Anda di halaman 1dari 21

TERAPI KOMPLEMENTER

PADA PASIEN HIV

Disusun
Oleh :

Kelompok I

Lulud Setyadi 2020122025


Dwi Wanto Setyawan 2020122026
Ngadimin 2020122027
Triyanto 2020122028
Ratih Rahmawati 2020122029
Martiwi Budiyani 2020122036

PRODI KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SAHID SURAKARTA
2021
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Terapi komplementer dikenal dengan terapi tradisional yang
digabungkan dalam pengobatan modern. Komplementer adalah
penggunaan terapi tradisional ke dalam pengobatan modern (Andrews et
al., 1999). Terminologi ini dikenal sebagai terapi modalitas atau
aktivitas yang menambahkan pendekatan ortodoks dalam pelayanan
kesehatan (Crips & Taylor, 2001).

Terapi komplementer juga ada yang menyebutnya dengan


pengobatan holistik. Pendapat ini didasari oleh bentuk terapi yang
mempengaruhi individu secara menyeluruh yaitu sebuah
keharmonisan individu untuk mengintegrasikan pikiran, badan, dan jiwa
dalam kesatuan fungsi (Smith et al., 2004).
Pendapat lain menyebutkan terapi komplementer dan alternative
sebagai sebuah domain lias dalam sumber daya pengobatan yang
meliputi system kesehatan, modalitas, praktik dan di tandai dengan
teori dan keyakinan, dengan cara berbeda dari sistem pelayanan
kesehatan yang umum di masyarakat atau budaya yang ada
(Complementary and alternative medicine/CAM Research
Methodology Conference, 1997 dalam Snyder & Lindquis, 2002).
Terapi komplementer dan alternatif termasuk didalamnya seluruh praktik
dan ide yang didefinisikan oleh pengguna sebagai pencegahan atau
pengobatan penyakit atau promosi kesehatan dan kesejahteraan.
Teori keperawatan yang ada dapat dijadikan dasar bagi perawat
dalam mengembangkan terapi komplementer misalnya teori
transkultural yang dalam praktiknya mengaitkan ilmu fisiologi, anatomi,
patofisiologi, dan lain- lain. Hal ini didukung dalam catatan keperawatan
Florence Nightingale yang telah menekankan pentingnya
mengembangkan lingkungan untuk penyembuhan dan pentingnya
terapi seperti musik dalam proses penyembuhan. Selain itu, terapi
komplementer meningkatkan kesempatan perawat dalam menunjukkan
caring pada klien (Snyder & Lindquis, 2002).
Perkembangan terapi komplementer akhir akhir ini menjadi
sorotan banyak negara. Pengobatan komplementer atau alternatif
menjadi bagian penting dalam pelayanan kesehatan di Amerika Serikat
dan negara lainnya (Snyder & Lindquis, 2002). Estimasi di Amerika
Serikat 627 juta orang adalah pengguna terapi alternatif dan 386 juta
orang yang mengunjungi praktik konvensional (Smith et al., 2004).
Data lain menyebutkan terjadi peningkatan jumlah pengguna terapi
komplementer di Amerika dari 33% pada tahun 1991 menjadi 42% di
tahun 1997 (Eisenberg, 1998 dalam Snyder & Lindquis, 2002).

Klien yang menggunakan terapi komplemeter memiliki beberapa


alasan. Salah satu alasannya adalah filosofi holistik pada terapi
komplementer, yaitu adanya harmoni dalam diri dan promosi
kesehatan dalam terapi komplementer. Alasan lainnya karena klien
ingin terlibat untuk pengambilan keputusan dalam pengobatan dan
peningkatan kualitas hidup dibandingkan sebelumnya. Sejumlah 82%
klien melaporkan adanya reaksi efek samping dari pengobatan
konvensional yang diterima menyebabkan memilih terapi komplementer
(Snyder & Lindquis, 2002). Terapi komplementer yang ada menjadi
salah satu pilihan pengobatan masyarakat. Di berbagai tempat
pelayanan kesehatan tidak sedikit klien bertanya tentang terapi
komplementer atau alternatif pada petugas kesehatan seperti dokter
ataupun perawat. Masyarakat mengajak dialog perawat untuk
penggunaan terapi alternatif (Smith et al., 2004). Hal ini terjadi karena
klien ingin mendapatkan pelayanan yang sesuai dengan pilihannya,
sehingga apabila keinginan terpenuhi akan berdampak ada kepuasan
klien. Hal ini dapat menjadi peluang bagi perawat untuk berperan
memberikan terapi komplementer.
Peran yang dapat diberikan perawat dalam terapi komplementer
atau alternatif dapat disesuaikan dengan peran perawat yang ada, sesuai
dengan batas kemampuannya. Pada dasarnya, perkembangan
perawat yang memerhatikan hal ini sudah ada. Sebagai contoh yaitu
American Holistic Nursing Association (AHNA), Nurse Healer
Profesional Associates (NHPA) (Hitchcock et al., 1999). Ada
pula National Center for Complementary/Alternative Medicine
(NCCAM) yang berdiri tahun 1998 (Snyder & Lindquis, 2002).

