Anda di halaman 1dari 24

CONTOH APLIKASI

MODUL 4 : PROPOSAL PENELITIAN


Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas praktikum
mata kuliah Metodologi Penelitian

Dosen Pembimbing:
Rd. Siti Jundiah S.Kep.,M.Kep

Disusun Oleh :
Kelas A, Kelompok 3

1. Aaz Miraj Abdul Wahid AK.1.16.002


2. Dalilatul Mufarihah A AK.1.16.010
3. Hasa Amaniah AK.1.16.024
4. Madaniawati Nurul Fitri AK.1.16.034
5. N. Aneu Nuraeni AK.1.16.040
6. Sandra Pebriani AK.1.16.045
7. Triana AK.1.16.052
8. Yuni Saputri AK.1.16.053

FAKULTAS KEPERAWATAN
PROGRAM STRUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hipertensi merupakan penyakit yang sangat banyak dialami oleh
masyarakat terutama di Indonesia. Hingga saat ini angka kejadian hipertensi
tidak pernah menurun. Menurut data yang dilansir dari riskesdas 2013-2016
didapatkan hasil pengukuran tekanan darah, hipertensi naik dari 25,8%
menjadi 34,1%. Kenaikan prevalensi penyakit tidak menular ini berhubungan
dengan pola hidup, antara lain merorok, konsumsi minuman beralkohol,
aktivitas fisik, serta tidak seimbangnya konsumsi buah dan sayur.
Hipertensi pada lansia lebih penting untuk ditangani karena patogenesis,
perjalanan penyakit dan penatalaksanaannya. Pada lansia aspek diagnosis
hipertensi tidak hanya pada hipertensi dan komplikasinya, akan tetapi berbagai
penyakit penyerta yang juga diderita oleh lansia tersebut juga perlu
mendapatkan perhatian karena berhubungan erat dengan penatalaksanaan
secara keseluruhan (Darmojo, 2009). Miller (2011) menyebutkan gangguan
kardiovaskuler yang terjadi akibat perubahan menua antara lain hipertrofi
ventrikel sinistra, sel pacemaker berkurang, dan pembuluh darah mengalami
kekakuan, vena menjadi lebih tebal, kehilangan elastisitas, dan lebih
berdilatasi, gangguan barorefleks, perubahan mekanisme konduksi jantung,
peningkatan tahanan perifer diperkuat juga oleh adanya faktor resiko yakni
obesitas, merokok, diet tinggi lemak, dan kurangnya aktivitas fisik.
Penanganan hipertensi dapat dilakukan secara farmakologis atau dengan
obat anti hipertensi dan non farmakologis yaitu dengan memodifikasi gaya
hidup (Darmojo, 2009). Penanganan secara farmakologis perlu
memperhatikan efek samping yang justru dapat memperberat kondisi
kesehatan lansia (Darmojo, 2009). Penanganan secara nonfarmakologis
menurut beberapa penelitian telah membuktikan bahwa pengobatan non
farmakologi merupakan intervensi wajib yang harus dilakukan pada setiap
pengobatan hipertensi (Smeltzer, Bare, Hinkle, & Cheever, 2010).

1
Perawat merupakan tenaga kesehatan professional yang memiliki tugas
untuk mengembangkan praktek yang berkontribusi terhadap kesehatan pasien.
Profesionalisme diartikan sebagai tingkat komitmen individu untuk nilai dan
karakteristik perilaku terhadap identitas karir tertentu. Hal ini merupakan
karakteristik penting yang menekankan nilai dan komitmen dalam pemberian
pelayanan kesehatan kepada masyarakat (Kim-Godwin, Baek, & Wynd,
2010). Dengan demikian, profesionalisme harus menjadi bagian yang
mendasar dan melekat dari seluruh kelompok perawat, baik yang bekerja di
tatanan klinis maupun akademis.
Peran professional dari seorang perawat di pelayanan klinis telah
berkembang menjadi kemandirian dalam melakukan pengambilan keputusan
klinis untuk diagnosis keperawatan, pengujian, dan pemberian asuhan
keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien (Facchiano & Snyder, 2012).
Oleh karena itu, untuk memenuhi tanggung jawab peran profesional tersebut,
diperlukan suatu penelitian klinis yang dapat menjadi bukti kuat bahwa suatu
intervensi keperawatan tidak membahayakan dan memiliki efek yang
menguntungkan bagi pasien, baik ditinjau dari segi klinis dan juga ekonomis
(Forbes, 2009).
Dalam dunia keperawatan sangat penting memahami apa itu pengobatan
hipertensi secara farmakologi dan nonfarmakologi agar pengobatan tidak
hanya terfokus kepada terapi farmakologi saja, namun, dalam kenyataannya di
tatanan klinis, masih banyak tindakan atau intervensi keperawatan yang
dilakukan hanya berdasarkan kepada penanganan medis semata dengan
menggunakan terapi farmakologis tanpa mengikuti perkembangan masyarakat
yang sekarang sudah mulai marak dengan penggunaan terapi nonfarmakologi
untuk mengatasi berbagai penyakit, salah satunya hipertensi.
Terapi farmakologis pada hipertensi tentunya menimbulkan efek samping
dan tidak semua penderita hipertensi mengkonsumsi obat-obatan anti
hipertensi, maka terapi nonfarmakologis merupakan salah satu alternatif yang
bisa digunakan untuk pasien dengan hipertensi baik terapi tambahan atau
terapi utama. Terapi nonfarmakologi yang dapat digunakan untuk pasien
hipertensi adalah terapi pijat refleksi kaki dan jus seledri.

