Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan terapi komplementer akhir akhir ini menjadi sorotan

banyak negara. Pengobatan komplementer atau alternatif menjadi bagian penting

dalam pelayanan kesehatan di Amerika Serikat dan negara lainnya (Snyder &

Lindquis, 2002). Estimasi di Amerika Serikat 627 juta orang adalah pengguna

terapi alternatif dan 386 juta orang yang mengunjungi praktik konvensional

(Smith et al., 2004). Data lain menyebutkan terjadi peningkatan jumlah pengguna

terapi komplementer di Amerika dari 33% pada tahun 1991 menjadi 42% di tahun

1997 (Eisenberg, 1998 dalam Snyder & Lindquis, 2002).

Klien yang menggunakan terapi komplemeter memiliki beberapa alasan.

Salah satu alasannya adalah filosofi holistik pada terapi komplementer, yaitu

adanya harmoni dalam diri dan promosi kesehatan dalam terapi komplementer.

Alasan lainnya karena klien ingin terlibat untuk pengambilan keputusan dalam

pengobatan dan peningkatan kualitas hidup dibandingkan sebelumnya. Sejumlah

82% klien melaporkan adanya reaksi efek samping dari pengobatan konvensional

yang diterima menyebabkan memilih terapi komplementer (Snyder & Lindquis,

2002).

Terapi komplementer yang ada menjadi salah satu pilihan pengobatan

masyarakat. Di berbagai tempat pelayanan kesehatan tidak sedikit klien bertanya

tentang terapi komplementer atau alternatif pada petugas kesehatan seperti dokter

ataupun perawat. Masyarakat mengajak dialog perawat untuk penggunaan terapi

1
alternatif (Smith et al., 2004). Hal ini terjadi karena klien ingin mendapatkan

pelayanan yang sesuai dengan pilihannya, sehingga apabila keinginan terpenuhi

akan berdampak ada kepuasan klien. Hal ini dapat menjadi peluang bagi perawat

untuk berperan memberikan terapi komplementer. Peran yang dapat diberikan

perawat dalam terapi komplementer atau alternatif dapat disesuaikan dengan

peran perawat yang ada, sesuai dengan batas kemampuannya. Pada dasarnya,

perkembangan perawat yang memerhatikan hal ini sudah ada. Sebagai contoh

yaitu American Holistic Nursing Association (AHNA), Nurse Healer Profesional

Associates (NHPA) (Hitchcock et al., 1999). Ada pula National Center for

Complementary/Alternative Medicine (NCCAM) yang berdiri tahun 1998

(Snyder & Lindquis, 2002). Kebutuhan masyarakat yang meningkat dan

berkembangnya penelitian terhadap terapi komplementer menjadi peluang

perawat untuk berpartisipasi sesuai kebutuhan masyarakat. Perawat dapat

berperan sebagai konsultan untuk klien dalam memilih alternatif yang sesuai

ataupun membantu memberikan terapi langsung. Namun, hal ini perlu

dikembangkan lebih lanjut melalui penelitian (evidence-based practice) agar dapat

dimanfaatkan sebagai terapi keperawatan yang lebih baik.

1.2 Rumusan Masalah

1) Pengertian terapi komplementer

2) Apa saja jenis-jenis dan fungsi terapi komplemeter

3) Macam Bagaimana realita peran/efektifitas di lapangan pada era modern

2
1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1 Tujuan umum

Tujuan umum pembuatan paper ini untuk memahami bagaimana

keterlibatan perawat serta peran perawat dalam pemberian terapi komplementer

di lapangan pada era modern.

1.3.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus penyusunan makalah ini adalah agar mahasiswa lebih

memahami:

1.3.2.1. Pengertian terapi komplementer

1.3.2.2. Jenis-jenis dan fungsi terapi komplementer

1.3.2.3. Macam terapi komplementer serta realita peran/efektifitas

di lapangan pada era modern

1.4 Manfaat Penulisan

1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil paper ini secara teoritis diharapkan dapat memberikan

sumbangan pemikiran dalam memperkaya wawasan tentang terapi komplementer

terutama mengenai eksistensi terapi komplementer bagi dunia kesehatan di era

modern

3
1.4.2 Manfaat Praktis

1.4.2.1 Manfaat bagi penulis

paper ini bermanfaat untuk memenuhi tugas mata kuliah

Agama

1.4.2.2 Maanfaat bagi profesi keperawatan

paper ini bermanfaat untuk meningkatkan terapi

komplementer di lapangan pada era modern

1.4.2.3 Manfaat bagi masyarakat

Paper ini bermanfaat untuk memberikan informasi kepada

masyarakat guna memahami penyembuhan dengan terapi

komplementer ini.

