Anda di halaman 1dari 58

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN TN.

S
DENGAN MASALAH UTAMA HALUSINASI DENGAR
DI UPT PUSKESMAS GUNUNGTANJUNG TASIKMALAYA

PROPOSAL KTI/TA

Oleh :
DEDI FARID
NIM. P2.06.20.3.18.016

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN TASIKMALAYA
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
TASIKMALAYA
2019
LEMBAR PERSETUJUAN

JUDUL : ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN TN. S DENGAN


MASALAH UTAMA HALUSINASI DENGAR
DI UPT PUSKESMAS GUNUNGTANJUNG
TASIKMALAYA

PENYUSUN : DEDI FARID


NIM. : P2.06.20.3.18.016

Proposal KTI/TA ini telah diperiksa dan disetujui


Oleh Pembimbing untuk diajukan

Tasikmalaya, April 2019

Pembimbing I Pembimbing II

Hj PENI CAHYATI, S.Kp., M.Kes DUDI HARTONO, Ners, M.Kep


NIP. 19640622 198603 2 003 NIP. 19710512 199203 1 002

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

LEMBAR PERSETUJUAN .......................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................. iii

DAFTAR TABEL ......................................................................................... iv

DAFTAR BAGAN ......................................................................................... v

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. vi

DAFTAR SINGKATAN DAN ISTILAH ................................................... vii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. i

A. Latar Belakang ..................................................................................... ii

B. Rumusan Masalah ................................................................................ iii

C. Tujuan Studi Kasus ............................................................................. iv

D. Manfaat Studi Kasus ............................................................................ v

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................... vi

A. Konsep Biomedis ................................................................................ vii

B. Konsep Masalah Keperawatan Halusinasi .......................................... ii

C. Konsep Asuhan Keperawatan ............................................................. iii

D. Tujuan Studi Kasus ............................................................................. iv

BAB III METODE KTI/TA ......................................................................... i

A. Desain Proposal KTI/TA...................................................................... ii

3
B. Subjek KTI/TA .................................................................................... iii

C. Batasan Istilah ..................................................................................... iv

D. Lokasi dan Waktu ............................................................................... v

E. Prosedur Penulisan KTI/TA ................................................................ ii

F. Teknik Pengumpulan Data .................................................................. iii

G. Instrumen Pengumpulan Data ............................................................. iv

H. Keabsahan Data ................................................................................... v

I. Analisa Data ........................................................................................ v

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... v

LAMPIRAN ................................................................................................... v

4
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Diagnosa Penyakit Gangguan Jiwa ............................................... 24


Tabel 2.1 Analisa Data ................................................................................... 43
Tabel 2.2 Rencana Tindakan Keperawatan .................................................... 43

5
DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Rentang respon.............................................................................. 11


Bagan 2.2 Pohon masalah .............................................................................. 12

6
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Instrumen Pengkajian Keperawatan Kesehatan Jiwa ...................77


Lampiran 2. Lembar Kosul ...............................................................................77

7
DAFTAR SINGKATAN

APGI : Anti Psikotik Generasi I


APGII : Anti Psikotik Generasi II
BAB : Buang Air Besar
BAK : Buang Air Kecil
CPZ : Clorpromazin
HLP : Haloperidol
RISKESDAS : Riset Kesehatan Dasar
RSJD : Rumah Sakit Jiwa Daerah
TAKS : Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi
THP : Trihexiphenidil
TUK : Tujuan Khusus
WHO : World Health Organization

8
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

World Health Organitation (WHO) menyatakan kesehatan jiwa adalah

berbagai karakteristik positif yang menggambarkan keselarasan dan

keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan kepribadianya.

Gangguan jiwa adalah kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik,

intelektual, emosional secara optimal dari seseorang dan perkembangan ini

berjalan selaras dengan orang lain (UU Kesehatan Jiwa No.3 Tahun 1966 dalam

Herman, 2011 hal 1).

Kesehatan jiwa merupakan bagian integral dari kesehatan pada umumnya.

Hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian Disability Adjusted Life Year (DALY),

dimana masalah kesehatan jiwa berada pada urutan ketiga (10%) setelah penyakit

infeksi dan parasit (22,9%) serta kecelakaan (11%) yang berkontribusi terhadap

masalah kesehatan (WHO, 1999 dalam Hendra, 2010, h 4).

Fenomena gangguan jiwa pada saat ini mengalami peningkatan yang

sangat signifikan, dan setiap tahun di berbagai belahan dunia jumlah penderita

gangguan jiwa bertambah. Data dari World Health Organitation (WHO) ada

sekitar 450 juta orang di dunia yang mengalami gangguan jiwa. Indonesia sendiri

diperkirakan sebanyak 264 dari 1.000 anggota rumah tangga mengalami gangguan

9
jiwa. Angka itu menunjukkan jumlah penderita gangguan kesehatan jiwa di

masyarakat yang sangat tinggi, yakni empat diagnose yang paling banyak di

Indonesia adalah rasa cemas, depresi, penyalahgunaan obat, kenakalan remaja

bahkan sampai skizofrenia (Yosep, 2014 hal 34).

Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI, 2010)

menyebutkan total jumlah penderita gangguan jiwa di Indonesia mencapai lebih

dari 28 juta orang, dengan kategori gangguan jiwa ringan 11,6% dari populasi dan

0,46% menderita gangguan jiwa berat. Data jumlah gangguan jiwa terus

bertambah, data dari 33 rumah sakit jiwa (RSJ) diseluruh Indonesia hingga kini

jumlah penderita gangguan jiwa berat mencapai 2,5 juta orang. 11,6% penduduk

Indonesia yang berusia diatas 15 tahun mengalami gangguan mental emosional

atau berkisar 19 tahun mengalami gangguan jiwa berat atau sekitar 1 juta

penduduk (http://etd.eprints.ums.ac.id).

Gangguan jiwa adalah sindrom atau pola perilaku yang secara klinis

bermakna yang berhubungan dengan distres atau penderitaan dan menimbulkan

hendaya pada satu atau lebih kehidupan manusia. Gangguan jiwa diklasifikasi

dalam bentuk penggolongan diagnosis (Keliat dkk 2011, h. 1). Halusinasi

merupakan gangguan persepsi sensori tentang suatu objek atau gambaran dan

pikiran yang sering terjadi tanpa adanya rangsangan dari luar meliputi semua

sistem pengindraan (Ermawati dkk 2009, h. 18).

10
Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana klien mempersepsikan

sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi (Muhith 2011, h. 212). Halusinasi bisa

berupa suara-suara yang bising atau mendengung, dan yang paling sering berupa

kata-kata yang tersusun dalam bentuk kalimat. Biasanya kalimat tersebut

membicarakan mengenai keadaan pasien yang ditujukan pada pasien tersebut.

