Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH MATA KULIAH PERENCANAAN UNIT KERJA REKAM MEDIS

PENGENMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA

Disusun oleh:

Salsabila Suviana 200205202

PRODI D3 REKAM MEDIK DAN INFORMASI KESEHATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS DUTA BANGSA
SURAKARTA
2020

i
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang telah memberikan saya kemudahan sehingga dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya saya tidak
akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Sholawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti
- nantikan syafa’atnya diakhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas nikmat sehat-Nya, baik itu
berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu menyelesaikan pembuatan
makalah dengan judul “ Pengembangan SDM “. Penulis tenyu menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangannya
didalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca makalah ini,
supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila
terdapat banyak kesalahan dari makalah ini penulis mohon maaf sebesar – besarnya.

Surakarta, 20 November 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL......................................................................................................... i

KATA PENGANTAR......................................................................................................ii

DAFTAR ISI .................................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................1

A. Latar Belakang....................................................................................................1

B. Rumusan Masalah .............................................................................................1

BAB II ISI........................................................................................................................ 2

A. Landasan Teori.................................................................................................. 2

1. Definisi Rekam Medis....................................................................................2

2. Tujuan Rekam Medis......................................................................................3

3. Kegunaan Rekam Medis................................................................................3

4. Tata Cara Penyelenggaraan Rekam Medis ..................................................5

B. Contoh Kasus....................................................................................................10

BAB III PENUTUP......................................................................................................... 12

A. Kesimpulan......................................................................................................... 13

B. Saran................................................................................................................... 14

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu definisi Rekam Medis ?
2. Apakah tujuan Rekam Medis ?
3. Apakah kegunaan Rekam Medis ?
4. Bagaimana Tata Cara Penyelenggaraan Rekam Medis ?

BAB II
ISI
A. Landasan Teori
1. Definisi Rekam Medis
a. Menurut Permenkes No. 269/Menkes/Per/III/2008
Rekam Medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen
tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan
lain yang diberikan kepada pasien.
b. Menurut surat keputusan Direktorat Jendral Pelayanan Medis No. 78 tahun
1991
Rekam Medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen
tentang identitas, anamnesis, pemeriksaan, diagnosis. Pengobatan, tindakan
dan pelayanan lain yang diberikan kepada seorang pasien selama dirawat di
Rumah Sakit baik di unit Rawat Jalan maupun unit Rawat Inap dan Gawat
Darurat.
c. Menurut Huffman EK. 1992
Rekam Medis adalah rekaman atau catatan mengenai siapa, apa,
mengapa, bilamana dan bagaimana, pelayanan yang diberikan kepada pasien
selama masa perawatan yang memuat pengetahuan mengenai pasien dan
pelayanan yang diperolehnya serta memuat informasi yang cukup untuk
mengenali pasien, membenarkan diagnosis, dan pengobatan serta merekam
hasilnya.
d. Menurut Gemala Hatta
Rekam Medis merupakan kumpulan fakta tentang kehidupan
seseorang dan riwayat penyakitnya, termaksud keadaan sakit, pengobatan saat

1
ini dan saat lampau yang ditulis oleh para praktisi kesehatan dalam upaya
mereka memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien.
e. Menurut Ikatan Dokter Indonesia (IDI)
Rekam Medis adalah sebagai rekaman dalam bentuk tulisan atau
gambaran aktifitas pelayanan yang diberikan oleh pemberi pelayanan medic
atau kesehatan kepada seorang pasien.
Secara umum, Rekam medis adalah keterangan baik yang tertulis maupun terekam
tentang identitas, anamnesa, penentuan fisik laboratorium diagnosa segala
pelayanan dan tindakan medik yang diberikan kepada pasien dan pengobatan baik
yang dirawat inap, rawat jalan maupun yang mendapatkan pelayanan gawat
darurat.

