Dosen Pembimbing:
Rd. Siti Jundiah S.Kep.,M.Kep
Disusun Oleh :
Kelas A, Kelompok 3
FAKULTAS KEPERAWATAN
PROGRAM STRUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA
2019
BAB I
PENDAHULUAN
1
Perawat merupakan tenaga kesehatan professional yang memiliki tugas
untuk mengembangkan praktek yang berkontribusi terhadap kesehatan pasien.
Profesionalisme diartikan sebagai tingkat komitmen individu untuk nilai dan
karakteristik perilaku terhadap identitas karir tertentu. Hal ini merupakan
karakteristik penting yang menekankan nilai dan komitmen dalam pemberian
pelayanan kesehatan kepada masyarakat (Kim-Godwin, Baek, & Wynd,
2010). Dengan demikian, profesionalisme harus menjadi bagian yang
mendasar dan melekat dari seluruh kelompok perawat, baik yang bekerja di
tatanan klinis maupun akademis.
Peran professional dari seorang perawat di pelayanan klinis telah
berkembang menjadi kemandirian dalam melakukan pengambilan keputusan
klinis untuk diagnosis keperawatan, pengujian, dan pemberian asuhan
keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien (Facchiano & Snyder, 2012).
Oleh karena itu, untuk memenuhi tanggung jawab peran profesional tersebut,
diperlukan suatu penelitian klinis yang dapat menjadi bukti kuat bahwa suatu
intervensi keperawatan tidak membahayakan dan memiliki efek yang
menguntungkan bagi pasien, baik ditinjau dari segi klinis dan juga ekonomis
(Forbes, 2009).
Dalam dunia keperawatan sangat penting memahami apa itu pengobatan
hipertensi secara farmakologi dan nonfarmakologi agar pengobatan tidak
hanya terfokus kepada terapi farmakologi saja, namun, dalam kenyataannya di
tatanan klinis, masih banyak tindakan atau intervensi keperawatan yang
dilakukan hanya berdasarkan kepada penanganan medis semata dengan
menggunakan terapi farmakologis tanpa mengikuti perkembangan masyarakat
yang sekarang sudah mulai marak dengan penggunaan terapi nonfarmakologi
untuk mengatasi berbagai penyakit, salah satunya hipertensi.
Terapi farmakologis pada hipertensi tentunya menimbulkan efek samping
dan tidak semua penderita hipertensi mengkonsumsi obat-obatan anti
hipertensi, maka terapi nonfarmakologis merupakan salah satu alternatif yang
bisa digunakan untuk pasien dengan hipertensi baik terapi tambahan atau
terapi utama. Terapi nonfarmakologi yang dapat digunakan untuk pasien
hipertensi adalah terapi pijat refleksi kaki dan jus seledri.
2
Pada dasarnya reflexology adalah metode untuk memperlancar kembali
aliran darah. Adanya pijatan-pijatan terhadap titik sentrarefleks diharapkan
terputusnya aliran darah, penyempitan, penyumbatan pada pembuluh darah
menjadi normal kembali. Pemijatan atau penekanan pada titik-titik
sentrarefleks jantung dan hipertension point akan merangsang impuls saraf
bekerja pada sistem saraf autonomy cabang dari arasimoatis. Pemijatan atau
penekanan dengan irama yang teratur pada kaki akan merefleksi pada organ-
organ yang bersangkutan, menstimulasi saraf tepi melalui alur-alur persarafan
menuju sistem saraf puat dan sistem saraf belakang sehingga terjadi efek
relaksasi dan tubuh dalam keadaan homeostatis. Keadaan homeostatis pada
tubuh yang mengenai jantung dan pembuluh darah dapat mengembalikan
fungsi dan mampu mengembalikan tekanan darah pada ambang normal (jones,
2012). Dalam hubungannya dengan penyakit darah tinggi, beberapa
kandungan seledri yang berperan penting menurunkan tekanan darah, antara
lain magnesium, pthalides, apigenin, kalium dan asparagin. Magnesium dan
pthalides berperan melenturkan pembuluh darah. Apegenin berfungsi untuk
mencegah penyempitan pembuluh darah dan tekanan darah tinggi. Kalium dan
asparagin bersifat diuretik yaitu meperbanyak air seni sehingga volume darah
berkurang (soeryoko, 2010 : 94). Berdasarkan penelitian-penelitian
sebelumnya didapatkan hasil bahwa pemberian pijat refleksi kaki dan jus
seledri efektif terhadap penurunan tekanan darah pada klien dengan hipertensi.