Akibatnya pasien menjadi marah, bahkan mencederai diri, orang lain dan

lingkungan yang terjadi karena suara halusinasi tersebut. Pasien juga terlihat

seperti mendengarkan suara dan berbicara keras-keras seperti menjawab

pertanyaan seseorang dan bibirnya bergerak-gerak. Kadang-kadang pasien

menganggap halusinasi datang dari setiap tubuh atau diluar tubuhnya, halusinasi

ini kadang-kadang menyenangkan misalnya bersifat khayalan, ancaman dan lain-

lain (Nita 2010, h. 52).

Data pasien di Rumah Sakit dr. Soekardjo Tasikmalaya pada tahun 2015

terdapat pasien halusinasi sejumlah 171 pasien, dan pada tahun 2015 sejumlah

291 pasien. Gangguan persepsi sensori menduduki peringkat pertama dengan

jumlah pasien 291 ,yang kedua resiko perilaku kekerasan dengan jumlah pasien

56, yang ketiga defisit perawatan diri dengan jumlah pasien 54, yang keempat

harga diri rendah dengan jumlah pasien 47, dan yang terakhir yaitu menarik diri

dengan jumlah pasien 11. Di UPT Puskesmas Gunungtanjung, jumlah pasien

dengan gangguan jiwa sampai tahun 2018 sebanyak 47 orang, diantaranya adalah

sebagai berikut :

11
Tabel 1.1

Diagnosa Penyakit Gangguan Jiwa di PKM Gunungtanjung Th. 2018.

JenisPenyakit L P Jumlah %
1. Skizofrenia 20 22 42 89,36 %
2. Epilepsi 0 1 1 2,12 %
3. Psikosomatik 2 2 4 8,51 %
Jumlah 22 25 47 100 %
Sumber : Data Puskesman Gunungtanjung Th. 2018

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa penyakit Skizofrenia menduduki

peringkat ke 1 dibanding penyakit yang lain. Dampak penyakit Skizofrenia pada

KDM antara lain:

Kebutuhan fisiologis, Aktivitas sehari-hari, Kebutuhan Rasa Aman dan

Keselamatan, Kebutuhan Rasa Cinta dan Memiliki, Kebutuhan Harga Diri dan

Kebutuhan Aktualisasi Diri.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan oleh peneliti diatas, maka

rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana asuhan keperawatan pada Klien

Tn. S dengan masalah utama halusinasi dengar di UPT Puskesmas

Gunungtanjung?.

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Menerapkan asuhan keperawatan klien dengan halusinasi pendengaran

secara komprehensif.

12
2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari asuhan keperawatan klien dengan halusinasi

pendengaran dapat :

a. Melakukan pengkajian pada pasien yang mengalami halusinasi

pendengaran.

b. Menentukan masalah keperawatan pada pasien halusinasi

pendengaran.

c. Menyusun rencana keperawatan pada pasien dengan halusinasi

pendengaran.

d. Melaksanakan tindakan keperawatan sesuai rencana pada pasien

dengan halusinasi pendengaran.

e. Mengevaluasi sesuai dengan tindakan keperawatan pada pasien

dengan halusinasi pendengaran.

D. Manfaat

1. Bagi Profesi Keperawatan

Untuk menambah sumber informasi dalam rangka peningkatan

mutu pelayanan keperawatan optimal.

2. Bagi Perkembangan Ilmu Pengetahuan

Karya tulis ini diharapkan dapat memberikan informasi tambahan

bagi perkembangan keperawatan jiwa, khususnya berhubungan dengan

asuhan keperawatan jiwa dengan halusinasi pendengaran.

13
3. Bagi Penulis

Diharapkan penulis dapat mengaplikasikan pengetahuan tentang

ilmu pengetahuan yang didapatkan dari pengalaman nyata dalam

memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan halusinasi

pendengaran dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan, serta

dapat meningkatkan wawasan dan keterampilan tentang karya tulis

ilmiah, khususnya yang berhubungan dengan asuhan keperawatan jiwa

dengan halusinasi pendengaran.

14
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Biomedis

1. Pengertian skizofrenia

Skizofrenia berasal dari dua kata, yaitu “Skizo” yang artinya retak

atau pecah (split), dan “frenia” yang artinya jiwa. Dengan demikian

seseorang yang menderita gangguan jiwa Skizofrenia adalah orang yang

mengalami keretakan jiwa atau keretakan kepribadian (splitting of

personality) (Hawari, 2010).

Menurut Kreapelin pada penyakit ini terjadi kemunduran

intelegensi sebelum waktunya; sebab itu dinamakannya demensia

(kemunduran intelegensi) precox (muda, sebelum waktunya), (Kaplan dan

Sadock, 2010).

Berdasarkan teori diatas maka dapat disimpulkan pengertian

skizofrenia adalah gangguan jiwa yang menetap, bersifat kronis dan bisa

terjadi kekambuhan dengan gejala psikotik beranekaragam dan tidak khas,

seperti: penurunan fungsi kognitif yang disertai halusinasi dan waham,

afek datar, disorganisasi perilaku dan memburuknya hubungan sosial.

15
2. Tanda dan Gejala

Perjalanan penyakit skizofrenia dapat dibagi menjadi 3 yaitu :

a. Fase prodromal

Biasanya timbul gejala-gejala non spesifik yang lamanya

bisa minggu, bulan ataupun lebih dari satu tahun sebelum onset

psikotik menjadi jelas. Gejala tersebut meliputi : hendaya fungsi

pekerjaan, fungsi sosial, fungsi penggunaan waktu luang dan

fungsi perawatan diri. Perubahan-perubahan ini akan mengganggu

individu serta membuat resah keluarga dan teman. Mereka akan

mengatakan “orang ini tidak seperti yang dulu”. Semakin lama fase

prodromal semakin buruk prognosisnya.

b. Fase aktif

Gejala positif/psikotik menjadi jelas seperti tingkah laku

katatonik, inkoherensi, waham, halusinasi disertai gangguan afek.

Hampir semua individu datang berobat pada fase ini. Apabila tidak

mendapat pengobatan gejala-gejala tersebut dapat hilang spontan

saat mengalami eksaserbasi atau terus bertahan. Fase aktif akan

diikuti oleh fase residual.

c. Fase residual

Gejala-gejala fase ini sama dengan fase prodromal tetapi

gejala positif/psikotiknya sudah berkurang. Di samping gejala-

16
gejala yang terjadi pada ketiga fase di atas, penderita skizofrenia

juga mengalami gangguan kognitif berupa gangguan berbicara

spontan, mengurutkan peristiwa, kewaspadaan dan eksekutif

(atensi, konsentrasi, hubungan sosial) (Luana, 2010).

3. Jenis Skizofrenia
a. Skizofrenia simpleks

Skizofrenia simpleks, sering timbul pertama kali pada masa

pubertas. Gejala utama ialah kedangkalan emosi dan kemunduran

kemauan. Gangguan proses berfikir biasanya sukar ditemukan.

Waham dan halusinasi jarang sekali didapati. Jenis ini timbul

secara perlahan. Pada permulaan mungkin penderita kurang

memperhatikan keluarganya atau menarik diri dari pergaulan.