2. Tujuan Rekam Medis


Tujuan Rekam Medis adalah untuk menunjang tercapainya tertib administrasi
dalam rangka upaya peningkatan pelayanan kesehatan di sarana pelayanan
kesehatan. Tanpa dukungan suatu sistem pengelolaan berkas Rekam Medis yang
baik dan benar, administrasi Puskesmas atau sarana pelayanan kesehatan lainnya
tidak akan berhasil sebagaimana yang d iharapkan, sedangkan tertib administrasi
merupakan salah satu factor yang menentukan di dalam upaya pelayanan
kesehatan.
Rekam Medis bermanfaat sebagai dasar dan petunjuk untuk merencanakan
dan menganalisis penyakit serta merencanakan pengobatan, perawatan dan
tindakan medis yang harus diberikan kepada pasien.

3. Kegunaan Rekam Medis


Kegunaan rekam medis dapat dilihat dari beberapa aspek, antara Iain :
a. Aspek Administrasi
Di dalam berkas rekam medis mempunyai nilai administrasi, karena isinya
menyangkut tindakan berdasarkan wawenang dan tanggung jawab sebagai
tenaga medis dan paramedis dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan.
Seiring dangan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya
dalam bidang teknologi informasi yang sudah memasuki bidang kesehatan,
maka penggunaannya di dalam rekam medis saat ini sangat diperlukan karena
kita melihat proses pengobatan dan tindakan yang diberikan atas diri seorang
pasien dapat diakses sacara Iangsung oleh bagian yang berwenang atas
pemeriksaan tersebut. Kemudian pengolahan data-data medis secara
komputerisasi juga akan memudahkan samua pihak yang berwenang dalam hal

2
ini petugas administrasi di suatu instansi pelayanan kesehatan dapat segera
mengetahui rincian biaya yang harus dikeluarkan oleh pasien selama pasien
yang menjalani pengobatan di rumah sakit.
b. Aspek Medis
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai medis, karena catatan tersebut
dipergunakan sabagai dasar untuk merencanakan pengobatan/perawatan yang
diberikan kepada seorang pasien dan dalam rangka mempertahankan serta
meningkatkan mutu pelayanan melalui kagiatan audit medis, manajemen risiko
klinis serta keamanan/keselamatan pasien dan kendali biaya.
c. Aspek Hukum
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai hukum, karena isinya
menyangkut masalah adanya jaminan kepastian hukum atas dasar keadilan,
dalam rangka usaha menegakkan hukum serta penyediaan bahan sebagai
tanda bukti untuk menegakkan keadilan, Rekam Medis adalah milik Dokter dan
Rumah Sakit sedangkan isinya yang terdiri dari Identitas Pasien, Pemeriksaan,
Pengobatan, Tindakan dan Pelayanan Iain yang telah diberikan kepada pasien
adalah sebagai informasi yang dapat dimiliki oleh pasien sesuai dengan
peraturan dan perundang-undangan yang berlaku (UU Praktik Kedokteran RI
N0.29 Tahun 2004 Pasal 46 ayat (1), Penjelasan).
d. Aspek Keuangan
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai uang, karena isinya mengandung
data/ informasi yang dapat dipergunakan sebagai aspek keuangan. Kaitannya
rekam medis dengan aspek keuangan sangat erat sekali dalam hal pangobatan,
terapi serta tindakan-tindakan apa saja yang diberikan kepada seorang pasien
salama manjalani perawatan di rumah sakit, oleh karena itu penggunaan system
teknologi komputer didalam proses penyelenggaraan rekam medis sangat
diharapkan sekali untuk diterapkan pada setiap instansi pelayanan kesehatan.
e. Aspek Penelitian
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai penelitian karena isinya
menyangkut data dan informasi yang dapat dipergunakan sebagai aspek
pendukung penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dibidang
kesehatan.
f. Aspek Pendidikan.
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai pendidikan, karena isinya
menyangkut data/informasi tentang perkembangan kronologis dan kegiatan
pelayanan medis yang diberikan kepada pasien, informasi tersebut dapat