Namun dalam penerapannya, masih belum terlihat di dalam pelayanan
kesehatan. Oleh karena itu, perlu diadakannya sebuah riset penelitian untuk
mengetahui seberapa efektif pemberian terapi nonfarmakologi pijat refleksi
kaki dan seledri pada lansia dengan hipertensi. Sehingga diharapkan hasil
penelitian ini dapat menjadi acuan dalam pemberian intervensi mandiri
keperawatan.
Perbedaan riset penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya
adalah dalam penelitian ini kami menggunakan dua intervensi berbeda yaitu
membandingkan keefektifan antara dua intervensi, yaitu pemberian terapi pijat
3
refleksi kaki dan jus seledri pada lansia dengan hipertensi. Sedangkan jurnal
yang kami temukan terdahulu hanya menggunakan satu intervensi saja.
4
Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat menjadi data dasar dan
referensi dalam mengembangkan penelitian terkait dengan
pelaksanaan pelayanan keperawatan.
1.4.2 Manfaat Praktis
1.Bagi Panti
Hasil penelitian ini diharapkan bisa digunakan sebagai data dasar
dan bahan intervensi yang dapat digunakan oleh panti sehingga
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dan keperawatan lansia di
panti, dengan menggunakan terapi nonfarmakologi.
2.Bagi Perawat
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai evaluasi untuk
meningkatkan kompetensi perawat dalam menerapkan terapi
nonfarmakologis sebagai terapi alternatif atau tambahan dalam
pelayanan keperawatan.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6
Pijat akan memberikan pengaruh pada kontraksi dinding
kapiler sehingga akan terjadi vasodilatasi pembuluh darah kapiler
dan pembuluh getah bening. Adanya peningkatan peredaran
oksigen dalam darah, pembuangan sampah metabolic akan
berdampak pada munculnya hormone endorphin untuk
memberikan efek kenyamanan ( Jurch, 2009 dalam Wahyuni,
2014).
2.1.1.3 Indikasi
Indikasi merupakan kondisi tubuh yang dapat memberikan dampak
yang baik ketika diberikan pemijatan. Berikut ini adalah indikasi
pijat refleksi kaki sebagai berikut :
a. Kondisi tubuh yang lelah
b. Ketidaknormalan tubh yang terjadi karena pengaruh cuaca
atau kerja yang berlebihan sehingga berakibat pada kekakuan
otot dan nyeri sendi serta gangguan
2.1.1.4 Kontraindikasi
Kontraindikasi merupakan keadaaan dimana menjadi pantangan
atau beresiko terjadi dampak yang merugikan pada tubuh manusia.
Beriku adalah kontraindikasi pijat kaki refleksi sebagai berikut :
a. Klien dalam kondisi terserang penyakit menular
b. Klien dalam kondisi kalsifikasi pembuluh darah arteri
c. Klien dalam kondisi berpenyakit kulit dimana terdapat
jejas, luka baru, cedera akibat kecelakaan atau aktivitas lainnya
d. Klien sedang menderita fraktur dan masih ditemukan bekas
cedera maupun luka dan belum sembuh total
e. Klien sedang menderita tumor ganas/ kanker
2.1.1.5 Titik Refleksi Kaki
Letak titik refleksi pada tersebar di semua bagian kaki.
Beberapa area terdiri atas telapak kaki (bagian bawah kaki), bagian
lateral kaki, dan punggung kaki. Kedua kaki berhubungan dengan
mekanisme peredaran darah yang menuju organ tubuh manusia
1. Titik Refleksi pada telapak kaki (bagian bawah kaki)
Titik refleksi yang berlokasi pada kaki bagian bawah berkaitan
dengan semua organ tubuh manusia. Area titik refleksi pada
telapak kaki ini terdiri dari bagian bawah jari-jari kaki, bagian
depan, bagian tengah dan bagian belakang
7
a) Bagian bawah jari-jari kaki berkaitan dengan otak,
dahi, hidung, leher, mata, dan telinga
b) Bagian depan berkaitan dengan trapezius, bahu,
kelenjar paratiroid, kelenjar tiroid, dan paru-paru
c) Bagian tengah berkaitan dengan limpa, pancreas,
kelenjar adrenalin, ginjal, jantung, usus 12 jari, usus besar,
dan lambung
d) Bagian Belakang berkaitan dengan saluran kemih,
kandung kemih, usus kecil, anus, rektum, kelenjar
reproduksi, dan insomnia
2. Titik refleksi pada lateral kaki (bagian samping dalam kaki)
Titik refleksi pada area depan berkaitan dengan hidung,
kelenjar tiroid, leher, dan punggung. Pada area belakang titik
refleksi berkaitan dengan kelangkang, pinggang, vesika urinaria,
femur, kelenjar getah bening, prostat, rahim, sternum, dan anus
3. Titik Refleksi pada punggung kaki
Titik refleksi yang terdapat pada punggung telapak kaki
bagian depan berkaitan dengan organ kesimbangan, diafragma,
dada, rahang, amandel, saluran pernafasan, dan kelenjar getah
bening. Pada bagian belakang dan lateral berkaitan dengan lulut,
pinggul, sendi siku, tulang belikat, sternum, dan indung telu/
testis.