Makin lama ia semakin mundur dalam kerjaan atau pelajaran dan

pada akhirnya menjadi pengangguran, dan bila tidak ada orang

yang menolongnya ia akan mungkin akan menjadi “pengemis”,

“pelacur” atau “penjahat” (Maramis, 2008).

b. Skizofrenia hebefrenik

Skizofrenia hebefrenik atau disebut juga hebefrenia.

Menurut Maramis (2010) permulaannya perlahan-lahan dan sering

timbul pada masa remaja atau antara 15–25 tahun. Gejala yang

menyolok adalah gangguan proses berfikir, gangguan kemauan dan

17
adanya depersonalisasi. Gangguan psikomotor seperti perilaku

kekanak-kanakan sering terdapat pada jenis ini. Waham dan

halusinasi banyak sekali.

c. Skizofrenia katatonik

Menurut Maramis (2010) skizofrenia katatonik atau disebut

juga katatonia, timbulnya pertama kali antara umur 15-30 tahun

dan biasanya akut serta sering didahului oleh stres emosional.

d. Skizofrenia Paranoid

Jenis ini berbeda dari jenis-jenis lainnya dalam perjalanan

penyakit. Hebefrenia dan katatonia sering lama-kelamaan

menunjukkan gejala-gejala skizofrenia simplek atau gejala

campuran hebefrenia dan katatonia. Tidak demikian halnya dengan

skizofrenia paranoid yang jalannya agak konstan (Maramis, 2010).

e. Episode skizofrenia akut

Gejala skizofrenia ini timbul mendadak sekali dan pasien

seperti keadaan mimpi. Kesadarannya mungkin berkabut. Dalam

keadaan ini timbul perasaan seakan-akan dunia luar dan dirinya

sendiri berubah. Semuanya seakan-akan mempunyai arti yang

khusus baginya. Prognosisnya baik dalam waktu beberapa minggu

atau biasanya kurang dari enam bulan penderita sudah baik.

Terkadang bila kesadaran yang berkabut tadi hilang, maka timbul

18
gejala-gejala salah satu jenis skizofrenia yang lainnya (Maramis,

2010).

f. Skizofrenia residual

Skizofrenia residual, merupakan keadaan skizofrenia

dengan gejala-gejala primernya Bleuler, tetapi tidak jelas adanya

gejala-gejala sekunder. Keadaan ini timbul sesudah beberapa kali

serangan skizofrenia (Maramis, 2010).

g. Skizofrenia skizoafektif

Pada skizofrenia skizoafektif, di samping gejala-gejala

skizofrenia terdapat menonjol secara bersamaan, juga gejala-gejala

depresi atau gejala-gejala mania. Jenis ini cenderung untuk menjadi

sembuh tanpa efek, tetapi mungkin juga timbul lagi serangan

(Maramis, 2010).

4. Penatalaksanaan Skizofrenia

Ada berbagai macam terapi yang bisa kita berikan pada

skizofrenia. Hal ini diberikan dengan kombinasi satu sama lain dan

dengan jangka waktu yang relatif cukup lama. Terapi skizofrenia terdiri

dari pemberian obat-obatan, psikoterapi, dan rehabilitasi. Terapi

psikososial pada skizofrenia meliputi: terapi individu, terapi kelompok,

terapi keluarga, rehabilitasi psikiatri, latihan ketrampilan sosial dan

manajemen kasus (Hawari, 2010).

19
WHO merekomendasikan sistem 4 level untuk penanganan

masalah gangguan jiwa, baik berbasis masyarakat maupun pada tatanan

kebijakan seperti puskesmas dan rumah sakit, yaitu diantaranya:

a. Level keempat adalah penanganan kesehatan jiwa di keluarga

b. Level ketiga adalah dukungan dan penanganan kesehatan jiwa di

masyarakat

c. Level kedua adalah penanganan kesehatan jiwa melalui puskesmas

d. Level pertama adalah pelayanan kesehatan jiwa komunitas.

Penerapan nyata yang dilakukan oleh pihak RSJ melalui 4 level tersebut

yaitu:

a. Level 4 : melakukan home visit, namun tidak ke semua pasien (hanya

yang bermasalah). Contohnya pasien yang jarang dikunjungi pihak

keluarga, pasien yang sering mengalami kekambuhan, dan pasien

dengan riwayat pemasungan.

b. Level 3 : memberikan penyuluhan/pengobatan gratis melalui program

bansos.

c. Level 2 :Pihak RSJ juga dengan rutin melakukan kunjungan setiap

bulannya disetiap puskesmas, memberikan pengobatan secara rutin,

melatih tenaga puskesmas (dokter & perawat) untuk mampu

memberikan penanganan pertama pada pasien.

20
d. Level 1 : RSJ setiap tahunnya melakukan bakti sosial dan program

komunitas yaitu penanganan & penyuluhan.

B. Konsep Masalah Keperawatan Halusinasi

1. Definisi Halusinasi

Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam

membedakan rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal

(dunia luar). Klien memberi persepsi atau pendapat tentang lingkungan

tanpa ada objek atau rangsangan yang nyata. Sebagai contoh klien

mengatakan mendengar suara padahal tidak ada orang yang bicara

(Herman, 2011 hal 109). Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan

persepsi sensori dimana pasien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya

tidak terjadi. Suatu penerapan panca indra tanpa ada rangsangan dari luar

(Maramis, 2010 hal 129).

Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana pasien

mengalami perubahan sensori persepsi, seperti merasakan sensasi palsu

berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan, atau penghidungan,

klien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada (Muhith, 2011 h.

255). Halusinasi dapat didefinisikan sebagai terganggunya persepsi

sensori seseorang, dimana tidak terdapat stimulus (Yosep, 2010 h. 223).

21
Pengertian halusinasi berdasarkan referensi di atas adalah persepsi

klien yang salah terhadap lingkungan tanpa adanya rangsangan atau

stimulus yang nyata sehingga klien mempersiapkan dan merasakan

sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi.

Pengertian halusinasi menurut penulis berdasarkan referensi di atas

adalah gangguan psikotik atau mental yang timbul secara tiba-tiba tanpa

ada objek atau rangsangan yang nyata.

2. Etiologi

Faktor penyebab yang mendukung terjadinya halusinasi

diantaranya adalah :

a. Faktor Predisposisi

Menurut Muhith (2011, h.220-222), faktor predisposisi adalah

faktor risiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah sumber yang

dapat dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stres. Diperoleh

baik dari klien maupun keluarganya, mengenai faktor

perkembangan sosisal kultural, biokimia, psikologis, dan genetik

yaitu faktor resiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah sumber

yang dapat dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stres.

Beberapa faktor predisposisi yang berkontribusi pada munculnya

respon neurobiology seperti pada halusinasi antara lain :

22
1) Faktor genetik

Telah diketahui bahwa secara genetik schizophrenia diturunkan

melalui kromosom-kromosom tertentu. Namun demikian,

kromosom yang keberapa menjadi faktor penentu gangguan ini

sampai sekarang masih dalam tahap penelitian.

