DNR
DOSEN PENGAMPU: Firdha Novitasari, S.Kep., Ns., MM
B. Skenario Kasus
Pada tanggal 30 November tahun 2017 New England Journal of
Medicine mempublikasikan sebuah artikel mengenai kasus medis yang
berkaitan dengan sisi etis kedokteran, yaitu mengenai tato DNR (Do Not
Resuscitate).
LANJUTAN
C. Indentifikasi Kasus etik (prinsip etik yang dilanggar)
- Respect Of Outonomy :
Individu memiliki hak untuk menentukan sendiri,memperoleh kebebasan dan
kemandirian. Respect of outonomy meliputi :
Menghargai hak klien dalam menentukan diri sendiri dalam hal perawatan /pengobatan
yang dijalani klien – sesuai dengan nilai & norma yang diyakininya.
Penerapan dalam praktik keperawatan
Memberikan informasi yang benar
Privasi klien
Melindungi informasi yang sifatnya rahasia
Memperoleh persetujuan untuk setiap tindakan yang akan dilakukan terhadap klien
informed consent
-Non-Maleficence (Tidak Mengakibatkan Injury) :
Kewajiban bagi tenaga keperawtan untuk tidak mengakibatkan injury terhadap klien
Penerapan dalam praktik keperawatan menekankan perlunya diterapkan standar untuk
mencegah terjadinya injury pada klien:
Standar praktik keperawatan
Standar asuhan keperawatan
Standar prosedur
Standar tenaga keperawatan
-Beneficence (Berbuat Kebaikan) :
Kewajiban moral untuk mencegah terjadinya injury
Bertindak untuk meningkatkan kesejahteraan klien
Termasuk melindungi hak-hak pasien dalam pelayanan kesehatan
Hak untuk mendaapatkan pelayanan bermutu
Akses yang sama terhadap pelayanan kesehatan
Akses – pelayanan kesehatan sesuai dengan nilai & norma kultural klien
Pelayanan kesehatan yang berkualitas
Hak untuk mendapatkan informasi
hak untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan
hak untuk mendapatkan informed consent
hak untuk menolak consent
hak untuk mengetahui nama dan status tim kesehatan
hak untuk mendapatkan second opinion
hak untuk diperlakukan dengan respect
------------- confidentiality
-Justice (Prinsip Keadilan) :
Pasien tidak diberikan pertolongan pertama berupa RJP/Resusitasi Jantung Paru terkait
keadaannya yaitu mengalami atrium fibrilasi dan tidak sadarkan diri. Pasien tersebut
kemudian meninggal keesokan harinya.
Dokter dan perawat mempertanyakan tatto tersebut apakah hanya sebagai candaan yang
dibuat ketika pasien sedang mabuk atau benar-benar mempunyai suatu makna dibaliknya.
Riwayat-riwayat yang terdapat pada pasien termasuk penyakit yang dideritanya serta keadaan
pasien dipublikasikan ke media.
Identitas pasien tidak diketahui dengan jelas, sehingga dalam kasus ini keluarga pasien tidak
ikut serta mengambil keputusan dalam hal penanganan yang dilakukan oleh tim medis.
Kondisi pasien yang tidak sadarkan diri bisa diatasi dengan RJP dan riwayat penyakit pasien
berupa paru kronis dan DM bisa "dikontrol" dengan pengobatan, namun dokter tetap
memutuskan untuk tidak melakukan resusitasi dan pengobatan lainnya.
D. Dasar Hukum DNR
Belum ada peraturan yang secara jelas mengatur DNR di Indonesia.
UUD 1945 pasal 28 A, Undang undang no 29 tahun 2004 tentang praktik
kedokteran pasal 39, KODEKI pasal 17 belum jelas adanya kepastian hukum yang
mengatur DNR.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 290 tahun 2008 tentang BAB IX pasal 14:
1. Bahwa penghentian/penundaan bantuan hidup (with holding atau with drawing
life supports) pada seorang pasen harus mendapat persetujuan keluarga
terdekat pasien.
2. Persetujuan penghentian/ penundaan bantuan hidup oleh keluarga terdekat
pasen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan setelah keluarga
mendapat penjelasan dari tim dokter yang bersangkutan.
LANJUTAN
E. Pelanggaran Kode Etik
Kode etik yang dilanggar dari kasus diatas antara lain Veracity
(Kejujuran) pada seorang perawat kejujuran adalah hal yang wajib diberikan
kepada pasien maupun dalam menyampaikan informasi.