BAB I
PENDAHULUAN
Adanya manfaat beragam terapi komplementer selain lebih murah dan tanpa efek
samping, dapat juga meningkatkan kontrol, pertimbangan proses membuat keputusan,
teknik invasif minim, dan kelengkapan perawatan holistik. (Snyder dan Lidsquit, 2010).
Filosofi dasar terapi komplementer dan alternatif dalam keperawatan adalah konsep
healer yang harus dipahami oleh setiap perawat untuk meningkatkan pengetahuan dan
keahlian dalam melaksanakan konseling pada klien yang menggunakan terapi
komplementer, menilai efektifitas terapi komplementer, dan harus mengetahui hasil-
hasil pengetahuan terkait dan reaksi-reaksi1yang merugikan sebelum memberikan terapi
komplementer. Profesi keperawatan saat ini telah meyakini bahwa terapi komplementer
bersumber pada manusia yang berciri holistik, dan asuhan holistik sudah merupakan
Universitas Indonesia
2
keharusan untuk sebuah pelayanan yang profesional. Hal ini dapat menjadi peluang bagi
perawat untuk meningkatkan kepuasan klien dengan memberikan terapi komplementer
(Mariano, 2007).
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mahasiswa spesialis dalam
menjalankan perannya pada praktik keperawatan komplementer secara holistik.
BAB IV : Penutup
Universitas Indonesia
3
BAB II
TINJAUAN LITERATUR
Universitas Indonesia
4
kualitas, keamanan, dan efektifitas yag tinggi yang berlandaskan ilmu pengetahuan
biomedik, yang belum diterima dalam kedokteran konvensional”.
Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa terapi komplementer dan
alternatif adalah pengobatan atau perawatan yang berbeda dari praktik tradisional
formal yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di tatanan
promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.
Menurut NCCAM (1996) dalam Black (2014), terapi komplementer dan alternatif
tidak sama. Terapi komplementer digunakan bersamaan dengan pengobatan
konvensional. Dengan kata lain, terapi komplementer merupakan pelengkap dari terapi
konvensional. Terapi komplementer disebut juga dengan allopathy atau biomedis.
Contoh terapi komplementer adalah aromaterapi yang digunakan untuk membantu
klien mengurangi ketidaknyamanan pasca bedah. Sementara terapi alternatif
digunakan sebagai pengganti pengobatan terapi konvensional. Contoh terapi alternatif
adalah menggunakan terapi diet sebagai pengganti terapi bedah, radiasi, dan
kemoterapi pada klien kanker.
Perawat holistik melakukan pengkajian holistik, memilih intervensi yang tepat, dan
mendampingi klien mengeksplorasi self-awareness, spiritual, dan transformasi
pribadinya dalam proses penyembuhan. Mereka bekerja untuk mengurangi tanda dan
gejala yang dialami klien, menyediakan konseling dan pendidikan kesehatan, dan
menuntun klien dalam membuat keputusan antara penggunaan pengobatan tradisional
dan pengobatan komplementer-alternatif (Mariano, 2007).
AHNA telah menyusun suatu standar praktik untuk keperawatan holistik melalui
empat tahap, beberapa diantaranya adalah tentang penetapan standar bagi seorang
perawat holistik dan sertifikasi perawat holistik (Antigoni and Dimitrios, 2009).
Universitas Indonesia
6
Artinya, untuk menjadi seorang perawat holistik haruslah memenuhi standar yang
telah ditetapkan dan lulus uji kompetensi dari AHNA.
Adapun standar bagi keperawatan holistik mengacu pada lima nilai inti praktik yaitu:
1. Philosophy and Education; menekankan bahwa keperawatan holistik berdasarkan
filosofi kerja holisme dan komitmen pada edukasi, refleksi, dan pengetahuan.
2. Holistic Ethics, Nursing Theory and Research; menekankan keperawatan
profesional berlandaskan teori, bersumber pada riset, dan terikat pada prinsip-
prinsip etik untuk menuntun pada praktik yang kompeten, ilmiah, dan berprinsip.
3. Holistic Nursing Self-care; berdasarkan keyakinan bahwa perawat harus terlibat
dalam self care untuk meningkatkan kesehatan dan kesadaran personal, sehingga
perawat dapat melayani klien dengan bertindak sebagai instrumen penyembuhan.
4. Holistic Communication, Therapeutic Environment and Cultural Competence;
menekankan pada persyaratan yang dibutuhkan bagi perawat untuk bersama klien
menyusun tujuan bersama dalam kesehatan dan penyembuhan.
5. Holistic Caring Process; menekankan evolusi proses keperawatan dari pengkajian
hingga perawatan terapeutik sesuai dengan pola-polaa, masalah, dan kebutuhan
klien dalam atmosfer caring.
Universitas Indonesia
7
samping, bukti klinis manfaat dan kegunaan dari terapi yang diberikan, atau izin
dari pihak yang berwenang.
b) Lingkup Praktik
Dalam praktik komplementer-alternatif, hal penting lain yang harus digarisbawahi
adalah: Terapi mana yang masuk dalam lingkup praktik keperawatan? Menurut
Silva & Ludwick (2001), Royal College of Nurse (RCN) telah mengidentifikasi 11
nilai yang berkaitan dengan implementasi terapi komplementer. Nilai-nilai ini
akan membatasi perawat dalam hal lingkup praktik keperawatan komplementer.