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian terapi komplementer

Terapi komplementer dikenal dengan terapi tradisional yang digabungkan

dalam pengobatan modern. Komplementer adalah penggunaan terapi tradisional

ke dalam pengobatan modern (Andrews et al., 1999). Terminologi ini dikenal

sebagai terapi modalitas atau aktivitas yang menambahkan pendekatan ortodoks

dalam pelayanan kesehatan (Crips & Taylor, 2001). Terapi komplementer juga

ada yang menyebutnya dengan pengobatan holistik. Pendapat ini didasari oleh

bentuk terapi yang mempengaruhi individu secara menyeluruh yaitu sebuah

keharmonisan individu untuk mengintegrasikan pikiran, badan, dan jiwa dalam

kesatuan fungsi (Smith et al., 2004).

Pendapat lain menyebutkan terapi komplementer dan alternatif sebagai

sebuah domain luas dalam sumber daya pengobatan yang meliputi sistem

kesehatan, modalitas, praktik dan ditandai dengan teori dan keyakinan, dengan

cara berbeda dari sistem pelayanan kesehatan yang umum di masyarakat atau

budaya yang ada (Complementary and alternative medicine/CAM Research

Methodology Conference, 1997 dalam Snyder & Lindquis, 2002). Terapi

komplementer dan alternatif termasuk didalamnya seluruh praktik dan ide yang

didefinisikan oleh pengguna sebagai pencegahan atau pengobatan penyakit atau

promosi kesehatan dan kesejahteraan.

5
Definisi tersebut menunjukkan terapi komplemeter sebagai pengembangan

terapi tradisional dan ada yang diintegrasikan dengan terapi modern yang

mempengaruhi keharmonisan individu dari aspek biologis, psikologis, dan

spiritual. Hasil terapi yang telah terintegrasi tersebut ada yang telah lulus uji klinis

sehingga sudah disamakan dengan obat modern. Kondisi ini sesuai dengan prinsip

keperawatan yang memandang manusia sebagai makhluk yang holistik (bio,

psiko, sosial, dan spiritual).

Prinsip holistik pada keperawatan ini perlu didukung kemampuan perawat

dalam menguasai berbagai bentuk terapi keperawatan termasuk terapi

komplementer. Penerapan terapi komplementer pada keperawatan perlu mengacu

kembali pada teori-teori yang mendasari praktik keperawatan. Misalnya teori

Rogers yang memandang manusia sebagai sistem terbuka, kompleks, mempunyai

berbagai dimensi dan energi. Teori ini dapat mengembangkan pengobatan

tradisional yang menggunakan energi misalnya tai chi, chikung, dan reiki.

Teori keperawatan yang ada dapat dijadikan dasar bagi perawat dalam

mengembangkan terapi komplementer misalnya teori transkultural yang dalam

praktiknya mengaitkan ilmu fisiologi, anatomi, patofisiologi, dan lain-lain. Hal ini

didukung dalam catatan keperawatan Florence Nightingale yang telah

menekankan pentingnya mengembangkan lingkungan untuk penyembuhan dan

pentingnya terapi seperti musik dalam proses penyembuhan. Selain itu, terapi

komplementer meningkatkan kesempatan perawat dalam menunjukkan caring

pada klien (Snyder & Lindquis, 2002). Hasil penelitian terapi komplementer yang

dilakukan belum banyak dan tidak dijelaskan dilakukan oleh perawat atau bukan.

Beberapa yang berhasil dibuktikan secara ilmiah misalnya terapi sentuhan untuk

6
meningkatkan relaksasi, menurunkan nyeri, mengurangi kecemasan, mempercepat

penyembuhan luka, dan memberi kontribusi positif pada perubahan

psikoimunologik (Hitchcock et al., 1999). Terapi pijat (massage) pada bayi yang

lahir kurang bulan dapat meningkatkan berat badan, memperpendek hari rawat,

dan meningkatkan respons. Sedangkan terapi pijat pada anak autis meningkatkan

perhatian dan belajar. Terapi pijat juga dapat meningkatkan pola makan,

meningkatkan citra tubuh, dan menurunkan kecemasan pada anak susah makan

(Stanhope, 2004). Terapi kiropraksi terbukti dapat menurunkan nyeri haid dan

level plasma prostaglandin selama haid (Fontaine, 2005).