2
Pada dasarnya reflexology adalah metode untuk memperlancar kembali
aliran darah. Adanya pijatan-pijatan terhadap titik sentrarefleks diharapkan
terputusnya aliran darah, penyempitan, penyumbatan pada pembuluh darah
menjadi normal kembali. Pemijatan atau penekanan pada titik-titik
sentrarefleks jantung dan hipertension point akan merangsang impuls saraf
bekerja pada sistem saraf autonomy cabang dari arasimoatis. Pemijatan atau
penekanan dengan irama yang teratur pada kaki akan merefleksi pada organ-
organ yang bersangkutan, menstimulasi saraf tepi melalui alur-alur persarafan
menuju sistem saraf puat dan sistem saraf belakang sehingga terjadi efek
relaksasi dan tubuh dalam keadaan homeostatis. Keadaan homeostatis pada
tubuh yang mengenai jantung dan pembuluh darah dapat mengembalikan
fungsi dan mampu mengembalikan tekanan darah pada ambang normal (jones,
2012). Dalam hubungannya dengan penyakit darah tinggi, beberapa
kandungan seledri yang berperan penting menurunkan tekanan darah, antara
lain magnesium, pthalides, apigenin, kalium dan asparagin. Magnesium dan
pthalides berperan melenturkan pembuluh darah. Apegenin berfungsi untuk
mencegah penyempitan pembuluh darah dan tekanan darah tinggi. Kalium dan
asparagin bersifat diuretik yaitu meperbanyak air seni sehingga volume darah
berkurang (soeryoko, 2010 : 94). Berdasarkan penelitian-penelitian
sebelumnya didapatkan hasil bahwa pemberian pijat refleksi kaki dan jus
seledri efektif terhadap penurunan tekanan darah pada klien dengan hipertensi.
Namun dalam penerapannya, masih belum terlihat di dalam pelayanan
kesehatan. Oleh karena itu, perlu diadakannya sebuah riset penelitian untuk
mengetahui seberapa efektif pemberian terapi nonfarmakologi pijat refleksi
kaki dan seledri pada lansia dengan hipertensi. Sehingga diharapkan hasil
penelitian ini dapat menjadi acuan dalam pemberian intervensi mandiri
keperawatan.
Perbedaan riset penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya
adalah dalam penelitian ini kami menggunakan dua intervensi berbeda yaitu
membandingkan keefektifan antara dua intervensi, yaitu pemberian terapi pijat

3
refleksi kaki dan jus seledri pada lansia dengan hipertensi. Sedangkan jurnal
yang kami temukan terdahulu hanya menggunakan satu intervensi saja.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang yang dikemukakan diatas maka dapat
dirumuskan permasalahan penelitian : Apakah ada pengaruh pemberian terapi
pijat refleksi kaki dan pemberian jus seledri terhadap penurunan tekanan darah
pada lansia dengan Hipertensi?

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui efektifitas dan pengaruh pemberian terapi pijat refleksi
kaki dan jus seledri terhadap penurunan tekanan darah pada lansia
dengan hipertensi.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi manfaat pijat refleksi kaki terhadap
tekanan darah.
2. Mengidentifikasi manfaat dan kandungan jus seledri
terhadap tekanan darah dan hipertensi.
3. Menganalisis pengaruh pemberian terapi pijat refleksi kaki
terhadap penurunan tekanan darah pada lansia dengan hipertensi.
4. Menganalisis pengaruh pemberian terapi jus seledri
terhadap penurunan tekanan darah pada lansia dengan hipertensi.

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Manfaat Teoritik
1.Manfaat Bagi Keperawatan
Penelitian ini dapat berguna sebagai bahan pengetahuan bagi
keperawatan sehingga pelayanan keperawatan tidak hanya terbatas
pada terapi farmakologi saja, namun didukung dengan terapi
nonfarmakologi juga.
2.Manfaat Bagi Institusi
Dapat dijadikan sebagai tambahan literature dan Evidance Based
Practice sehingga dapat meningkatkan pengetahun baik mahasiswa
maupun dosen akademik tentang ilmu keperawatan khususnya
pemberian terapi nonfarmakologis bagi lansia dengan hipertensi.
3.Manfaat Bagi Peneliti Lain