2) Faktor perkembangan

Jika tugas perkembangan mengalami hambatan dan hubungan

interpersonal terganggu, maka individu akan mengalami stres dan

kecemasan.

3) Faktor neurobiology

Ditemukan bahwa kortex pre frontal dan kortex limbic pada klien

dengan schizophrenia tidak pernah berkembang penuh. Ditemukan

juga pada klien schizophrenia terjadi penurunan volume dan

fungsi otak yang abnormal.

4) Faktor neurotransmitter

Schizophrenia diduga juga disebabkan oleh adanya

ketidakseimbangan neurotransmitter serta dopamine berlebihan,

tidak seimbang dengan kadar serotinin.

5) Faktor biokimia

Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Dengan

adanya stress yang berlebihan yang dialami seseorang, maka tubuh

23
akan menghasilkan suatu zat yang dapat bersifat halusinogenik

neurokimia seperti Buffofenon dan Dimetytranferase (DPM).

6) Teori virus

Paparan virus influenza pada trimester ke-3 kehamilan dapat

menjadi faktor predisposisi schizophrenia.

7) Psikologis

Beberapa kondisi psikologis yang menjadi faktor predisposisi

schizophrenia, antara lain anak yang diperlakukan oleh ibu yang

pencemas, terlalu melindungi, dingin dan tidak berperasaan,

sementara ayah yang mengambil jarak dengan anaknya.

8) Faktor sosiokultural

Berbagai faktor dimasyarakat dapat menyebabkan seorang merasa

disingkirkan oleh kesepian terhadap lingkungan tempat klien

dibesarkan.

b. Faktor Presipitasi

Menurut Nita (2010, h. 54) Faktor presipitasi yaitu stimulus yang

dipersepsikan oleh individu sebagai tantangan, ancaman, atau

tuntutan yang memerlukan energi ekstra untuk menghadapinya.

Adanya rangsangan dari lingkungan, dan juga suasana sepi atau

terisolasi sering menjadi pencetus terjadinya halusinasi. Hal

24
tersebut dapat meningkatkan stress dan kecemasan yang

merangsang tubuh mengeluarkan zat halusinogenik.

3. Tahapan Halusinasi

Pathofisiologi halusinasi menurut Herman, (2011 hal 113) berkembang

melalui 4 fase, yaitu sebagai berikut :

a. Fase comforting yaitu fase yang menyenangkan. Pada fase ini masuk

dalam golongan non psikotik. Karakteristik : klien mengalami stress,

cemas, perasaan perpisahan, rasa bersalah, kesepian yang memuncak,

dan tidak dapat diselesaikan. Klien mulai melamun dan memikirkan

hal-hal yang menyenangkan, cara ini hanya menolong sementara.

Perilaku klien: tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai, menggerakkan

bibir tanpa suara, pergerakan mata cepat, respon verbal yang lambat

jika sedang asik dengan halusinasinya, dan suka menyendiri.

b. Fase comdemming atau ansietas berat yaitu halusinasi menjadi

menjijikan, termasuk dalam psikotik ringan. Karakteristik: pengalaman

sensori menjijikan dan menakutkan, kecemasan meningkat, melamun,

dan berfikir sendiri jadi dominan. Mulai dirasakan ada bisikan yang

tidak jelas. Klien tidak ingin orang lain tahu, dan dia dapat

mengontrolnya. Perilaku klien: meningkatkan tanda-tanda sistem

syarafotonom seperti peningkatan denyut jantung dan tekanan darah.

Klien asyik dengan halusinasinya dan tidak dapat membedakan realitas.

25
c. Fase controling atau ansietas berat yaitu pengalaman sensori menjadi

berkuasa, termasuk dalam gangguan psikotik. Karakteristik: bisikan,

suara, isi halusinasi semakin menonjol, menguasai dan mengontrol

klien. Klien menjadi terbiasa dan tidak berdaya terhadap halusinasinya.

Perilaku klien: kemauan dikendalikan halusinasi, rentang perhatian

hanya beberapa menit atau detik. Tanda-tanda fisik berupa klien

berkeringat, tremor, dan tidak mampu mematuhi perintah.

d. Fase conquering atau panik yaitu klien lebur dengan halusinasinya,

termasuk dalam psikotik berat. Karakteristik : halusinasinya berubah

menjadi mengancam, memerintah, dan memarahi klien. Klien menjadi

takut, tidak berdaya, hilang kontrol, dan tidak dapat berhubungan secara

nyata dengan orang lain di lingkungan. Perilaku klien : perilaku teror

akibat panik, potensi bunuh diri, perilaku kekerasan, agitasi, menarik

diri dan kakatonik, tidak mampu merespon terhadap perintah kompleks,

dan tidak mampu berespon lebih dari satu orang.

26
4. Jenis halusinasi

Muhith (2011, h. 216) menjelaskan jenis-jenis halusinasi sebagai berikut:

a. Halusinasi pendengaran

Mendengarkan suara atau kebisingan yang kurang jelas ataupun yang

jelas, di mana terkadang suara-suara tersebut seperti mengajak

berbicara klien dan kadang memerintah klien untuk melakukan

sesuatu.

b. Halusinasi penglihatan

Stimulus visual dalam betuk kilatan atau cahaya, gambaran atau

bayangan yang rumit dan kompleks. Bayangan bisa menyenangkan

atau menakutkan.

c. Halusinasi penghidungan

Membau bau-bauan tertentu seperti bau darah, urine, feses, parfum,

atau bau yang lain. Ini sering terjadi pada seseorang pasca serangan

stroke, kejang atau demensia.

d. Halusinasi pengecapan

Merasa mengecap rasa seperti darah, urine, feses, atau lainnya.

e. Halusinasi perabaan

Merasa mengalami nyeri, rasa tersetrum atau ketidaknyamanan tanpa

stimulus yang jelas.

f. Halusinasi canesthetic

27
Merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah di vena atau arteri,

pencernaan makanan atau pembentukan urine.

g. Halusinasi kinestetika

Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.

5. Rentang Respon

Prabowo (2014, h 134) menjelaskan persepsi mengacu pada identifikasi

dan interpretasi awal dari suatu stimulus berdasarkan informasi yang diterima

melalui panca indera. Respon neuro biologis sepanjang rentang sehat sakit

berkisar dari adaptif pikiran logis, persepsi akurat, emosi konsisten, dan

perilaku sesuai sampai dengan respon maladaptive meliputi delusi, halusinasi,

dan isolasi sosial. Rentang respon dapat digambarkan sebagai berikut:

Rentang respon neurobiologist

Bagan 2.1

Adaptif Mal Adaptif

- Pikiran logis - Pikiran kadang - Kelainan


- Persepsi akurat menyimpan pikiran
- Emosi konsisten - Reaksi - Halusinasi
- Perilaku sosial emosionalberlebihan - Ketidakmam
- Hubungan - Perilaku tidaklazim puan
sosial - Menarik diri - Emosi

Prabowo (2014, h 134)

28
Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Pengkajian sebagai tahap awal proses keperawatan meliputi

pengumpulan data dan perumusan pohon masalah klien.

a. Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan adalah data klien secara holistik,

meliputi aspek biologis, psikologis, sosial dan spiritual. Seorang

perawat jiwa diharapkan memiliki kesadaran atau kemampuan titik

diri (self awareness), kemampuan mengobservasi dengan akurat,

berkomunikasi secara terapeutik dan kemampuan berespons secara

efektif. Karena hal itu menjadi kunci utama dalam menumbuhkan

hubungan saling percaya dengan klien. Hubungan saling percaya

antara perawat dengan klien akan memudahkan perawat dalam

melaksanakan asuhan keperawatan. Oleh karena itu, dapat

membantu klien menyelesaikan masalah sesuai kemampuan yang

dimilikinya (stuart dan sundeen, 2011 dalam yusuf dkk, 2014).