Hasil lainnya yang dilaporkan misalnya penggunaan aromaterapi. Salah

satu aromaterapi berupa penggunaan minyak esensial berkhasiat untuk mengatasi

infeksi bakteri dan jamur (Buckle, 2003). Minyak lemon thyme mampu

membunuh bakteri streptokokus, stafilokokus dan tuberkulosis (Smith et al.,

2004). Tanaman lavender dapat mengontrol minyak kulit, sedangkan teh dapat

membersihkan jerawat dan membatasi kekambuhan (Key, 2008). Dr. Carl

menemukan bahwa penderita kanker lebih cepat sembuh dan berkurang rasa

nyerinya dengan meditasi dan imagery (Smith et al., 2004). Hasil riset juga

menunjukkan hipnoterapi meningkatkan suplai oksigen, perubahan vaskular dan

termal, mempengaruhi aktivitas gastrointestinal, dan mengurangi kecemasan

(Fontaine, 2005).

Hasil-hasil tersebut menyatakan terapi komplementer sebagai suatu

paradigma baru (Smith et al., 2004). Bentuk terapi yang digunakan dalam terapi

komplementer ini beragam sehingga disebut juga dengan terapi holistik.

Terminologi kesehatan holistik mengacu pada integrasi secara menyeluruh dan

7
mempengaruhi kesehatan, perilaku positif, memiliki tujuan hidup, dan

pengembangan spiritual (Hitchcock et al., 1999). Terapi komplementer dengan

demikian dapat diterapkan dalam berbagai level pencegahan penyakit.

Terapi komplementer dapat berupa promosi kesehatan, pencegahan

penyakit ataupun rehabilitasi. Bentuk promosi kesehatan misalnya memperbaiki

gaya hidup dengan menggunakan terapi nutrisi. Seseorang yang menerapkan

nutrisi sehat, seimbang, mengandung berbagai unsur akan meningkatkan

kesehatan tubuh. Intervensi komplementer ini berkembang di tingkat pencegahan

primer, sekunder, tersier dan dapat dilakukan di tingkat individu maupun

kelompok misalnya untuk strategi stimulasi imajinatif dan kreatif (Hitchcock et

al., 1999).

Pengobatan dengan menggunakan terapi komplementer mempunyai

manfaat selain dapat meningkatkan kesehatan secara lebih menyeluruh juga lebih

murah. Terapi komplementer terutama akan dirasakan lebih murah bila klien

dengan penyakit kronis yang harus rutin mengeluarkan dana. Pengalaman klien

yang awalnya menggunakan terapi modern menunjukkan bahwa biaya membeli

obat berkurang 200-300 dolar dalam beberapa bulan setelah menggunakan terapi

komplementer (Nezabudkin, 2007).

Minat masyarakat Indonesia terhadap terapi komplementer ataupun yang

masih tradisional mulai meningkat. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya

pengunjung praktik terapi komplementer dan tradisional di berbagai tempat.

Selain itu, sekolah-sekolah khusus ataupun kursuskursus terapi semakin banyak

dibuka. Ini dapat dibandingkan dengan Cina yang telah memasukkan terapi

8
tradisional Cina atau traditional Chinese Medicine (TCM) ke dalam perguruan

tinggi di negara tersebut (Snyder & Lindquis, 2002).

Kebutuhan perawat dalam meningkatnya kemampuan perawat untuk

praktik keperawatan juga semakin meningkat. Hal ini didasari dari

berkembangnya kesempatan praktik mandiri. Apabila perawat mempunyai

kemampuan yang dapat dipertanggungjawabkan akan meningkatkan hasil yang

lebih baik dalam pelayanan keperawatan.