4
Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat menjadi data dasar dan
referensi dalam mengembangkan penelitian terkait dengan
pelaksanaan pelayanan keperawatan.
1.4.2 Manfaat Praktis
1.Bagi Panti
Hasil penelitian ini diharapkan bisa digunakan sebagai data dasar
dan bahan intervensi yang dapat digunakan oleh panti sehingga
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dan keperawatan lansia di
panti, dengan menggunakan terapi nonfarmakologi.
2.Bagi Perawat
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai evaluasi untuk
meningkatkan kompetensi perawat dalam menerapkan terapi
nonfarmakologis sebagai terapi alternatif atau tambahan dalam
pelayanan keperawatan.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Pustaka


2.1.1 Refleksi Pijat Kaki
2.1.1.1 Definisi
Foot Massage terdiri atas dua suku kata yaitu “foot” dan
“massage”. Kata “foot “ dalam bahasa inggris adalah kaki,
sedangkan massage dalam bahasa inggris adalah pijat. Dalam
bahasa arab “mash” berarti memberikan penekanan yang lembut.
Massage adalah bentuk manipulasi yang dilakukan oleh manusia
untuk memberikan sentuhan pada bagian tubuh yang sakit.
Massage adalah bentuk upaya pencegahan dalam melakukan
perawatan kesehatan dan berfungsi untuk meningkatkan semangat
hidup, mengurangi rasa letih, dan penyembuhan tubuh non
farmakologis dengan cara pemijatan titik titik tertentu pada tubuh
(Namikoshi, 2006).
Menurut Pamungkas (2010) pijat kaki refleksiologi adalah
suatu bentuk pengobatan dengan adopsi ketahanan dan kekuatan
dari tubuh sendiri, dengan memijat pada area yang sudah dipetakan
sesuai dengan letak zona terapi. Pijat refleksi kaki juga
didefinisikan sebagai bentuk pengobatan suatu penyakit untuk
memperlancar sistem peredaran tubuh melalui titik-titik saraf
tertentu yang menghubungkan organ tubuh manusia (Gillanders,
2005). Hal ini dikarenakan pada area telapak kaki mempunyai titik-
titik saraf tertentu dengan organ tubuh manusia. Mekanisme kerja
pijat refleksi kaki yaitu merangsang relaksasi pada area yang
berkaitan dengan persarafan kaki yang telah dipijat
(Wijayakusuma, 2006).

2.1.1.2 Manfaat Penelitian

6
Pijat akan memberikan pengaruh pada kontraksi dinding
kapiler sehingga akan terjadi vasodilatasi pembuluh darah kapiler
dan pembuluh getah bening. Adanya peningkatan peredaran
oksigen dalam darah, pembuangan sampah metabolic akan
berdampak pada munculnya hormone endorphin untuk
memberikan efek kenyamanan ( Jurch, 2009 dalam Wahyuni,
2014).
2.1.1.3 Indikasi
Indikasi merupakan kondisi tubuh yang dapat memberikan dampak
yang baik ketika diberikan pemijatan. Berikut ini adalah indikasi
pijat refleksi kaki sebagai berikut :
a. Kondisi tubuh yang lelah
b. Ketidaknormalan tubh yang terjadi karena pengaruh cuaca
atau kerja yang berlebihan sehingga berakibat pada kekakuan
otot dan nyeri sendi serta gangguan
2.1.1.4 Kontraindikasi
Kontraindikasi merupakan keadaaan dimana menjadi pantangan
atau beresiko terjadi dampak yang merugikan pada tubuh manusia.
Beriku adalah kontraindikasi pijat kaki refleksi sebagai berikut :
a. Klien dalam kondisi terserang penyakit menular
b. Klien dalam kondisi kalsifikasi pembuluh darah arteri
c. Klien dalam kondisi berpenyakit kulit dimana terdapat
jejas, luka baru, cedera akibat kecelakaan atau aktivitas lainnya
d. Klien sedang menderita fraktur dan masih ditemukan bekas
cedera maupun luka dan belum sembuh total
e. Klien sedang menderita tumor ganas/ kanker
2.1.1.5 Titik Refleksi Kaki
Letak titik refleksi pada tersebar di semua bagian kaki.
Beberapa area terdiri atas telapak kaki (bagian bawah kaki), bagian
lateral kaki, dan punggung kaki. Kedua kaki berhubungan dengan
mekanisme peredaran darah yang menuju organ tubuh manusia
1. Titik Refleksi pada telapak kaki (bagian bawah kaki)
Titik refleksi yang berlokasi pada kaki bagian bawah berkaitan
dengan semua organ tubuh manusia. Area titik refleksi pada
telapak kaki ini terdiri dari bagian bawah jari-jari kaki, bagian
depan, bagian tengah dan bagian belakang

