Anda di halaman 1dari 33

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt, karena atas berkat dan limpahan
rahmatNyalah makalah tentang terapi komplementer pada pasien hipertensi ini dapat
terselesaikan dengan baik.

Makalah tentang penyakit hipertensi dengan penangan terapi komplementer ini adalah
sebagai pemenuhan tugas mata kuliah Terapi komplementer Semester 7 Program Studi S1 Ilmu
Keperawatan Bina Husada.

Kami berharap semoga makalah ini dapat membantu mahasiswa dalam mempelajari
materi tentang hipertensi dengan penanganan terapi komplementer. Semoga dapat bermanfaat
bagi pembaca dan peneliti lain yang akan menulis tema yang sama khususnya bagi kami sendiri
sebagai penyusun.

Palembang, 21 September 2023


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Tujuan

C. Manfaat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. TERAPI KOMPLEMENTER

B. HIPERTENSI

C. TERAPI KOMPLEMENTER HIPERTENSI

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan 32

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masalah Dewasa ini masyarakat sudah tidak asing lagi mendengar kata Hipertensi.
Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang umum dijumpai di masyarakat, dan
merupakan penyakit yang terkait dengan sistem kardiovaskuler. Hipertensi memang
bukan penyakit menular, namun kita juga tidak bisa menganggapnya sepele,
selayaknya kita harus senantiasa waspada. Tekanan Darah tinggi atau Hipertesi dan
arterosclerosis (pengerasan arteri) adalah dua kondisi pokok yang mendasari banyak
bentuk penyakit kardiovaskuler. Lebih jauh, tidak jarang tekanan darah tinggi juga
menyebabkan gangguan ginjal.

Sampai saat ini, usaha-usaha baik untuk mencegah maupun mengobati penyakit
hipertensi belum berhasil sepenuhnya, hal ini dikarenakan banyak faktor penghambat
yang mempengaruhi seperti kurang pengetahuan tentang hipertensi (pengertian,
klasifikasi, tanda dan gejala, sebab akibat, komplikasi) dan juga perawatannya. Saat
ini, angka kematian karena hipertensi di Indonesia sangat tinggi. Hipertensi
merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah stroke dan tuberkulosis, yakni
mencapai 6,7% dari populasi kematian pada semua umur di Indonesia. Hipertensi
merupakan gangguan sistem peredaran darah yang menyebabkan kenaikan tekanan
darah di atas normal, yaitu 140/90 mmHg. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
Balitbangkes tahun 2007 menunjukan prevalensi hipertensi secara nasional mencapai
31,7% (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia). Dari jumlah itu, 60% penderita
hipertensi berakhir pada stroke. Sedangkan sisanya pada jantung, gagal ginjal, dan
kebutaan. Sementara di dunia Barat, hipertensi justru banyak menimbulkan gagal
ginjal, oleh karena perlu diadakan upaya-upaya untuk menekan angka peyakit
hipertensi terlebih bagi penderita hipertensi perlu diberikan perawatan dan
pengobatan yang tepat agar tidak menimbukan komplikasi yang semakin parah.
Selain itu pentingnya pemberian asuhan keperawatan pada pasien hipertensi juga
sangat diperlukan untuk melakukan implementasi yang benar pada pasien hipertensi.

B. Tujuan

1. Mengetahui apa itu terapi komplementer

2. Mengetahui tentang hipertensi

3. Mengetahui terapi komplementer untuk hipertensi

C. Manfaat

Hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi dan masukan bagi pelayanan
keperawatan sebagai salah satu terapi alternative dalam pengobatan hipertensi karna
bias meminimalisirkan penggunaan obat- obatan kimia.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. TERAPI KOMPLEMENTER

Terapi komplementer dikenaldengan terapi tradisional yang digabungkan dalam pengobatan


modern. Komplementer adalah penggunaan terapi tradisional ke dalam pengobatan modern
(Andrews et al., 1999). Terminologi ini dikenal sebagai terapi modalitas atau aktivitas yang
menambahkan pendekatan ortodoks dalam pelayanan kesehatan (Crips & Taylor, 2001).
Terapi komplementer juga ada yang menyebutnya dengan pengobatan holistik. Pendapat ini
didasari oleh bentuk terapi yang mempengaruhi individu secara menyeluruh yaitu sebuah
keharmonisan individu untuk mengintegrasikan pikiran, badan, dan jiwa dalam kesatuan
fungsi (Smith et al., 2004).

Terapi komplementer yang ada menjadi salah satu pilihan pengobatan masyarakat. Di
berbagai tempat pelayanan kesehatan tidak sedikit klien bertanya tentang terapi
komplementer atau alternatif pada petugas kesehatan seperti dokter ataupun perawat.
Masyarakat mengajak dialog perawat untuk penggunaan terapi alternatif (Smith et al., 2004).
Hal ini terjadi karena klien ingin mendapatkan pelayanan yang sesuai dengan pilihannya,
sehingga apabila keinginan terpenuhi akan berdampak ada kepuasan klien. Hal ini dapat
menjadi peluang bagi perawat untuk berperan memberikan terapi komplementer.

Prinsip holistik pada keperawatan ini perlu didukung kemampuan perawat dalam menguasai
berbagai bentuk terapi keperawatan termasuk terapi komplementer. Penerapan terapi
komplementer pada keperawatan perlu mengacu kembali pada teori-teori yang mendasari
praktik keperawatan. Misalnya teori Rogers yang memandang manusia sebagai sistem
terbuka, kompleks, mempunyai berbagai dimensi dan energi. Teori ini dapat
mengembangkan pengobatan tradisional yang menggunakan energi misalnya tai chi, chikung,
dan reiki.

Teori keperawatan yang ada dapat dijadikan dasar bagi perawat dalam mengembangkan
terapi komplementer misalnya teori transkultural yang dalam praktiknya mengaitkan ilmu
fisiologi, anatomi, patofisiologi, dan lain-lain. Hal ini didukung dalam catatan keperawatan
Florence Nightingale yang telah menekankan pentingnya mengembangkan lingkungan untuk
penyembuhan dan pentingnya terapi seperti musik dalam proses penyembuhan. Selain itu,
terapi komplementer meningkatkan kesempatan perawat dalam menunjukkan caring pada
klien (Snyder & Lindquis, 2002).

Terapi komplementer dapat berupa promosi kesehatan, pencegahan penyakit ataupun


rehabilitasi. Bentuk promosi kesehatan misalnya memperbaiki gaya hidup dengan
menggunakan terapi nutrisi. Seseorang yang menerapkan nutrisi sehat, seimbang,
mengandung berbagai unsur akan meningkatkan kesehatan tubuh. Intervensi komplementer
ini berkembang di tingkat pencegahan primer, sekunder, tersier dan dapat dilakukan di
tingkat individu maupun kelompok misalnya untuk strategi stimulasi imajinatif dan kreatif
(Hitchcock et al., 1999).

Pengobatan dengan menggunakan terapi komplementer mempunyai manfaat selain dapat


meningkatkan kesehatan secara lebih menyeluruh juga lebih murah. Terapi komplementer
terutama akan dirasakan lebih murah bila klien dengan penyakit kronis yang harus rutin
mengeluarkan dana. Pengalaman klien yang awalnya menggunakan terapi modern
menunjukkan bahwa biaya membeli obat berkurang 200-300 dolar dalam beberapa bulan

Setelah menggunakan terapi komplementer (Nezabudkin, 2007). Minat masyarakat Indonesia


terhadap terapi komplementer ataupun yang masih tradisional mulai meningkat. Hal ini dapat
dilihat dari banyaknya pengunjung praktik terapi komplementer dan tradisional di berbagai
tempat. Selain itu, sekolah-sekolah khusus ataupun kursuskursus terapi semakin banyak
dibuka. Ini dapat dibandingkan dengan Cina yang telah memasukkan terapi tradisional Cina
atau traditional Chinese Medicine (TCM) ke dalam perguruan tinggi di negara tersebut
(Snyder & Lindquis, 2002).

