Anda di halaman 1dari 9

ANALISIS MASALAH ETIK DENGAN TEMA

DNR
DOSEN PENGAMPU: Firdha Novitasari, S.Kep., Ns., MM

Oleh : Yeni Sutrianingsih (20010146)


Yuni Rahmaniah Suhliana (20010147)
Veni Febriyanti (20010158)

STIKES dr. SOEBANDI JEMBER


Jl. dr.Soebandi No. 99, Cangk5tring, patrang, Kec. Patrang, Kabupaten
Jember, Jawa Timur 68111
Latar Belakang

Do not resuscitate (DNR) adalah jangan melakukan


resusitasi. Resusitasi adalah upaya memulihkan
seseorang dari kondisi yang mengancam jiwa.
Tindakan kompresi dada terapi kejut litrik adalah
contoh dari tindakan resusitasi.
 
ANALISIS ETIK
A. Konsep Teori
Do Not rescuciate (DNR) atau tidak dilakukan istilah yang digunakan
pada keputusan yang dibuat oleh tenaga medis untuk tidak mencoba melakukan
upaya cardiopulmonary rescucitation (CPR) atau resusitasi jantung paru pada
pasien yang mengalami henti nafas, atau kondisi henti jantung.

B. Skenario Kasus
Pada tanggal 30 November tahun 2017 New England Journal of
Medicine mempublikasikan sebuah artikel mengenai kasus medis yang
berkaitan dengan sisi etis kedokteran, yaitu mengenai tato DNR (Do Not
Resuscitate).

LANJUTAN
C. Indentifikasi Kasus etik (prinsip etik yang dilanggar)
- Respect Of Outonomy :
Individu memiliki hak untuk menentukan sendiri,memperoleh kebebasan dan
kemandirian. Respect of outonomy meliputi :
 Menghargai hak klien dalam menentukan diri sendiri dalam hal perawatan /pengobatan
yang dijalani klien – sesuai dengan nilai & norma yang diyakininya.
 Penerapan dalam praktik keperawatan
 Memberikan informasi yang benar
 Privasi klien
 Melindungi informasi yang sifatnya rahasia
 Memperoleh persetujuan untuk setiap tindakan yang akan dilakukan terhadap klien
informed consent
-Non-Maleficence (Tidak Mengakibatkan Injury) :
 Kewajiban bagi tenaga keperawtan untuk tidak mengakibatkan injury terhadap klien
 Penerapan dalam praktik keperawatan menekankan perlunya diterapkan standar untuk
mencegah terjadinya injury pada klien:
 Standar praktik keperawatan
 Standar asuhan keperawatan
 Standar prosedur
 Standar tenaga keperawatan
-Beneficence (Berbuat Kebaikan) :
 Kewajiban moral untuk mencegah terjadinya injury
 Bertindak untuk meningkatkan kesejahteraan klien
 Termasuk melindungi hak-hak pasien dalam pelayanan kesehatan
 Hak untuk mendaapatkan pelayanan bermutu
 Akses yang sama terhadap pelayanan kesehatan
 Akses – pelayanan kesehatan sesuai dengan nilai & norma kultural klien
 Pelayanan kesehatan yang berkualitas
 Hak untuk mendapatkan informasi
 hak untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan
 hak untuk mendapatkan informed consent
 hak untuk menolak consent
 hak untuk mengetahui nama dan status tim kesehatan
 hak untuk mendapatkan second opinion
 hak untuk diperlakukan dengan respect
 ------------- confidentiality
-Justice (Prinsip Keadilan) :

 Kewajiban perawat untuk bertindak fair/adil pada semua orang/klien


 Justice hadir jika:
 Pembagian/perhatian yang sama pada individu
 Memperlakukan individu/klien sesuai kebutuhannya
 Sesuai dengan usaha yang dilakukannya
 Sesuai dengan kontribusinya
 Sesuai dengan penghargaan

 Pasien tidak diberikan pertolongan pertama berupa RJP/Resusitasi Jantung Paru terkait
keadaannya yaitu mengalami atrium fibrilasi dan tidak sadarkan diri. Pasien tersebut
kemudian meninggal keesokan harinya.
 Dokter dan perawat mempertanyakan tatto tersebut apakah hanya sebagai candaan yang
dibuat ketika pasien sedang mabuk atau benar-benar mempunyai suatu makna dibaliknya.
 Riwayat-riwayat yang terdapat pada pasien termasuk penyakit yang dideritanya serta keadaan
pasien dipublikasikan ke media.
 Identitas pasien tidak diketahui dengan jelas, sehingga dalam kasus ini keluarga pasien tidak
ikut serta mengambil keputusan dalam hal penanganan yang dilakukan oleh tim medis.
 Kondisi pasien yang tidak sadarkan diri bisa diatasi dengan RJP dan riwayat penyakit pasien
berupa paru kronis dan DM bisa "dikontrol" dengan pengobatan, namun dokter tetap
memutuskan untuk tidak melakukan resusitasi dan pengobatan lainnya.
D. Dasar Hukum DNR
Belum ada peraturan yang secara jelas mengatur DNR di Indonesia.
UUD 1945 pasal 28 A, Undang undang no 29 tahun 2004 tentang praktik
kedokteran pasal 39, KODEKI pasal 17 belum jelas adanya kepastian hukum yang
mengatur DNR.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 290 tahun 2008 tentang BAB IX pasal 14:
1. Bahwa penghentian/penundaan bantuan hidup (with holding atau with drawing
life supports) pada seorang pasen harus mendapat persetujuan keluarga
terdekat pasien.
2. Persetujuan penghentian/ penundaan bantuan hidup oleh keluarga terdekat
pasen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan setelah keluarga
mendapat penjelasan dari tim dokter yang bersangkutan.

3. Persetujuan sebagaimana dimaksud ayat (1) harus diberikan secara tertulis.

LANJUTAN
E. Pelanggaran Kode Etik

Kode etik yang dilanggar dari kasus diatas antara lain Veracity
(Kejujuran) pada seorang perawat kejujuran adalah hal yang wajib diberikan
kepada pasien maupun dalam menyampaikan informasi.

F. Usulan keputusan etik yang akan di ambil


Setiap keputusan dokter atau tenaga medis untuk melakukan atau tidak
melakukan pertolongan dengan resusitasi, harus memperhatikan beberapa aspek
serta mempertimbangkan risiko ataupun konsekuensi yang akan diterima.

G. Tindakan yang sesuai dengan keputusan


Dengan kondisi pasien yang tidak sadarkan diri dokter ataupun perawat
harus melakukan perawatan RJP dan riwayat penyakit pasien berupa paru kronis
dan DM yang masih bisa dikontrol dengan pengobatan, dan tidak langsung
memutuskan untuk tidak melakukan resusitasi dan pengobatan lainnya.
Kesimpulan
DNR merupakan tindakan yang dilakukan untuk melepaskan kehidupan
seseorang agar terbebas dari penderitaan, dimana euthanasia dapat dibedakan menjadi
euthanasia aktif dan pasif, sesuai dengan kode etik baik di Indonesia dan Amerika
terkait dengan nilai/norma yang melarang dilakukannya euthanasia, hal tersebut sesuai
dengan prinsip moral dokter yang mengataskan kepentingan pasien diatas
kepentingannya sendiri

Anda mungkin juga menyukai