7
a) Bagian bawah jari-jari kaki berkaitan dengan otak,
dahi, hidung, leher, mata, dan telinga
b) Bagian depan berkaitan dengan trapezius, bahu,
kelenjar paratiroid, kelenjar tiroid, dan paru-paru
c) Bagian tengah berkaitan dengan limpa, pancreas,
kelenjar adrenalin, ginjal, jantung, usus 12 jari, usus besar,
dan lambung
d) Bagian Belakang berkaitan dengan saluran kemih,
kandung kemih, usus kecil, anus, rektum, kelenjar
reproduksi, dan insomnia
2. Titik refleksi pada lateral kaki (bagian samping dalam kaki)
Titik refleksi pada area depan berkaitan dengan hidung,
kelenjar tiroid, leher, dan punggung. Pada area belakang titik
refleksi berkaitan dengan kelangkang, pinggang, vesika urinaria,
femur, kelenjar getah bening, prostat, rahim, sternum, dan anus
3. Titik Refleksi pada punggung kaki
Titik refleksi yang terdapat pada punggung telapak kaki
bagian depan berkaitan dengan organ kesimbangan, diafragma,
dada, rahang, amandel, saluran pernafasan, dan kelenjar getah
bening. Pada bagian belakang dan lateral berkaitan dengan lulut,
pinggul, sendi siku, tulang belikat, sternum, dan indung telu/
testis.

2.1.2 Jus Seledri


Seledri digunakan untuk mengurangi tekanan darah tinggi
sebenarnya telah lama digunakan dalam pengobatan tradisional China.
Penelitian telah membutktikan bahwa minum jus seledri setiap hari
selama satu pekan dapat membantu menurunkan tekanan darah. Hal ini
didukung oleh tingginya kalium, mineral dan antioksidan yang terdapat
dalam selederi. Seledri juga diketahui mengandung senyawa 3-n-butil-
phthalide yang bermanfaat untuk merenggangkan dan melebarkan otot-
otot dinding arteri, sehingga memungkinkan darah untuk mengalir lebih
bebas. Pthalides juga diyakini ahli dapat mengurangi hormon stres,
yang bisa menyebabkan pembuluh darah mengerut.

8
Tips :
Cara memilih seledri
1. Pilih seledri yang masih segar, berwarna kehijau - hijauan,
hijau atau hijau tua tergantung varietasnya.
2. Pilih seledri yang tangkainya masih segar, renyah dan getas
(tangkainya mudah dipatahkan)
3. Jangan pilih seledri yang warnanya telah berubah keabu -
abua atau kecoklatan atau terdapat lubang pada tangkainya.
Cara menyimpan seledri
1. Jika akan menyimpan seledri ke dalam lemari es, maka
jangan dicuci lebih dahulu dan masukkan ke dalam kantong plastik.
Dengan demikian seledri tahan disimpan selama 2 minggu.
2. Bila melihat seledri mulai layu, bisa disegarkan kembali
dengan cara mencelupkan dan merendam tangkai bawah seledri ke
dalam air selagi masih di dalam lemari es.

2.2 Kerangka Konseptual


Efektifitas pemberian terapi pijat refleksi kaki dan jus saledri terhadap
penurunan tekanan darah pada lansia dengan hipertensi

. Independen
Variabel
Variabel Dependen
( terapi pijat refleksi kaki dan
jus saledri) ( penurunan tekanan darah
dengan hipertensi)
Angka Tekanan Darah pada hipertensi :
Faktor-faktor yang berhubungan
dengan terapi untuk hipertensi Hipertensi Ringan :
Sistol 140-159mmHg,
Diastol 90-99mmHg.
Hipertensi Berat:
Hipertensi Sedang :
Sitol ≥ 180mmHg,
Keterangan Sistol 160-179mmHg,
Diastol ≥ 110mmHg.
: Diteliti Diastol 100-109mmHg

: tidak Diteliti

9
Sumber : World Healt Organization (WHO),

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian


Rancangan penelitian adalah suatu rencana, struktur dan strategi dalam
melakukan penelitian yang dimaksud untuk menjawab permasalahan yang
dihadapi dengan mengupayakan pengoptimalisasi yang berimbang antara
validasi dalam dan validasi luar dengan melakukan pengendalian varian
(Arikunto,2010).
Menurut Pamungkas (2010) pijat kaki refleksiologi adalah suatu bentuk
pengobatan dengan adopsi ketahanan dan kekuatan dari tubuh sendiri,
dengan memijat pada area yang sudah dipetakan sesuai dengan letak zona
terapi. Pijat refleksi kaki juga didefinisikan sebagai bentuk pengobatan
suatu penyakit untuk memperlancar sistem peredaran tubuh melalui titik-
titik saraf tertentu yang menghubungkan organ tubuh manusia (Gillanders,
2005). Hal ini dikarenakan pada area telapak kaki mempunyai titik-titik
saraf tertentu dengan organ tubuh manusia. Mekanisme kerja pijat refleksi
kaki yaitu merangsang relaksasi pada area yang berkaitan dengan persarafan
kaki yang telah dipijat (Wijayakusuma, 2006).
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kefektifan darri pemberian jus
saledri dengan pijat refleksi kaki di panti jompo muhamadiyah rancabalong
Jl.Gede Bage Selatan No.14 Racabalong, Kec.Gedebage, Kota Bandung,-
Jawa Barat.