Kebutuhan perawat dalam meningkatnya kemampuan perawat untuk praktik keperawatan


juga semakin meningkat. Hal ini didasari dari berkembangnya kesempatan praktik mandiri.
Apabila perawat mempunyai kemampuan yang dapat dipertanggungjawabkan akan
meningkatkan hasil yang lebih baik dalam pelayanan keperawatan.

Klasifikasi TCM

NIH/NCCAM telah mengidentifikasi lima domain atau jenis terapi komplementer.

Terapi pikiran-tubuh/ Mind body therapies

Pengobatan pikiran-tubuh menghormati hubungan intrinsik antara pikiran dan fungsi


fisiologis. Pendekatan penyembuhan ini memanfaatkan kekuatan pikiran dan emosi untuk
memberikan pengaruh positif terhadap kesehatan dan kesejahteraan. Terapi pikiran-tubuh
(MBT) meliputi meditasi, imajinasi terbimbing, relaksasi, hipnosis, biofeedback, doa, terapi
ekspresif (tarian, seni, dan musik) dan latihan pernapasan. Seiring dengan berkembangnya
bukti kemanjuran dan efektivitas, banyak MBT yang sebelumnya diklasifikasikan sebagai
CAM kini dipandang sebagai pengobatan umum/konvensional. Contohnya termasuk terapi
perilaku kognitif dan kelompok dukungan pasien. 7

Terapi berbasis biologis/ biologic based therapies

NIH/NCCAM mendefinisikan terapi berbasis biologis sebagai penggunaan “zat yang


ditemukan di alam”. Intervensi CAM ini semakin populer. Literatur memperkirakan bahwa
lebih dari 95% masyarakat AS pernah menggunakan terapi berbasis biologis pada satu titik
dalam hidup mereka. 3 , 8 Domain CAM ini mencakup, namun tidak terbatas pada tumbuhan,
ekstrak hewani, vitamin, mineral, asam lemak, asam amino, protein, prebiotik dan probiotik,
pola makan utuh, dan makanan fungsional.

Metode manipulatif dan berbasis tubuh/ Manipulative and body-based methods

Pada tahun 1998, metode berbasis tubuh mewakili lebih dari 50% kunjungan ke penyedia
CAM. Terapinya meliputi manipulasi osteopati, chiropraktik, pijat, dan refleksiologi. Terapi
apa pun yang melibatkan pergerakan satu atau lebih bagian tubuh dan berfokus pada struktur
dan sistem tubuh, termasuk tulang dan sendi, jaringan lunak, serta sistem peredaran darah dan
limfatik diklasifikasikan dalam domain ini. 8
Terapi Energi/ Energy therapies

Terapi energi melibatkan penggunaan atau manipulasi medan energi untuk meningkatkan
kesehatan dan penyembuhan. Dua klasifikasi berbeda dijelaskan oleh NIH/NCCAM.

 Terapi biofield: intervensi yang mempengaruhi medan energi yang mengelilingi dan
menembus tubuh manusia dengan memberikan tekanan langsung atau tidak langsung
pada bidang tersebut. Contohnya termasuk qi gong, Reiki, Healing Touch ® dan
Therapeutic Touch.

 Terapi berbasis bioelektromagnetik: intervensi yang menggunakan penggunaan


medan elektromagnetik yang tidak konvensional untuk tujuan penyembuhan. Terapi
mencakup penggunaan medan berdenyut, magnetik, dan arus bolak-balik atau arus
searah. 8

Sistem medis keseluruhan/Sistem medis alternatif/Whole medical systems/Alternative


medical systems

Seluruh sistem pengobatan komplementer dan alternatif (WSCAM) didefinisikan sebagai “…


sistem teori dan praktik lengkap yang telah berkembang secara independen atau paralel
dengan pengobatan allopathic (konvensional). Banyak dari sistem pengobatan tradisional
yang dipraktikkan oleh budaya individu di seluruh dunia.” 8Pengobatan Tradisional Tiongkok
(TCM, termasuk akupunktur, ramuan Tiongkok, pijat tui na, tai chi, qi gong), Pengobatan
Ayurveda, homeopati klasik, dan sistem penyembuhan asli, termasuk di antara WSCAM
utama yang telah mendapat perhatian penelitian hingga saat ini. Semua sistem ini memiliki
pandangan yang sama bahwa ketidakseimbangan yang diturunkan dan/atau didapat pada
kondisi pasien secara keseluruhan, bukan penyakit yang terlokalisasi pada organ tertentu
yang terisolasi dari bagian tubuh lainnya, merupakan akar dari manifestasi penyakit atau
disfungsi. Oleh karena itu, program diagnostik dan pengobatan mereka berpusat pada pasien
dan bukan berpusat pada penyakit.

Pasien mengakses terapi dalam lima domain ini dalam tingkat yang berbeda-beda dan melalui
berbagai cara, bergantung pada faktor budaya, ekonomi, dan sosial.
B. HIPERTENSI

Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan
diastolik lebih dari 90 mmHg (Brunner & Suddarth, 2013).Menurut WHO (2014), Hipertensi
adalah tekanan darah sistole ≥ 140 mmHg dan tekanan darah diastole ≥ 90 mmHg.Hipertensi
merupakan masalah kesehatan global yang membutuhkan perhatian karena dapat
menyebabkan kematian utama di Negara maju maupun berkembang. Berdasarkan data dari
World Health Organization (WHO) tahun 2013 diketahui bahwa hipertensi sering
menimbulkan penyakit kardiovaskuler, ginjal dan stroke.

Hipertensi adalah salah satu contoh penyakit tidak menular, menjadi hipertensi masalah
kesehatan sangat serius. Penyakit ini dikenal juga silent killer. Penyakit ini akan menyerang
berbagai organ dan menyebabkan penyakit lain, misalnya, stroke, penyakit ginjal, serangan
jantung, dan juga kebutaan. Menurut hasil beberapa penelitian diketahui bahwa hipertensi
yang tidak terkontrol akan meningkatkan risiko stroke hingga tujuh kali lipat dan tiga kali
lipat risiko serangan jantung. Menurut WHO dan International Society of Hypertension (ISH)
2012, saat ini terdapat 600 juta penderita hipertensi di seluruh dunia, dan tiga juta meninggal
setiap tahun, tujuh dari sepuluh penderita tidak menerima pengobatan yang memadai.