Menurut Stuart dan Sundeen (2011) dalam Yusuf dkk,

(2014) menyebutkan bahwa faktor predisposisi, faktor presipitasi,

penilaian terhadap stresor, sumber koping dan kemampuan koping

29
yang dimiliki klien adalah aspek yang digali selama proses

pengkajian.

Data tersebut dapat dikelompokan menjadi data objektif

dan data subjektif. Data objektif adalah data yang didapatkan

melalui observasi atau pemeriksaan secara langsung oleh perawat.

Data subjektif adalah data yang disampaikan secara lisan oleh klien

atau keluarga sebagai hasil wawancara perawat. Setelah data

terkumpul dan didokumentasikan dalam format pengkajian

kesehatan jiwa, maka seorang perawat harus mampu melakukan

analisis data dan menetapkan suatu kesimpulan terhadap masalah

yang dialami klien (Yusuf dkk, 2014)

Tabel 2.2

b. Analisa data

Jenis Halusinasi Data Subjektif Data Objektif


Halusinasi Dengar - Mendengar suara - Mengarah telinga
menyuruh melakukan pada sumber suara
sesuatu yang berbahaya - Berbicara atau
- Mendengar suara atau teratawa sendiri
bunyi - Marah-marah tanpa
- Mendengar suara yang sebab
mengajak bercakap- - Menutup telinga
cakap - Mulut komat kamit
- Mendengar seseorang
yang sudah meninggal
- Mendengar suara yang
mengancam diri klien
Halusinasi - Melihat orang yang - Tatapan mata pada
penglihatan sudah meninggal, temppat tertentu
melihat makhluk - Menunjukan kearah

30
tertentu, melihat tertentu
bayangan, hantu atau
sesuatu yang
menakutkan
Halusinasi - Mencium sesuatu - Ekspresi wajah
penghidungan seperti bau mayat, seperti mencium
darah, bayi, feses, atau sesuatu dengan
bau masakan, parfum gerakan cuping
yang menyenangkan hidung,
- Klien serin mengatakan mengarahkan
mencium bau sesuatu hidung pada tempat
- Tipe halusinasi ini tertentu
sering menyertai klien
demensia, kejang atau
penyakit
serebrovaskuler
Halusinasi - Klien mengatakan ada - Mengusap,
perabaan sesuatu yang menggaruk-garuk
menggerayangi tubuh, meraba-raba
seperti tangan, binatang permukaan kulit,
kecil, makhluk halus terlihat menggerak-
- Merasakan sesuatu di gerakan badan
permukaan kulit, seperti merasakan
merasakan sangat sesuatu rabaan
panas atau dingin,
merasakan tersengat
aliran listrik
Halusinasi - Klien seperti sedang - Seperti mengecap
pengecapan merasakan makanan sesuatu, gerakan
tertentu, rasa tertentu mengunyah,
atau mengunyah meludah atau
sesuatu muntah
Cenesthetic & - Klien melaporkan - Klien terlihat
kinestic bahwa fungsi tubuhnya menatap tubuhnya
hallucination tidak dapat terdeteksi sendiri dan terlihat
misalnya tidak adanya merasakan sesuatu
denyutan di otak, atau yang aneh tentang
sensasi pembentukan tubuhnya
urine dalam tubuhnya,
perasaan tubuhnya
melayang di atas bumi

31
c. Pohon Masalah

Pohon masalah berdasarkan Nita (2010, h. 60) adalah sebagai berikut:

Bagan 2.2 Pohon Masalah

Resiko Mencederai Diri Sendiri, Lingkungan, Orang lain

Halusinasi Pendengaran, Penglihatan,


Pengecapan, Perabaan, dan Penghidungan

Isolasi Sosial

Harga Diri Rendah

2. Diagnosis Keperawatan

Menurut Carpenito (2000) dalam Yusuf dkk, (2014) diagnosis

keperawatan adalah penilaian klinis tentang respons aktual atau potensi

dari individu, keluarga atau masyarakat terhadap masalah

kesehatan/proses kehidupan. Rumusan diagnosis yaitu Permasalahan (P)

berhubungan dengan Etiologi (E) dan keduanya ada hubungan sebab

32
akibat secara ilmiah. Perumusan diagnosis Keperawatan jiwa mengacu

pada pohon masalah yang sudah dibuat. Misalnya pada pohon masalah

diatas, maka dapat dirumuskan diagnosis sebagai berikut :

1) Perubahan sensori halusinasi

2) Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan

3) Isolasi sosial : menarik diri

3. Rencana Tindakan Keperawatan

Tabel 2.2
Rencana Keperawatan
Tgl. Diagnosa
Keperawatan Kriteria
Tujuan Intervensi
Evaluasi
Gangguan Pasien Setelah SP 1
Persepsi mampu: ….kali - Bantu pasien
Sensori: - Mengenali pertemuan, mengenal
Halusinaasi halusinasi pasien halusinasi(isi, freku
Dengar yang dapat ensi, waktu
dialaminy menyebutkan: terjadinya,situasi
a - Isi, waktu, pencetus, perasaan
- Mengontr frekuensi, saat terjadi
ol situasi, penc halusinasi)
halusinasi etus, perasaa - Latih mengontrol
nya - Mampu halusinasi dengan
- Mengikuti memperagak cara menghardik
program an cara Tahap tindakannya
kegiatan dalam meliputi:
mengontrol - Jelaskan cara
halusinasi menghardik
- Menyebutka halusinasi
n manfaat - Peragakan cara
dari program menghardik
pengobatan - Minta pasien
memperagakan
ulang
- Masukkan dalam
jadwal
kegiatan pasien.
- Jelaskan akibat bila
putus obat