Kebutuhan masyarakat yang meningkat dan berkembangnya


penelitian terhadap terapi komplementer menjadi peluang perawat untuk
berpartisipasi sesuai kebutuhan masyarakat. Perawat dapat berperan
sebagai konsultan untuk klien dalam memilih alternatif yang sesuai
ataupun membantu memberikan terapi langsung. Namun, hal ini perlu
dikembangkan lebih lanjut melalui penelitian (evidence-based practice)
agar dapat dimanfaatkan sebagai terapi keperawatan yang lebih baik.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah definisi terapi komplementer itu
2. Apakah manfaat dari terapi komplementer itu
3. Apakah jenis jenis dari terapi komplementer itu
4. Bagaimana peran perawat dalam Terapi Komplementer ?

5. Bagaimanakah pengaruh terapi komplementer terhadap pasien


dengan
HIV ?

1.3 Tujuan
Dengan tersusunnya makalah ini diharapkan mahasiswa dapat
mengetahui dan memahami tentang Terapi komplementer sera
Asuhan keperawatan pada pasien Terminal Illness ( Palliative Care )
HIV AIDS
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Menurut Kamus besar bahasa Indonesia ( KBBI ), Terapi


adalah usaha untuk memulihkan kesehatan orang yang sedang akit,
pengobatan penyakit, perawatan pemulihan penyakit. Komplementer
adalah bersifat melengkapi, bersifat menyempurnakan. Menurut
WHO ( World Health Organization ), Pengobatan komplementer
adalah pengobatan non konvensioanl yang bukan berasal dari Negara
yang bersangkutan, sehingga semisal di Indonesia, Jamu bukan
termasuk pengobatan komplementer tetapi merupakan pengobatan
tradisional. Pengobatan tradisional yang di maksud adalah pengobatan
yang sudah dari jaman dahulu digunakan dan diturunkan secara turun
temurun pada suatu Negara. Tetapi di philipina misalnya, jamu di
Indonesia bisa di kategorikan termasuk dalam pengobatan
komplementer.
Terapi komplementer adalah cara penanggulangan penyakit
yang dilakukan sebagai pendukung kepada pengobatan medis
konvensional atau sebagai pengobatan pilihan lain di luar
pengobatan medis yang konvensional. Sedangkan menurut
peraturan menteri kesehatan, definisi dari pengobatan komplementer
tradisioanl alternative adalah pengobatan non konvensional yang
meliputi upaya promotiv, preventive, kuratif dan rehabilitative yang
di peroleh melalui pendidikan terstruktur dengan kualitas,
keamanan, dan efektivitas yang tinggi berlandaskan ilmu
pengetahuan biomedik tapi belum di terima dalam
kedokteran konvensional.
2.2. Tujuan Terapi Komplementer

Terapi komplementer bertujuan untuk memperbaiki fungsi


dari sistem – sistem tubuh, terutama sistem kekebalan dan pertahanan
tubuh agar tubuh dapat menyembuhkan dirinya sendiri yang sedang
sakit, karena tubuh kita sebenarnya mempunyai kemampuan untuk
menyembuhkan dirinya sendiri, asalkan kita mau mendengarkannya
dan memberikan respon dengan asupan nutrisi yang baik lengkap
serta perawatan yang tepat.

2.2 Jenis Jenis Terapi Komplementer

1. Sistem medis Alternatif

a. Akupuntur
Suatu metode tradisional Cina yang menghasilkan analgesia
atau perubahan fungsi system tubuh dengan cara memasukan
jarum tipis sepanjang rangkaian garis atau jalur yang disebut
meredian. Manipulasi jarum langsung pada meridian energi
akan mempengaruhi organ internal dalam dengan pengalihan qi.
b. Ayurveda
System pengobatan tradisional Hindu yang memkombinasikan
obat herbal, obat pencahar dan minyak gosok.
c. Pengobatan Homeopatic
System mengobatan medis yang didasari pada teori bahwa
penyakit tertentu dapat diobati dengan memberikan dosis kecil
substansi yang ada pada individu sehat akan menghasilkan gejala
seperti penyakit.
d. Pengobatan Naturopatik
System pengobatan didasari pada makanan alami, cahaya,
kehangatan, pijatan air segar, olah raga teratur dan
menghindari pengobatan, mengenali kemampuan mnyembuhkan
tubuh alami.
e. Pengobatan Tradisional Cina

Kumpulan tehnik dan metode sistematik termasuk


akupuntur, pengobatan herbal, pijatan, akupreser, moxibustion
(menggunakan panas dari herbal yang dibakar), qigong
(menyeimbangkan aliran energi

melalui gerakan
tubuh).