3.2 Paradigma Penelitian

10
Paradigma penelitian diartikan sebagai pola pikir yang menunjukan
hubungan antara variabel yang akan dileteliti, yang nantinya akan sekaligus
mencerminkan jenis dan jumlah rumusan masalah yang perlu dijawab
melalui penelitian, teori yang digunakan dalam menentukan hipotesis, jenis
dan jumlah hipotesis, serta teknik analisis statistik yang akan digunakan
(sugiono, 2012).
Hipertensi merupakan penyakit yang tidak pernah mengalami penurunan.
Terutama di indonesia. Adapun tingkatan hipertensi Menurut WHO yaitu
Hipertensi Ringan : Sistol 140-159mmHg, Diastol 90-99mmHg, Hipertensi
Sedang : Sistol 160-179mmHg, Diastol 100-109mmHg, Hipertensi Berat:
Sitol ≥ 180mmHg, Diastol ≥ 110mmHg.
Adapun penangannya dapat dilakukan dengan cara farmakologis atau
dengan obat antihipertensi dan non-farmakologis yaitu dengan
memodifikasi gaya hidup (darmodjo, 2009).
Adapun pengobatan yang dilakukan untuk mengatasi hipertensi adalah
dengan minum madu, makan buah belimbing, refleksi pijat kaki dan jus
saledri. Dan masih banyak lagi. Adapun pengobatan yang kami angkat yitu
refleksi pijat kaki dan jus saledri.
Berdasarkan pertimbangan studi kepustakaan yang telah dibahas dalam
konsep teori pada pembahasan sebelumnya, maka disusun kerangka
penelitian yang menjadi dasar pengukuran variabel, baik variabel dependen
maupun variabel independen. Adapun kerangka konsep penelitian ini
digambarkan seperti di bawah ini.

3.3 Hipotesa Penelitian


3.3.1 Hipotesis Nol (Ho)
1. Tidak terdapat pengaruh pemberian pijat refleksi kaki
terhadap penurunan tekanan darah pada lansia dengan hipertensi di
Lembaga Santunan Panti Jompo Muhammadiyah Kota Bandung ini
terletak di Jl. Gedebage Selatan No. 14 A, Rancabolang, Kota
Bandung.
2. Tidak terdapat pengaruh pemberian jus seledri terhadap
penurunan tekanan darah pada lansia dengan hipertensi di Lembaga

11
Santunan Panti Jompo Muhammadiyah Kota Bandung ini terletak
di Jl. Gedebage Selatan No. 14 A, Rancabolang, Kota Bandung.
3.3.2 Hipotesis Alternative (Ha)
1. Terdapat pengaruh pemberian pijat refleksi kaki terhadap
penurunan tekanan darah pada lansia dengan hipertensi di Lembaga
Santunan Panti Jompo Muhammadiyah Kota Bandung ini terletak
di Jl. Gedebage Selatan No. 14 A, Rancabolang, Kota Bandung.
2. Terdapat pengaruh pemberian jus seledri terhadap
penurunan tekanan darah pada lansia dengan hipertensi di Lembaga
Santunan Panti Jompo Muhammadiyah Kota Bandung ini terletak
di Jl. Gedebage Selatan No. 14 A, Rancabolang, Kota Bandung.

3.4 Variabel Penelitian


3.4.1 Variabel Independen
Variabel Independen adalah variabel yang mempengaruhi atau
nilainya menentukan variable lain. Kegiatan yang dimanipulasi oleh
peneliti menciptakan suatu dampak pada variabel dependen. Variabel
bebas biasanya dimanipulasi, diamati, dan diukur untuk diketahui
hubungannya atau pengaruhnya terhadap variable lain (Nursalam,
2017). Variabel independen pada penelitian ini adalah pijat refleksi
dan jus seledri.
3.4.2 Variabel Dependen
Variabel Dependen adalah variabel yang dipengaruhi nilainya
ditentukan oleh variabel lain. Variabel respons akan muncul sebagai
akibat dari manipulasi variabel-variabel (Nursalam, 2017). Variabel
dependen pada penelitian ini adalah penurunan tekanan darah.

3.5 Definisi Konseptual dan Definisi Operasional


3.5.1 Definisi Konseptual
1. Refleksi Pijat Kaki
Penanganan hipertensi dapat dilakukan secara farmakologis
atau dengan obat antihipertensi dan non-farmakologis yaitu dengan
memodifikasi gaya hidup (darmodjo, 2009).
Pada dasarnya reflexology adalah metode untuk memperlancar
kembali aliran darah. Adanya pijatan-pijatan terhadap titik
sentrarefleks diharapkan terputusnya aliran darah, penyempitan,