33
- Latih pasien minum
obat
- Masukkan dalam
jadwalnya harian
pasien

Setelah…kali SP 2
interaksi pasien - Evaluasi kegiatan
mampu : yang lalu ( SP 1 )
- Menyebutka - Latih berbicara /
n kegiatan bercakap-cakap
yang sudah dengan orang lain
dilakukan saat halusianasi
- Memperaga muncul
kan cara - Masukkan dalam
bercakap- jadwal
cakap kegiatan pasien
dengan
orang lain
Setelah…kali SP 3
interaksi pasien - Evaluasi kegiatan
mampu : yang lalu (SP 1 dan
- Menyebutka SP 2)
n kegiatan - Latih kegiatan agar
yang sudah halusinasi tidak
dilakukan muncul Tahapan :
- Memuat - Jelaskan pentingnya
jadwal aktivitas yang
kegiatan teratur untuk
sehari-hari mengatasi
dan mampu halusinasi
memperaga - Diskusikan aktivitas
kannya yang biasa
dilakukan oleh
pasien
- Latih pasien
melakukan aktivitas
- Susun jadwal
aktivitas sehari-hari
sesuai dengan
aktivitas yang telah
dilatih (dari bangun
pagi sampai tidur
malam)
- Pantau pelaksanaan
jadwal kegiatan,

34
berikan penguatan
terhadap perilaku
yang positif

Setelah...kali SP 4
interaksi pasien - Evaluasi kegiatan
mampu : yang lalu (SP 1,SP 2
dan SP 3)
- Menyebutka
n kegiatan
yang sudah
dilakukan

Keluarga Setelah..kali SP 1
mampu pertemuan - Identifikasi masalah
merawat pasie keluarga mampu keluarga dalam
n di rumah dan menjelaskan merawat pasien
menjadi tentang - Jelaskan tentang
sistem halusinasi halusinasi :
pendukung a. Pengertian
yang efektif halusinasi.
untuk pasien b. Jenis halusinasi
yang pasien alami.
c. Tanda dan gejala
halusinasi.
d. Cara merawat
pasien
halusinasi(cara
berkomunikasi, pem
berian obat dan
pemberian aktivitas
pada pasien)

Setelah..kali SP 2
pertemuan - Evaluasi
keluarga mampu kemampuan
: keluarga ( SP1)
- Menyelesaik - Latih keluarga
an merawat pasien
kegiatanyan - Rencana tindak
g sudah lanjut
dilakukan keluarga/jadwal
- Memperaga keluarga untuk
kan cara merawat pasien
merawat
pasien

35
Setelah..kali SP 3
pertemuan - Evaluasi
keluargamampu kemampuan
: keluarga( SP 2)
- Menyebutka - Latih keluarga
n kegiatan merawat pasien
yang sudah - Rencana tindak
dilakukan lanjut
- Memperaga keluarga/ jadwal kel
kan cara uarga untuk merawa
merawat t pasien
pasien serta
mampu
membuat
rencana
tindak lanjut

Setelah..kali SP 4 :
pertemuan - Evaluasi
keluarga mampu kemampuan
: keluarga
- Menyebutka - Evaluasi
n kegiatan kemampuan pasien
yang sudah - Rencana tindak
dilakukan lanjut keluarga :
- Melaksanak a. Follow up
an follow up b. Rujukan
/rujukan

4. Implementasi

Saat memulai suatu implementasi tindakan keperawatan, perawat

harus membuat kontrak dengan klien menjelaskan apa yang akan

dikerjakan dan peran serta klien yang diharapkan. Kemudian penting

untuk diperhatikan terkait dengan standar tindakkan yang telah dan aspek

36
legal yaitu mendokumentasikan apa yang telah dilaksanakan (Yusuf dkk,

2014).

Adapun Strategi Pelaksanaan untuk masalah keperawatan

halusinasi untuk pasien adalah sebagai berikut :

1) SP 1

a) Bantu pasien mengenal halusinasi (isi, frekuensi, waktu

terjadinya, situasi pencetus, perasaan saat terjadi halusinasi)

b) Latih mengontrol halusinasi dengan cara menghardik

c) Tahap tindakannya meliputi

d) Jelaskan cara menghardik halusinasi

e) Peragakan cara menghardik

f) Minta pasien memperagakan ulang

g) Jelaskan akibat bila putus obat

h) Latih pasien minum obat

i) Masukkan dalam jadwalnya harian pasien

2) SP 2

a) Evaluasi kegiatan yang lalu ( SP 1 )

b) Latih berbicara / bercakap-cakap dengan orang lain saat

halusianasi muncul

c) Masukkan dalam jadwal kegiatan pasien

37
3) SP 3

a) Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1dan SP 2)

b) Latih kegiatan agar halusinasi tidak muncul Tahapan :

c) Jelaskan pentingnya aktivitas yang teratur untuk mengatasi

halusinasi

d) Diskusikan aktivitas yang biasa dilakukan oleh pasien

e) Latih pasien melakukan aktivitas

f) Susun jadwal aktivitas sehari-hari sesuai dengan aktivitas yang

telah dilatih (dari bangun pagi sampai tidur malam)

g) Pantau pelaksanaan jadwal kegiatan, berikan penguatan

terhadap perilaku yang positif

4) SP 4

a) Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1,SP 2 dan SP 3)

Adapun Strategi Pelaksanaan untuk masalah keperawatan halusinasi

untuk pasien adalah sebagai berikut :

1) SP 1
a) Identifikasi masalah keluarga dalam merawat pasien

b) Jelaskan tentang halusinasi :

(1) Pengertian halusinasi.

(2) Jenis halusinasi yang pasien alami.

(3) Tanda dan gejala halusinasi.

38
(4) Cara merawat pasien halusinasi(cara

berkomunikasi, pemberian obat dan pemberian aktivitas pada

pasien)

2) SP 2

a) Evaluasi kemampuan keluarga ( SP1)

b) Latih keluarga merawat pasien

c) Rencana tindak lanjut keluarga/jadwal keluarga untuk merawat

pasien

3) SP 3

a) Evaluasi kemampuan keluarga( SP 2)

b) Latih keluarga merawat pasien

c) Rencana tindak lanjut

keluarga/ jadwal keluarga untuk merawat pasien

4) SP 4

a) Evaluasi kemampuan keluarga

b) Evaluasi kemampuan pasien

c) Rencana tindak lanjut keluarga :

(1) Follow up

(2) Rujukan

39
5. Evaluasi

Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari

tindakan keperawatan pada klien. Evaluasi dilakukan terus menerus pada

respon klien terhadap tindakan yang telah dilaksanakan. Evaluasi dibagi

menjadi dua jenis, yaitu (1) evaluasi proses atau evaluasi formatif, yang

dilakukan setiap selesai melakukan dengan membandingkan respons klien

pada tujuan khusus dan umum yang telah ditetapkan.

Evaluasi dilakukan dengan pendekatan SOAP sebagai pola pikir,

dimana masing-masing huruf tersebut akan diuraikan sebagai berikut:

S: respons subjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah

dilaksanakan.

O: respons objektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah

dilaksanakan.

A: analisis ulang terhadap data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan

apakah masalah masih tetap ada, muncul masalah baru, atau ada data yang

kontradiksi terhadap masalah yang ada.

P : perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisis respon klien.