2. Terapi Biologis
Menggunakan substansi alam seperti herbal, makana dan
vitamin
a. Zona
Program diet yang memerlukan makanan berprotein, karbohidrat
dan lemak dengan perbandingan 30 : 40 : 30
digunakan untuk menyeimbangkan insulin dan hormone lain
untuk kesehatan optimal

b. Diet Mikrobiotik Diutamakan diet vegetarian


c. Pengobatan Ortomolekuler
Meningkatkan nutrisi seperti vitamin c dan
betakaroten

3. Memanipulasi dan Metode Didasari Tubuh


Didasari pada manipulasi dari pergerakan dari satu atau lebih dari
b agian tubuh

a. Akupresur
Tehnik terapetik mempergunakan tekanan digital dalam cara
tertentu pada titik yang dibuat pada tubuh untuk mengurangi
rasa nyeri menghasilkan analgesic atau mengatur fungsi tubuh.
b. Pengobatan Kiropratik
System terapi yang melibatkan manipulasi kolumna spinalis
dan memasukan fisiotherapy dan terapi cliet.
c. Metode Feldenkrais

Terapi alternatif yang didasarkan pada citra tubuh yang baik


melalui perbaikan pergerakan tubuh.
d. Tai chi

Terapi alternatif yang menghubungkan pernafasan, pergerakan


dan meditasi untuk membersihkan, memperkuat dan sirkulasi
energi dan darah kehidupan yang penting.
e. Terapi Pijat
Manipulasi jaringan ikat melalui pukulan, gosokan atau
meremas untuk meningkatkan sirkulasi, memperbaiki sifat otot dan
relaxsi.
f. Sentuhan Ringan
Sentuhan pada klien dengan cara yang tepat dan halus untuk
membuat hubungan menunjukkan penerimaan dan memberikan
penghargaan.

4. Intervensi tubuh dan pikiran

Menggunakan berbagai tehnik yang di buat untuk meningkatkan


kapasitas pikiran untuk mempengaruhi tubuh.

a. Terapi Seni
Menggunakan seni untuk mendamaikan konflik
emosional, meningkatkan kewaspadaan diri dan mengungkapkan
masalah yang tidak di katakan dan didasari klien penyakit mereka.

b. Umpan balik biologi


Suatu proses yang memberikan individu dengan informasi visual
dan suara tentang fungsi fisiologis otonomi tubuh.

5. Intervensi tubuh-pikiran
Menggunakan berbagai tehnik yng dibuat untuk meningkatkan
kapasitas pikiran guna mempengaruhi fungsi dan gejala tubuh.
a. Terapi Dansa

Sarana memperdalam dan memperkuat terapi karena


merupakan ekspresi langsung dari pikiran dan tubuh.
b. Terapi Pernafasan

Menggunakan segala jenis pola pernafasan untuk


merelaxasi, memperkuat atau membuka jalur emosional.
c. Imajinasi Terbimbing
Tehnik terapiutik untuk mengobati kondisi patologis
dengan berkonsentrasi pada imajinasi atau serangkaian gambar.
d. Meditasi
Praktik yang ditujukan pada diri untuk merelaxasi tubuh
dan menenangkan pikiran menggunakan ritme pernafasan yang
berfokus.
e. Terapi Musik

Menggunakan music untuk menunjukkan kebutuhan fisik,


psikologis, kogniti dan sosial individu yang menderita cacat dan
peny.
f. Usaha Pemulihan (doa)
Berbagai tehnik yang menggunakan dalam banyak budaya
yang menggabungkan pelayanan, kesabaran, cinta atau empati
dengan target doa.
g. Psikoterapi
Pengobatan kelainan mental dan emosional dengan tehnik
psikologi
h. Yoga

Tehnik yang befokus pada susunan otot, postur, mekanisme


pernafasan dan kesadaran tubuh.
6. Terapi Energi

Melibatkan penggunaan medan energy.

a. Terapi Reiki
Terapi yang berasal dari praktik budha kuno di mana
praktisi menempatkan tangannya pada atau diatas bagian
tubuh dan memindahkan keharmonisan dan keseimbangan
untuk mengobati gangguan kesehatan.
b. Sentuhan terapiutik

Pengobatan melibatkan pedoman keseimbangan energi atau


praktisi dalam suatu cara yang disengaja tidak semua pasien.

Di Indonesia ada 3 jenis teknik pengobatan komplementer yang


telah ditetapkan oleh Departemen Kesehatan untuk dapat di integrasikan
ke dalam pelayanan konvensional, yaitu :
1. Akupuntur Medik
Dilakukan oleh dokter umum berdasarkan kompetensinya. Metode
yang berasal dari cina ini diperkirakan sangat bermanfaat dalam
mengatasi berbagai kondisi kesehatan tertentu dan juga sebagai
analgesia ( pereda nyeri ). Cara kerjanya adalah dengan
mengaktivasi berbagai molekul signal yang berperan pada system
tubuh.