3
dipergunakan sebagai bahan/referensi pengajaran dibidang profesi pendidikan
kesehatan.
g. Aspek Dokumentasi
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai dokumentasi, karena isinya
menyangkut sumber ingatan yang harus didokumentasikan dan dipakai sebagai
bahan pertanggung jawaban dan Iaporan rumah sakit.Perkembangan ilmu
pangetahuan dan teknologi informasi dapat diaplikasikan penerapannya didalam
penyelenggaraan dan pengelolaan rekam medis yang cukup efektif dan
efisien.Pendokumentasian data medis seorang pasien dapat diiaksanakan
dengan mudah dan efektif sesuai aturan serta prosedur yang telah ditetapkan.
Dengan melihat dari beberapa aspek tersebut diatas, rekam medis
mempunyai kegunaan yang sangat Iuas, karena tidak hanya menyangkut antara
pasien dengan pemberi pelayanan kesehatan saja. Kegunaan rekam medis secara
umum adalah :
1. Sebagai alat komunikasi antara dokter dengan tenaga ahli Iainnya yang ikut
ambil bagian didalam proses pemberian pelayanan, pengobatan, dan
perawatan kepada pasien.
2. Sebagai dasar untuk merancanakan pengobatan/ perawatan yang harus
diberikan kapada seorang pasien.
3. Sebagai bukti tertulis maupun terekam atas segala tindakan pelayanan,
pengobatan dan perkembangan penyakit selama pasien berkunjung/dirawat
di rumah sakit.
4. Sebagai bahan yang berguna untuk analisa, penelitian, dan evaluasi
terhadap kualitas pelayanan yang telah diberikan kepada pasien.
5. Melindungi kepentingan hukum bagi pasien, rumah sakit maupun dokter dan
tenaga kesehatan Iainnya.
6. Menyediakan data·data khusus yang sangat berguna untuk keperluan
penelitian dan pendidikan.
7. Sebagai dasar didalam perhitungan biaya pembayaran pelayanan medis
yang diterima oleh pasien.
8. Menjadi sumber ingatan yang harus didokumantasikan, serta sebagai bahan
pertanggung jawaban dan Iaporan.

4. Tata Cara Penyelenggaraan Rekam Medis


1. Pembuatan

4
Setiap dokter atau dokter gigi dalam menjalankan praktik kedokteran wajib
rnembuat rekam medis.
Rekam medis sebagaimana harus dibuat segera dan dilengkapi setelah pasien
menerima pelayanan.
Pembuatan rekam medis dilaksanakan melalui pencatatan dan
pendokumentasian hasil pemeriksaan, pengobatan, tindakan, dan pelayanan
lain yang telah díberikan kepada pasien.
Setiap pencatatan ke dalam rekam medis harus dibubuhi ñama, waktu dan
tanda tangán dokter, dokter gigi atau tenaga kesehatan tertentu yang
memberikan pelayanan kesehatan secara langsung,
Dalam hai terjadi kesalahan dalam melakukan pencatatan pada rekam medis
dapat dilakukan pembetulan.
Pembetulan hanya dapat dilakukan dengan cara pencoretan tanpa
menghilangkan catatan yang dibetulkan dan dibubuhi paraf dokter, dokter gigi
atau tenaga kesehatan tertentu yang bersangkutan.
2. Penyimpanan dan Pemusnahan
Rekam medis pasien rawat inap di rumah sakit wajib disimpan sekurang-
kurangnya untuk jangka waktu 5 (lima) tahun terhitung dari tanggal terakhir
pasien berobat atau dipulangkan.
Setelah batas waktu 5 (lima) tahun dilampaui, rekam medis dapat
dimusnahkan, kecuali ringkasan pulang dan persetujuan tindakan medik.
Ringkasan pulang dan persetujuan tindakan medik harus disimpan untuk
jangka waktu 10 (sepuluh) tahun terhitung dari tanggal dibuatnya ringkasan
tersebut.
Penyimpanan rekam medis dan ringkasan dilaksanakan oleh petugas yang
ditunjuk oleh pimpinan sarana pelayanan kesehatan.
Rekam medis pada sarana pelayanan kesehatan non rumah sakit wajib
disimpan sekurang-kurangnya untuk jangka waktu 2 (dua) tahun terhitung dari
tanggal terakhir pasien berobat.
Setelah batas waktu, rekam medis dapat dimusnahkan.
3. Kerahasiaan
Informasi tentang identitas, diagnosis, riwayat penyakit, riwayat pemeriksaan
dan riwayat pengobatan pasien harus dijaga kerahasiaannya oleh dokter, dokter
gigi, tenaga kesehatan tertentu, petugas pengelola dan pimpinan sarana
pelayanan kesehatan.
Informasi tentang identitas, diagnosis, riwayat penyakit, riwayat pemeriksaan
dan riwayat pengobatan dapat dibuka dalam hal untuk kepentingan kesehatan