Hipertensi adalah penyakit kardiovaskular yang paling banyak, mempengaruhi sekitar


sepertiga dari populasi orang dewasa di Amerika Utara dan Eropa. Hipertensi adalah faktor
risiko untuk terjadinya infark miokard dan stroke, penyebab kematian pertama dan ketiga
yang paling sering terjadi di Amerika. negara-negara ini, masing-masing, dan berkorelasi erat
dengan morbiditas akibat gangguan vaskuler. Tekanan darah dapat diturunkan dengan
beberapa jenis obat dan dengan perubahan gaya hidup seperti penurunan berat badan,
pembatasan asupan garam, dan olahraga. Namun intervensi gaya hidup sulit untuk dicapai
dan bahkan lebih sulit untuk dipertahankan, dan terapi obat mahal, bermasalah
kepatuhan,dan disertai dengan efek samping yang tidak diinginkan sehingga terapi
komplementer menjadi alternatif atau terapi pendamping yang diharapkan mampu menangani
kasus hipertensi.
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua golongan, yaitu hipertensi primer
dan hipertensi sekunder. Hipertensi primer atau hipertensi esensial merupakan hipertensi
yang penyebabnya tidak diketahui, sering dikenal sebagai hipertensi idopatik. Hipertensi ini
paling sering terjadi, sekitar 95% kasus hipertensi. Beberapa faktor yang mempengaruhi
hipertensi ini diantaranya adalah faktor genetik, lingkungan, hiperaktivitas susunan saraf,
serta faktor-faktor yang meningkatkan risiko seperti obesitas, alkohol, merokok. Hipertensi
primer tidak dapat disembuhkan dan cenderung berkembang secara bertahap selama
bertahun-tahun, meski begitu hipertensi primer dapat dikendalikan dengan terapi yang tepat
(termasuk modifikasi gaya hidup dan obat) (Bell & Twiggs, et al, 2018).

Hipertensi sekunder atau hipertensi renal, terdapat sekitar 5% kasus hipertensi jenis ini.
Hipertensi jenis ini disebabkan oleh kondisi medis ataupun penggunaan obat tertentu. Dengan
demikian, untuk terapi yang dibutuhkan adalah mengontrol kondisi kesehatan yang
mendasari atau menghentikan penggunaan obat tersebut. Penyebab paling umum dari
hipertensi sekunder dikaitkan dengan adanya gangguan ginjal seperti penyakit ginjal kronis
atau penyakit renovaskular. Hipertensi sekunder cenderung muncul mendadak dan sering
menyebabkan tekanan darah yang lebih tinggi dari bentuk hipertensi primer (Bell & Twiggs,
et al, 2018).

Banyak faktor yang meyebabkan terjadinya hipertensi. Adapun faktor yang mempengaruhi
tekanan darah seperti; usia, stress, etnik, jenis kelamin, variasi harian, obat-obatan, aktivitas,
berat badan, dan merokok (Kozier,et al, 2010). Hipertensi yang dialami penderitanya yang
terus menerus dan tidak diatasi dapat mengakibatkan banyak hal kesehatan terutama terjadi
perdarahan pada otak atau sering disebut stoke yang bahkan dapat mengakibatkan kematian.

1. Pengertian Hipertensi

Hipertensi adalah suatu keadaan ketika seseorang mengalami peningkatan tekanan darah
diatas normal yang akan mengakibatkan angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian
(mortabilitas). Seseorang dikatakan hipertensi jika tekanan darah sistolik di atas 140 mmHg
menunjukkan bahwa ketika tekanan jantung sedang berkontraksi dan tekanan darah diastolik
di atas 90 mmHg ketika tekanan jantung sedang berelaksasi (Aspiani, 2015).Hipertensi
merupakan keadaan ketika tekanan darah sistolik lebih dari 120 mmHg dan tekanan diastolik
lebih dari 80 mmHg. Hipertensi sering menyebabkan perubahan pada pembuluh darah yang
dapat mengakibatkan semakin tingginya tekanan hipertensi dapat didefinisikan sebagai
tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan
diastoliknya di atas 90 mmHg. Pada populasi manula, hipertensi didefinisikan sebagai
tekanan sistolik di atas 160 mmHg dan tekanan diastolik di atas 90 mmHg. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa hipertensi adalah meningkatnya tekanan sistolik sedikitnya 140 mmHg
dan diastolik sedikitnya 90 mmHg. (Aspiani, 2015).

2. Anatomi dan Fisiologi Hipertensi

a. Anatomi

1) Jantung Berukuran sekitar satu kepalan tangan dan terletak di dalam


dada, batas kanannya terdapat pada sternum kanan dan apeksnya pada
ruang intercosta kelima kiri pada linea midclavikula. Hubungan
jantung adalah :
a) atas: pembuluh darah besar

b) bawah: diafragma

c) setiap sisi: paru-paru

d) belakang: aorta dessendens, oesopagus, columna vertebralis

2) Arteri Adalah tabung yang dilalui darah yang dialirkan pada jaringan
dan organ. Arteri terdiri dari lapisan dalam: lapisan yang licin, lapisan
tengah jaringan elastin/otot: aorta dan cabang- cabangnya besar
memiliki lapisan tengah yang terdiri dari jaringan elastin (untuk
menghantarkan darah untuk organ), arteri yang lebih kecil memiliki
lapisan tengah otot (mengatur jumlah darah yang disampaikan pada
suatu organ).

Meningkatnya tekanan darah di dalam arteri bisa terjadi melalui


beberapa cara :
a) Jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih
banyak cairan pada setiap detiknya
b) Arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku,
sehingga mereka tidak dapat mengembang pada saat jantung
memompa darah melalui arteri tersebut. Karena itu darah pada
setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui pembuluh yang
sempit daripada biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan.
Inilah yang terjadi pada usia lanjut, dimana dinding arterinya
telah menebal dan kaku karena arterosklerosis. Dengan cara
yang sama, tekanan darah juga meningkat pada saat terjadi
“vasokonstriksi”, yaitu jika arteri kecil (arteriola) untuk
sementara waktu mengkerut karena perangsangan saraf atau
hormon di dalam darah.
c) Bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa menyebabkan
meningkatnya tekanan darah. Hal ini terjadi jika terdapat
kelainan fungsi ginjal sehingga tidak mampu membuang
sejumlah garam dan air dari dalam tubuh. Volume darah dalam
tubuh meningkat, sehingga tekanan darah juga meningkat,
Sebaliknya, jika :
- Aktivitas memompa jantung berkurang,

- arteri mengalami pelebaran,

- banyak cairan keluar dari sirkulasi.

Maka tekanan darah akan menurun atau menjadi lebih kecil.


Penyesuaianterhadap faktor-faktor tersebut dilaksanakan oleh
perubahan di dalam fungsi ginjal dan sistem saraf otonom (bagian dari
sistem saraf yang mengatur berbagai fungsi tubuh secara otomatis).

3) Perubahan fungsi

Ginjal mengendalikan tekanan darah melalui beberapa cara:


a) Jika tekanan darah meningkat, ginjal akan menambah
pengeluaran garam dan air, yang akan menyebabkan
berkurangnya volume darah dan mengembalikan tekanan darah
ke normal.
b) Jika tekanan darah menurun, ginjal akan mengurangi
pembuangan garam dan air, sehingga volume darah bertambah
dan tekanan darah kembali ke normal
c) Ginjal juga bisa meningkatkan tekanan darah dengan
menghasilkan enzim yang disebut renin, yang memicu
pembentukan hormon angiotensin, yang selanjutnya akan
memicu pelepasan hormon aldosteron. Ginjal merupakan organ
penting dalam mengendalikan tekanan darah, karena itu
berbagai penyakit dan kelainan pada ginjal bisa menyebabkan
terjadinya tekanan darah tinggi. Misalnya penyempitan arteri
yang menuju ke salah satu ginjal (stenosis arteri renalis) bisa
menyebabkan hipertensi. Peradangan dan cedera pada salah
satu atau kedua ginjal juga bisa menyebabkan naiknya tekanan
darah.