12
penyumbatan pada pembuluh darah menjadi normal kembali.
Pemijatan atau penekanan pada titik-titik sentrarefleks jantung dan
hipertension point akan merangsang impuls saraf bekerja pada
sistem saraf autonomy cabang dari arasimoatis. Pemijatan atau
penekanan dengan irama yang teratur pada kaki akan merefleksi
pada organ-organ yang bersangkutan, menstimulasi saraf tepi
melalui alur-alur persarafan menuju sistem saraf puat dan sistem
saraf belakang sehingga terjadi efek relaksasi dan tubuh dalam
keadaan homeostatis. Keadaan homeostatis pada tubuh yang
mengenai jantung dan pembuluh darah dapat mengembalikan
fungsi dan mampu mengembalikan tekanan darah pada ambang
normal (jones, 2012).
2. Jus Seledri
Pengobatan komplementer-alternative yang salah satunya adalah
terapi herbal walau oenggunaannya lama tapi efek sampingnya
relative kecil jika digunakan secara tepat, sehingga menjadi pilihan
masyarakat untuk mengatasi hipertensi. Beberapa herbal yang teah
melalui penelitian dan terbukti menurunkan tekanan darah tinggi
diantaranya adalah seledri, belimbing manis, mentimun, bunga
rosella, kumis kucing, daun dewa, lidah buaya, tempuyung,
sembilato dan brotowali (suryoko, 2010 : 91).
Dalam hubungannya dengan penyakit darah tinggi, beberapa
kandungan seledri yang berperan penting menurunkan tekanan
darah, antara lain magnesium, pthalides, apigenin, kalium dan
asparagin. Magnesium dan pthalides berperan melenturkan
pembuluh darah. Apegenin berfungsi untuk mencegah penyempitan
pembuluh darah dan tekanan darah tinggi. Kalium dan asparagin
bersifat diuretik yaitu meperbanyak air seni sehingga volume darah
berkurang (soeryoko, 2010 : 94).

13
3. Penurunan Tekanan Darah
Tekanan darah merupakan salah satu parameter hemodinamik
yang sederhanan dan mudah dilakukan pengukurannya. Tekanan
darah menggambarkan situasi hemodinamik seseorang saat itu.
Hemodinamik adalah salah satu keadaan dimana tekanan dan aliran
darah dapat mempertahankan perfusi atau pertukaran zat di
jaringan (mutaqin. 2012).
Tekanan darah diukur dalam satuan milimiter mercuri (mmhg)
dan direkam dalam dua angka yaitu tekanan sistolik (ketika jantung
berdetak) terhadap tekanan diastolik ketika jantung relaksasi.
Tekanan darah sistolik merupakan jumlah tekanan terhadap dinding
arteri setiap waktu jantung berkontraksi atau menekan darah keluar
dari jantung. Tekanan diastolik merupakan tekanan dalam arteri
sewaktu jantung beristirahat. Aksi pompa jantung memberikan
tekanan yang mendorong darah melewati pembuluh-pembuluh.
Setiap jantung berdenyut, darah dipompa keluar dari jantung ke
dalam pembuluh darah, yang membawa darah ke seluruh tubuh.
Jumlah tekanan dalam sistem penting untuk mempertahankan
pembuluh darah tetap terbuka (lemone dan burke, 2008).
3.5.2 Definisi Operasional
Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara
operasional berdasarkan karakteristik yang diamati, sehingga
memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran
secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena (Aziz, 2014).

14
Tabel 1.1
Definisi operasional

No Variabel Sub Variabel Definisi operasional Alat ukur Cara ukur Hasil ukur Skala ukur
1 2 3 4 5 6 7 8
1. Independen pijat refleksi Pijat dengan melakukan 1. SOP Refleksi - - -
kaki penekanan pada titik titik syaraf. pijat kaki
2. Lembar
Titik titik syaraf tersebut berada
observasi
pada kaki, kebanyakan titik titik
syaraf tersebut berada di telapak
kaki. Pijat ini bertujuan untuk
menurunkan tekanan darah tinggi
pada penderita hipertensi.
Pemberian intervensi dilakukan
selama 7 hari dengan frekuensi
15 menit sehari.
2. Independen Jus seledri Pemberian jus seledri adalah 1. SOP Pemberian - - -
tindakan jus seledri yang jus seledri
2. Lembar
digunakan untuk mengontrol dan
observasi
menurunkan tekanan darah pada
penderita hipertensi. Pemberian

1
terapi ini dilakukan selama 7 hari
dengan frekuensi 2 kali sehari.
3 Dependen Penurunan Menilai tekanan darah yang 1. SOP Observasi 1. Terjadi Ordinal
tekanan darah merupakan indikator untuk pengukuran penurunan penurunan tekanan
menilai sistem kardiovaskuler tekanan darah tekanan darah setelah
2. Sphygnomano
bersamaan dengan pemeriksaan darah pada dilakukan
meter dan stetoskop
nadi. Pemeriksaan tekanan darah lansia intervensi, hasil
3. Lembar
dilakukan sebelum dan sesudah dilakukan dinyatakan dalam
observasi
dilakukan intervensi pemberian setelah mmHg.
2. Tidak terjadi
terapi pijat refleksi atau jus pemberian
penurunan tekanan
seledri. intervensi
darah / tekanan
darah tetap setelah
dilakukan
intervensi, hasil
dinyatakan dalam
mmHg.

