Anda di halaman 1dari 7

TINJAUAN PUSTAKA

TERAPI KOMPLEMENTER DALAM KEPERAWATAN


Widyatuti *

Abstrak
Terapi komplementer akhir-akhir ini menjadi isu di banyak negara. Masyarakat menggunakan terapi ini dengan alasan
keyakinan, keuangan, reaksi obat kimia dan tingkat kesembuhan. Perawat mempunyai peluang terlibat dalam terapi ini, tetapi
memerlukan dukungan hasil-hasil penelitian (evidence-based practice). Pada dasarnya terapi komplementer telah didukung
berbagai teori, seperti teori Nightingale, Roger, Leininger, dan teori lainnya. Terapi komplementer dapat digunakan di berbagai
level pencegahan. Perawat dapat berperan sesuai kebutuhan klien.

Kata kunci: keperawatan, terapi alternatif, terapi komplementer

Abstract

Complementary therapy has emerged as a common health issue in the countries worldwide. People choose the
complementary therapy based on many reasons such as belief, financial, avoiding the chemical reaction from medicine, and
positive healing outcome. Nurse has great opportunity to deliver and develop complementary therapy supported by scientific
evidences. Basically, the complementary therapy theoretical justification has been established by several nursing theory, as
the Nightingale’s, Roger’s, Leininger’s and many others. Complementary therapy can be delivered in various prevention
level. In accordance to the purpose, nurse should perform his/her role based on particular client’s needs.

Key words: alternative therapy, complementary therapy, nursing

PENDAHULUAN
Perkembangan terapi komplementer akhir- pengambilan keputusan dalam pengobatan dan
akhir ini menjadi sorotan banyak negara. peningkatan kualitas hidup dibandingkan
Pengobatan komplementer atau alternatif sebelumnya. Sejumlah 82% klien melaporkan
menjadi bagian penting dalam pelayanan adanya reaksi efek samping dari pengobatan
kesehatan di Amerika Serikat dan negara lainnya konvensional yang diterima menyebabkan memilih
(Snyder & Lindquis, 2002). Estimasi di Amerika terapi komplementer (Snyder & Lindquis, 2002).
Serikat 627 juta orang adalah pengguna terapi
alternatif dan 386 juta orang yang Terapi komplementer yang ada menjadi salah
mengunjungi praktik konvensional (Smith et satu pilihan pengobatan masyarakat. Di berbagai
al., 2004). Data lain menyebutkan terjadi tempat pelayanan kesehatan tidak sedikit klien
peningkatan jumlah pengguna terapi bertanya tentang terapi komplementer atau
komplementer di Amerika dari 33% pada tahun alternatif pada petugas kesehatan seperti dokter
1991 menjadi 42% di tahun 1997 (Eisenberg, ataupun perawat. Masyarakat mengajak dialog
1998 dalam Snyder & Lindquis, 2002). perawat untuk penggunaan terapi alternatif
(Smith et al., 2004). Hal ini terjadi karena klien
Klien yang menggunakan terapi ingin mendapatkan pelayanan yang sesuai
komplemeter memiliki beberapa alasan. Salah dengan pilihannya, sehingga apabila keinginan
satu alasannya adalah filosofi holistik pada terapi terpenuhi akan berdampak ada kepuasan klien.
komplementer, yaitu adanya harmoni dalam diri Hal ini dapat menjadi peluang bagi perawat
dan promosi kesehatan dalam terapi untuk berperan memberikan terapi
komplementer. Alasan lainnya karena klien komplementer.
ingin terlibat untuk
5 Jurnal Keperawatan Indonesia, Volume 12, No. 1, Maret 2008; hal