4) Arteriol Adalah pembuluh darah dengan dinding otot polos yang relatif
tebal. Otot dinding arteriol dapat berkontraksi. Kontraksi menyebabkan
kontriksi diameter pembuluh darah. Bila kontriksi bersifat lokal, suplai
darah pada jaringan/organ berkurang. Bila terdapat kontriksi umum,
tekanan darah akan meningkat.

5) Pembuluh darah utama dan kapiler Pembuluh darah utama adalah


pembuluh berdinding tipis yang berjalan langsung dari arteriol ke
venul. Kapiler adalah jaringan pembuluh darah kecil yang membuka
pembuluh darah utama.
6) Sinusoid Terdapat limpa, hepar, sumsum tulang dan kelenjar endokrin.
Sinusoid tiga sampai empat kali lebih besar dari pada kapiler dan
sebagian dilapisi dengan sel sistem retikulo-endotelial. Pada tempat
adanya sinusoid, darah mengalami kontak langsung dengan sel-sel dan
pertukaran tidak terjadi melalui ruang jaringan.

7) Vena dan venul Venul adalah vena kecil yang dibentuk gabungan
kapiler. Vena dibentuk oleh gabungan venul. Vena memiliki tiga
dinding yang tidak berbatasan secara sempurna satu sama lain.
Fisiologi Jantung mempunyai fungsi sebagai pemompa darah yang
mengandung oksigen dalam sistem arteri, yang dibawa ke sel dan
seluruh tubuh untuk mengumpulkan darah deoksigenasi (darah yang
kadar oksigennya kurang) dari sistem vena yang dikirim ke dalam
paru-paru untuk reoksigenasi (Black, 2015).
3. Etiologi Hipertensi

Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik. Hipertensi


terjadi melalui respons peningkatan curah jantung dan peningkatan tekanan perifer.

Beberapa faktor mempengaruhi terjadinya hipertensi (Aspiani, 2015) :

a. Genetik : Respon neurologi terhadap stres dan kelainan ekskresi atau transpor
Na
b. Obesitas : Terkait dengan tingkat insulin yang tinggi mengakibatkan tekanan
darah meningkat
c. Stres karena lingkungan

d. Hilangnya elastisitas jaringan dan arterosklerosis pada orang tua dan pelebaran
pembuluh darah .
4. Klasifikasi Hipertensi

Join nation comitten on detection eνolution and treatment of high blood pressure,
badan penelitian hipertensi di America Serikat, menentukan batasan pada tekanan
darah yang berbeda. Pada laporan JPC- V, tekanan darah pada orang dewasa berusia
18 tahun diklasifikasikan sebagai berikut (Aspiani, 2015).

5. Tanda dan Gejala Hipertensi

Tanda dan gejala utama pada penderita hipertensi adalah (Kowalak, dkk, 2015).

a. Nyeri kepala oksipital gejala nyeri timbul pada saat bangun pagi karena terjadi
peningkatan tekanan intracranial.
b. Perasaan pening, bingung dan keletihan akibat penurunan perfusi darah akibat
vasokontraksi pembuluh darah.
c. Penglihatan yang kabur akibat kerusakan retina.

6. Patofisiologi Hipertensi

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah berada dipusat
vasomotor pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf
simpatis, yang berlanjut ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ke
ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan
dalam bentuk impuls yang bergerak kebawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia
simpatis. Pada titik ini, neuron pre-ganglion melepaskan asetikolin, yang akan
merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan
dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai
faktor kecemasan dan ketakutan mempengaruhi respons pembuluh darah terhadap
rangsang vasokonstiktor. Pasien dengan hipertensi sangat sensitive terhadap
norepinefrin.

Pada saat bersamaan ketika sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai
respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan
aktivitas vasokonstriksi. Medula adrenal menyekresi epinefrin, yang menyebabkan
vasokonstriksi. Korteks adrenal menyekresi kostisol dan steroid lainnya, yang dapat
memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin.

Renin yang dilepaskan merangang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah


menjadi angiotensin II, vasokonstriktor kuat, yang pada akhirnya menyebabkan
retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume
intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung mencetuskan hipertensi (Dinkes
Sleman, 2018).

7. Penatalaksanaan Hipertensi

Menurut Muchid, Abdul, (2016) patalaksanaan faktor risiko dilakukan dengan cara
pengobatan setara non-farmakologis, antara lain :

a. Pegaturan diet

Berbagai studi menunjukkan bahwa diet dan pola hidup sehat dan atau dengan
obat-obatan yang menurunkan gejala gagal jantung dan dapat memerbaiki
keadaan hipertrofi ventrikal kiri. Beberapa diet yang dianjurkan :
a) Penurunan berat badan

Mengatasi obesitas, pada sebagian orang, dengan cara


menurunkan berat badan menguragi tekanan darah, mengurangi
beban kerja jantung dan volume sekuncup. Pada berapa studi
menunjukkan bahwa obesitas berhubungan dengan kejadian
hipertensi dan hipertrofi ventrikel kiri. Jadi, penurunan berat
badan adalah hal yang sangat efektif untuk menurunkan
tekanan darah. Penurunan berat badan (1 kg/minggu) sangat
dianjurkan. Penurunan berat badan dengan menggunakan
obatobatan perlu menjadi perhatian khusus karena umumnya
obat penurunan berat badan yang terjual bebas mengandung
simpatomimetik, sehingga dapat meningkatkan tekanan darah
memperburuk angina atau gejala gagal jantung dan terjadinya
eksaserbasi aritmia.

b) Olah raga

Olah raga teratur seperti berjalan, lari, berenang, bersepeda


bermanfaat untuk menurunkan tekanan darah dan memperbaiki
keadaan jantung. Olah raga isotonik dapat juga meningkatkan
fungsi endotel, vasodilatasi perifer, dan mengurangi
katekolamin pla olah raga teratur selama 30 menit sebanyak 3-4
kali dalam satu minggu sangat dianjurkan untuk menurunkan
tekanan darah. Olah raga meningkatkan kadar HDL, yang dapat
mengurangi terbentuknya arterosklerosis akibat hipertensi.

2) Memperbaiki gaya hidup yang kurang sehat

Berhenti merokok dan tidak mengkomsumsi alkohol, penting untuk


mengurangi efek jangka panjang hipertensi karna asap rokok diketahui
menurunkan aliran darah ke berbagai organ dan dapat meningkatkan kerja
jantung.
3) Penatalaksanaan medis yang di terapkan pada penderita hipertensi
adalah sebagai berikut.
4) Terapi oksigen

a) Pemantauan hemodinamik

b) Pemantauan jantung

c) Obat-obatan

(1) Diuretik : Chlorthalidon, Hydromax, Lasix, aldactone,


Dyrenium Diuretic bekerja melalui berbagai mekanisme
untuk mengurangi curah jantung dengan mendorong ginjal
meningkatkan ekskresi garam dan airnya. Sebagai deuretik
(tiazid) juga dapat menurunkan TPR.
(2) Penyekat saluran kalsium menurunkan kontraksi otot polos
jantung atau arteri dengan mengitervensi influks kalsium
yang dibutuhkan untuk kontraksi. Sebagian penyekat
saluran kalsium bersifat lebih spesifik untuk saluran lambat
kalsium otot jantung, sebagian yang lain lebih spesifik
untuk saluran kalsium otot polos vaskular dengan demikian,
berbagai penyekat kalsium memiliki kemampuan yang
berbada-beda dalam menurunkan kecepatan denyut jantung,
volume sekuncup, dan TPR.
(3) Penghambat enzim mengubah angiotensin II atau inhibitor
ACE berfungsi untuk menurunkan angiotensin II dengan
menghambat enzim yang diperlukan untuk mengubah
angiotensin I menjadi angiotensin II. Kondisi ini
menurukan darah secara tidak langsung dengan menurukan
TPR, dan secara tidak langsung dengan

menurunkan sekresi aldosterone, yang akhirnya meningkatkan


pengeluaran natrium pada urine kemudian volume plasma dan
curah jantung. Inhibitor ACE juga menurunkan tekanan darah
dengan efek bradikini yang memanjang, yang normalnya
memecah enzim. Inhibitor ACE dikontraindikasi untuk
kehamilan.

