Anda di halaman 1dari 63

PERILAKU CUCI TANGAN PAKAI SABUN PADA ANAK

SEKOLAH DASAR DI SD INPRES 1 BESUSU KOTA PALU

PROPOSAL

PUJA ASTUTININGRUM
N 201 14 073

PEMINATAN PROMOSI KESEHATAN


PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2018

1
DAFTAR ISI
PERSETUJUAN SEMINAR PROPOSAL ............................................................. ii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii


DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. v
DAFTAR ARTI SIMBOL DAN SINGKATAN ................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................... 8
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................ 8
1.4 Manfaat Penelitian .......................................................................... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat .................................................... 10
2.2 Cuci Tangan .................................................................................... 13
2.3 Perilaku ........................................................................................... 18
2.4 Perilaku dan Penelitian Tentang Mencuci Tangan Pakai Sabun Di
Dunia .............................................................................................. 26
2.5 Tabel Sintesa Penelitian .................................................................. 30
2.6 Kerangka Teori ............................................................................... 36
BAB III DEFINISI KONSEP
3.1 Dasar pemikiran Variabel yang diteliti .......................................... 37
3.2 Pola Pikir ......................................................................................... 38
3.3 Definisi Konsep .............................................................................. 39
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1 Jenis Penelitian ................................................................................ 41
4.2 Lokasi dan Waktu Pelaksanaan....................................................... 42
4.3 Informan .......................................................................................... 42
4.4 Pengumpulan, Pengolahan dan Penyajian Data .............................. 43
4.5 Instrumen Penelitian ...................................................................... 46
4.6 Keabsahan Data .............................................................................. 46
2
4.7 Jadwal Penelitian 47
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

3
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Teori........................................................................................................36


Gambar 3.1 Bagan Pola Pikir......................................................................................................38

4
DAFTAR ARTI SIMBOL DAN SINGKATAN

Simbol/Singkatan ArtiSimbol/Singkatan
ASI Air Susu Ibu

CSD Collective Subject Discourse


CTPS Cuci Tangan Pakai Sabun
FGD Focus Group Discussion
NAPZA Narkotika, Alkohol, Psikotropika dan
Zat Adiktif
PHBS Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
Stop BABS Stop Buang Air Besar Sembarangan
WHO Wolrd Health Organization

5
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Jadwal Penelitian


Lampiran 2 : Surat Permohonan Menjadi Informan
Lampiran 3 : Persetujuan Menjadi Informan
Lampiran 4 : Persetujuan Pengambilan Gambar Informan
Lampiran 5 : Pedoman Wawancara
Lampiran 6 : Lembar Observasi

6
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perilaku hidup bersih dan sehat adalah sekumpulan perilaku yang

dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pemberlajaran, yang menjadikan

seseorang, keluarga, kelompok atau masyarakat mampu menolong dirinya

sendiri (mandiri) dibidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan

kesehatan masyarakat. Dengan demikian, PHBS mencakup beratus-ratus bahkan

mungkin beribu-ribu perilaku yang harus dipraktikkan dalam rangka mencapai

derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya (Kementrian Kesehatan RI

2011).

Salah satu indikator dari Perilaku Hidup Bersih dan Sehat adalah Cuci

Tangan Pakai Sabun (CTPS). Cuci tangan pakai sabun adalah proses

pembuangan kotoran dan debu secara mekanis dari kulit tangan memakai sabun

dan air mengalir. Tujuannya adalah menghilangkan kotoran dan debu secara

mekanis dari permukaan kulit dan mengurangi jumlah mikroorganisme

sementara. Cuci tangan merupakan salah satu cara untuk menghindari penyakit

yang ditularkan melalui makanan. Kebiasaan mencuci tangan secara teratur

perlu dilatih pada anak. Jika sudah terbiasa mencuci tangan sehabis bermain atau

ketika akan makan maka diharapkan kebiasaan tersebut akan terbawa sampai tua

(Ardhiyanti, Pitriani, dan Damayanti 2014).

7
Kebersihan tangan penting di sekolah dasar untuk mencegah penyebaran

penyakit menular, dan merupakan tindakan pengendalian infeksi kunci yang

direkomendasikan selama pandemi influenza. Meningkatkan kebersihan tangan

untuk menurunkan penularan infeksi dapat mengurangi ketidakhadiran guru dan

murid di sekolah, dan juga berpotensi mencegah infeksi sekunder di masyarakat

luas, mengurangi biaya layanan kesehatan, dan menurunkan beban keluarga,

beberapa di antaranya mungkin perlu waktu lama cuti dari bekerja untuk

merawat anak-anak (Chittleborough et al. 2012).

Tangan manusia adalah vektor penting yang membawa patogen

penyebab penyakit. Mencuci tangan merupakan salah satu intervensi terpenting

yang terbukti efektif mengurangi kejadian penyakit menular. Cuci tangan,

terutama dengan sabun, telah ditunjukkan, misalnya, sebagai tindakan

pencegahan yang efektif untuk diare, dan penyakit pernafasan. Infeksi parasit

usus sangat lazim di daerah terbatas sumber daya di dunia. Anak usia sekolah

sangat rentan terhadap infeksi parasit. Baik infeksi protozoa maupun cacing

berkorelasi dengan morbiditas yang tidak diketahui termasuk defisit

pertumbuhan, malnutrisi, dan kinerja sekolah yang buruk. Strategi saat ini untuk

mengendalikan infeksi cacing usus adalah pengobatan berkala orang yang

berisiko. Selanjutnya, terapi obat saja hanya untuk sementara memecahkan

masalah, mengingat infeksi ulang sering terjadi di daerah di mana infeksi parasit

usus sangat endemik (Mahmud et al. 2015).