Peran yang dapat diberikan perawat dalam berbeda dari sistem pelayanan kesehatan yang
terapi komplementer atau alternatif dapat umum di masyarakat atau budaya yang ada
disesuaikan dengan peran perawat yang ada, (Complementary and alternative medicine/CAM
sesuai dengan batas kemampuannya. Pada Research Methodology Conference, 1997 dalam
dasarnya, perkembangan perawat yang Snyder & Lindquis, 2002). Terapi komplementer
memerhatikan hal ini sudah ada. Sebagai contoh dan alternatif termasuk didalamnya seluruh
yaitu American Holistic Nursing Association praktik dan ide yang didefinisikan oleh pengguna
(AHNA), Nurse Healer Profesional Associates sebagai pencegahan atau pengobatan penyakit
(NHPA) (Hitchcock et al., 1999). Ada pula atau promosi kesehatan dan kesejahteraan.
National Center for
Complementary/Alternative Medicine (NCCAM) Definisi tersebut menunjukkan terapi
yang berdiri tahun 1998 (Snyder & Lindquis, komplemeter sebagai pengembangan terapi
2002). tradisional dan ada yang diintegrasikan dengan
terapi modern yang mempengaruhi
Kebutuhan masyarakat yang meningkat dan
keharmonisan individu dari aspek biologis,
berkembangnya penelitian terhadap terapi
psikologis, dan spiritual. Hasil terapi yang telah
komplementer menjadi peluang perawat untuk
terintegrasi tersebut ada yang telah lulus uji
berpartisipasi sesuai kebutuhan masyarakat.
klinis sehingga sudah disamakan dengan obat
Perawat dapat berperan sebagai konsultan untuk
modern. Kondisi ini sesuai dengan prinsip
klien dalam memilih alternatif yang sesuai
keperawatan yang memandang manusia
ataupun membantu memberikan terapi langsung.
sebagai makhluk yang holistik (bio, psiko,
Namun, hal ini perlu dikembangkan lebih lanjut
sosial, dan spiritual).
melalui penelitian (evidence-based practice) agar
dapat dimanfaatkan sebagai terapi keperawatan Prinsip holistik pada keperawatan ini perlu
yang lebih baik. didukung kemampuan perawat dalam menguasai
berbagai bentuk terapi keperawatan termasuk
terapi komplementer. Penerapan terapi
TERAPI KOMPLEMENTER komplementer pada keperawatan perlu mengacu
kembali pada teori-teori yang mendasari praktik
Terapi komplementer dikenal dengan terapi keperawatan. Misalnya teori Rogers yang
tradisional yang digabungkan dalam pengobatan memandang manusia sebagai sistem terbuka,
modern. Komplementer adalah penggunaan kompleks, mempunyai berbagai dimensi dan
terapi tradisional ke dalam pengobatan modern energi. Teori ini dapat mengembangkan
(Andrews et al., 1999). Terminologi ini dikenal pengobatan tradisional yang menggunakan
sebagai terapi modalitas atau aktivitas yang energi misalnya tai chi, chikung, dan reiki.
menambahkan pendekatan ortodoks dalam
pelayanan kesehatan (Crips & Taylor, 2001). Teori keperawatan yang ada dapat dijadikan
Terapi komplementer juga ada yang menyebutnya dasar bagi perawat dalam mengembangkan terapi
dengan pengobatan holistik. Pendapat ini didasari komplementer misalnya teori transkultural yang
oleh bentuk terapi yang mempengaruhi individu dalam praktiknya mengaitkan ilmu fisiologi,
secara menyeluruh yaitu sebuah keharmonisan anatomi, patofisiologi, dan lain-lain. Hal ini
individu untuk mengintegrasikan pikiran, badan, didukung dalam catatan keperawatan Florence
dan jiwa dalam kesatuan fungsi (Smith et al., Nightingale yang telah menekankan pentingnya
2004). mengembangkan lingkungan untuk
penyembuhan dan pentingnya terapi seperti
Pendapat lain menyebutkan terapi musik dalam proses penyembuhan. Selain itu,
komplementer dan alternatif sebagai sebuah terapi komplementer meningkatkan
domain luas dalam sumber daya pengobatan kesempatan perawat dalam menunjukkan
yang meliputi sistem kesehatan, modalitas, caring pada klien (Snyder & Lindquis, 2002).
praktik dan ditandai dengan teori dan keyakinan,
dengan cara
Terapi komplementer dalam keperawatan 5