(4) Antagonis (penyakit) reseptor beta (E,-blocker), terutama


penyekat selektif, bekerja pada reseptor beta di jantung
untuk menurunkan kecepatan denyut dan curah jantung.
(5) Antagonis reseptor alfa (a-blocker) menghambat reseptor
alfa di otot polos vaskular yang secara normal berespon
terhadap rangsangan saraf simpatis dengan vasokonstriksi.
Hal ini akan menurunkan TPR.
(6) Vasodilator arteriol langsung dapat digunakan untuk
menurunkan TPR. Misalnya natrium, nitroprusida,
nikardipin, hidralazin, nitrogliserin, dll.
(7) Hipertensi gestasional dan preeklampsia-eklampsia
membaik setelah lahir.

8. Komplikasi Hipertensi

Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita hipertensi Nuraini B, 2015 yaitu:

1) Stroke

Stroke terjadi akibat hemoragi disebabkan oleh tekanan darah tinggidi otak, dan
akibat embolus yang terlepas dari pembuluh selain otak yang terpajan tekanan darah
tinggi.

2) Infark miokard

Infark miokard dapat terjadi bila arteri koroner yang arterosklerotik tidak dapat
menyuplai cukup oksigen ke miokardium dan apabila membentuk trombus yang
menghambat aliran darah melewati pembuluh darah. Pada Hipertensi kronis dan
hipertrofi ventrikel, kebutuhan oksigen miokardium tidak dapat dipenuhi dan dapat
terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark. Sedangkan hipertrofi ventrikel
dapat menyebabkan perubahan waktu hantaran listrik melintasi ventrikel terjadilah
disritmia, hipoksia jantung, dan peningkatan resiko pembentukan bekuan.

3) Gagal ginjal

ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada kapiler
glomerulus ginjal. Dengan rusaknya glomerulus, poksik dan kematian. Dengan
rusaknya membran glomerulus, protein akan keluar melalui urine sehinga tekanan
osmotik koloid plasma berkurang dan dapat menyebakan edema yang sering dijumpai
pada hipertensi kronis.

4) Ensefalopati (kerusakan otak)

Ensefalopati (kerusakan otak) dapat terjadi, terutama pada hipertensi maligna


(hipertensi yang meningkat cepat dan berbahaya). Tekanan yang sangat tinggi pada
kelainan ini menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan mendorong cairan ke
ruang interstisial di seluruh susunan saraf pusat. Neuron disekitarnya kolaps dan
terjadi koma serta kematian.

5) Kejang dapat terjadi pada wanita preeklampsia

Bayi yang lahir mugkin memiliki berat lahir kecil akibat perfusi plasenta yang tidak
adekuat, kemudian dapat mengalami hipoksia dan asidosis jika ibu mengalami kejang
selama atau sebelum proses persalinan.

C. TERAPI KOMPLEMENTER UNTUK HIPERTENSI

 Rebusan Dan Jus

Rebusan dan Jus: mentimun (Katimenta et al., 2018 & Tukan, 2018), tomat (Hidaya et
al., 2018), pisang (Lathifah & Ismiyeni, 2017), daun sirih (Priyanto, 2018), dandaun
alpukat (Camalia et al., 2017), dapat menurunkan tekanan darah pada pasien
hipertensi.Mentimun (Cucumis sativus Lin) adalah salah satu sayuran buah yang
banyak dikonsumsi segar oleh masyarakat Indonesia.
Nilai gizi mentimun cukup baik karena sayuran buah ini merupakan sumber mineral
dan vitamin. Kandungan nutrisi per 100 g mentimun terdiri dari 15 kalori, 0,8 g
protein, 0,1 pati, 3 g karbohidrat, 30 mg posfor, 0,5 mg besi, 0,02 thianine, 0,01
riboflavin, 14 mg asam, 0,45 IU vitamin A, 0,3 IU vitamin B1, dan 0,2 IU vitamin B2
Tanaman mentimun tidak memerlukan persyaratan khusus karena dapat ditanam
dengan baik di dataran rendah hingga dataran tinggi.

Namun untuk memperoleh produksi optimal perlu diperhatikan beberapa persyaratan


tumbuh tertentu (Swastika, 2014). Tomat (Lyocopercison lycopersicum) Merupakan
salah satu dari jenis terapi herbal untuk menangani penyakit hipertensi. Tomat kaya
akan kalium. Kerja kalium adalah mempengaruhi sistem renin angiotensin dengan
menghambat pengeluaran. Renin yang bertugas mengubah angiotensinogen menjadi
angiotensin I tetapi karena adanya blok pada sistem tersebut maka pembuluh darah
mengalami vasodilatasi sehingga tekanan darah akan turun. Kalium juga menurunkan
potensial membran pada dinding pembuluh darah sehingga terjadi relaksasi pada
dinding pembuluh darah dan akhirnya menurunkan tekanan darah (Monika, 2013).
Buah pisang merupakan buah tropis yang menjadi favorit banyak orang. Selain
rasanya manis, pisang juga kaya vitamin dan mineral, bisa dimakan langsung atau
diolah menjadi berbagai hidangan lezat (Jayanti, 2016).

Daun Sirih (piper crocatum) merupakan salah satu tanaman obat potensial yang
diketahui secara empiris memiliki khasiat untuk menyembuhkan berbagai jenis
penyakit seperti DM, batu ginjal, menurunkan kolestrol, asam urat kanker, radang
liver, radang prostat,radang mata, keputihan, maag, kelelahan, nyeri sendi dan
memperhalus kulit mencegah stroke dan hipertensi (Neldawati, 2013).

Daun alpukat mengandung zat alkaloid, Flavonoid, sterol, saponin . Alkaloid dalam
daun avokad berkhasiat sebagai diuretik. Diuretik adalah senyawa yang dapat
menambah kecepatan pembentukan urine, fungsi utama deuretik adalah untuk
memobilisasi cairan udema yang berarti mengubah keseimbangan cairan sedemikian
rupa sehingga volume cairan ekstra sel kembali menjadi normal (Paramawati &
Dumilah, 2016).
 Yoga

Menyatakan bahwa terapi yoga dapat menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi
(Pujiastuti et al., 2019).Yoga sangat baik dalam penurunan tekanan darah pada lansia, hal
ini dikarnakan adanya peningkatan pengeluaran hormon endofren pada otak yang
berfungsi untuk merilekskan pembuluh darah yang tegang dan meyempit sehingga
pembuluh darah mampu 278Jurnal Keperawatan Merdeka (JKM), Volume 1 Nomor 2,
November 2021mengalirkan darah secara optimal keseluruh tubuh (Windo, 2015).
Diperkuat oleh teori (Ridwan, 2009). Yoga dianjurkan pada penderita hipertensi, karne
yoga memiliki efek relaksasi yang dapat meningkatkan sirkulasi darah keseluruh tubuh.
Sirkulasi darah yang lancar, mengindikasikan kerja jantung yang sangat baik.

