Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

Untuk Memenuhi Tugas Manajemen Formulir Rekam Medis

Dosen pengampu:
Ibu Ratih Kumala Dewi, M.Kes

Disusun oleh:
Nanda Fitri Handayani
B01.019.001

Prodi S1 Manajemen Informasi Kesehatan (MIK)


Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Nasional KarangTuri
Semarang
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Analisis Desain Formulir ‘Do Not
Resuscitate’ ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas yang ibu
berikan pada mata kuliah Manajemen Formulir Rekam medis. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang Analisis Desain Formulir ‘Do Not Resuscitate’ bagi
para pembaca dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada ibu Ratih Kumala Dewi, M.Kes, selaku dosen
Manajemen Formulir Rekam Medis yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Semarang, 18 Juni 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i


DAFTAR ISI ..................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................1
1.3 Tujuan .........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN ..........................................................................................2
2.2 Pengertian Do-Not_Resuscitate (DNR) ........................................................2
2.2 Tujuan DNR ................................................................................................2
2.3 Pro dan Kontra Tindakan DNR ....................................................................3
2.4 Kriteria DNR ..............................................................................................3
2.5 Analisis Kuantitas dan Kualitas Formulir DNR yang diisi ...........................4
2.6 Formulir DNR .............................................................................................5

BAB III PENUTUP ........................................................................................ 6


3.1 Kesimpulan .................................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 7

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Do Not Resuscitate (DNR) adalah instruksi/kepada tenaga kesehatan untuk tidak melakukan
resusitasi jantung pada kasus henti jantung dan/atau henti napas. Telah terjadi 1051 keputusan DNR
dari 4.182 pasien di semua fasilitas kesehatan di Massachusetts dari tahun 2001 hingga 2007.
DNR masih memerlukan kajian yang lebih mendalam dari berbagai aspek terkait, antara lain
(namun tidak terbatas pada) hukum, agama, sosial, budaya, medis, teknologi, dan bioetika.
Pemahaman terkait "kematian" dan kaitannya dengan hak asasi manusia untuk hidup dan menentukan
hidupnya juga menjadi pertimbangan dalam memikirkan DNR

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu Do Not Resuscitate (DNR)?
2. Apa saja tujuan DNR?
3. Apa saja Pro dan Kontra Tindakan DNR?
4. Apa saja kriteria DNR?
5. Bagaimana Analisis Kuantitas Dan Kualitas Formulir DNR yang Diisi ?
6. Bagaimana bentuk formulir DNR?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengenali tentang Do Not Resuscitate (DNR).
2. Untuk mengetahui tentang tujuan dari DNR.
3. Untuk mengenalkan Pro dan Kontra Tindakan DNR
4. Untuk mengenalkan kriteria DNR.
5. Untuk mengenalkan Analisis Kuantitas Dan Kualitas Formulir DNR yang Diisi
6. Untuk mengertahui seperti apa bentuk dari formulir DNR

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Do-Not_Resuscitate (DNR)

Do-Not_Resuscitate (DNR) adalah perintah yang menyuruh tenaga medis untuk tidak
melakukan CPR. Ini berarti bahwa dokter, perawat, dan tenaga medis darurat tidak akan mencoba
CPR darurat jika pernapasan atau jantung pasien berhenti. Perintah DNR telah digunakan selama
sekitar dua dekade. Argumen untuk penggunaan DNR termasuk meningkatkan otonomi pasien,
menghindari intervensi medis yang sia-sia, dan biaya rawat inap. Keputusan DNR diambil ketika
tindakan CPR selama 30 menit tidak menunjukan ada nadi, pernafasan, dan respon pasien.

DNR adalah pesan kepada tenaga kesehatan atau masyarakat umum untuk tidak berusaha
melakukan atau memberikan tindakan pertolongan berupa CPR (cardiopulmonary resuscitation),
perintah ini ditulis atas permintaan pasien atau keluarga tetapi dengan persetujuan dokter yang
bertanggung jawab. . tim medis. DNR dapat dilakukan berdasarkan pertimbangan status
kesehatan pasien dan biaya perawatan (Weiss & Hite, 2000).