2. Terapi Hiperbarik
Suatu metode terapi dimana pasien di masukkan ke dalam sebuah
ruangan yang memiliki tekanan udara 2-3 kali lebih besar daripada
tekanan udara atmosfer normal ( 1 atmosfer ), lalu diberi pernafasan
oksigen murni (100 % ). Selama terapi, pasien boleh membaca,
makan ataupun minum untuk menghindari trauma pada telinga akibat
tingginya tekanan udara.

3. Terapi Herbal Medik


Terapi dengan menggunakan obat bahan alam, baik berupa
herbal terstandart dalam kegiatan pelayanan penelitian maupun
berupa fitofarmaka. Herbal terstandart yaitu herbal yang telah
melalui uji preklinik pada cell line atau hewan coba , baik
terhadap keamanan maupun efektivitasnya. Terapi dengan
menggunakan herbal ini akan di atur lebih lanjut oleh departemen
kesehatan RI. Adapun persyaratan yang harus dipenuhi yaitu :
a. Sumber daya manusia harus tenaga dokter yang sudah
memiliki kompetensi
b. Bahan yang digunakan harus yang sudah terstandart dan
dalam bentuk sediaan farmasi
c. Rumah sakit yang dapat melakukan pelayanan penelitian
harus mendapat ijin dari Departemen kesehatan republik
Indonesia dan akan dilakukan pemantauan terus menerus.

Dari 3 jenis teknik pengobatan komplementer yang ada, daya


efektivitasnya untuk mengatasi berbagai gangguan penyakit tidak bisa di
bandingkan satu dengan lainnya karena masing masing mempunyai
teknik serta fungsinya sendiri sendiri. Terapi hiperbarik misalnya ,
umumnya digunakan untuk pasien pasien dengan ganggren supaya tidak
perlu dilakukan pengamputasian bagian tubuh. Terapi herbal,
berfungsi memperbaiki keadaan umum, meningkatkan system imun
tubuh, mengatasi konstipasi atau diare, meningkatkan nafsu makan
serta menghilangkan atau mengurangi efek samping yang timbul akibat
pengobatan kanker itu sendiri, seperti mual dan muntah, fatique (
kelelahan) dan neuropati.

2.4 Dasar Hukum


1. Peraturan Menteri kesehatan RI nomor 1109 tahun 2007
tentang penyelenggaraan pengobatan komplementer-alternatif
pelayanan kesehatan.

2. Permenkes RI no 1186 / Menkes / per / XI / 1996 tentang


pemanfaatan akupuntur di sarana pelayanan kesehatan.
3. Keputusan Menteri Kesehatan RI no 1076 / Menkes / SK / VII /
2003 tentang penyelenggaraan pengobatan tradisional.
4. Keputusan Menteri Kesehatan RI no 121 tahun 2008 tentang
standar pelayanan Medik Herbal.
2.5 Penerapan Dalam Praktek Keperawatan
Keperawatan holistic menghormati serta mengobati jiwa, tubuh

dan pikiran klien, perawatan menggunakan Intervensi Keperawatan

holistik seperti terapi relaxasi, terapi music, sentuhan ringan dan usaha

pemulihan (doa). Intervensi seperti ini mempengaruhi Individu secara

keseluruhan (jiwa, tubuh, pikiran) dan merupakan pelengkap yang

bersifat efektif ekonomis, non, invasive serta non farmakologis untuk

pelayanan medis terapi tersebut di susun dalam 2 tipe:

1. Terapi yang dapat diakses


keperawatan.
Di mana seorang perawat dapat mulai mempelajari
dan mempergunakanya dalam pelayanan klien.
2. Terapi latihan spesifik
Di mana seorang perawat tidak dapat melakukan tanpa
pelatihan tambahan dan atau sertifikat.

2.6 Metode Terapi Komplementer


2.6.1 Hipnoterapi

Hypnotherapy adalah suatu metode dimana pasien


dibimbing untuk melakukan relaksasi, dimana setelah kondisi
relaksasi dalam ini tercapai maka secara alamiah gerbang pikiran
bawah sadar sesesorang akan terbuka lebar, sehingga yang bersangkutan
cenderung lebih mudah untuk menerima sugesti penyembuhan yang
diberikan. Hipnoterapi dapat juga dikatakan sebagai suatu teknik
terapi pikiran menggunakan hipnotis. Hipnotis bisa diartikan sebagai
ilmu untuk memberi sugesti atau perintah kepada pikiran bawah sadar.
Orang yang ahli dalam menggunakan hipnotis untuk terapi disebut
“hypnotherapist”. Hipnoterapi menggunakan sugesti atau pengaruh kata
- kata yang disampaikan dengan teknik - teknik tertentu. Satu - satunya
kekuatan dalam hipnoterapi adalah komunikasi.Setiap perawat sudah
cukup akrab dengan namanya komunikasi karena pekerjaannya adalah
langsung berinteraksi dengan orang banyak, termasuk klien dan keluarga.
Oleh karena itu tak akan banyak waktu jika dibutuhkan latihan, sebab
hampir setiap hari kita berkomunikasi dengan orang asing. Perawat
mampu menghipnotis pasien jika dia memahami bahasa yang perawat
gunakan.