 Meditasi

Meditasi menunjukan bahwa adanya perubahan tekanan darah yang signifikan karena
meditasi akan menekankan sistem sarag otonom (Hermanto, 2014). Meditasi adalah
pemfokusan pikiran menuju status kesadaran yang membawa status ketenangan,
kejelasan, dan kebahagiaan yang merupakan media dari NSR (Sukmono, 2009).
Diperkuat oleh teori ((Ramaiah,2007), meditasi diketahui dapat membantu menurunkan
tekanan darah, stress, depresi, kecemasam pada klien yang mengalami hipertensi dan
setres. Hal ini karena meditasi dapat menekan pengeluaran hormon yang dapat
meningkatkan tekanan darah, denyut nadi, frekuensi pernafasan, yaitu epinefrin, kortisol,
steroid dan aldosterone.

 Musik Klasik

Didapatkan bahwa terapi musik mampu menurunkan tekanan darah pada pasien
hipertensi (Nur et al, 2018). Musik klasik adalah esensi keteraturan dan membaca pada
semua hal yang baik, adil dan indah. Berdasarkan pengertian musik secara umum, musik
klasik diartikan sebagai suatu cipta, rasa, dan karsa manusia yang indah dan dituangkan
dalam bentuk bunyi-bunyian, suara melodi, ritme dan harmoni yang dapat
membangkitkan emosi, dan bisa membuat mood menjadi bahagia, menghilangkan stress,
pengiring selama proses pembelajaran dan bisa untuk mengurangi nyeri (Mahatidanar &
Nisa, 2017).Hal ini sejalan dengan teori dalam buku (Nurgiawati, 2014). Bahwa pada
lansia terapi musik dapat diberikan untuk mengurangi cemas, depresi dan nyeri sendi
terutama lansia yang tinggal dip anti karena dengan musik akan memberikan peluang
kepada situasi yang menyenangkan, rileks, mengurangi rasa sakit, agitasi dan kesempatan
untuk bersosialisasi dan mengenang memori atau peristiwa dan makna yang menyertai
dari musik/ lagu tersebut.

 Tekuk Dan Hipnotis

Didapatkan terapi tekuk dan hipnotis berpengaruh terhadap penurunan tekanan darah
sistol dan diastole yang signifikan pada pasien hipertensi (Subandiya, 2014).Terapi pijat
tengkuk hanya menggunakan tangan manusia, dengan gerakan tangan dapat
meningkatkan gerakan pada sistem musculoskeletal dengan mengurangi pembengkakan,
melonggarkan dan meregangkan otot tendon. Tekanan terhadap kutan dan jaringan
subkutan melepaskan histamine yang pada akhirnya akan menghasilkan vasodilator
pembuluh darah dan meningkatkan aliran balik vena yang kemudian akan menurunkan
kerja jantung. Dengan penurunan kerja jantung, maka tekanan darah akan menjadi turun.
Dalam pelaksanaan pemijatan tidak menggunakan obat, pembedahan, atau alat-alat
kedokteran, karena itulah metode ini dirasa lebih aman untuk digunakan (Subandiya,
2014).

 Terapi SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique)

Didapatkan perbedaan yang signifikan sebelum dan sesudah dilakukan terapi SEFT dalam
penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi (Huda & Alvita, 2018). Menurut
(Zainnudin, 2019) teknik ini menggabungkan sistem energy tubuh (energy medicine) dan
terapi spiritual yang digunakan sebagai salah satu teknik terapi untuk mengatasi masalah
emosional dan fisik yaitu dengan melakukan ketukan ringan (tapping) pada titik syaraf
(meridian tubuh). Spiritual dalam SEFT adalah doa yang diafirmasikan oleh klien pada
saat akan dimulai hingga sesi terapi berakhir, yaitu fase set-up, tune-in,dan tapping. Pada
fase iset-up, klien diminta untuk berdoa kepada tuhan yang maha esa dengan penuh rasa
khusyu’, ikhlas menerima dan kita pasrahkan esembuhannya pada tuhan yang maha esa.
Pada fase tune-in, di lakukan dengan cara merasakan rasa sakit yang dialami, lalu
mengarahkan pikiran ke tempat rasa sakit, dan secara bersamaan dibarengi dengan hati
dan mulut menucapkan doa.Bersamaan dengan tune-in ini dilakukan fase ketiga yaitu
tapping. Pada proses ini (tune-in yang dilakukan bersamaan dengan tapping), yang akan
menetralisir emosi negatif atau rasa sakit fisik. Klien juga 279Jurnal Keperawatan
Merdeka (JKM), Volume 1 Nomor 2, November 2021diminta mengucapkan doa dengan
kalimat tertentu ketika setiap titik-titik meridian diketuk ringan selama tapping.

 Teknik Relaksasi Otot Progresif

Didapatkan bahwa ada pengaruh sistole dan diastole sebelum dan sesudah relaksasi otot
progresif (Damanik & Ziraulio, 2018).Teknik relaksasi otot progresif adalah memusatkan
perhatian pada suatu aktivitas otot, dengan mengidentifikasikan otot yang tegang
kemudian menurunkan ketegangan dengan melakukan teknik relaksasi untuk
mendapatkan perasaan relaks (Purwanto, 2013). Diperkuat oleh teori (Ramadhani &
Putra, 2009), Mengatakan bahwa relaksasi otot progresif merupakansuatu metode untuk
membantu menurunkantegangan sehingga otot tubuh menjadi rileks. Relaksasi otot
progresif bertujuan untuk menurunkan kecemasan, stres, otot tegang dan kesulitan tidur.
Pada saat tubuh dan pikiran rileks, secara otomatis ketegangan yang seringkali membuat
otot-otot mengencang akan diabaikan

 Teknik Nafas Dalam/Slow deep breathing

Didapatkan bahwa adanya pengaruh terapi teknik nafas dalam (deepbreathing) terhadap
penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi (Hastuti & Insiyah, 2015).Teknik
relaksasi napas dalam adalah pernafasan pada abdomen dengan frekuensi lambat serta
perlahan, berirama, dan nyaman dengan cara memejamkan mata saat tarik nafas. Efek
dari terapi ini ialah distarksi atau pengalihan perhatian (Setyoadi et al, 2013). Didukung
oleh (Heryanto, 2010), bahwa Pernapasan diafragma sampai saat ini menjadi metode
relaksasi yang mudah dalam pelaksanaanya. Terapi relaksasi teknik pernapasan diafragma
ini sangat baik untuk di lakukan setiap hari oleh penderita tekanan darah tinggi, agar
membantu relaksasi otot tubuh terutama otot pembuluh darah sehingga mempertahankan
elastisitas pembuluh darah arteri sehingga dapat membantu menurunkan tekanan darah.
Studi terbaru menunjukkan bahwa pasien yang rutin melakukan slow deep breathing telah
berhenti mengkonsumsi obat anti hipertensi dan berpaling pada latihan. Berbagai
penelitian mengenai efek slow deep breathing ditemukan bahwa ada penurunan yang
signifikan dalam tekanan darah setelah berolahraga

 Pijat Refleksi

Menujukan bahwa terapi pijat refleksi dapat menurunkan tekanan darah pada pasien
hipertensi (Rezky et al, 2019).Pijat refleksi adalah suatu praktik memijat titik-titik
tertentu pada tangan dan kaki. Salah satu khasiatnya yang adalah untuk mengurangi rasa
sakit pada tubuh dan mencegah berbagai penyakit, meningkatkan daya tahan tubuh,
membantu mengatasi stress, meringankan gejala migrain, membantu penyembuhan
penyakit kronis, dan mengurangi ketergantungan terhadap obat-obatan dan menurunkan
tekanan darah (Wahyuni, 2014).