5
pasien;memenuhi permintaan aparatur penegak hukum dalam rangka
penegakan hukum atas perintah pengadilan;permintaan dan/atau persetujuan
pasien sendiri,permintaan institusi/lembaga berdasarkan ketentuan perundang-
undangan; dan untuk kepentingan penelitian, pendidikan, dan audit medis,
sepanjang tidak menyebutkan identitas pasien. Dengan syarat harus dilakukan
secara tertulis kepada pimpinan sarana pelayanan kesehatan.Penjelasan
tentang ¡si rekam medis hanya boleh dilakukan oleh dokter atau dokter gigi
yang merawat pasien dengan izin tertulis pasien atau berdasarkan peraturan
perundang-undangan.Pimpinan sarana pelayanan kesehatan dapat
menjelaskan isi rekam medis secara tertulis atau langsung kepada pemohon
tanpa izin pasien berdasarkan peraturan perundang-undangan.
4. Kepemilikan
Berkas rekam medis milik sarana pelayanan kesehatan
Isi rekam medis merupakan milik pasien
Isi rekam medis dalam bentuk ringkasan rekam medis.
Ringkasan rekam medis dapat diberikan, dicatat, atau dicopy oleh pasien atau
orang yang diberi kuasa atau atas persetujuan tertulis pasien atau keluarga
pasien yang berhak untuk itu.
pertanggung jawaban
Pimpinan sarana pelayanan kesehatan bertanggung jawab atas hilang, rusak,
pemalsuan,
dan/atau penggunaan oleh orang atau badan yang tidak berhak terhadap
rekam medis.
5. Hak pasien terhadap informasi kesehatan mereka
Hak privasi – pasien memiliki hak untuk menjaga kerahasiaan informasi
kesehatan mereka. Informasi yang terkandung dalam berkas rekam medis
harus dijaga kerahasiaan dan keamanannya. Penggunaan rekam medis
berbasis komputer / elektronik selayaknya harus lebih terjaga kerahasiaan dan
keamanannya dibandingkan dengan rekam medis berbasis kertas.
· Hak untuk mengakses / melihat informasi kesehatan pribadi, Isi /
kandungan informasi dari rekam medis dimiliki secara bersama oleh pihak
provider dan pasien. Beberapa provider mungkin belum siap untuk mengijinkan
pasiennya melihat / mengakses berkas rekam medisnya atau melayani
permintaan fotokopi untuk itu. Namun secara umum, pihak provider akan
melayani kebutuhan hak pasien ini. Jadi, pasien berhak melihat, mengakses,
atau meminta fotokopi / salinan dari berkas rekam medis mereka. Tentu saja
hal ini akan berkaitan dengan konsekuensi adanya biaya penggantian fotokopi