2.6.2 Meditasi
Meditasi adalah Praktik relaksasi yang melibatkan pengosongan pikiran
dari semua hal yang menarik, membebani, maupun mencemaskan dalam
hidup sehari-hari. Dengan kata lain, meditasi melepaskan kita dari
penderitaan pemikiran baik dan buruk yang sangat subjektif yang
secara proporsional berhubungan langsung dengan kelekatan kita
terhadap pikiran dan penilaian tertentu. Mekanisme Meditasi : Ada
banyak cara untuk bermeditasi, termasuk meditasi sebagai gerakan
atau tarian dan meditasi atas bunyi, music, dan imajeri
visual. Untuk melakukan meditasi, Anda harus dapat menurunkan
frekuensi gelombang otak terlebih dulu dengan cara relaksasi.
Kenali irama gelombang yang mengalir yang sering mengacaukan
peningkatan kesadaran dalam meditasi sehingga dapat menemukan
cara yang khas untuk membuatnya menjadi selaras.

2.6.3 Yoga
Kata yoga berarti “bersatu atau bergabung”.Dalam latihan yoga,
dapat menggabungkan dan menyatukan pikiran dan tubuh kedalam satu
kesatuan yang saling melekat dan seimbang.Yoga adalah salah satu
sistem perawatan kesehatan yang menyeluruh tertua yang pernah ada,
yang berfokus pada pikiran dan tubuh (Cynthia, 2007). Yoga bisa
juga disebut sebagai sebuah alat terapi.Banyak penyakit dan gangguan
tubuh yang dapat dilepaskan melalui berbagai posisi tubuh tertentu
dan latihan pernafasan dibawah bimbingan pelatih yoga terlatih. Dan
setiap orang dapat melakukan yoga tanpa memandang usia, ukuran,
kelenturan, ataupun kesehatan (Cynthia, 2007).
Tujuan Yoga : Di masa kini yoga dipandang sebagai suatu teknik
yang bermanfaat untuk mencapai kebugaran dalam kehidupan sehari-
hari dan mencegah serta menyembuhkan berbagai macam penyakit
atau gangguan tertentu (Savitri, 2009).
Berbagai variasi yang berbeda dari yoga muncul untuk tujuan yang
berbeda.
Variasi yang utama dari yoga termasuk :
1) Karma Yoga (yoga untuk tugas atau aksi)
2) Bhakti Yoga (yoga untuk penyembahan)
3) Jnyana Yoga (Yoga untuk pengetahuan)
4) Hatha Yoga (yoga untuk penampilan
badan). Manfaat Yoga :
1) Pembaruan Energi
a. Energi Penuaan yang Anggun
Berbagai posisi yoga yaitu anti penuaan dan anti gravitasi.
Berbagai proses tersebut dapat mengurangi pengeriputan organ atau
otot yang ditimbulkan oleh proses penuaan dan pengaruh proses
gravitasi yang terus-menerus. Latihan yoga yang teratur dapat
meningkatkan kelenturan dan mempertahankan kelenturan dan
meremajakan tulang punggung. Berbagai posisi tersebut juga dapat
mengembangkan koordinasi dan juga keseimbangan dalam proses
penuaan. Yoga dapat memperbaiki postur tubuh dan dapat pula
untuk meningkatkan mekanisme tubuh.
b. Menjadi Tetap Bugar
Yoga merupakan cara yang baik untuk membentuk postur
tubuh. Berbagai posisi yoga dapat menyehatkan berbagai
organdan membentuk otot-otot yang panjang dan
langsing.Latihan menekuk tubuh kedepan, kebelakang, dan
berbagai posisi menyamping atau berpilin dan posisi terbalik
dapat menyeimbangkan dan melatih setiap otot, tulang, sendi-
sendi, dan organ-organ tubuh.