8
Tips :
Cara memilih seledri
1. Pilih seledri yang masih segar, berwarna kehijau - hijauan,
hijau atau hijau tua tergantung varietasnya.
2. Pilih seledri yang tangkainya masih segar, renyah dan getas
(tangkainya mudah dipatahkan)
3. Jangan pilih seledri yang warnanya telah berubah keabu -
abua atau kecoklatan atau terdapat lubang pada tangkainya.
Cara menyimpan seledri
1. Jika akan menyimpan seledri ke dalam lemari es, maka
jangan dicuci lebih dahulu dan masukkan ke dalam kantong plastik.
Dengan demikian seledri tahan disimpan selama 2 minggu.
2. Bila melihat seledri mulai layu, bisa disegarkan kembali
dengan cara mencelupkan dan merendam tangkai bawah seledri ke
dalam air selagi masih di dalam lemari es.
. Independen
Variabel
Variabel Dependen
( terapi pijat refleksi kaki dan
jus saledri) ( penurunan tekanan darah
dengan hipertensi)
Angka Tekanan Darah pada hipertensi :
Faktor-faktor yang berhubungan
dengan terapi untuk hipertensi Hipertensi Ringan :
Sistol 140-159mmHg,
Diastol 90-99mmHg.
Hipertensi Berat:
Hipertensi Sedang :
Sitol ≥ 180mmHg,
Keterangan Sistol 160-179mmHg,
Diastol ≥ 110mmHg.
: Diteliti Diastol 100-109mmHg
: tidak Diteliti
9
Sumber : World Healt Organization (WHO),
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
10
Paradigma penelitian diartikan sebagai pola pikir yang menunjukan
hubungan antara variabel yang akan dileteliti, yang nantinya akan sekaligus
mencerminkan jenis dan jumlah rumusan masalah yang perlu dijawab
melalui penelitian, teori yang digunakan dalam menentukan hipotesis, jenis
dan jumlah hipotesis, serta teknik analisis statistik yang akan digunakan
(sugiono, 2012).
Hipertensi merupakan penyakit yang tidak pernah mengalami penurunan.
Terutama di indonesia. Adapun tingkatan hipertensi Menurut WHO yaitu
Hipertensi Ringan : Sistol 140-159mmHg, Diastol 90-99mmHg, Hipertensi
Sedang : Sistol 160-179mmHg, Diastol 100-109mmHg, Hipertensi Berat:
Sitol ≥ 180mmHg, Diastol ≥ 110mmHg.
Adapun penangannya dapat dilakukan dengan cara farmakologis atau
dengan obat antihipertensi dan non-farmakologis yaitu dengan
memodifikasi gaya hidup (darmodjo, 2009).
Adapun pengobatan yang dilakukan untuk mengatasi hipertensi adalah
dengan minum madu, makan buah belimbing, refleksi pijat kaki dan jus
saledri. Dan masih banyak lagi. Adapun pengobatan yang kami angkat yitu
refleksi pijat kaki dan jus saledri.
Berdasarkan pertimbangan studi kepustakaan yang telah dibahas dalam
konsep teori pada pembahasan sebelumnya, maka disusun kerangka
penelitian yang menjadi dasar pengukuran variabel, baik variabel dependen
maupun variabel independen. Adapun kerangka konsep penelitian ini
digambarkan seperti di bawah ini.
11
Santunan Panti Jompo Muhammadiyah Kota Bandung ini terletak
di Jl. Gedebage Selatan No. 14 A, Rancabolang, Kota Bandung.
3.3.2 Hipotesis Alternative (Ha)
1. Terdapat pengaruh pemberian pijat refleksi kaki terhadap
penurunan tekanan darah pada lansia dengan hipertensi di Lembaga
Santunan Panti Jompo Muhammadiyah Kota Bandung ini terletak
di Jl. Gedebage Selatan No. 14 A, Rancabolang, Kota Bandung.
2. Terdapat pengaruh pemberian jus seledri terhadap
penurunan tekanan darah pada lansia dengan hipertensi di Lembaga
Santunan Panti Jompo Muhammadiyah Kota Bandung ini terletak
di Jl. Gedebage Selatan No. 14 A, Rancabolang, Kota Bandung.