Salah satunya, kompetensi perawat untuk melakukan terapi harus berdasarkan
standar praktik dari RCN.
Bahaya dapat timbul bagi perawat maupun klien bila lingkup praktik
komplementer-alternatif tidak jelas. Bagi klien, bahaya dapat terjadi saat perawat
yang tidak terlatih mempraktikkan terapi komplementer pada dirinya. Sedangkan
bahaya bagi perawat adalah saat mempraktikkan terapi komplementer di luar
lingkup praktik yang menjadi tanggung jawabnya.
c) Keanekaragaman Budaya
Perkembangan keragaman budaya menjadi salah satu pertimbangan etik dalam hal
bagaimana keragaman ini mempengaruhi praktik pelayanan kesehatan. Leonard
(2001) dalam Silva & Ludwick (2001), menjelaskan bahwa perawat memiliki
tradisi bekerja dengan individu dan komunitas dengan budaya yang beragam,
salah satu aspeknya adalah tradisi yang berhubungan dengan terapi
Universitas Indonesia
8
Dilema etik yang mungkin muncul terkait keragaman budaya ini adalah bentrokan
tentang nilai-nilai kesehatan yang dianut klien. Dalam hal ini, Weston (2002)
menyarankan agar perawat dan klien mengidentifikasi apa yang dianggap benar
oleh masing-masing pihak dan mengintegrasikan nilai-nilai yang diperselisihkan.
Universitas Indonesia
9
BAB III
ANALISA KASUS
Mengingat telah lama dirawat, klien menjadi tidak sabaran dan cepat marah. Klien
mengeluh pada keluarga yang menunggu tidak merasa menjadi sembuh atau
berkuranag penyakitnya karena obat-obatan yang diberikan dokter tidak memberikan
dampak yang baik. Klien meminta pulang atau jika tidak diizinkan pulang, ia meminta
keluarga untuk membawakan rebusan daun sembung, daun mangkokan, dan daun keji
beling supaya lancar buang air kecilnya, serta perasan buah mengkudu ditambah sedikit
garam untuk menurunkan darah tingginya. Menurut yang bersangkutan, ramuan ini
telah menjadi ramuan tradisi dalam keluarga selama berpuluh tahun. Untuk pegal
pinggang dan tegang perutnya klien minta dipanggilkan tukang pijat refleksi
langganannya.
Terapi herbal yang terlihat dalam kasus harus disikapi dengan baik oleh seorang
perawat holistik, dimana peran perawat sangat penting seperti perawat harus mampu
10
menganalisis kegunaan dan efek samping dari obat-obatan yang diberikan, perawat
Universitas Indonesia
10
juga harus berkonsultasi dengan tenaga kesehatan lain, tenaga analis maupun dengan
ahli pijat refleksi yang tersertifikasi.
Berikut tinjauan ilmiah tentang obat herbal yang digunakan klien adalah:
3.2.1 Mengkudu
Mengkudu merupakan spesies Morinda citrifolia. Kandungan mengkudu sendiri
ada bermacam-macam di antaranya morindon, morindin, morindanigrin,
antrakuinon, klororubin, monometil eter, damnacanthal, asperulosida, saranjidiol,
sterol, resin, glikosida, zat kapur, protein, zat besi, karoten, asam glutamat, asam
askorbat, tirosin, tiamin, asam ursalat, proxeronin, skopoletin, asam benzoat, asan
oktoanoat, potasium, terpenoid, glukosa, eugenol, heksanal, glikosidaflavon, asam
oleat dan asam palmitat. Beberapa glikosida flavonol yang baru telah berhasil
diidentifikasi, yaitu glikosida iridoid dari daun mengkudu, ester asam lemak
trisakarida, rutin, dan asam asperulosida pada buah mengkudu.
Dr. Steven M. Hall, M. D., wakil dari Lembaga Konsumen Keluarga Amerika
Serikat (1996) menyatakan bahwa mengkudu mempunyai khasiat meningkatkan
kadar serotonin, mengurangi rasa letih, menormalkan kadar glukosa dalam darah,
meningkatkan fungsi reseptor pada dinding - dinding sel,m enormalkan siklus
haid, menyeimbangkan kondisi hormon, mengurangi nyeri saraf, mengurangi
edema dan kejang - kejang otot, meningkatkan fungsi kelenjar tiroid dan adrenal,
menyeimbangkan sistem imunitas tubuh.
2) Tidak disarankan minum teh daun jati cina apabila sedang haid, alasannya
kebanyakan wanita mengalami PMS syndrom dengan perut kembung, otot
perut terasa kencang, apabila anda minum teh daun jati cina akan menambah
ketidaknyamanan dalam masa menstruasi.