 Dance MovementTherapy

Menunjukan terdapat perbedaan yang signifikan dalam perubahan tekanan darah sistol
dan diastole setelah dilakuan dance movement therapy (Supriadin, 2019).Menari adalah
alternatif tradisional terstruktur yang baik untuk program latihan fisik karena dapat
memberikan keamanan dan hal yang meyenangkan dalam menjaga keseimbangan tubuh
(Franco et al, 2016). Didukung oleh teori (Conceicao, et al 2016). Terapi menari
merupakan terapimodalitas aktifitas fisik dalam rehabilitasi kardiovaskuler yang berkaitan
secara positif terhadap integrasi kognitif, emosional dan social dari para penari.

 Terapi Mases Kaki


Didapatkan hasil penelitian menunjukan terdapat pengaruh masase kaki terhadap
penurunan tekanan darah sistol dan diastole pada kelompok dewasa yang mengalami
hipertensi (Patria & Hariyani, 2019).Masase atau pijat adalah penggunaan tekanan dan
gerakan yang bervariasi untuk memanipulasi otot dan jaringan lunak lainnya. Dengan
melemaskan jaringan lunak tubuh, lebih banyak darah dan oksigen dapat mencapai daerah
yang terkena dampak dan mengurangi nyeri. Masase merupakan teknik integrasi sensori
yang mempengaruhi aktivitas sistem saraf otonom. Apabila seseorang mempersepsikan
sentuhan sebagai stimulus rileks maka akan muncul respon relaksasi (Dalimartha,
2012).280Jurnal Keperawatan Merdeka (JKM), Volume 1 Nomor 2, November 2021

 Hidroterapi

Didapatkan bahwa hidroterapi mampu menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi
(Diliani et al, 2017). Hidroterapi (hydrotherapy) yang sebelumnya dikenal sebagai
hidropati (hydropathy) adalah metode pengobatan menggunakan air untuk mengobati atau
meringankan kondisi yang menyakitkan dan merupakan metode terapi dengan pendekatan
“lowtech” yang mengandalkan pada respon-respon tubuh terhadap air (Perry & Potter,
2006 dalam Damayanti, 2014). Teori tersebut juga diperkuat oleh peneliti sebelumnya
(Ilkafah, 2016) perbedaan penurunan tekanan darah lansia dengan obat anti hipertensi dan
terapi rendam air hangat memberikan pengaruh yang signifkan terhadap penurunan
tekanan darah, dan penelitian oleh (Destia. D, 2014) bahwa adanya perbedaan antara
sebelum dan sesudah pemberian hidroterapi rendam air hangat terhadap penurunan
tekanan sistolik dan diastolik.

 Terapi Tertawa

Didapatkan bahwa terapi tertawa dapat menurunkan tekanan darah pada lansi dengan
hipertensi terutama pada nilai sistol (Nurhusnah, 2018).Tertawa merupakan salah satu
bentuk ekspresi emosi seseorang atas kondisi yang menggembirakan, membahagiakan
atau menyenangkan yang secara alami dapat menghambat aktivasi saraf simpatis. Pada
gilirannya hambatan terhadap aktivasi saraf simpatis ini dapat mencegah peningkatan
tekanan darah (hipertensi) bagi yang tidak menderita hipertensi atau menurunkan tekanan
darah bagi mereka yang sudah menderita hipertensi (Velindria et al, 2012).Diperkuat oleh
teori (Haruyama, 2011), dimana dengan berelaksasi yang bisa didapatkan melalui tertawa
tubuh akan melepaskan hormone endorphin yang dapat membantu menurunkan tekanan
darah.

 Terapi Akupresur

Menunjukan bahwa ada pengaruh terapi akupresur terhadap penurunan tekanan darah
pada pasien hipertensi (Aminuddin et al, 2020).Akupresur adalah salah satunya perawatan
non-farmakologis yang dapat diberikan sebagai alternatif atau melengkapi perawatan
medis tertentu. Akupresur atau pemberian tekanan pada titik-titik tertentu di bagian tubuh
yang sangat efisien dan relatif aman karena tidak melibatkan tindakan invasif atau
melukai kulit (Hartono, 2012).Menurut (Kozier, Erb, Berman, & Snyder, 2010)
Akupresur adalah salah satunya perawatan non-farmakologis dengan metode, alat, atau
bahan yang diterapkan dalam perawatan medis, yang dapat diberikan sebagai alternatif
atau melengkapi perawatan medis tertentu.

 Terapi Akupuntur

Didapatkan akupuntur berpengaruh terhadap menurunkan tekanan darah sistol dan


diastole secara signifikan (Hasnah & Ekawati, 2016). Terapi akupuntur merupakan
pengobatan tradisonal chinese atau metode noninvasive berupa pendekanan pada titik-
titik tubuh tertentu dengan menggunakan jarum (longhurst, 2013). Diperkuat oleh teori
(Saputra, 2017).Akupuntur merupakan pengobatan dengan cara memasukan jarum ketitik
(accupoint) tertentu. Kata akupuntur diambil dari kata acus jarum dan puncture tusuk.
Menurut (Plachta et al,2014).

 Terapi Bekam (Cupping therapy)


merupakan salah satu terapi komplementer metode penyembuhan kuno yang telah
dipraktikkan selama berabad-abad di banyak bagian dunia. Terapi bekam dapat dibagi
menjadi dua kategori besar, bekam kering dan basah. bekam kering adalah proses
menggunakan ruang hampa pada berbagai area tubuh untuk mengumpulkan darah di
daerah itu tanpa sayatan sedangkan Bekam basah (atau hijama dalam bahasa Arab) adalah
proses menggunakan ruang hampa udara pada titik-titik berbeda pada tubuh, bersamaan
dengan penggunaan sayatan (goresan kecil dan ringan menggunakan pisau cukur), untuk
menghilangkan apa yang sebelumnya disebut sebagai 'darah berbahaya (Ini merupakan
akumulasi darah yang terletak tepat di bawah permukaan kulit (Mahdavi MRV et al,
2012). Efek bekam terhadap hipertensi adalah berperan menenangkan sistem saraf
simpatik (simpatic nerveous system). Pergolakan pada sistem saraf simpatik ini
menstimulasi sekresi enzim yang berperan sebagai sistem angiotensin renin. Setelah
sistem ini tenang dan aktivitasnya berkurang tekanan darah akan turun; Bekam juga
mengendalikan kadar hormon aldosteron; Zat nitrat oksida (NO) yang berperan dalam
vasodilatasi, melalui zat nitrat oksida ini juga berperan meningkatkan suplai nitrisi dan
darah yang dibutuhkan oleh sel‐sel dan lapisan‐ lapisan pembuluh darah arteri maupun
vena, sehingga pembuluh darah menjadi lebih kuat dan elastis. Serta bekam berperan
menstimulasi reseptor‐reseptor (baroreseptor) sehingga pembuluh darah bisa merespon
stimulus dan meningkatkan kepekaannya terhadap faktor‐faktor penyebab hipertensi
(Sharaf 2012).