Hasil penelitian terapi komplementer yang Terapi komplementer dengan demikian dapat
dilakukan belum banyak dan tidak dijelaskan diterapkan dalam berbagai level pencegahan
dilakukan oleh perawat atau bukan. Beberapa penyakit.
yang berhasil dibuktikan secara ilmiah misalnya
terapi sentuhan untuk meningkatkan Terapi komplementer dapat berupa promosi
relaksasi, menurunkan nyeri, mengurangi kesehatan, pencegahan penyakit ataupun
kecemasan, mempercepat penyembuhan luka, rehabilitasi. Bentuk promosi kesehatan misalnya
dan memberi kontribusi positif pada perubahan memperbaiki gaya hidup dengan menggunakan
psikoimunologik (Hitchcock et al., 1999). Terapi terapi nutrisi. Seseorang yang menerapkan nutrisi
pijat (massage) pada bayi yang lahir kurang sehat, seimbang, mengandung berbagai unsur
bulan dapat meningkatkan berat badan, akan meningkatkan kesehatan tubuh.
memperpendek hari rawat, dan meningkatkan Intervensi komplementer ini berkembang di
respons. Sedangkan terapi pijat pada anak autis tingkat pencegahan primer, sekunder, tersier dan
meningkatkan perhatian dan belajar. Terapi pijat dapat dilakukan di tingkat individu maupun
juga dapat meningkatkan pola makan, kelompok misalnya untuk strategi stimulasi
meningkatkan citra tubuh, dan menurunkan imajinatif dan kreatif (Hitchcock et al., 1999).
kecemasan pada anak susah makan (Stanhope,
2004). Terapi kiropraksi terbukti dapat Pengobatan dengan menggunakan terapi
menurunkan nyeri haid dan level plasma komplementer mempunyai manfaat selain dapat
prostaglandin selama haid (Fontaine, 2005). meningkatkan kesehatan secara lebih
menyeluruh juga lebih murah. Terapi
Hasil lainnya yang dilaporkan misalnya komplementer terutama akan dirasakan lebih
penggunaan aromaterapi. Salah satu aromaterapi murah bila klien dengan penyakit kronis yang
berupa penggunaan minyak esensial berkhasiat harus rutin mengeluarkan dana. Pengalaman
untuk mengatasi infeksi bakteri dan jamur klien yang awalnya meng- gunakan terapi
(Buckle, 2003). Minyak lemon thyme mampu modern menunjukkan bahwa biaya membeli obat
membunuh bakteri streptokokus, stafilokokus dan berkurang 200-300 dolar dalam beberapa bulan
tuberkulosis (Smith et al., 2004). Tanaman setelah menggunakan terapi komplementer
lavender dapat mengontrol minyak kulit, (Nezabudkin, 2007).
sedangkan teh dapat membersihkan jerawat
Minat masyarakat Indonesia terhadap terapi
dan membatasi kekambuhan (Key, 2008). Dr.
komplementer ataupun yang masih tradisional
Carl menemukan bahwa penderita kanker lebih
mulai meningkat. Hal ini dapat dilihat dari
cepat sembuh dan berkurang rasa nyerinya
banyaknya pengunjung praktik terapi
dengan meditasi dan imagery (Smith et al.,
komplementer dan tradisional di berbagai
2004). Hasil riset juga menunjukkan hipnoterapi
tempat. Selain itu, sekolah-sekolah khusus
meningkatkan suplai oksigen, perubahan
ataupun kursus- kursus terapi semakin banyak
vaskular dan termal, mempengaruhi aktivitas
dibuka. Ini dapat dibandingkan dengan Cina yang
gastrointestinal, dan mengurangi kecemasan
telah memasukkan terapi tradisional Cina atau
(Fontaine, 2005).
traditional Chinese Medicine (TCM) ke dalam
Hasil-hasil tersebut menyatakan terapi perguruan tinggi di negara tersebut (Snyder &
komplementer sebagai suatu paradigma baru Lindquis, 2002).
(Smith et al., 2004). Bentuk terapi yang
digunakan dalam terapi komplementer ini Kebutuhan perawat dalam meningkatnya
kemampuan perawat untuk praktik keperawatan
beragam sehingga disebut juga dengan terapi
juga semakin meningkat. Hal ini didasari dari
holistik. Terminologi kesehatan holistik mengacu
berkembangnya kesempatan praktik mandiri.
pada integrasi secara menyeluruh dan
Apabila perawat mempunyai kemampuan yang
mempengaruhi kesehatan, perilaku positif,
dapat dipertanggungjawabkan akan
memiliki tujuan hidup, dan pengembangan
meningkatkan hasil yang lebih baik dalam
spiritual (Hitchcock et al., 1999).
pelayanan keperawatan.
5 Jurnal Keperawatan Indonesia, Volume 12, No. 1, Maret 2008; hal

MACAM TERAPI KOMPLEMENTER Klasifikasi lain menurut Smith et al (2004)