Kunci dari proses ini adalah tindakan dini, komunikasi yang efektif antara dokter, pasien dan
keluarga pasien. Di Amerika Serikat, American Medical Association pertama kali
merekomendasikan agar keputusan untuk melakukan resusitasi didokumentasikan dan
dikomunikasikan secara resmi. Juga ditekankan bahwa CPR dimaksudkan untuk pencegahan
kematian (mendadak / terminal), bahwa kebijakan DNR eksplisit segera diikuti, dan bahwa hak
pasien untuk menentukan nasib sendiri dipromosikan.

Keputusan untuk menulis perintah DNR harus didasarkan pada dua pertimbangan penting.
Yang pertama adalah penilaian bahwa CPR akan sangat kecil kemungkinannya untuk berhasil
memulihkan irama jantung yang normal. Keduanya didasarkan pada preferensi pasien, Seperti
yang diungkapkan oleh pasien atau pengganti. Preferensi pasien sering mencerminkan penilaian
mereka sendiri tentang kualitas hidup mereka sendiri.

2.2 Tujuan DNR

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis desain formulir DNR dari segi kejelasan
dan konsistensi isi di salah satu rumah sakit umum di Indonesia. Tidak ada peraturan yang
secara jelas mengatur bagaimana DNR dilakukan di Indonesia. UUD 1945 pasal 28 A, UU No.
29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran pasal 39, KODEKI pasal 17 tidak jelas tentang
kepastian hukum yang mengatur tentang DNR. Bahkan DNR dapat dianggap sebagai bagian
dari upaya Eutanasia, dapat diduga melanggar hukum dan tunduk pada KUHP pasal 344 BAB
XIX tentang kejahatan terhadap kehidupan (Palaguna & Indrahti, 2016)

2
2.3 Pro dan Kontra Tindakan DNR

Perdebatan mengenai aspek hukum DNR masih terus berlaku. Beberapa negara
melakukan pelarangan DNR atas beberapa pertimbangan. Di Cina dan Korea Selatan
misalnya, DNR dilarang dengan asas keadilan bahwa tindakan pengobatan seperti resusitasi
jantung paru (RJP) harus dilakukan sama pada setiap orang dalam kondisi dan tempat yang
sama. Contoh lain, di Inggris, mengemukakan bahwa orang yang diberikan label DNR
memiliki kemungkinan untuk ditelantarkan dan tidak mendapat penatalaksanaan yang layak.
Dokter juga harus dapat menggali apakah ada kemungkinan keinginan euthanasia, terutama
pada pasien dewasa yang kompeten namun menolak resusitasi jantung paru secara irasional.

Aspek lain yang banyak digunakan untuk menolak DNR adalah aspek etis dan agama.
Agama tidak memberikan kuasa pada manusia untuk dapat menentukan hidup dan mati
seseorang sebagaimana keputusan DNR dianggap dapat menentukan hidup dan mati
seseorang.

Beberapa organisasi profesi, misalnya organisasi profesi perawat dan dokter anestesi
memiliki konsensus yang mendukung hak pasien akan dirinya sendiri. Pasien yang dinyatakan
dewasa secara hukum dan kompeten berhak menolak prosedur, termasuk yang menyelamatkan
hidup mereka, setelah mendapat informasi dan memahami betul implikasi keputusannya.
Perintah DNR dianggap sebagai dokumen medis legal yang mencerminkan keputusan dan
keinginan pasien akan menghindari upaya untuk mempertahankan kehidupan

Pandangan etis terhadap DNR juga dipakai sebagai alasan pembenaran tindakan
tersebut. Melakukan resusitasi jantung paru tidak hanya dibatasi oleh kaidah legal dan teknis
namun juga mempertimbangan 4 kaidah bioetika, asas manfaat (beneficence), prinsip do no
harm (nonmaleficence), perlakuan yang adil (justice), dan hak otonomi pasien (autonomy).