2)Perbaikan Sirkulasi
Posisi-posisi yoga akan membawa perbaikan sirkulasi darah dan
kelenjar getahbening diseluruh tubuh. Tekanan dari ruang
abdomen terdapat diafragma yang dapat melatih otot-otot diafragma
dan jantung. Posisi- posisi terbalik dapat meningkatkan kualitas tidur
karena posisi tersebut membantu proses relaksasi sistem syaraf
simpatik, memampukan respon relaksasi untuk masuk.
3) Menghilangkan penyakit Kronis dan Mengurangi Stress
Berbagai penyakit kronis pada umumnya, atritis, osteoporosis,
obesitas, asma, penyakit jantung, dapat disembuhkan dengan latihan
program
secara hatha yogaYoga
teratur. dapat menanggulangi stress dengan
menanfaatkan kesadaran, pemusatan dan berbagai teknik pernapasan.
Gerakan-gerakan
yang lembut, relaksasi yang mendalam dam meditasi.
2.6.4 Doa
Kata do’a berasal dari bahasa latin yaitu precarius yang berarti
untuk
mendapatkan dengan mengemis dan dariprecari berarti memohon.
Jadi,
doa adalah mengangkat dari hati dan jiwa ke Mahatinggi.
Menurut
Nouwen, Christensen dan Laird (2006), doa adalah sikap dari
membuka
hati diam – diam selaras dengan Roh Allah, mengungkapkan itu
sendiri dengan rasa syukur.
Manfaat Doa :
1) Mengurangi daya stress yang ditimbulkan oleh beraneka
ragam persoalan hidup yang kita alami mereka yang suka malas
berdoa akan lebih mudah untuk mengalami stress
2) Meningkatkan ketegaran hati mereka yang lebih tekun berdoa
akan lebih tegar menghadapi peristiwa – peristiwa yang terjadi di
luar yang di kehendakinya bahkan peristiwa pahit sekalipun
3) Menjadikan yang tidak baik menjadi baik setiap orang yang
tekun berdoa akan memiliki kemampuan untuk merubah yang
tidak baik menjadi baik, dibandingkan mereka yang malas berdoa
justru menjadikan yang baik menjadi buruk

4) Layak menerima keselamatan. Dengan berdoa tekun seseorang


mendapatkan kesempatan untuk semakin kuat dan bahkan
karena relasinya yang baik dengan Allah selagi di dunia ini
ia juga akan mengalami yang sama kelak di keabadian
5) Menurunkan tingkat emosi atau kemarahan mereka yang lebih
sering berdoa akan lebih mampu mengendalikan diri dalam
hal emosi dan kemarahan mereka yang sedang mau marah
dan kemudian berdoa niscaya emosinya menjadi stabil
6) Mengurangi bahkan menghilangkan rasa putus asa mereka yang
tekun berdoa akan memiliki kemampuan lebih untuk tidak mudah
putus asa saat berada dalam kegagalan dibanding mereka yang
jarang bahkan sama sekali malas berdoa
7) Membuat orang menjadi lebih terbuka terhadap kelemahan
dan kekurangan sesama mereka yang tekun berdoa dengan baik
memiliki sikap yang lebih terbuka terhadap sesamanya karena
ia akan terbantu dalam doa-doanya untuk menyadari juga
kelemahaan kelemahannya sendiri
8) Meningkatkan kemampuan dalam mengembangkan diri.
Seseorang yang dalam hidupnya tekun untuk berdoa akan
memiliki kekuatan dan kemampuan untuk mengembangkan diri
dengan lebih maksimal, karena ia akan semakin memahami talenta
– talenta yang Tuhan berikan dan bagaimana seharusnya
dikembangkan
9) Meningkatkan daya tahan tubuh dari penyakit – penyakit
yang disebabkan gangguan psikis dengan ketekunan dalam berdoa,
seseorang akan memiliki daya tahan secara fisik karena mampu
untuk menghadapi dan menjalani kehidupan dengan segala
peristiwanya dalam terang Kehendak Allah, sehingga tubuh tidak
menjadi mudah lemah karena beban pikiran dan pekerjaan
10) Meningkatkan daya cinta kasih kepada diri sendiri dan orang lain
ketekunan dalam doa membuat seseorang memiliki relasi intim
dengan Tuhan Allah. Allah sendiri adalah kasih maka mereka yang
tekun berdoa niscaya memiliki daya cinta kasih yang lebih
kepada diri sendiri dan sesamanya. Mereka yang terjerumus dalam
narkoba pastilah orang yang tidak tekun berdoa karena tidak
mampu mencintai dan mengasihi diri sendiri.
2.6.5 Penyembuhan spiritual

Terapi spiritual adalah terapi dengan pendekatan terhadap


kepercayaan yang dianut oleh klien dengan cara memberikan
pencerahan. Tujuan Terapi Spritual adalah :

a. Mereduksi lamanya waktu perawatan klien gangguan psikis.


b. Memperkuat mentalitas dan konsep diri klien
c. Klien dengan gangguan psikis berasal dari persepsi yang salah
terkait dengan dirinya, orang lain, dan lingkungan, dengan terapi
spiritual maka klien akan dikembalikan persepsinya terkait
dengan dirinya, orang lain dan lingkungan.
d. Mempunyai efek positif dalam menurunkan stress.

2.7 Pengaruh Terapi Komplementer terhadap pasien HIV


Para Pengidap HIV ( Human Immunodeficiency Virus ),
dengan pemenuhan nutrisi dan ketenangan spiritual bisa
memperpanjang harapan hidup mereka. Terapi alternative
komplementer, seperti : akupuntur, acupressure, meditasi dan
mengkonsumsi tanaman obat dapat menambah daya tahan tubu dan
pertumbuhan sel sel imun. Pernyataan di atas perah di kemukakan oleh
Putu Oka Sukanta, akupunturis sekaligus pembicara dalam talkshow
yang di adakan Indonesia HIV Prevention and care Project ( IHPCP )
di Indonesia sehat Expo 2007, Jakarta Concention center. Menurut
Putu Oka Sukanta, ketenangan spiritual dan nutrisi peningkat daya
tahan membuat virus lebih jinak dan memperlambat
perkembangannya dalam tubuh manusia, sehingga member
kesempatan CD4 yaitu sel pembentuk daya tahan tubuh untuk
berkembang dan memperbanyak diri.