40
BAB III

METODE KTI/TA

A. Desain KTI/TA

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Metode

penelitian deskriptif merupakan suatu metode penelitian yang dilakukan

dengan tujuan utama untuk membuat gambaran tentang suatu keadaan secara

objektif dengan pendekatan studi kasus. Metode penelitian deskriptif

digunakan untuk memecahkan atau menjawab permasalahan yang sedang

dihadapi pada situasi sekarang (Notoatmodjo, 2010). Hasil yang diharapkan

oleh peneliti adalah melihat penerapan Asuhan Keperawatan Jiwa pada Tn. S

dengan Halusinasi Pendengaran.

B. Subyek KTI/TA

Subyek dalam studi kasus ini adalah idividu Tn. S yang mengalami

gangguan halusinasi pendengaran yang di UPT Puskesmas Gunungtanjung.

C. Batasan Istilah (Defenisi Konseptual)

Menjelaskan semua istilah yang digunakan dan batasan yang

berhubungan dengan judul Tugas Akhir (Tim KaryaTulisIlmiah, 2018).

41
1. Asuhan Keperawatan : Suatu tindakan atau proses dalam praktik

keperawatan yang memerlukan ilmu, teknik, dan keterampilan

interpersonal dan ditujukan untuk memenuhi kebutuhan klien atau

keluarga, terdiri dari lima tahap yang berhubungan, yaitu pengkajian,

diagnosa, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi (Nursalam, 2001).

2. Proses Keperawatan : Proses perawatan merupakan suatu metode bagi

perawat untuk memberikan asuhan keperawatan kepada pasien.

3. Gangguan Persepsi sensori : Suatu keadaan dimana seseorang mengalami

perubahan dalam jumlah dan pola dari stimulus yang mendekat (yang

diprakarsai secara internal atau eksternal: disertai dengan suatu

pengurangan berlebih-lebihan, distorsi atau kelainan berespon terhadap

setiap stimulus (Towsend, 1998).

4. Halusinasi : Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam

membedakan rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal

(dunia luar).

D. Lokasi Dan Waktu

Studi kasus ini akan dilakukan di wilayah kerja UPT Puskesmas

Gunungtanjung tepatnya di Ds. Bojongsari Kec Gunungtanjung Kab.

Tasikmalaya. Waktu penerapan asuhan keperawatan ini selama 1 bulan (Mei

2019)

42
E. Prosedur KTI/TA

Prosedur tugas akhir diawali dengan pengajuan judul tugas akhir,

setelah itu dilanjutkan dengan kegiatan laporan kasus.

F. Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan pada laporan studi kasus

ini adalah :

1. Wawancara: hasil anamnesis berisi tentang identitas klien keluhan utama,

riwayat penyakit, dll

2. Observasi dan pemeriksaan fisik termasuk pemeriksaan IPPA

3. Studi dokumentasi: hasil pemeriksaan diagnostik dan kuesioner.

G. Instrumen Pengumpulan Data

Instrument yang digunakan adalah format asuhan keperawatan yang

digunakan di RSMM Bogor.

H. Keabsahan Data

Data yang didapatkan pada laporan studi kasus ini bisa dikatakan

absah karena bersumber dari pasien, keluarga dan pengelola Program

Kesehatan Jiwa UPT Puskesmas Gunungtanjung.

I. Analisa Data

Pada studi kasus ini analisis data diolah menggunakan aturan-aturan

yang disesuaikan dengan pendekatan studi kasus asuhan keperawatan. Dalam

analisa data, data yang dikumpulkan dikaitkan dengan konsep, teori, prinsip

43
yang relevan untuk membuat kesimpulan dalam menentukan masalah

keperawatan. Cara analisa data :

1. Validasi data, teliti kembali yang telah terkumpul.

2. Mengelompokkan data berdasarkan kebutuhan bio-psiko-sosio-spiritual.

3. Mambandingkan data-data hasil pengkajian, diagnosa, perencanaan,

implementasi, dan evalusi yang menjadi kesenjangan dengan konsep teori.

4. Membuat kesimpulan tentang kesenjangan yang ditemukan.

44
DAFTAR PUSTAKA

Direja, A. H. S (2011). Buku Ajar KeperawatanJiwa.Yogyakarta :Nuha Medika.

Ernawati.(2009). Buku Saku Komunikasi Keperawatan Aplikasi dalam Pelayanan.

Yogyakarta: Graha Ilmu.

Fitria,Nita. 2010. Prinsip Dasardan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan

Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Herman, Ade. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha

Medika.

Keliat, B.A., dkk. (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas (CMHN –

Basic Course).

Maramis, Rusdi. 2010. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ III).

Jakarta: FK Unika Atmajaya.

Nasir, Abdul dan, Abdul, Muhith. 2011. Dasar-dasar Keperawatan Jiwa,

Pengantar dan Teori. Jakarta: Salemba Medika.

PKM Manonjaya. (s/d 2018). Diagnosa Penyakit Gangguan Jiwa. Manonjaya:

tidak diterbitkan

Prabowo, E. 2014.Konsep dan Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Jakarta: Nuha

Medika.

Yosep, Iyus. 2010 & 2014.Keperawatan Jiwa. Bandung : PT. Refika Aditama.

45
LAMPIRAN

46
INSTRUMEN PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

I. IDENTITAS KLIEN

Nama : Umur :

Tanggal masuk RS : No CM :

Alamat : Pendidikan :

Status perkawinan : Pekerjaan :

Sumber data :

Bentuk tubuh :

II. ALASAN MASUK

____________________________________________________________

III. FAKTOR PREDISPOSISI

1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu?

( ) ya, tahun ( ) tidak

2. Pengobatan sebelumnya:

( ) berhasil ( ) kurang berhasil ( ) tidak berhasil

3. Trauma

Pelaku Korban/usia saksi/usia

Aniaya Fisik _______ _______ _______

Aniaya Seksual _______ _______ _______

47
Penolakan _______ _______ _______

Kekerasan dalam Keluarga _______ _______ _______

Tindakan Kriminal _______ _______ _______

Jelaskan: __________________________________________

4. Adakah anggota keluarga mengalami gangguan jiwa? ( ) ya ( )tidak

Hubungan keluarga: ____________________________________

Gejala: ________________________________________________

Riwayat pengobatan: ____________________________________

Masalah keperawatan: ………………………………….

5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan

______________________________________________________

Masalah Keperawatan: ………………………………….

IV. PEMERIKSAAN FISIK

1. TD: mmHg N: X/mnt S: C P: x/mnt

2. Berat Badan Kg TB Cm

3. Keluhan Fisik ____________________________________

Jelaskan: _____________________________________________

Masalah Keperawatan: ……………………………….

V. PSIKOSOSIAL

1. GENOGRAM

48
Keterangan genogram

Jelaskan: ……………………………………………….

Masalah Keperawatan: ……………………………….

2. KONSEP DIRI

Citra Tubuh __________________________________________

Identitas __________________________________________

Peran __________________________________________

Ideal diri __________________________________________

Harga diri __________________________________________

Masalah Keperawatan: ……………………………….

3. HUBUNGAN SOSIAL

Orang yang berarti ____________________________________

Peran serta dalam kehidupan masyarakat/ kelompok

______________________________________________________

Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain

______________________________________________________

Masalah Keperawatan: ……………………………….