2.4 Kriteria DNR


 DNR diminta oleh pasien dewasa (mampu mengambil keputusan) atau keluarga
terdekat/wali yang sah dimana sebelumnya telah mendapat penjelasan dari dokter.
 Kasus dengan angka harapa keberhasilan pengobatan renda atau CPR hanya
menunda proses kematian
 Pasien tidak sadar secara permanen
 Pasien berada pada kondisi terminal
 Ada kelainan atau disfungsi kronik di mana lebih banyak kerugian dibandingkan
keuntungan jika resusitasi dilakukan.

3
2.5 Analisis Kuantitas Dan Kualitas Formulir DNR yang Diisi
Kelengkapan pengisian formulir pada salah satu Rumus DNR di salah satu Rumah Sakit Swasta di
Jawa Tengah pada pengisian identitas yang diisi lengkap 93,7% dan yang tidak diisi in adalah 6,3%
Untuk rata-rata ketepatan pengisian Formulir DNR pada pengisian identitas yang diisi tepat 90,6% dan
yang tidak diisi tepat 9,4%. Rata-rata kelengkapan DNR Forms pada autentikasi terisi lengkap 91,4%
dan tidak terisi 8,6%.
Menurut MENKES RI NO.129/MenKes/SK/II/2008 tentang standar pelayanan minimal
kelengkapan pengisian Informed Consent yaitu 100%. Pengisian yang benar sangat penting, jika salah
dapat merugikan pasien dan dapat memaksa fasilitas dan/atau penyedia layanan untuk menghadapi
tuntutan pidana dan perdata. Rentang nilai termasuk dalam kategori baik berikut, kelengkapan pengisian
identitas 93,7% termasuk kategori baik, kelengkapan pengisian otentikasi 91,4%, kelengkapan pengisian
jenis informasi 77,5% . Peneliti berpendapat bahwa standar pelayanan minimal pengisian Informed
Consent Form DNR harus 100% karena kelengkapan pengisian Informed Consent Form DNR sangat
penting karena akan merugikan pasien dan dapat menghadapi tuntutan pidana maupun perdata.

4
2.6 Formulir Do Not Resuscitate (DNR)

5
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Hasilnya masih perlukan kajian-kajian tentang tindakan Do Not Resuscitate (DNR)


yang sampai saat ini banyak pro dan kontra dengan berbagai aspek terkait, termasuk
(namun tidak terbatas pada) hukum, agama, sosial, budaya, medis, teknologi, dan bioetika.

Serta ditemukan beberapa ketidakjelasan dan ketidakkonsistenan isi formulir yang


berpotensi menimbulkan salah tafsir. Selain itu, formulir DNR belum dilengkapi dengan
petunjuk pengisian maupun Standard Operating Procedure (SOP).

6
DAFTAR PUSTAKA

Resuscitate, D. N. (2020). Analysis of Design Form “.

Sudra, R. I., & Mahawati, E. (2021). Medicolegal Bioethics Study Regarding Refusal of Cardio
Pulmonary Resuscitation Stated in the Do-Not-Resuscitate Form. 514(Icoship 2020), 216–219.
https://doi.org/10.2991/assehr.k.210101.047

Tarigan, dr. I. N. (2018). Kajian Bioetik Dan Medikolegal Dari “Do Not Resuscitate.”
Alomedika.Com. https://www.alomedika.com/kajian-bioetik-dan-medikolegal-dari-do-not-
resuscitate

Gustinerz. (2019). Menentukan “Do Not Resuscitate (DNR)” Pada Pasien. Gustinerz.Com.
https://gustinerz.com/menentukan-do-not-resuscitate-dnr-pada-pasien/

Nopal. (2015). Formulir DNR. Id.Scribd.Com. https://id.scribd.com/doc/283299592/Formulir-Dnr

Anda mungkin juga menyukai