2.2 Jenis-jenis dan fungsi terapi komplementer

2.2.1 Jenis-jenis terapi komplementer

Jenis pelayanan pengobatan komplementer – alternatif berdasarkan

Permenkes RI Nomor : 1109/Menkes/Per/2007 adalah :

1) Intervensi tubuh dan pikiran (mind and bodyinterventions) :

Hipnoterapi, mediasi, penyembuhan spiritual, doa dan yoga.

2) Sistem pelayanan pengobatan alternatif : akupuntur, akupresur,

naturopati, homeopati, aromaterapi, ayurveda.

3) Cara penyembuhan manual : chiropractice, healing touch,tuina, shiatsu,

osteopati, pijat urut.

4) Pengobatan farmakologi dan biologi : jamu, herbal, gurah.

5) Diet dan nutrisi untuk pencegahan dan pengobatan : dietmakro nutrient,

mikro nutrient.

6) Cara lain dalam diagnosa dan pengobatan : terapi ozon,hiperbarik, EEC

9
2.2.2 Fungsi terapi komplementer

1) Akupresur

Akupresur sangat cocok bagi orang-orang yang berada di bawah banyak

tekanan/stress. Terapi titik refleksi dapat membantu meredakan ketegangan otot

serta merelaksasikan tubuh, sehingga menurunkan denyut jantung dan tekanan

darah. Terapi ini juga dapat dianjurkan bagi mereka yang memiliki sirkulasi darah

yang buruk. Seringnya, ekstremitas, terutama pada kaki, mungkin juga terasa

dingin bahkan pada suhu normal. Penekanan dapat meningkatkan sirkulasi darah

ke seluruh tubuh. Akupresur diyakini dapat meningkatkan sistem kekebalan

tubuh. Terapi ini dapat membantu proses detoksifikasi dengan memungkinkan

sistem limfatik mengalirkan cairan yang dapat membawa sisa pernapasan atau

sampah lainnya. Selain itu, dengan sirkulasi darah yang baik, nutrisi dapat

mencapai sel dengan segera, di mana nutrisi dapat digunakan untuk fungsi

metabolisme yang dibutuhkan untuk mempertahankan hidup.

2) Akupuntur

Ada banyak kegunaan atau manfaat dari terapi akupunktur, diantaranya

untuk mengobati sakit punggung, sakit leher, nyeri pasca operasi dan berbagai

rasa sakit dan nyeri lainnya. Tidak hanya itu, akupunktur juga dapat mengatasi

masalah pencernaan, menstruasi yang tidak teratur, alergi, insomnia dan lain

sebagainya

10
3) Yoga

Gerakan yoga” yang dapat meringankan gejala Hipertensi. Tetapi harus

di-ingat, bagi penderita hipertensi yang sudah akut, tentunya harus konsultasi

dengan dokter. Gerakan yoga yang dipaparkan disini untuk lebih meringankan

gejala dan me-antisipasi supaya gejala hipertensi tidak timbul. Karena dengan

berlatih yoga, otot tubuh akan lebih lentur dan hal ini membuat peredaran darah

lebih lancar, dan hasilnya tekanan darah yang lebih normal.

4) Pijat Massage

Terapi Komplementer dari pijat salah satu fungsinya yakni Relaksasi

1. fungsi lainnya seperti Perbaikan kondisi mental

2. Lebih bisa mengatasi tekanan

3. Sikap yang lebih positif

4. Mendorong kreativitas

5) Hipnoterapi

Terapi Komplementer dari Hipnoterapi fungsinya sebagai berikut :

1. menghilangkan kecemasan (axiety)

2. menghilangkan ketegangan (stress)

3. menghilangkan depresi (depression)

4. menghilangkan fobia (phobia)

5. menghilangkan kebiasaan buruk (bad habits), seperti

ketergantungan terhadap rokok, alkohol dan obat-obatan

11
6. Pemberdayaan diri, seperti membangkitkan motivasi dan

melangsingkan tubuh

2.3 Macam terapi komplementer serta Bagaimana realita peran/efektifitas di

lapangan pada era modern

2.3.1 Macam terapi komplementer

Terapi komplementer ada yang invasif dan noninvasif. Contoh terapi

komplementer invasif adalah akupuntur dan cupping (bekam basah) yang

menggunakan jarum dalam pengobatannya. Sedangkan jenis non-invasif

seperti terapi energi (reiki, chikung, tai chi, prana, terapi suara), terapi biologis

