Kelompok 10
Jl. dr.Soebandi No. 99, Cangkring, patrang, Kec. Patrang, Kabupaten Jember,
Jawa Timur 68111
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah yang berjudul
“ANALISIS MASALAH ETIK DENGAN TEMA DNR” dapat terselesaikan
dengan baik.
Adapun harapan kami kepada para pembaca makalah ini yaitu dapat
menambah wawasan atau pengetahuan dalam kehidupan. Namun disadari bahwa
kliping ini masih jauh dari kesempurnaan karena terbatasnya kemampuan yang
kami miliki.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................................2
A. Tujuan....................................................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................3
ANALISIS ETIK...............................................................................................................3
A. Konsep Teori..........................................................................................................3
B. Skenario Kasus.......................................................................................................3
C. Indentifikasi Kasus etik (prinsip etik yang dilanggar)...............................................5
D. Dasar Hukum DNR...................................................................................................5
E. Pelanggaran Kode Etik...........................................................................................7
F. Usulan keputusan etik yang akan di ambil.............................................................7
G. Tindakan yang sesuai dengan keputusan................................................................8
BAB III..............................................................................................................................9
PENUTUP.........................................................................................................................9
A. Kesimpulan............................................................................................................9
B. Saran......................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................10
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
Bukan berarti pasien tersebut didiamkan, pasien tersebut tetap kita
berikan terapi suportif seperti oksgen, cairan infus, dan obat-obat
seperlunya yang kiranya dapat meringankan penderitanya, tapi tidak
menahan keberangkatannya.
B. Rumusan Masalah
2
A. Tujuan
1. Mengetahui apa itu DNR yaitu adalah resusitasi yang sebaiknya tidak
dilakukan kepada pasien
2. Menambah pengetahuan tentang DNR
3. Untuk mencapai kemajuan dalam pelayanan terhadap pasien
4. Mengetahui betapa pentingnya mengambil keputusan untuk melakukan
DNR (resusitasi)
BAB II
ANALISIS ETIK
3
A. Konsep Teori
B. Skenario Kasus
4
tahun dalam keadaan tidak sadarkan diri di pinggir jalan dan diduga karena
mengalami intoksikasi alkohol. Pasien kemudian dibawa ke ICU Rumah
Sakit Jackson Memorial dan saat akan dilakukan resusitasi jantung paru
(RJP), dokter dan perawat terkejut karena menemukan tato di dada pria
tersebut yang bertuliskan “Do Not Resuscitate”. Selain itu, kata “not” pada
tato juga digaris bawahi dan juga terdapat tanda tangan di dekat tato
tersebut. Pasien tidak memiliki identitas yang jelas dan juga tidak ada
teman atau keluarga yang ikut mengantar. Pasien memiliki riwayat
penyakit paru kronis dan diabetes mellitus, serta saat itu pasien
mengalami syok septik karena terjadi infeksi yang kemudian
menyebabkan kegagalan organ dan tekanan darah yang sangat rendah
sehingga pasien mengalami atrium fibrilasi.
Dokter dan perawat bertanya-tanya apabila tato tersebut benar-
benar merepresentasikan keinginan pasien dan apakah mereka harus
menganggap tato tersebut secara serius karena beberapa orang
beranggapan bahwa tato sering dibuat dalam keadaan tidak sadar atau
mabuk dan seringkali merupakan keputusan yang kemudian disesali.
Pernyataan tidak ingin diresusitasi juga secara formal seharusnya ditulis
didalam sebuah kertas berwarna kuning yang sudah ditandatangani oleh
dokter dan pasien atau wali pasien sebagai bukti pendukung. Tim medis
kemudian memanggil dr. Gregory Holt yang merupakan spesialis paru
untuk dimintai pendapat. Mereka sempat memutuskan untuk tetap
melakukan resusitasi, namun mereka kemudian memberikan antibiotik
empirik, cairan infus, serta memberikan perawatan Bilevel Positive
Airway Pressure (BPAP) untuk membantu pasien dalam bernafas sambil
memikirkan keputusan apa yang harus mereka ambil. Pada akhirnya tim
medis termasuk dr. Gregory E. Holt, Bianca Sarmento, Daniel Kett, dan
Kenneth W. Goodman memutuskan untuk menghargai tato tersebut dan
tidak melakukan resusitasi pada pasien. Pasien tersebut kemudian
meninggal keesokan harinya, dan setelah kejadian tersebut departemen
5
sosial baru bisa mendapatkan berkas DNR resmi yang sudah dibuat serta
ditandatangani oleh pasien tersebut..
