun total penderita
hipertensi 24,8% sedangkan pada usia 65-74 tahun total penderita
hipertensi 57,6% (Riskesdas, 2018b). Berdasarkan data prevalensi
dari riskesdas di atas, dapat disimpulkan usia termasuk kedalam
faktor resiko hipertensi, semakin tinggi usia semakin tinggi resiko
terkena hipertensi. Lansia mudah terkena hipertensi karena terjadi
penebalan dari struktur pembuluh darah arteri pada bagian tunika
intima dan tunika media menjadi kaku serta terjadinya
aterosklerosis (Martono, 2014). Pengobatan hipertensi yang umum
diketahui masyarakat adalah dengan terapi farmakologis. Akan
tetapi terapi ini, sering kali tidak dilakukan secara teratur karena
berbagai faktor seperti kurang pengetahuan, jarak ke fasilitas
kesehatan, tingginya harga obat dan kurangnya kedisiplinan pasien
(Nazir, et al 2019). Oleh karena itu, diperlukan alternatif
pengobatan hipertensi yang mudah, murah dan terjangkau untuk
penderita hipertensi. Salah satu alternatif pengobatan hipertensi
yang mudah, murah dan terjangkau adalah dengan terapi
komplementer. Daun salam merupakan salah satu terapi
komplementer untuk menurunkan tekanan darah. Salam (Syzgiyum
polyanthum) merupakan nama pohon yang daunnya digunakan
sebagai rempah-rempah dalam masakan. Daun salam mengandung
senyawa flavonoid, dimana flavanoid tersebut mengandung
quarcertin. Quarcertin berguna sebagai vasolidator, antipletelet,
dan antipoliferative serta dapat menurunkan tekanan darah (Yunus,
2015).
Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang pengaruh terapi komplementer daun salam
terhadap perawatan hipertensi primer pada lansia di Banjarmasin.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik melakukan penelitian
lebih lanjut untuk mengetahui , apakah rebusan daun salam
berpengaruh terhadap perubahan tekanan darah pada pasien lansia
hipertensi primer di Banjarmasin ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui pengaruh rebusan daun salam terhadap
perubahan tekanan darah pada pasien lansia hipertensi primer di
Banjarmasin.
2. Tujuan Khusus
a. Mengeidentifikasi pasien hipertensi.
b. Mengeidentifikasi pengaruh rebusan daun salam terhadap
perubahan tekanan darah lansia pada hipertensi primer.
c. Menganalisis pengaruh rebusan daun salam terhadap
penurunan tekanan darah lansia pada hipertensi primer.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi,
teori dan pengetahuan baru tentang perawatan hipertensi primer
pada lansia. Selain itu, penelitian ini juga diharpakan bisa
menjadi bahan referensi tenaga medis terutama perawat dalam
memberikan terapi alternatif untuk pasien hipertensi primer.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Peneliti dan Peneliti Selanjutnya
Manfaat untuk peneliti dengan melakukan penelitian ini,
membuat peneliti lebih memahami tentang konsep hipertensi,
mengetahui manfaat daun salam terhadap hipertensi serta
terselesaikannya tugas outline mata kuliah metodelogi
penelitian. Manfaat bagi penelitian selanjutnya adalah
penelitian ini dapat menjadi sumber referensi maupun
perbandingan untuk penelitian berikutnya. Penelitian ini
masih dapat dikembangkan oleh peneliti lain, seperti
membandingkan efektivitas terapi penelitian ini pada lansia
dengan orang dewasa maupun remaja.
b. Bagi Responden Penelitian
Penelitian ini berguna untuk lansia yang menderita
hipertensi primer, terutama lansia yang bersedia menjadi
responden penelitian. Hal ini, dikarenakan lansia yang ikut
menjadi responden penelitian akan memperoleh informasi
tentang hipertensi dan mengetahui cara alternatif untuk
menurunkan tekanan darah dengan menggunakan daun salam
sehingga mereka dapat mempraktekkannya secara mandiri.
c. Bagi Pendidikan
Penelitian ini bisa menjadi bahan ajar dan diskusi pada
mata kuliah Ilmu Dasar Keperawatan I (IDK I) terutama saat
membahas materi anatomi fisiologi jantung. Selain itu,
penelitian ini juga bisa menjadi bahan ajar dan diskusi pada
mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah I (KMB I) saat
membahas penyakit hipertensi ataupun penyakit tentang
peredaran darah lainnya. Selain itu, penelitian ini juga bisa
menjadi bahan bacaan di perpustkaan dan menjadi bahan
pembelajaran di laboratorium OSCE (Objective Structured
Clinical Examination) ketika praktek pemeriksaan tekanan
darah
d. Bagi Keperawatan
Penelitian ini dapat menjadi salah satu bahan acuan
perawat dalam memberikan terapi alternatif untuk mengontrol
tekanan darah pada lansia, terutama untuk perawat komunitas
dan home care.
E. Keaslian Penelitian
NO 1
PENELITI Azlini Ismail (2015)
PHARMACOLOGICAL EVALUATION ON
THE EFFECT OF SYZYGIUM POLYANTHUM
JUDUL
(WIGHT) WALP. LEAVES EXTRACT ON
PENELITIAN
RAT'S BLOOD PRESSURE AND RELATED
PARAMETERS
Phytochemical screening, gas chromatography
mass spectrometry, and high performance liquid
METODE
chromatography were carried out to obtain
phytochemical profiles of the extracts.
Results: The orally-administered extracts, either
as an acute dose or repeated-dose significantly
HASIL reduced blood pressure of conscious SHR. The
blood pressure reduction by met-AESP was more
sustained than AESP in anaesthetized SHR.
NO 2
PENELITI
Putri Dafriani (2016)
PENGARUH REBUSAN DAUN SALAM
JUDUL (SYZIGIUM POLYANTHUM
PENELITIAN WIGHT WALP) TERHADAP TEKANAN
DARAH PASIEN HIPERTENSI DI
SUNGAI BUNGKAL, KERINCI 2016.
Metode penelitian Quasy eksperimen design.
METODE Teknik sampling yang digunakan adalah Quota
Sampling.
Air rebusan daun salam dapat dijadikan
alternatif selain obat dalam
HASIL tatalaksana hipertensi di masyarakat
karena dapat menurunkan tekanan darah
sistolik dan diastolic.
NO 3