12
penyumbatan pada pembuluh darah menjadi normal kembali.
Pemijatan atau penekanan pada titik-titik sentrarefleks jantung dan
hipertension point akan merangsang impuls saraf bekerja pada
sistem saraf autonomy cabang dari arasimoatis. Pemijatan atau
penekanan dengan irama yang teratur pada kaki akan merefleksi
pada organ-organ yang bersangkutan, menstimulasi saraf tepi
melalui alur-alur persarafan menuju sistem saraf puat dan sistem
saraf belakang sehingga terjadi efek relaksasi dan tubuh dalam
keadaan homeostatis. Keadaan homeostatis pada tubuh yang
mengenai jantung dan pembuluh darah dapat mengembalikan
fungsi dan mampu mengembalikan tekanan darah pada ambang
normal (jones, 2012).
2. Jus Seledri
Pengobatan komplementer-alternative yang salah satunya adalah
terapi herbal walau oenggunaannya lama tapi efek sampingnya
relative kecil jika digunakan secara tepat, sehingga menjadi pilihan
masyarakat untuk mengatasi hipertensi. Beberapa herbal yang teah
melalui penelitian dan terbukti menurunkan tekanan darah tinggi
diantaranya adalah seledri, belimbing manis, mentimun, bunga
rosella, kumis kucing, daun dewa, lidah buaya, tempuyung,
sembilato dan brotowali (suryoko, 2010 : 91).
Dalam hubungannya dengan penyakit darah tinggi, beberapa
kandungan seledri yang berperan penting menurunkan tekanan
darah, antara lain magnesium, pthalides, apigenin, kalium dan
asparagin. Magnesium dan pthalides berperan melenturkan
pembuluh darah. Apegenin berfungsi untuk mencegah penyempitan
pembuluh darah dan tekanan darah tinggi. Kalium dan asparagin
bersifat diuretik yaitu meperbanyak air seni sehingga volume darah
berkurang (soeryoko, 2010 : 94).
13
3. Penurunan Tekanan Darah
Tekanan darah merupakan salah satu parameter hemodinamik
yang sederhanan dan mudah dilakukan pengukurannya. Tekanan
darah menggambarkan situasi hemodinamik seseorang saat itu.
Hemodinamik adalah salah satu keadaan dimana tekanan dan aliran
darah dapat mempertahankan perfusi atau pertukaran zat di
jaringan (mutaqin. 2012).
Tekanan darah diukur dalam satuan milimiter mercuri (mmhg)
dan direkam dalam dua angka yaitu tekanan sistolik (ketika jantung
berdetak) terhadap tekanan diastolik ketika jantung relaksasi.
Tekanan darah sistolik merupakan jumlah tekanan terhadap dinding
arteri setiap waktu jantung berkontraksi atau menekan darah keluar
dari jantung. Tekanan diastolik merupakan tekanan dalam arteri
sewaktu jantung beristirahat. Aksi pompa jantung memberikan
tekanan yang mendorong darah melewati pembuluh-pembuluh.
Setiap jantung berdenyut, darah dipompa keluar dari jantung ke
dalam pembuluh darah, yang membawa darah ke seluruh tubuh.
Jumlah tekanan dalam sistem penting untuk mempertahankan
pembuluh darah tetap terbuka (lemone dan burke, 2008).
3.5.2 Definisi Operasional
Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara
operasional berdasarkan karakteristik yang diamati, sehingga
memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran
secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena (Aziz, 2014).
14
Tabel 1.1
Definisi operasional
No Variabel Sub Variabel Definisi operasional Alat ukur Cara ukur Hasil ukur Skala ukur
1 2 3 4 5 6 7 8
1. Independen pijat refleksi Pijat dengan melakukan 1. SOP Refleksi - - -
kaki penekanan pada titik titik syaraf. pijat kaki
2. Lembar
Titik titik syaraf tersebut berada
observasi
pada kaki, kebanyakan titik titik
syaraf tersebut berada di telapak
kaki. Pijat ini bertujuan untuk
menurunkan tekanan darah tinggi
pada penderita hipertensi.
Pemberian intervensi dilakukan
selama 7 hari dengan frekuensi
15 menit sehari.
2. Independen Jus seledri Pemberian jus seledri adalah 1. SOP Pemberian - - -
tindakan jus seledri yang jus seledri
2. Lembar
digunakan untuk mengontrol dan
observasi
menurunkan tekanan darah pada
penderita hipertensi. Pemberian
1
terapi ini dilakukan selama 7 hari
dengan frekuensi 2 kali sehari.