Akupuntur dan acupressure diberikan untuk memperkuat organ


organ vital, seperti : Paru paru, ginjal, lambung dan limpa, Pada
masa awal infeksi HIV. Sebelum daya tahan tubuh dan sel sel CD4
turun karena infeksi HIV, organ penting tersebut harus kuat, “ kata
Putu Oka. Untuk penderita HIV, ke empat organ vital tersebut harus
dijaga daya tahannya karena memiliki fungsi penting, seperti paru paru
yang berfungsi mengikat oksigen, lambung untuk mengolah makanan
yang masuk dan limpa yang berguna untuk menyerap sari sari
makanan. Dengan acupressure, titil titik tubuh yang berhubungan
dengan organ tersebut dipijat untuk menguatkan fungsi organ.

Selain dengan teknik akupessure dan akupuntur, konsumsi


tanaman oabt juga membantu penguatan fungsi organ vital.
Pegagan misalnya, digunakan untuk regenerasi sel pembentuk daya
tahan tubuh dan juga untuk menguatkan fungsi ginjal. Selain
pegagan, tanaman penguat daya tahan tubuh penderita HIV adalah
Meniran. Reaksi pertama yang ditunjukkan pengidap HIV adalah
penyangkalan dan stress. Stress adalah salah satu penyebab vital
menurunnya daya tahan tubuh. Untuk mempertahankan
ketenangan batin pengidap HIV, diperlukan suatu metode, seperti
meditasi dan olah napas untuk membantu penderita menenangkan
diri. Teknik olah napas saat meditasi membantu paru paru mengikat
oksigen.

2.8 Kendala Terapi Komplementer


1. Masih lemahnya pembinaan dan pengawasan
2. Terbatasnya kemampuan tenaga kesehatan dalam melakukan
bimbingan
3. Terbatasnya anggaran yang tersedia untuk pelayanan kesehatan
komplementer
4. Belum memadainya regulasi yang mendukung pelayanan
kesehatan komplementer
5. Terapi komplementer belum menjadi program prioritas dalam
penyelenggaraan pembangunan kesehatan.

2.9 Perbedaan Terapi Komplementar dengan Terapi Alternatif


1) Pengobatan alternatif adalah jenis pengobatan yang tidak
dilakukan oleh paramedis/dokter pada umumnya, tetapi oleh
seorang ahli atau praktisi yang menguasai keahliannya tersebut
melalui pendidikan yang lain/non medis.
2) Pengobatan komplementer adalah pengobatan tradisional yang sudah
diakui dan dapat dipakai sebagai pendamping terapi
konvesional/medis
2.10 Peran Perawat dalam terapi Komplementer
1. Perawat adalah sebagai pelaku dari terapi komplementer selain
dokter dan praktisi terapi.
2. Perawat dapat melakukan intervensi mandiri kepada pasien dalam
fungsinya secara holistik dengan memberikan advocate dalam hal
keamanan, kenyamanan dan secara ekonomi kepada pasien.

3. Perawat sebagai konselor : dapat menjadi tempat bertanya,


konsultasi dan diskusi apabila klien membutuhkan informasi
ataupun sebelum mengambil keputusan.
4. Perawat sebagai pendidik kesehatan, perawat dapat menjadi
pendidik bagi perawat di sekolah tinggi keperawatan yang
berkembang di Australia dengan lebih dahulu mengembangkan
kurikulum pendidikan ( Crips & Taylor, 2001 )
5. Peran Perawat sebagai peneloti di antaranya dengan melakukan
berbagai penelitian yang di kembangkan dari hasil evidance based
practice.
6. Perawat berperan sebagai pemberi pelayanan langsung misalnya dalam
praktik pelayanan kesehatan yang melakukan integrasi terapi
komplementer (Snyder & Lindquis,2002).
7. Perawat sebagai coordinator yaitu perawat dapat mendiskusikan terapi
komplementer dengan dokter yang merawat dan unit manager
terkait.
8. Peran perawat sebagai advocate adalah perawat mampu
memenuhi permintaan kebutuhan perawatan komplementer yang
mungkin diberikan termasuk perawatan alternative ( Smith et
al,2004)
DAFTAR PUSTAKA

Andrews, M., Angone, K.M., Cray, J.V., Lewis, J.A., & Johnson, P.H. 1999.
Nurse’s handbook of alternative and complementary therapies. Pennsylvania:
Springhouse.

Buckle, S. 2003. Aromatherapy. http://www.naturalhealthweb.com/articles,


diperoleh 25 januari 2008

Fontaine, K.L. 2005. Complementary & alternative therapies for


nursing practice. 2th ed. New Jersey: Pearson Prentice Hall.