Terapi komplementer ada yang invasif dan meliputi gaya hidup (pengobatan holistik,
non- invasif. Contoh terapi komplementer invasif nutrisi), botanikal (homeopati, herbal,
adalah akupuntur dan cupping (bekam basah) aromaterapi); manipulatif (kiropraktik,
yang menggunakan jarum dalam akupresur & akupunktur, refleksi, massage);
pengobatannya. Sedangkan jenis non-invasif mind-body (meditasi, guided imagery,
seperti terapi energi (reiki, chikung, tai chi, biofeedback, color healing, hipnoterapi). Jenis
prana, terapi suara), terapi biologis (herbal, terapi terapi komplementer yang diberikan sesuai
nutrisi, food combining, terapi jus, terapi urin, dengan indikasi yang dibutuhkan. Contohnya pada
hidroterapi colon dan terapi sentuhan modalitas; terapi sentuhan memiliki beberapa indikasinya
akupresur, pijat bayi, refleksi, reiki, rolfing, dan seperti meningkatkan relaksasi, mengubah
terapi lainnya (Hitchcock et al., 1999) persepsi nyeri, menurunkan kecemasan,
mempercepat penyembuhan, dan meningkatkan
National Center for Complementary/ kenyamanan dalam proses kematian (Hitchcock
Alternative Medicine ( NCCAM) membuat et al., 1999).
klasifikasi dari berbagai terapi dan sistem
pelayanan dalam lima kategori. Kategori Jenis terapi komplementer banyak sehingga
pertama, mind-body therapy yaitu memberikan seorang perawat perlu mengetahui pentingnya
intervensi dengan berbagai teknik untuk terapi komplementer. Perawat perlu mengetahui
memfasilitasi kapasitas berpikir yang terapi komplementer diantaranya untuk membantu
mempengaruhi gejala fisik dan fungsi tubuh mengkaji riwayat kesehatan dan kondisi klien,
misalnya perumpamaan (imagery), yoga, terapi menjawab pertanyaan dasar tentang terapi
musik, berdoa, journaling, biofeedback, humor, komplementer dan merujuk klien untuk
tai chi, dan terapi seni. mendapatkan informasi yang reliabel, memberi
rujukan terapis yang kompeten, ataupun memberi
Kategori kedua, Alternatif sistem pelayanan sejumlah terapi komplementer (Snyder &
yaitu sistem pelayanan kesehatan yang Lindquis, 2002). Selain itu, perawat juga harus
mengembangkan pendekatan pelayanan biomedis membuka diri untuk perubahan dalam mencapai
berbeda dari Barat misalnya pengobatan tujuan perawatan integratif (Fontaine, 2005).
tradisional Cina, Ayurvedia, pengobatan asli
Amerika, cundarismo, homeopathy,
naturopathy. Kategori ketiga dari klasifikasi PERAN PERAWAT
NCCAM adalah terapi biologis, yaitu natural dan
praktik biologis dan hasil-hasilnya misalnya Peran perawat yang dapat dilakukan dari
herbal, makanan). pengetahuan tentang terapi komplementer
diantaranya sebagai konselor, pendidik
Kategori keempat adalah terapi manipulatif kesehatan, peneliti, pemberi pelayanan langsung,
dan sistem tubuh. Terapi ini didasari oleh koordinator dan sebagai advokat. Sebagai
manipulasi dan pergerakan tubuh misalnya konselor perawat dapat menjadi tempat bertanya,
pengobatan kiropraksi, macam-macam pijat, konsultasi, dan diskusi apabila klien
rolfing, terapi cahaya dan warna, serta membutuhkan informasi ataupun sebelum
hidroterapi. Terakhir, terapi energi yaitu terapi mengambil keputusan. Sebagai pendidik
yang fokusnya berasal dari energi dalam tubuh kesehatan, perawat dapat menjadi pendidik
(biofields) atau mendatangkan energi dari luar bagi perawat di sekolah tinggi keperawatan
tubuh misalnya terapetik sentuhan, pengobatan seperti yang berkembang di Australia dengan
sentuhan, reiki, external qi gong, magnet. lebih dahulu mengembangkan kurikulum
Klasifikasi kategori kelima ini biasanya pendidikan (Crips & Taylor, 2001). Peran
dijadikan satu kategori berupa kombinasi antara perawat sebagai peneliti di antaranya dengan
biofield dan bioelektromagnetik (Snyder & melakukan berbagai penelitian yang
Lindquis, 2002). dikembangkan dari hasil- hasil evidence-based
Terapi komplementer dalam keperawatan 5
practice.
5 Jurnal Keperawatan Indonesia, Volume 12, No. 1, Maret 2008; hal