(herbal, terapi nutrisi, food combining, terapi jus, terapi urin, hidroterapi colon

dan terapi sentuhan modalitas; akupresur, pijat bayi, refleksi, reiki, rolfing,

dan terapi lainnya (Hitchcock et al., 1999)

National Center for Complementary/ Alternative Medicine (NCCAM)

membuat klasifikasi dari berbagai terapi dan sistem pelayanan dalam lima

kategori. Kategori pertama, mind-body therapy yaitu memberikan intervensi

dengan berbagai teknik untuk memfasilitasi kapasitas berpikir yang

mempengaruhi gejala fisik dan fungsi tubuh misalnya perumpamaan

(imagery), yoga, terapi musik, berdoa, journaling, biofeedback, humor, tai chi,

dan terapi seni.

Kategori kedua, Alternatif sistem pelayanan yaitu sistem pelayanan

kesehatan yang mengembangkan pendekatan pelayanan biomedis berbeda dari

Barat misalnya pengobatan tradisional Cina, Ayurvedia, pengobatan asli

Amerika, cundarismo, homeopathy, naturopathy. Kategori ketiga dari

12
klasifikasi NCCAM adalah terapi biologis, yaitu natural dan praktik biologis

dan hasil-hasilnya misalnya herbal, makanan).

Kategori keempat adalah terapi manipulatif dan sistem tubuh. Terapi ini

didasari oleh manipulasi dan pergerakan tubuh misalnya pengobatan

kiropraksi, macam-macam pijat, rolfing, terapi cahaya dan warna, serta

hidroterapi. Terakhir, terapi energi yaitu terapi yang fokusnya berasal dari

energi dalam tubuh (biofields) atau mendatangkan energi dari luar tubuh

misalnya terapetik sentuhan, pengobatan sentuhan, reiki, external qi gong,

magnet. Klasifikasi kategori kelima ini biasanya dijadikan satu kategori

berupa kombinasi antara biofield dan bioelektromagnetik (Snyder & Lindquis,

2002).

Klasifikasi lain menurut Smith et al (2004) meliputi gaya hidup

(pengobatan holistik, nutrisi), botanikal (homeopati, herbal, aromaterapi);

manipulatif (kiropraktik, akupresur & akupunktur, refleksi, massage); mind-

body (meditasi, guided imagery, biofeedback, color healing, hipnoterapi).

Jenis terapi komplementer yang diberikan sesuai dengan indikasi yang

dibutuhkan. Contohnya pada terapi sentuhan memiliki beberapa indikasinya

seperti meningkatkan relaksasi, mengubah persepsi nyeri, menurunkan

kecemasan, mempercepat penyembuhan, dan meningkatkan kenyamanan

dalam proses kematian (Hitchcock et al., 1999).

Jenis terapi komplementer banyak sehingga seorang perawat perlu

mengetahui pentingnya terapi komplementer. Perawat perlu mengetahui terapi

komplementer diantaranya untuk membantu mengkaji riwayat kesehatan dan

13
kondisi klien, menjawab pertanyaan dasar tentang terapi komplementer dan

merujuk klien untuk mendapatkan informasi yang reliabel, memberi rujukan

terapis yang kompeten, ataupun memberi sejumlah terapi komplementer

(Snyder & Lindquis, 2002). Selain itu, perawat juga harus membuka diri untuk

perubahan dalam mencapai tujuan perawatan integratif (Fontaine, 2005).

2.3.2 Bagaimana realita peran/efektifitas di lapangan pada era modern

Peran perawat yang dapat dilakukan dari pengetahuan tentang terapi

komplementer diantaranya sebagai konselor, pendidik kesehatan, peneliti,

pemberi pelayanan langsung, koordinator dan sebagai advokat. Sebagai konselor

perawat dapat menjadi tempat bertanya, konsultasi, dan diskusi apabila klien

membutuhkan informasi ataupun sebelum mengambil keputusan. Sebagai

pendidik kesehatan, perawat dapat menjadi pendidik bagi perawat di sekolah

tinggi keperawatan seperti yang berkembang di Australia dengan lebih dahulu

mengembangkan kurikulum pendidikan (Crips & Taylor, 2001). Peran perawat

sebagai peneliti di antaranya dengan melakukan berbagai penelitian yang

dikembangkan dari hasilhasil evidence-based practice.