- Respect Of Outonomy :
Privasi klien
6
Standar prosedur
Standar tenaga keperawatan
7
- Dokter dan perawat mempertanyakan tatto tersebut apakah hanya sebagai
candaan yang dibuat ketika pasien sedang mabuk atau benar-benar
mempunyai suatu makna dibaliknya.
- Riwayat-riwayat yang terdapat pada pasien termasuk penyakit yang
dideritanya serta keadaan pasien dipublikasikan ke media.
- Identitas pasien tidak diketahui dengan jelas, sehingga dalam kasus ini
keluarga pasien tidak ikut serta mengambil keputusan dalam hal
penanganan yang dilakukan oleh tim medis.
- Kondisi pasien yang tidak sadarkan diri bisa diatasi dengan RJP dan
riwayat penyakit pasien berupa paru kronis dan DM bisa "dikontrol"
dengan pengobatan, namun dokter tetap memutuskan untuk tidak
melakukan resusitasi dan pengobatan lainnya.
8
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 290 tahun 2008 tentang
BAB IX pasal 14:
1. Bahwa penghentian/penundaan bantuan hidup (with holding atau with
drawing life supports) pada seorang pasen harus mendapat persetujuan
keluarga terdekat pasien.
2. Persetujuan penghentian/ penundaan bantuan hidup oleh keluarga terdekat
pasen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan setelah keluarga
mendapat penjelasan dari tim dokter yang bersangkutan.
3. Persetujuan sebagaimana dimaksud ayat (1) harus diberikan secara tertulis.
“Tak seorang pun dapat semaunya sendiri memilih mau hidup atau mati.
Yang mutlak berdaulat atas keputusan itu hanyalah Sang Pencipta, sebab
dalam Dialah kita hidup dan bergerak dan berada “ (Kis 17:28)
9
diberikan kepada pasien maupun dalam menyampaikan informasi.
Accountability (Akuntabilitas) tanggung jawab seorang perawat amatlah
berat, hal ini karena setiap tindakan yang dilakukan oleh perawat kepada
pasien harus sesuai dan tepat tanpa kecuali. Advocacy (Advokasi) sebagai
seorang perawat yang langsung berinteraksi dengan pasien atau pun
keluarga pasien maka perawat harus bisa melindungi hak-hak klien. Non-
Maleficence (Tidak Merugikan) pada prinsipnya seorang perawat harus
selalu melakukan tindakan pelayanan keperawatan sesuai dengan ilmu
keperawatan dan kiat keperawatan yang telah dimiliki dengan tidak
merugikan dan menimbulkan bahaya pada pasien. Autonomy
(Kemandirian) sebagai seorang perawat yang profesional haruslah mampu
berpikir logis dan cepat dalam mengambil keputusan.
10
dan tidak langsung memutuskan untuk tidak melakukan resusitasi dan
pengobatan lainnya.
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
12
DAFTAR PUSTAKA
https://id.scribd.com/presentation/422250346/Kasus-DNR
https://blogs.insanmedika.co.id/8-prinsip-etika-keperawatan/
https://medukdw17.blogspot.com/2020/05/blog-post_64.html
https://www-kompasiana-
com.cdn.ampproject.org/v/s/www.kompasiana.com/amp/rayanmie/5c588c3c677ff
b34fb2709ea/do-not-resuscitate-cara-memperjuangkan-kematian?
amp_js_v=a6&_gsa=1&usqp=mq331AQHKAFQArABIA%3D
%3D#aoh=16025528091977&referrer=https%3A%2F
%2Fwww.google.com&_tf=Dari%20%251%24s&share=https%3A%2F
%2Fwww.kompasiana.com%2Frayanmie%2F5c588c3c677ffb34fb2709ea%2Fdo-
not-resuscitate-cara-memperjuangkan-kematian
13