Perawat dapat berperan sebagai pemberi pengembangan kebijakan, praktik keperawatan,


pelayanan langsung misalnya dalam praktik pendidikan, dan riset. Apabila isu ini
pelayanan kesehatan yang melakukan integrasi berkembang dan terlaksana terutama oleh
terapi komplementer (Snyder & Lindquis, 2002). perawat yang mempunyai pengetahuan dan
Perawat lebih banyak berinteraksi dengan klien kemampuan tentang terapi komplementer,
sehingga peran koordinator dalam terapi diharapkan akan dapat meningkatkan pelayanan
komplementer juga sangat penting. Perawat kesehatan sehingga kepuasan klien dan perawat
dapat mendiskusikan terapi komplementer dengan secara bersama-sama dapat meningkat (HH,
dokter yang merawat dan unit manajer terkait. TH).
Sedangkan
* Staf Akademik Keperawatan Komunitas FIK UI
sebagai advokat perawat berperan untuk memenuhi
permintaan kebutuhan perawatan komplementer
yang mungkin diberikan termasuk perawatan praktik keperawatan abad ke 21. Isu ini dibahas dari
alternatif (Smith et al.,2004). aspek

PENUTUP
Masyarakat Indonesia sudah mengenal
adanya terapi tradisional seperti jamu yang
telah berkembang lama. Kenyataannya klien
yang berobat di berbagai jenjang pelayanan
kesehatan tidak hanya menggunakan pengobatan
Barat (obat kimia) tetapi secara mandiri
memadukan terapi tersebut yang dikenal dengan
terapi komplementer.
Perkembangan terapi komplementer atau
alternatif sudah luas, termasuk didalamnya orang
yang terlibat dalam memberi pengobatan karena
banyaknya profesional kesehatan dan terapis
selain dokter umum yang terlibat dalam terapi
komplementer. Hal ini dapat meningkatkan
perkembangan ilmu pengetahuan melalui
penelitian-penelitian yang dapat memfasilitasi
terapi komplementer agar menjadi lebih dapat
dipertanggungjawabkan.
Perawat sebagai salah satu profesional
kesehatan, dapat turut serta berpartisipasi dalam
terapi komplementer. Peran yang dijalankan
sesuai dengan peran-peran yang ada. Arah
perkembangan kebutuhan masyarakat dan
keilmuan mendukung untuk meningkatkan peran
perawat dalam terapi komplementer karena
pada kenyataannya, beberapa terapi
keperawatan yang berkembang diawali dari
alternatif atau tradisional terapi.
Kenyataan yang ada, buku-buku keperawatan
membahas terapi komplementer sebagai isu
Terapi komplementer dalam keperawatan 5
KEPUSTAKAAN
Andrews, M., Angone, K.M., Cray, J.V., Lewis,
J. A., & Johnson, P.H. (1999). Nurse’s
handbook of alternative and
complementary therapies. Pennsylvania:
Springhouse.
Buckle, S. (2003). Aromatherapy. http//
. www. naturalhealthweb. com/ art
icles, diperoleh 25 Januari 2008.
Fontaine, K.L. (2005). Complementary &
alternative therapies for nursing practice.
2th ed. New Jersey: Pearson Prentice Hall.
Hitchcock, J.E, Schubert, P.E., Thomas, S.A.
(1999). Community health nursing: Caring
in action. USA: Delmar Publisher.
Key, G. (2008). Aromatherapy beauty tips. http//
.www.naturalhealthweb.

com/articles/ georgekey3.html, diperoleh


25 Januari 2008.
Nezabudkin, V. (2007). How to research
alternatif treatment before using
them.http//
. www. naturalhealthweb. com/ art
icles/ Nezabudkin1.html, diperoleh 25
Januari 2008.
Smith, S.F., Duell, D.J., Martin, B.C. (2004).
Clinical nursing skills: Basic to advanced
skills. New Jersey: Pearson Prentice Hall.
Snyder, M. & Lindquist, R. (2002).
Complementary/alternative therapies in
nursing. 4th ed. New York: Springer.
Stanhope, M. & Lancaster, J. (2004).
Community & public health nursing. 6th ed.
St. Louis: Mosby Inc.

Anda mungkin juga menyukai