3) Bagi yang masih baru atau belum pernah minum teh daun jati cina ini, maka
penyeduhannya jangan terlalu kental. Teh diseduh dengan air panas 400 ml
karena biasanya lemak akan luntur bersama air seni sebelum BAB. Karena
reaksi tiap orang berbeda, apabila kurang bereaksi maka penyajiannya teh
bisa dikentalkan.
4) Biasanya teh daun jati Cina ini bereaksi minimal 7 jam, jadi sebaiknya
minumlah sebelum tidur malam hari sehingga pagi hari akan lancar BAB, dan
tidak mengganggu kegiatan keesokan harinya.
5) Apabila mengalami BAB yang berlebihan, sebaiknya hentikan atau kurangi
dosis pemakaian.
Universitas Indonesia
12
telapak kaki dan tangan. Pijat refleksi sering dijadikan pengobatan alternatif
untuk berbagai penyakit yang umum seperti pada jantung, pencernaan, bahkan
untuk masalah kesuburan.
Patofisiologi terjadinya rasa pegal dan tegang perut pada klien disebabkan
adanya peningkatan tekanan pada lumen ginjal. Dimana semuanya berawal dari
Hiperplasia prostat menyebabkan penyempitan lumen uretra prostatika dan
menghambat aliran urine. Sehingga terjadi peningkatan tekanan intravesikal.
Untuk mengeluarkan urine, vesika urinaria harus berkontraksi lebih kuat.
Kontraksi yang terus-menerus ini akan menyebabkan perubahan anatomik
vesika urinaria berupa hipertrofi otot destrusor, trabekulasi, terbentuknya
selula, sakula dan divertikel vesika urinaria.
Universitas Indonesia
13
Terapi pemijatan yang dilakukan oleh tukang pijat langganan klien tidak akan
efektif untuk menurunkan nyeri pinggang dan rasa tegang pada perut bagian
bawah bahkan bila terus dipaksakan dapat menyebabkan adanya ruptur pada
organ bagian dalam perkemihan. Hal ini disebabkan oleh tekanan intra
abdomen yang tinggi.
Pada kasus ini, seharusnya perawat lebih menganjurkan klien untuk dilakukan
teknik akupunktur atau akupresur seperti penekanan/pemijatan pada titik – titik
tertentu di daerah kaki ataupun tangan.
4.1 Kesimpulan
Kesimpulan makalah ini adalah :
4.1.1. Terapi komplementer telah lama dilakukan dalam pelayanan kesehatan yang harus
dilaksanakan berdasarkan evidence based nursing.
4.1.2. Terapi komplementer dan alternatif yang dapat dikerjakan perawat adalah terapi
yang telah terbukti secara ilmiah dengan keamanan kefektifan yang tidak
merugikan antara lain; Mind-Body-Spirit Therapy, Energy and Biofiedls therapy,
Manipulative and body based therapy, dan Biologically based therapy.
4.1.3. Pelaksanaan terapi komplementer harus dilakukan oleh perawat yang sudah
teregistrasi dan mendapatkan izin, memiliki pengetahuan berbasis bukti, potensi
manfaat dan risiko terapi tertentu , serta kekuatan-kekuatan yang mendukung atau
menentang terapi ini.
4.1.4. Pelaksanaan terapi komplementer harus memperhatikan prinsip etik, peraturan
yang berlaku, serta prinsip etik dan legal terhadap klien sebagai penerima
layanan.
4.2 Saran
Adapun saran terkait kasus adalah :
Universitas Indonesia
15
DAFTAR REFERENSI
16
Frisch, N. (May 31, 2001). "Standards for Holistic Nursing Practice: A Way to Think
About Our Care That Includes Complementary and Alternative Modalities". Online
Journal of Issues in Nursing. Vol. 6 No. 2, Manuscript 4. Available:
www.nursingworld.org/MainMenuCategories/ANAMarketplace/ANAPeriodicals/O
JIN/TableofContents/Volume62001/No2May01/HolisticNursingPractice.aspx
Universitas Indonesia
16
Keputusan MENKES RI Nomor 121 Tahun 2008 tentang Standar Pelayanan Medik
Herbal.(2008). http://www.hukor.depkes.go.id/up_prod_kepmenkes. Diakses
tanggal 24 Mei 2015.
Mariano, C. (2007). Holistic Nursing: Scope and Standar Practice. 24 Mei 2015.
www.jbpub.com
Silva, Mary Cipriano and Ludwick, Ruth (November 1, 2001). "Ethics: Ethical Issues in
Complementary/Alternative Therapies" Online Journal of Issues in Nursing Vol. 7
No.1.Available:www.nursingworld.org//MainMenuCategories/ANAMarketplace/A
NAPeriodicals/OJIN/Columns/Ethics/EthicalIssues.aspx
Wahyuningsih, Merry. (2012). 6 Pengobatan Alternatif yang Saat ini Paling Digandrungi.
http://health.detik.com/read/2012/01/10/162304/1811869/763/6-pengobatan-
alternatif-yang-saat-ini-paling-digandrungi. diakses tanggal 17 Mei 2014
Weston, A. (2002). A practical companion to ethics (2nd ed.). New York: Oxford
University Press.
Universitas Indonesia
17
Universitas Indonesia