6
dan pengelolaannya. Hak untuk memasukkan / menambahkan catatan dalam
rekam medis Pelaksanaan hak ini tentu melalui prosedur dan alur yang telah
ditentukan oleh pihak provider, misalnya melalui unit atau komite yang
bersangkutan. Pasien memiliki hak untuk menambahkan catatan atau
menambahkan penjelasan kedalam berkas rekam medis mereka.
· Hak untuk tidak mencantumkan identitas (anonim)
Hak ini berlaku apabila pasien tersebut membayar sendiri biaya pelayanan
kesehatannya (tidak melalui penjaminan atau asuransi). Dalam hal ini pasien
berhak untuk menutup / menjaga informasi dirinya selama pelayanan
kesehatan (termasuk juga rencana kesehatannya). Beberapa informasi hanya
boleh dibuka untuk kepada dokter atau pihak tertentu saja dengan pernyataan
tertulis dan spesifik dari pasien yang bersangkutan.
· Hak untuk mendapatkan riwayat kehidupan medis yang baru
Beberapa pasien akan merasa terperangkap dalam diagnosis medis tertentu
atau catatan tertentu dalam rekam medis mereka, misalnya saja pasien
kesehatan mental. Pasien memiliki hak untuk memulai kehidupan medis yang
baru dengan mulai membuat rekam medis yang baru.
6. Kontrol terhadap Rekam Medis
Transfer. Seorang dokter berkewajiban secara etik untuk bekerjasama dan
menyerahkan rekam medis pasiennya kepada dokter lain yang melanjutkan
pengobatan pasiennya.
Kehilangan. Kehilangan beberapa bagian atau seluruh bagian dari suatu rekam
medis, kecuali dapat dijelaskan dengan baik untuk membuktikan tidak ada
kesengajaan, dianggap bahwa kehilangan tersebut adalah suatu kesengajaan
dan untuk tujuan tertentu.
Perlindungan dan penyimpanan. Seorang dokter berhak untuk menjaga dan
memyimpan rekam medis dalam waktu tertentu dimana suatu tuntutan hukum
dapat diajukan.
7. Komputerisasi Rekam Medis
Pemanfaatan komputer sebagai sarana pembuatan dan pengiriman informasi
medis merupakan upaya yang dapat mempercepat dan mempertajam
bergeraknya informasi medis untuk kepentingan ketepatan tindakan medis.
Namun di sisi lain dapat menimbulkan masalah baru di bidang kerahasiaan dan
privacy pasien. Bila data medis pasien jatuh ke tangan orang yang tidak berhak,
maka dapat terjadi masalah hukum dan tanggung-jawab harus ditanggung oleh
dokternya atau oleh rumahsakitnya. Untuk itu maka standar pelaksanaan
pembuatan dan penyimpanan rekam medis yang selama ini berlaku bagi

7
berkas kertas harus pula diberlakukan pada berkas elektronik. Umumnya
komputerisasi tidak mengakibatkan rekam medis menjadi paperless, tetapi
hanya menjadi less paper. Beberapa data seperti data identitas, informed
consent, hasil konsultasi, hasil radiologi dan imaging harus tetap dalam bentuk
kertas (print out).
Konsil Asosiasi Dokter Sedunia di bidang etik dan hukum menerbitkan
ketentuan di bidang ini pada tahun 1994. Beberapa petunjuk yang penting
adalah :
Informasi medis hanya dimasukkan ke dalam komputer oleh personil yang
berwenang.
Data pasien harus dijaga dengan ketat. Setiap personil tertentu hanya bisa
mengakses data tertentu yang sesuai, dengan menggunakan security level
tertentu.
Tidak ada informasi yang dapat dibuka tanpa ijin pasien. Distribusi informasi
medis harus dibatasi hanya kepada orang-orang yang berwenang saja. Orang-
orang tersebut juga tidak diperkenankan memindahtangankan informasi
tersebut kepada orang lain.
Data yang telah “tua” dapat dihapus setelah memberitahukan kepada dokter
dan pasiennya (atau ahli warisnya).
Terminal yang on-line hanya dapat digunakan oleh orang yang berwenang.
Komputerisasi rekam medis harus menerapkan sistem yang mengurangi
kemungkinan kebocoran informasi ini. Setiap pemakai harus memiliki PIN dan
password, atau menggunakan sidik jari atau pola iris mata sebagai pengenal
identitasnya. Data medis juga dapat dipilah-pilah sedemikian rupa, sehingga
orang tertentu hanya bisa mengakses rekam medis sampai batas tertentu.
Misalnya seorang petugas registrasi hanya bisa mengakses identitas umum
pasien, seorang dokter hanya bisa mengakses seluruh data milik pasiennya
sendiri, seorang petugas “billing” hanya bisa mengakses informasi khusus yang
berguna untuk pembuatan tagihan, dll. Bila si dokter tidak mengisi sendiri data
medis tersebut, ia harus tetap memastikan bahwa pengisian rekam medis yang
dilakukan oleh petugas khusus tersebut telah benar.
Sistem juga harus dapat mendeteksi siapa dan kapan ada orang yang
mengakses sesuatu data tertentu (footprints). Di sisi lain, sistem harus bisa
memberikan peluang pemanfaatan data medis untuk kepentingan auditing dan
penelitian. Dalam hal ini perlu diingat bahwa data yang mengandung identitas
tidak boleh diakses untuk keperluan penelitian. Kopi rekam medis juga hanya
boleh dilakukan di kantor rekam medis sehingga bisa dibatasi peruntukannya.