2
3.6 Populasi dan Sampel
3.6.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh lansia di Lembaga
Santunan Panti Jompo Muhammadiyah Kota Bandung ini terletak di
Jl. Gedebage Selatan No. 14 A, Rancabolang, Kota Bandung.
3.6.2 Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah 30 lansia di Lembaga Santunan
Panti Jompo Muhammadiyah Kota Bandung yang menderita
hipertensi.

3.7 Pengumpulan Data


3.7.1 Instrumen Penelitian
1. Tensimeter digunakan untuk mengukut tekanan darah
respoden. Tensimeter yang digunakan dalm penelitian ini adalah
tensi meter semi mone spesifik automatique (reister) ukuran
dewasa yang sudah dikalibrasi.
2. Terapi pijat refleksi
3. Lembar observasi meliputi hasil pemeriksaan tekanan darah
sebelum dan sesudah diberikan intervensi.
3.7.2 Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Pada suatu penelitian, dalam pengumpulan data (fakta atau
kenyataan hidup) diperlukan adanya alat dan cara pengumpulan data
yang baik sehingga data yang dikumpulkan merupakan data yang
valid, andal (reliable) dan akurat (Nursalam, 2013).
4. Validitas (kesahihan)
Prinsip validitas adalah pengukuran dan pengamatan yang
berarti prinsip keandalan instrumen dalam mengumpulkan data
(Nursalam, 2013). Dalam penelitian ini alat pengumpulan data
tekanan darah menggunakan spygnomanometer.
5. Reliabilitas (Keandalan)
Reliabilitas adalah kesamaan hasil pengukuran atau
pengamatan bila fakta atau kenyataan hidup tadi diukur atau
diamati berkali-kali dalam waktu yang berlainan (Nursalam, 2013).

1
Pengukuran tekanan darah (pre dan post) dalam penelitian ini akan
dilakukan 3 kali dalam satu minggu.
3.7.3 Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan teknik purposive sampling
didapatkan 30 responden, 15 responden diberi perlakuan terapi pijat
refleksi dan 15 responden diberi jus seledri. Dengan metode one
group pre-test post-test control.

3.8 Langkah-langkah Penelitian


3.8.1 Tahap Persiapan
1. Peneliti menentukan masalah dan fenomena yang sedang
terjadi.
2. Memilih lokasi penelitian.
3. Mengurus perizinan melakukan penelitian.
4. Peneliti meminta surat pengantar kepada LPPM STIKes
Bhakti Kencana Bandung untuk permohonan izin studi
pendahuluan di Lembaga Santunan Panti Jompo Muhammadiyah
Kota Bandung.
5. Melakukan studi pendahuluan untuk menentukan masalah
dan judul penelitian.
6. Menyusun proposal penelitian.
7. Melakukan bimbingan konsultasi dan perbaikan proposal
penelitian.
8. Peneliti akan melaksanakan sidang Usulan Proposal (UP).
3.8.2 Tahap Pelaksanaan Penelitian
1. Memperbaiki instrumen penelitian jika ada yang perlu di
koreksi.
2. Mendapatkan ijin penelitian.
3. Mendapatkan persetujuan secara tertulis atau informed
consent dari institusi dan individu sebagai sample melakukan
penelitian di Lembaga Santunan Panti Jompo Muhammadiyah Kota
Bandung.
4. Peneliti harus memvalidasi data lansia yang menderita
hipertensi kepada perawat dan melihat rekam medis lansia.
5. Melakukan observasi tekanan darah pada lansia di
Lembaga Santunan Panti Jompo Muhammadiyah Kota Bandung.
6. Mengumpulkan data hasil observasi.
7. Melakukan pengolahan data.

2
8. Melakukan analisa data.
3.8.3 Tahap Akhir Penelitian
1. Menyusun laporan hasil penelitian.
2. Konsultasi hasil penelitian.
3. Menyajikan laporan hasil penelitian dalam sidang skripsi.
4. Penggandaan laporan akhir.
5. Membuat poster dan manuskrip.

3.9 Pengolahan Data dan Analisa Data


Pengolahan dan Metode Analisa Data
Setelah selesai proses pengumpulan data, selanjutnya dilakukan pengolahan
data dengan langkah sebagai berikut:
1. Pengolahan Data
a. Editing
Peneliti melakukan pengecekan kelengkapan pengisian kuesioner
mengenai karakteristik responden dan hasil pengukuran tekanan
darah.
b. Coding
Peneliti memberikan kode atau nilai pada jenis data untuk
memudahkan pengolahan data. Pada penelitian ini peneliti
memberikan kode A untuk kelompok intervensi dengan terapi pijat
refleksi dan kode B untuk kelompok intervensi dengan pemberian jus
seledri.
c. Tabulating
Setelah semua data dilakukan pengecekan dan pengkodean,
peneliti melakukan pemrosesan data. Pemrosesan data ini dilakukan
dengan cara meng-entri data ke paket program komputer. Kemudian
dicek lagi apakah ada kesalahan atau tidak untuk dilanjutkan ke tahap
analisa data.