 Aromaterapi

Aromaterapi merupakan salah satu terapi pelengkap yang menggunakan minyak atsiri
sebagai agen terapeutik utama untuk mengobati beberapa penyakit. Minyak esensial atau
minyak atsiri diekstraksi dari bunga, kulit kayu, batang, daun, akar, buah-buahan dan
bagian tanaman lainnya dengan berbagai metode. Penghirupan, aplikasi lokal dan mandi
adalah metode utama yang digunakan dalam aromaterapi yang memanfaatkan minyak ini
untuk menembus permukaan kulit manusia dengan aurayang jelas(Ali et al.,
2015).Minyak esensial kenanga (Cananga Odorata) merupakan salah satu jenis
aromaterapi yang mempunyai beberapa kandungan senyawa alami seperti asam bensoat,
geraniol, farnesol, geraniol, eugenol, linalool, sadrol(Sharma, 2008). Sebuah studi
percontohan yang melibatkan 34 profesional dari sebuah kelompok perawat dilakukan di
Portugal untuk memverifikasi penggunaan minyak esensial ylang ylang dalam meredakan
kecemasan dan meningkatkan harga diri seiring dengan perubahan tekanan darah dan
suhu. Hasil penelitianGnatta, Piason, Lopes, Rogenski, dan Silva, (2014) menunjukkan
bukti yang jelas bahwa penggunaan tanaman ini menyebabkan perubahan harga diri yang
signifikan.Menurut Zulmi (2016), aromaterapi kenanga bersifat menenangkan, lansia
yang diberikan aromaterapi kenanga memiliki peningkatan kuaitas tidur malam yang
lebih lama dari pada sebelum pemberian aromaterapi. Selain cananga/ylang-
ylang,penggunaan aromaterapi lavender,rose,lemon dan cendana juga sangat berpengaruh
signifikan terhadap penurunan hipertensi,pengaplikasiannya yaitu dengan cara di inhalasi
maupun di aplikasikan untuk massase yang di campur dengan carrier oil. Bila di
gabungkan untuk hidro terapi juga bisa sangat membantu menurunkan tekanan darah
pada pasien hipertensi.

 Puasa Time restricted Feeding (TRF) dan Intermitten fasting

Puasa Time restricted Feeding (TRF) dan Intermitten fastingtermasuk kedalam puasa
Intermitten (Intermitten fasting/IF) yaitu istilah dari pengaturan pola makan diet yang
menetapkan siklus puasa mengikuti irama sirkardian tubuh dalam 24 jam (siklus terang
gelap tubuh/ jam tubuh) yang dikoordinasikan pada ritme perilaku seperti siklus aktifitas-
istirahat dan makan-puasa. Puasa IF dapat merangsang peningkatan aktifitas reseptor
glutamatergikneuron kolinergik batang serebrospinal dengan mengeluarkan faktor
neurotropik yang dikeluarkan oleh otak (BDNF) yang mengaktifkan sisitem parasimpatis
dimana akan menghasilkan penurunan tekanan sistolik dan diastolik. BDNF
menyebabkan aceticolin dilepaskan oleh nervus vagus dimana akan mereduksi frekuensi
denyut jantung.(GotthardtJD, 2016). Studi-studi awal menunjukkan bahwa intermittent
fasting bisa membantu menurunkan tekanan darah, meningkatkan sensitivitas insulin, dan
mengurangi risiko faktor-faktor penyebab hipertensi seperti obesitas. Namun, hasil bisa
berbeda-beda untuk setiap individu, dan beberapa orang dengan kondisi kesehatan
tertentu mungkin tidak cocok untuk melakukan puasa intermiten.

 Terapi murottal
Al-Quran merupaka suatu pengobatan non-farmakologi dengan menghilangkan stress dan
meningkatkan kebahagiaan dalam hidup manusia. Indikator perubahan adalah
menurunnya tingkat depresi, kecemasan, dan kesedihan dengan diakhiri adanya
ketenangan jiwa sehingga mampu menangangkat berbagai macam penyakit. (Harmawati
& Patricia, 2021).Mekanisme murottal Al-Quran dalam tubuh yaitu akan mengaktifkan
gelombang fositif sebagai terapi relaksasi, hal ini akan menstimulasi adanya relaksasi
yang dihasilkan oleh murottal Al-Quran. Saat otak diberikan stimulus berupa suara, dan
suara berbanding lurus dengan frekwensi natural sel, maka sel akan bersonasi kemudian
dapat aktif dan memberikan sinyal ke kelenjar. Selanjutnya tubuh akan mengeluarakan
hormone endorphin, kondisi inilah yang akan menjadikan tubuh rileks maka akan
terjadi penurunan epinephrine dan tekanan darah. (Harmawati & Patricia,
2021).Penelitian yang dilakukan oleh (Harmawati & Patricia, 2021), dalam jurnal yang
berjudul “Pengaruh Pemberian Terapi Murottal Surat Ar-Rahman Terhadap Tekanan
Darah Pada Lansia Dengan Hipertensi Di Puskesmas Tanah Kampung”, didapatkan hasil
terdapat pengaruh terapi murottal Al-Quran surah Ar-Rahman terhadap tekanan darah
pada penderita hipertensi, sistolik didapatkan nilai p value = 0,000 (p≤0,05), untuk
sistolik dan p value = 0,000 untuk diastolic.
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Resiko terkena hipertensi semakin meningkat menjadi fenomena, hipertensi dan angka
kejadian di Indonesia, dengan adanya terapi komplementer diharapkan bisa memberikan
kontribusi dan masukan bagi pelayanan keperawatan sebagai salah satu alternative dalam
pengobatan hipertensi.

B. Saran

Mahasiswa dan pembaca bisa menerapkan terapi komplementer untuk tindakan keperawatan
menangani penyakit hipertensi.
DAFTAR PUSTAKA

Aspiani, 2015, Hipertensi Penyakit Paling Banyak Diidap Masyarakat, Departemen


Kesehatan RI, Jakarta.

Black, 2015, Anatomi pada penyakit hipertensi , Dinas Kesehatan Yogyakarta, Yogyakarta.

Dika P, Rano K. Sinurya, Irma


M. Puspitasari, Ajeng Diantini, Pengukuran Tingkat Kepatuhan Pengobatan pasien Hipertensi
Fasilitas Kesehatan tingkat Pertama di Kota Bandung, diakses tanggal 12 September 2019
(http://jurnal.unpad.ac.id/ijcp/article/view/16375)

Dinkes Sleman, 2018, Profil Kesehatan Sleman, Dinas Kesehatan Sleman, Yogyakarta.

Muchid, Abdul, 2016, Buku Saku Hipertensi:Pharmacheutical Care Untuk Penyakit


Hipertensi, Jakarta: Depkes RI Ditjen Bina Farmasi Komunitas dan Klinik.
Nura
ini B, 2015, Risk Factors Of Hypertension, diakses tanggal 22 JANUARI
2021(http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/view/60 2)

Palmer, Anna dan Williams, Bryan, 2007, Tekanan Darah Tinggi, Erlangga, Jakarta.

Murdiyanti, 2019.KONSEP Akupresur, Profil Kesehatan JawaTengah

,Yogyakarta.
http://repository.stikeshangtuahsby.ac.id/396/1/SKRIPSI%20ARYANI%20IKA
%20M_1710016.pd

NIH National Center for Complementary and Alternative Medicine. CAM Basics.
Publication 347. [October 2, 2008]. Available at: http://nccam.nih.gov/health/whatiscam/

Anda mungkin juga menyukai