8
Suatu formulir “perjanjian” dapat saja dibuat agar penerima kopi berjanji untuk
tidak membuka informasi ini kepada pihak-pihak lainnya.
Pengaksesan rekam medis juga harus dibuat sedemikian rupa sehingga orang
yang tidak berwenang tidak dapat mengubah atau menghilangkan data medis,
misalnya data jenis “read-only” yang dapat diaksesnya. Bahkan orang yang
berwenang mengubah atau menambah atau menghilangkan sebagian data,
harus dapat terdeteksi “perubahannya” dan “siapa dan kapan perubahan
tersebut dilakukan”.
8. Aspek Medikolegal
Diantara semua manfaat Rekam Medis , yang terpenting adalah aspek legal
Rekam Medis. Pada kasus malpraktek medis, keperawatan maupun farmasi,
Rekam Medis merupakan salah satu bukti tertulis yang penting. Berdasarkan
informasi dalam Rekam Medis, petugas hukum serta Majelis Hakim dapat
menentukan benar tidaknya telah terjadi tindakan malpraktek, bagaimana
terjadinya malpraktek tersebut serta menentukan siapa sebenarnya yang
bersalah dalam perkara tersebut.
Dibawah ini diberikan beberapa ilustrasi kasus yang menunjukkan bagaimana
Rekam Medis digunakan dalam pembuktian kasus malpraktek:
Kasus Collins vs Westlake Community Hospital, 1974 : Pada kasus ini pasien
menggugat staf perawat di RS, yang menurutnya telah lalai dalam mengawasi
kondisi dan sirkulasi peredaran darah pada kakinya selama dipasangi spalk kayu
sehingga kakinya menjadi busuk dan harus diamputasi. Pengadilanmemeriksa
Rekam Medis dan dalam catatan perawat tidak didapatkan adanya catatan
perawatan selama 7 jam yang kritis, menunjukkan adanya unsur kclalaian
perawat.

B. Contoh Kasus

Di duga membocorkan hasil rekam medis pasien yang diduga Covid-19,


Dokter Jane, Sp.Rad yang berdinas di Rumah Sakit SK. Lerik Kota Kupang, akhirnya
dilaporkan keluarga pasien melalui Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Surya NTT ke
Polda NTT.
Kasus yang sempat heboh di medsos dengan melampirkan hasil rekam medis dan
nama jelas pasien yang telah dirujuk ke Rumah Sakit Umum (RSU) Prof. WZ. Yohanes
Kupang ini, ternyata berujung pada persoalan hukum dan pelanggaran kode etik
Kedokteran Indonesia yang dilakukan Dr. Jane, sebagaimana di amanatkan pasal 16.