Perawat dapat berperan sebagai pemberi pelayanan langsung misalnya dalam

praktik pelayanan kesehatan yang melakukan integrasi terapi komplementer

(Snyder & Lindquis, 2002). Perawat lebih banyak berinteraksi dengan klien

sehingga peran koordinator dalam terapi komplementer juga sangat penting.

Perawat dapat mendiskusikan terapi komplementer dengan dokter yang merawat

dan unit manajer terkait. Sedangkan sebagai advokat perawat berperan untuk

14
memenuhi permintaan kebutuhan perawatan komplementer yang mungkin

diberikan termasuk perawatan alternatif (Smith et al.,2004).

pengembangan kebijakan, praktik keperawatan, pendidikan, dan riset. Apabila

isu ini berkembang dan terlaksana terutama oleh perawat yang mempunyai

pengetahuan dan kemampuan tentang terapi komplementer, diharapkan akan

dapat meningkatkan pelayanan kesehatan sehingga kepuasan klien dan perawat

secara bersama-sama dapat meningkat (HH, TH).

Ada pula contoh seperti para pengidap HIV (Human Immunodeficiency

Virus), dengan pemenuhan nutrisi dan ketenangan spiritual bisa memperpanjang

harapan hidup mereka. Terapi alternatif komplementer, seperti; akupunktur,

akupressur, meditasi, dan mengomsumsi tanaman obat dapat menambah daya

tahan tubuh dan pertumbuhan sel-sel imun. Pernyataan ini pernah dikemukakan

oleh Putu Oka Sukanta, akupunturis sekaligus pembicara dalam talk show yang

diadakan Indonesia HIV Prevention and Care Project (IHPCP) di Indonesia Sehat

Expo 2007, Jakarta Convention Center, Rabu (24/10). Menurut Putu Oka Sukanta,

ketenangan spiritual dan nutrisi peningkat daya tahan membuat virus lebih jinak

dan memperlambat perkembangannya dalam tubuh manusia, sehingga memberi

kesempatan CD4 ( Corps Diplomatic ) yaitu sel pembentuk daya tahan tubuh

untuk berkembang dan memperbanyak diri.

Akupunktur dan akupressur diberikan untuk memperkuat organ-organ

vital, seperti; paru-paru, ginjal, lambung, dan limpa, pada masa awal infeksi HIV.

Sebelum daya tahan tubuh dan sel- sel CD4 ( Corps Diplomatic ) turun karena

infeksi HIV, organ penting tersebut harus kuat. Untuk penderita HIV, keempat

15
organ vital tersebut harus dijaga daya tahannya karena memiliki fungsi penting,

seperti paru-paru yang berfungsi mengikat oksigen, lambung untuk mengolah

makanan yang masuk, dan limpa yang berguna untuk menyerap sari-sari

makanan. Dengan akupressur, titik-titik tubuh yang berhubungan dengan organ

vital tersebut dipijat untuk menguatkan fungsi organ.

Selain dengan teknik akupressur dan akupunktur, konsumsi tanaman obat

juga membantu penguatan fungsi organ vital. Pegagan misalnya, digunakan untuk

regenerasi sel pembentuk daya tahan tubuh dan juga untuk menguatkan fungsi

ginjal. Selain pegagan, tanaman penguat daya tahan tubuh adalah meniran.

“Reaksi pertama yang ditunjukkan pengidap HIV adalah penyangkalan dan stres.

Padahal stres merupakan penyebab vital menurunnya daya tahan tubuh. Untuk

mempertahankan ketenangan batin pengidap HIV, diperlukan suatu metode,

seperti meditasi dan oleh napas untuk membantu penderita menenangkan diri.

Teknik olah napas saat meditasi membantu paru-paru mengikat.

16
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Masyarakat Indonesia sudah mengenal adanya terapi tradisional seperti

jamu yang telah berkembang lama. Kenyataannya klien yang berobat di berbagai

jenjang pelayanan kesehatan tidak hanya menggunakan pengobatan Barat (obat

kimia) tetapi secara mandiri memadukan terapi tersebut yang dikenal dengan

terapi komplementer.