Hitchcock, J.E, Schubert, P.E., Thomas, S.A. 1999. Community health


nursing: Caring in action. USA: Delmar Publisher.

Key, G. 2008. Aromatherapy beauty tips. http//


.www.naturalhealthweb. com/articles/ georgekey3.html, diperoleh 25 Januari
2008.

Nezabudkin, V. 2007. How to research alternatif treatment before


using them.http// .www.naturalhealthweb.com/articles/ Nezabudkin1.html,
diperoleh 25 Januari 2008.

Smith, S.F., Duell, D.J., Martin, B.C. 2004. Clinical nursing skills: Basic
to advanced skills. New Jersey: Pearson Prentice Hall. Snyder, M. &
Lindquist, R. (2002). Complementary/alternative therapies in nursing. 4th
ed. New York: Springer.

Stanhope, M. & Lancaster, J. 2004. Community & public health nursing. 6th
ed.
St. Louis: Mosby
Inc.

Abdullah, S. & Shukla, A. 2014. Depression, anxiety and stress among


people living with HIV/AIDs. Indian Journal of Health and Wellbeing,
Vol.5, p. 437-442.

Anwar, Z. & Niagara, S. T. 2011. Model Terapi SEFT (Spritual


Emotional Freedom Technique) untuk Mengatasi Gangguan Fobia
Spesifik. Malang : Universitas Muhammadiyah. Naskah Publikasi.

Arriza, B. K., Dewi, E. K & Kaloeti, D. V. 2011. Memahami


Rekonstruksi Kebahagiaan pada Orang dengan HIV/AIDS (ODHA).
Jurnal Rekonstruksi Undip, Vol. 10, p. 153-161.

Brandt, C. P., Gonzalez, A., Grover, K. W. & Zvonlensky, M. J . 2013.


The Relation Between Emotional Dysregulation and Anxiety and
Depressive Symptoms, PainRelated Anxiety and HIVSymptom Distress
Among Adults with HIV-AIDS. J Psychopathol Behav Assess, Vol. 35, p.
197-204.
Chatwin, H., Stapleton, P., Porter, B., Devine, S. & Sheldon, T. (2016).
The Effective of Cognitive Behaviour Therapy and Emotional Freedom
Technique in Reducing and Anxiety Among Adults : A Pilot Study. Integrity
Medicine, Vol. 15, p. 27-34.

Darmalita, A. F. 2014. Analisa Karakteristik dan Faktor-faktor


yang mempengaruhi Stigma Pengidap HIV (ODHA) di Kota Yohyakarta.
Naskah Publikasi. Yogyakarta : STIK ‘ Aisyiyah

A. Aziz, Alimul Hidayat. 2010. Metode Penelitian Keperawatan Dan


Teknik Analisis Data. Jakarta: Penerbit. Salemba Medika.
Brown, K.W. & Ryan. R.M 2003. The benefi ts of being present: Mindfulness
and its role in physicological well-bwing. Journal of personality and
social psychology, 84(4). 822–848.

DepKes, RI. 2005. Profi l kesehatan Indonesia 2005. Dibuka pada website:
http.// www,depkes.co. id. Pada tanggal 6 januari 2008).

DepKes, RI. 2010. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan penelitian


dan pengembangan kesehatan Kementrian Kesehatan RI

Ducan L, & weissenburger D. 2003. Effect of a brief meditaton program on


well being and Loneliness.TCA journal, 31 (1). 14–25.

Djuanda, Adhi. 2011. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI. Ditjen PP & PL Kementerian Kesehatan RI. 2013. Laporan
Perkembangan Situasi HIV & AIDS Di Indonesia Triwulan 2 Tahun 2013.
Jakarta.

Faisal Idrus M., Jayalangkara, T., Syamsu., Ilham. 2010. Pengaruh


Psikoterapi Spiritual terhadap hitung sel T-CD4 pada penderita HIV/AIDS.
Departement Psychiatry, Departement of Internal Medicine,
Departement of Physiology, Medical Faculty of Hasanuddin University.

Halim, M.S & Atmoko, W.D. 2005. Hubungan Antara Kecemasan


akan HIV/AIDS dan Psychological Well-Being pada Waria yang Menjadi
Pekerja Seks Komersial. Jurnal Psikologi. 15: 17–31.

Kurniawati, 2006. Coping Stres Pada Orang dengan HIV/AIDS (Sebuah


Studi Kasus). Skripsi. Surabaya: Fakultas Psikologi Universitas Airlangga.

Lane, J.D. Seskevich, J.E. & Pieper, CE. 2007. Brief meditation training
can inprove preceived stress and negative moud. Alternative therapies
Health and medicie. 13 (1), 38–44.

Lazarus, R.S & Folkman, S. 1984. Stress, Appraisal and Coping. New
York: Spranger.

Anda mungkin juga menyukai