3 Dependen Penurunan Menilai tekanan darah yang 1. SOP Observasi 1. Terjadi Ordinal
tekanan darah merupakan indikator untuk pengukuran penurunan penurunan tekanan
menilai sistem kardiovaskuler tekanan darah tekanan darah setelah
2. Sphygnomano
bersamaan dengan pemeriksaan darah pada dilakukan
meter dan stetoskop
nadi. Pemeriksaan tekanan darah lansia intervensi, hasil
3. Lembar
dilakukan sebelum dan sesudah dilakukan dinyatakan dalam
observasi
dilakukan intervensi pemberian setelah mmHg.
2. Tidak terjadi
terapi pijat refleksi atau jus pemberian
penurunan tekanan
seledri. intervensi
darah / tekanan
darah tetap setelah
dilakukan
intervensi, hasil
dinyatakan dalam
mmHg.
2
3.6 Populasi dan Sampel
3.6.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh lansia di Lembaga
Santunan Panti Jompo Muhammadiyah Kota Bandung ini terletak di
Jl. Gedebage Selatan No. 14 A, Rancabolang, Kota Bandung.
3.6.2 Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah 30 lansia di Lembaga Santunan
Panti Jompo Muhammadiyah Kota Bandung yang menderita
hipertensi.
1
Pengukuran tekanan darah (pre dan post) dalam penelitian ini akan
dilakukan 3 kali dalam satu minggu.
3.7.3 Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan teknik purposive sampling
didapatkan 30 responden, 15 responden diberi perlakuan terapi pijat
refleksi dan 15 responden diberi jus seledri. Dengan metode one
group pre-test post-test control.
2
8. Melakukan analisa data.
3.8.3 Tahap Akhir Penelitian
1. Menyusun laporan hasil penelitian.
2. Konsultasi hasil penelitian.
3. Menyajikan laporan hasil penelitian dalam sidang skripsi.
4. Penggandaan laporan akhir.
5. Membuat poster dan manuskrip.
2. Analisis Data
Setelah dilakukan entri data selanjutnya dilakukan analisis data yang
meliputi :
a. Analisis Univariat.
Analisis univariat dilakukan untuk mendeskripsikan semua
variabel yang diteliti. Adapun variabel yang dianalisis dengan
univariat adalah data kategori yang dianalisis menggunakan
distribusi frekuensi dan ukuran presentasi atau proporsi sedangkan
3
data numerik dengan menghitung mean, standar deviasi, nilai
maksimum dan minimum dengan confidence interval 95% (α=0,05).
b. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk membuktikan hipotesis penelitian
yaitu dengan melihat perbandingan efektivitas pemberian terapi pijat
refleksi dengan jus seledri terhadap tekanan darah pasien hipertensi.
Analisis bivariat dalam penelitian ini menggunakan uji wilcoxont
untuk melihat perubahan pre dan post dalam satu kelompok.
4
Selama dalam proses penelitian responden yang dibagi dalam dua
kelompok diberikan kode (kode 1 untuk kelompok intervensi dan kode 2
untuk kelompok kontrol) dan nama responden di isi dalam bentuk inisial
oleh responden.
4. Perlakuan yang adil (Fair Treatment)
Semua Responden diberikan informasi terlebih dahulu tentang
tujuan dari penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti dan terbebas dari
deskriminasi yang dapat menyebabkan kegagalan dalam pengobatan atau
perawatan. Pada kelompok intervesi diberikan terapi musik tradisional
dan terapi tawa, diberikan dua kali dalam satu minggu selama 30 menit,
sedangkangkan pada kelompok kontrol selain diberikan obat penurun
tekanan darah juga diberikan terapi musik tradisional dan terapi tawa
setelah penelitian selesai dan dibagikan leafleat.
5. Perlindungan dari ketidak nyamanan dan bahaya (Protection from
Discomfort and Harm)
Peneliti memperhatikan aspek kenyamanan responden baik fisik,
psikologis maupun sosial selama proses penelitian. Berdasarkan literatur
yang diperoleh efek negatif dari terapi musik dan terapi tawa belum ada,
namun demikian peneliti tetap memberikan antisipasi yang mungkin
dialami responden.
5
DAFTAR PUSTAKA
Dionysia, Alvionita F.H. 2015. Pemberian Tindakan Masase Kaki dengan Minyak
Sereh Wangi terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Asuhan keperawatan
Ny.S dengan Hipertensi di RuangCEmpaka 2 RSUD Sukoharjo. STIKES
Kusuma Husada. Surakarta
6
7