Perkembangan terapi komplementer atau alternatif sudah luas, termasuk

didalamnya orang yang terlibat dalam memberi pengobatan karena banyaknya

profesional kesehatan dan terapis selain dokter umum yang terlibat dalam terapi

komplementer. Hal ini dapat meningkatkan perkembangan ilmu pengetahuan

melalui penelitian-penelitian yang dapat memfasilitasi terapi komplementer agar

menjadi lebih dapat dipertanggungjawabkan.

Perawat sebagai salah satu profesional kesehatan, dapat turut serta

berpartisipasi dalam terapi komplementer. Peran yang dijalankan sesuai dengan

peran-peran yang ada. Arah perkembangan kebutuhan masyarakat dan keilmuan

mendukung untuk meningkatkan peran perawat dalam terapi komplementer

karena pada kenyataannya, beberapa terapi keperawatan yang berkembang diawali

dari alternatif atau tradisional terapi.

Terapi Komplementer adalah cara penanggulangan penyakit yang

dilakukan sebagai pendukung atau pendamping kepada pengobatan medis

17
konvensional atau sebagai pengobatan pilihan lain diluar pengobatan medis yang

konvensional. Peran perawat dalam pelayanan kesehatan diantaranya dalam terapi

komplementer sebagai pemberi asuhan keperawatan, pembela untuk melindungi

klien, pemberi bimbingan / konseling klien, pendidik klien, anggota tim kesehatan

yang dituntut untuk dapat bekerja sama dengan tenaga kesehatan lain, coordinator

agar dapat memanfaatkan sumber-sumber dan potensi klien, pembaru yang

selalu dituntut untuk mengadakan perubahan-perubahan, dan sumber

informasi yang dapat membantu memecahkan masalah klien. Fungsi perawat

yang dijalankan dipelayanan kesehatan adalah bertindak secara independen,

dependen, dan interdependen. Perkembangan terapi komplementer atau

alternatif sudah luas, termasuk di dalamnya orang yang terlibat dalam memberi

pengobatan karena banyaknya profesional kesehatan dan terapis selain

dokter umum yangterlibat dalam terapi komplementer. Hal ini dapat

meningkatkan perkembangan ilmu pengetahuan melalui penelitian-penelitian

yang dapat memfasilitasi terapi komplementer agar menjadi lebih dapat

dipertanggung jawabkan. Perawat sebagai salah satu profesional kesehatan, dapat

turut serta berpartisipasi dalam terapi komplementer. Peran yang dijalankan

sesuaidengan peran-peran yang ada. Arah perkembangan kebutuhan masyarakat

dan keilmuan mendukung untuk meningkatkan peran perawat dalam

terapikomplementer karena pada kenyataannya, beberapa terapi keperawatan

yangberkembang diawali dari alternatif atau tradisional terapi

3.2 Saran

Dengan membaca makalah ini diharapkan mahasiswa mampu memahami

bahwa seorang perawat sebagai salah satu profesional kesehatan, dapat turut serta

18
berpartisipasi dalam terapi komplementer dan tidak hanya mengandalkan

kesembuhan dengan obat-obat kimia namun juga bisa memberi pengobatan

dengan cara melakukan terapi komplementer seperti yoga, akupresure, akupuntur ,

hipnoterapi, massage, dan di era modern seperti sekarang perawat tidak

mengandalkan kepintaran saja namun lebih meningkatkan keterampilannya dalam

mengobati maupun menangani seorang pasien. Semoga makalah ini dapat

bermanfaat dan dapat bersifat membangun bagi pembaca pada umumnya. Dan

penulis juga memohon maaf bila ada kesalahan dalam pembuatan paper ini,

penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saran

dan kritik yang membangun sangat dibutuhkan untuk menyempurnakan makalah

ini. Sekian dan terimakasih.

19
DAFTAR PUSTAKA

http://documents.tips/documents/terapi-komplementer-55f32406b0874.html

http://www.scribd.com/doc/76628021/Terapi-Komplementer-FOKUS-GROP

https://www.docdoc.com/id/info/procedure/accupressure

_Jurnal_Keperawatan_PENGARUH_PEMBERIAN_ME.pdf+&cd=3&hl=id&ct=

clnk&gl=id

Fontaine, K.L. (2005). Complementary & alternative therapies for nursing

practice. 2th ed. New Jersey: Pearson Prentice Hall.

20
21
22
23

Anda mungkin juga menyukai