9
Langkah hukum yang ditempuh pihak keluarga pasien dengan melaporkan kasus ini ke
LBH Surya NTT adalah semata – mata menggugat pertanggung jawaban hukum Dr.
Jane, yang telah secara sadar, tahu dan mau membocorkan hasil rekam medis pasien
yang diduga Covid-19 ke publik tanpa se ijin pasien dimaksud.
Fakta yang terkuak sebagaimana di beberkan pihak keluarga pasien kepada
Media ini menyebutkan bahwa pasien yang adalah orang tua mereka, saa ini
mengalami ganguan dan tekanan psikologis, hingga tak mau lagi makan dan minta
dikeluarkan dari Rumah Sakit.
Salah satu keluarga pasien yang enggan namanya di tulis kepada media ini
mengatakan, pihaknya sangat menyesali tindakan kemanusiaan yang melawan hukum
dan kode etik kedokteran yang dilakukan Dr. Jane. Apalagi secara sadar
mempublikasikan hasil rekam medis orang tua kami ke publik.
“Ini yang kami gugat dan meminta pertanggungjawaban secara hukum kepada Dr. Jane
dan pihak Rumah Sakit SK. Lerik Kota Kupang atas tindakan kemanusiaan yang telah
melukai kami sebagai pihak keluarga. Kami telah memberikan kuasa kepada pihak LBH
Surya NTT untuk melaporkan kasus ini ke Polda NTT”. Tegasnya.
Pihak LBH Surya NTT yang diwakilkan stafnya, Rama Vicky Mbura SH dan Mutiara
Ayako Manafe SH, saat dimintai tanggapannya mengatakan, pihaknya akan tetap
mengawal dan segera melaporkan kasus ini ke Polda NTT sebagaimana yang
diharapkan pihak keluarga pasien.
“Tindakan Dr. Jane ini, menurut kami sudah keterlaluan dan melawan hukum
sebagaimana diamanatkan pasal 16 kode etik Kedokteran Indonesia (KODEKI). Kami
akan tetap memperjuangkan keadilan bagi klien kami dan meminta
pertanggungjawaban hukum Dr. Jane dan pihak Rumah Sakit SK.Lerik Kota Kupang”.
Tandas Rama Mbura, di amini Muthiara Manafe. Ditambahkan Zet Misa, SH salah satu
staf pada kantor LBH SuryaNTT mengtakan bila diekspos melalui media sosial grup
pada Facebook maka konsekwnsi hukumnya jelas dikenakan Undang – uandang ITE
dengan ancaman hukuman 6 Tahun Penjara. Nanti kita liat saja bila sudah dilaporkan
tergantung pengembangan pihak penyidik kepolisian pungkasnya.
Sementara itu Pihak RS. SK. Lerik Kota Kupang, melalui Kepala Bagian
(Kabag) Tata Usaha, Anderias Woli, SH kepada media ini diruang kerjanya
mengatakan, dirinya tidak berkompeten untuk memberikan pernyataan seputar kasus
tersebut, mengingat pihaknya menggunakan sistem satu pintu. Dirinya berjanji akan
segera memberikan klarifkasi dari pihak RS. Lerik. Kota Kupang pada hari ini,
mengingat saat ini Direkturnya tidak berada ditempat.

10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Rekam medis adalah keterangan baik yang tertulis maupun terekam tentang
identitas, anamnesa, penentuan fisik laboratorium diagnosa segala pelayanan dan
tindakan medik yang diberikan kepada pasien dan pengobatan baik yang dirawat
inap, rawat jalan maupun yang mendapatkan pelayanan gawat darurat.
Tujuan rekam medis adalah menunjang tercapainya tertib administrasi dalam
rangka upaya peningkatan pelayanan kesahatan di rumah sakit. Tanpa didukung
suatu sistem pengelolaan rekam medis yang baik dan benar, tidak akan tercipta
tertib administrasi rumah sakit sebagaimana yang diharapkan. Sedangkan tertib
administrasi merupakan salah satu faktor yang menentukan di dalam upaya
pelayanan kesehatan di rumah sakit.

B. Saran
Karena adanya peraturan perundang-undang rekam medis supaya
meningkatkan segala pelayanan dan tindakan pasien medis yang diberikan pasien.
Untuk tidak membocorkan hasil rekam medis pasien yang di duga terkena covid-19
yang di publikasikan tanpa seijin pasien tersebut, karena bisa terjadi dampaknya
kepada keluarga terdekat mereka, saat ini banyak keluarga dekat mengalami
gangguan dan tekanan psikologis karena tersebarnya data pasien yang terkena
covid-19 tersebut. Orang yang membocorkan data pasien tersebut akan terkena
sanksi karena telah melanggar peraturan perundang-undang yang berlaku.

11
DAFTAR PUSTAKA

Sudra, Rano Indradi. Statistik Rumah Sakit - Dari Sensus Pasien & Grafik Barber Jhonson
Hingga Statistik Kematian & Otopsi. Graha Ilmu : Yogyakarta. 2010
Hatta, R. Gemala (Edt). 2016. Pedoman Manajemen Informasi Kesehatan di Sarana
Pelayanan Kesehatan (ed. 3) Jakarta: UI P-ress
http://myblogrinaaprilyani.blogspot.com/2017/03/makalah-rekam-medis.html

12
LAMPIRAN

(Sistem penyimpanan rekam medis dan ruangan pengelolaan penyimpanan rekam medis)

13
(Rak penyimpanan dokumen rekam medis di rumah sakit)

(Sistem penyimpanan rekam medis)

14

Anda mungkin juga menyukai