2. Analisis Data
Setelah dilakukan entri data selanjutnya dilakukan analisis data yang
meliputi :
a. Analisis Univariat.
Analisis univariat dilakukan untuk mendeskripsikan semua
variabel yang diteliti. Adapun variabel yang dianalisis dengan
univariat adalah data kategori yang dianalisis menggunakan
distribusi frekuensi dan ukuran presentasi atau proporsi sedangkan

3
data numerik dengan menghitung mean, standar deviasi, nilai
maksimum dan minimum dengan confidence interval 95% (α=0,05).
b. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk membuktikan hipotesis penelitian
yaitu dengan melihat perbandingan efektivitas pemberian terapi pijat
refleksi dengan jus seledri terhadap tekanan darah pasien hipertensi.
Analisis bivariat dalam penelitian ini menggunakan uji wilcoxont
untuk melihat perubahan pre dan post dalam satu kelompok.

3.10 Etika Penelitian


Dalam penelitian ini peneliti tetap memperhatikan etika penelitian untuk
menjaga integritas peneliti dan melindungi subyek peneliti dari pelanggaran
hak asasi manusia dengan mendapatkan persetujuan ethical clearance.
Pelaksanaan penelitian ini mempertimbangkan 5 petunjuk yang ditetapkan
oleh American Nursing Assosiation (ANA) yang meliputi:

1. Pengambilan Keputusan Sendiri (Self determination)


Semua responden dalam penelitian ini diberikan hak otonomi
untuk menentukan keputusan berpartisipasi atau tidak berpartisipasi
dalam penelitian tanpa adanya paksaan dari pihak manapun. Sebelum
intervensi dilakukan peneliti memberikan penjelasan kepada responden
tujuan penelitian, prosedur serta intervensi yang akan dilakukan.
Responden diberikan kesempatan untuk bertanya tentang hal-hal yang
kurang jelas. Selanjutnya responden diberikan kebebasan untuk
menentukan akan berpartisipasi atau tidak pada penelitian ini secara
sukarela tanpa paksaan dengan menandatangani lembar persetujuan atau
informed consent.
2. Privasi dan Martabat (Privacy and Dignity)
Selama penelitian peneliti menjaga privacy responden dengan
melakukan intervensi pada tempat yang nyaman bagi responden. Peneliti
mengumpulkan responden pada salah satu rumah yang telah disepakati
oleh semua responden. Setiap data dalam konteks penelitian yang
diberikan oleh responden tidak dalam bentuk paksaan.
3. Anonimitas dan Kerahasiaan (Anonimity and Confidentialy)

4
Selama dalam proses penelitian responden yang dibagi dalam dua
kelompok diberikan kode (kode 1 untuk kelompok intervensi dan kode 2
untuk kelompok kontrol) dan nama responden di isi dalam bentuk inisial
oleh responden.
4. Perlakuan yang adil (Fair Treatment)
Semua Responden diberikan informasi terlebih dahulu tentang
tujuan dari penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti dan terbebas dari
deskriminasi yang dapat menyebabkan kegagalan dalam pengobatan atau
perawatan. Pada kelompok intervesi diberikan terapi musik tradisional
dan terapi tawa, diberikan dua kali dalam satu minggu selama 30 menit,
sedangkangkan pada kelompok kontrol selain diberikan obat penurun
tekanan darah juga diberikan terapi musik tradisional dan terapi tawa
setelah penelitian selesai dan dibagikan leafleat.
5. Perlindungan dari ketidak nyamanan dan bahaya (Protection from
Discomfort and Harm)
Peneliti memperhatikan aspek kenyamanan responden baik fisik,
psikologis maupun sosial selama proses penelitian. Berdasarkan literatur
yang diperoleh efek negatif dari terapi musik dan terapi tawa belum ada,
namun demikian peneliti tetap memberikan antisipasi yang mungkin
dialami responden.

3.11 Lokasi dan Waktu Penelitian


3.11.1 Lokasi
Lokasi penelitian merupakan suatu tempat dan wilayah dimana
penelitian tersebut akan dilakukan. Penelitian ini akan dilaksanakan
di Lembaga Panti Jompo Muhammadiyah Gedebage.
3.11.2 Waktu
Waktu penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juni 2019
selama dua minggu.

5
DAFTAR PUSTAKA

Wahyuni, Indah setya. 2014. “Pengaruh Massase Ekstremitas dengan Aroma


Terapi Lavender terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Lansia Hipertensi di
Kelurahan Grendeng Purwokerto”. Skripsi. Purwokerto: Fakultas Kedokteran
dan Ilmu-Ilmu Kesehatan, Universitas Jenderal Soedirman

Dionysia, Alvionita F.H. 2015. Pemberian Tindakan Masase Kaki dengan Minyak
Sereh Wangi terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Asuhan keperawatan
Ny.S dengan Hipertensi di RuangCEmpaka 2 RSUD Sukoharjo. STIKES
Kusuma Husada. Surakarta

6
7

Anda mungkin juga menyukai