4. SPIRITUAL

Nilai dan keyakinan

49
______________________________________________________

Jelaskan: _____________________________________________

Masalah Keperawatan: ……………………………….

VI. STATUS MENTAL

1. Penampilan

( ) tidak rapi ( ) penggunaan pakaian yang tidak sesuai ( )

cara berpakaian tidak seperti biasanya

Jelaskan: _____________________________________________

Masalah Keperawatan: ……………………………….

2. Pembicaraan

( ) cepat ( ) keras ( ) gagap ( ) inkoheren ( ) apatis

( )lambat ( ) membisu ( ) tidak mampu memulai pembicaraan

Jelaskan: _____________________________________________

Masalah Keperawatan: ……………………………….

3. Aktivitas Motorik

( ) lesu ( ) tik ( ) gelisah ( ) tremor ( ) tegang

( ) grimasem ( ) agitasi ( ) kompulsif

Jelaskan: _____________________________________________

Masalah Keperawatan: ……………………………….

4. Alam Perasaan

( ) sedih ( ) kuatir ( ) gembira berlebihan ( ) ketakutan

50
( ) putus asa

Jelaskan: _____________________________________________

Masalah Keperawatan: ……………………………….

5. Afek

( ) labil ( ) datar ( ) tumpul ( ) tidak sesuai

Jelaskan: _____________________________________________

Masalah Keperawatan: ……………………………….

6. Interaksi selama wawancara

( ) bermusuhan ( ) defensive ( ) curiga ( ) tidak kooperatif

( ) mudah tersinggung

Jelaskan: _____________________________________________

Masalah Keperawatan: ……………………………….

7. Persepsi: halusinasi

( ) pengecapan ( ) pendengaran ( ) perabaan ( ) penglihatan

( ) penciuman

Jelaskan: _____________________________________________

Masalah Keperawatan: ……………………………….

8. Isi Pikir

( ) obsesi ( ) depersonalisasi ( ) pikiran magis

( ) phobia ( ) ide yang terkait ( ) hipokondria

Waham

51
( ) agama ( ) nihilistic ( ) curiga ( ) control pikir

( ) somatic ( ) sisip pikir ( ) kebesaran ( ) siar pikir

Jelaskan: _____________________________________________

Masalah Keperawatan: ……………………………….

9. Proses Pikir

( ) sirkumstansial ( ) flight of idea ( ) perseverasi

( ) tangensial ( ) blocking ( ) kehilangan asosiasi

Jelaskan: _____________________________________________

Masalah Keperawatan: ……………………………….

10. Tingkat Kesadaran

( ) bingung ( ) stupor ( ) disorientasi orang

( ) sedasi ( ) disorientasi waktu ( ) disorientasi tempat

Jelaskan: _____________________________________________

Masalah Keperawatan: ……………………………….

11. Memori

( ) gang. daya ingat jangka panjang ( ) gang. daya ingat saat ini

( ) gangguan daya ingat jangka pendek ( ) konfabulasi

Jelaskan: _____________________________________________

Masalah Keperawatan: ……………………………….

12. Tingkat Konsentrasi dan Berhitung

( ) mudah beralih ( ) tidak mampu berkonsentrasi

52
( ) tidak mampu berhitung sederhana

Jelaskan: _____________________________________________

Masalah Keperawatan: ……………………………….

13. Kemampuan Penilaian

( ) gangguan ringan ( ) gangguan bermakna

Jelaskan: _____________________________________________

Masalah Keperawatan: ……………………………….

14. Daya Tilik Diri

( ) mengingkari penyakit yang diderita

( ) menyalahkan hal-hal diluar dirinya

Jelaskan: _____________________________________________

Masalah Keperawatan: ……………………………….

VII. KEBUTUHAN PERENCANAAN PULANG

Bantuan Total Bantuan Minimal

1. Makan ____________ ____________

2. BAK/ BAB ____________ ____________

Jelaskan: ___________________________________________

Masalah Keperawatan: ……………………………….

3. Mandi ____________ ____________

4. Berpakaian/ berhias ____________ ____________

5. Istirahat dan tidur

53
a. Tidur siang

b. Tidur malam

c. Kegiatan sebelum/ sesudah tidur

6. Penggunaan obat

7. Pemeliharaan kesehatan

a. Perawatan lanjutan

b. Sistem pendukung

8. Kegiatan di dalam rumah

a. Mempersiapkan makan

b. Menjaga kerapihan rumah

c. Mencuci pakaian

d. Pengaturan keuangan

9. Kegiatan di luar rumah

a. Belanja

b. Transportasi

c. Lain-lain

Jelaskan: _____________________________________________

Masalah Keperawatan: ……………………………….

VIII. MEKANISME KOPING

Koping Adaptif

54
 Bicara dengan orang lain.

 Mampu menyelesaikan masalah.

 Teknik relaksasi.

 Aktivitas konstruktif.

 Olah raga, dll.

Koping maladaptif:

 Minum alkohol.

 Reaksi lambat/ berlebih.

 Bekerja berlebihan.

 Menhindar.

 Mencederai diri, dll.

Masalah Keperawatan: ………………………………….

IX. MASALAH PSIKOSOSIAL dan LINGKUNGAN

 Masalah dengan dukungan kelompok, uraikan:………………...

 Masalah berhubungan dengan lingkungan, uraikan:……………

 Masalah dengan pendidikan, uraikan: ………………………….

 Masalah dengan pekerjaan, uraikan: …………………………...

 Masalah dengan perumahan, uraikan: ………………………….

 Masalah ekonomi, uraikan: …………………………………….

 Masalah dengan pelayanan kesehatan, uraikan: ……………….

 Masalah lainnya, uraikan: ……………………………………..

55
Masalah Keperawatan: ………………………………….

X. KURANG PENGETAHUAN TENTANG:

 Penyakit jiwa Sistem pendukung

 Factor predisposisi Penyakit fisik

 Koping Obat-obatan

 Lainnya: ………………………………………………………...

Masalah Keperawatan: ………………………………….

XI. Aspek Medik

Diagnosa medik: ……………………………………………………….

Terapi medik: …………………………………………………………..

XII. DAFTAR MASALAH

XIII. ANALISA DATA

DATA MASALAH
DS: ………………………………. …………………………...
………………………………..
DO: ………………………………

XIV. POHON MASALAH:

XV. DAFTAR DIAGNOSIS KEPERAWATAN

XVI. NCP

XVII. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

56
Mengetahui, Tasikmalaya, …………..

Pembimbing Pendidikan, CI Ruangan, Mahasiswa,

……………………… …………………….. …………………….

57
LEMBAR KONSUL

Nama : Dedi Farid

NIM : P2.06.20.3.18.016

Pembimbing 1 : Hj. Peni Cahyati, S.Kp., M.Kes

Pembimbing 2 : Dudi Hartono, Ners., M.Kep

Hari/ TTD
No Tanggal Materi Konsul Saran Pembimbing Pembimbing

58

Anda mungkin juga menyukai