Kebiasaan masyarakat Indonesia dalam mencuci tangan pakai sabun

hingga kini masih tergolong rendah, indikasinya dapat terlihat dengan tingginya

8
prevalensi penyakit diare (Kementrian Kesehatan RI 2010). Artinya dorongan

kognitif bahwa sabun bermanfaat untuk membunuh bakteri atau kuman masih

lemah di masyarakat. Kesadaran masyarakat Indonesia untuk cuci tangan pakai

sabun (CTPS) terbukti masih sangat rendah, tercatat rata-rata 12% masyarakat

yang melakukan cuci tangan pakai sabun (Riskesdas 2013).

Penelitian oleh Sunardi dan Ruhyanuddin (2017), yang dilakukan di 10

Sekolah Dasar di Kabupaten Malang, hasil analisa hubungan perilaku cuci

tangan dengan kejadian diare menggunakan Spearman menunjukkan adanya

hubungan antara cuci tangan dengan kejadian diare, semakin baik perilaku cuci

tangan, maka kejadian diare semakin rendah.

Penyakit diare merupakan penyebab utama kematian pada anak balita.

Setiap tahun diare membunuh sekitar 525.000 anak-anak di bawah usia lima

tahun. Secara keseluruhan, hampir 1,7 miliar kasus penyakit diare pada anak-

anak setiap tahunnya. Sebagian besar penyakit diare dapat dicegah melalui air

minum yang aman dan sanitasi dan kebersihan yang memadai (WHO, 2017).

Menurut Kementrian Kesehatan RI (2017), pada tahun 2016 perkiraan diare di

fasilitas kesehatan di seluruh provinsi di Indonesia mencapai 6.897.463 kasus,

diare yang ditangani sebanyak 2.544.084 kasus dengan presentase 36,9%.

Adapun masalah kesehatan di Kota Palu mengenai diare, menurut

laporan Dinas Kesehatan Kota Palu, selama tahun 2015 terdapat 6.925 kasus

diare, meninggal 3. Pada tahun 2016 meningkat tajam menjadi 7.457 dan

meninggal sebanyak 4 orang, di mana jumlah kasus terbanyak terdapat di

Puskesmas Singgani sebanyak 945 kasus. Prevalensi penyakit diare tertinggi di

9
wilayah kerja Puskesmas Singgani terdapat di Kelurahan Besusu Barat dengan

jumlah kasus sebanyak 283. Hal ini tentu saja terjadi karena penyebab yang

beragam, salah satunya yaitu kebiasaan cuci tangan pakai sabun yang masih

sering diabaikan.

Penyakit infeksi parasit cacing masih menjadi masalah kesehatan

masyarakat yang penting, terutama di negara berkembang atau negara miskin di

seluruh dunia. Angka infeksi kecacingan tinggi dipengaruhi oleh kebersihan diri,

sanitasi lingkungan dan kebiasaan penduduk (WHO, 2017).

Prevalensi penyakit infeksi parasit cacing di Kota Palu, menurut laporan

Dinas Kesehatan Kota Palu, pada tahun 2015 terdapat 147 kasus kecacingan.

Pada tahun 2016, angka kejadian kecacingan menurun menjadi 21 kasus. Pada

tahun 2017 meningkat menjadi 90 kasus.

Penelitian yang dilakukan oleh Kartini (2016), yang dilakukan di SD

Negeri Kecamatan Rumbai Pesisir Pekanbaru, siswa yang tidak mempunyai

kebiasaan mencuci tangan lebih berisiko 7 kali terinfeksi cacing dibandingkan

siswa yang mempunyai kebiasaan mencuci tangan.

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan terjadi setelah orang

melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Hasil pengindraan

diperoleh melalui indra penglihatan, penciuman, pendengaran, rasa dan raba.

Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui pengalaman apa yang

telah dilihat dan didengar (Notoatmodjo 2012).

Penelitian yang dilakukan oleh Mukminah, Istiarti, dan BM (2016), di

SD di wilayah kerja puskesmas Banyuurip Purworejo menunjukkan bahwa

10
pengetahuan responden dengan kategori baik sebesar 81,9%, sedangkan

pengetahuan responden dengan kategori cukup sebesar 18,1%. Hasil uji statistik

dengan uji Chi Square menunjukkan ada hubungan antara pengetahuan dengan

praktik CTPS.

Sikap merupakan respon tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus

atau objek. Manifestasi sikap itu tidak dapat dilihat secara langsung, tetapi hanya

dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap dapat

mempengaruhi seseorang untuk memilih sesuatu yang dianggap benar, disaat ia

dihadapkan pada pilihan yang benar dan salah, karena sikap merupakan

emosional seseorang (Notoatmodjo 2012).

Penelitian oleh Murwaningsih (2016), menggambarkan distribusi siswa

kelas VI SDN II Kota Karang Bandar Lampung mempunyai sikap mendukung

terhadap perilaku cuci tangan sebanyak 55 orang (68,8%), sedangkan siswa

dengan sikap tidak mendukung sebanyak 25 orang (31,2%). Hasil penelitian

menunjukkan hubungan signifikan antara sikap dengan penerapan cuci tangan

pakai sabun dan air mengalir di SDN II Kota Karang Bandar Lampung.

Perilaku orang, terutama anak kecil lebih banyak dipengaruhi oleh orang

yang dianggap penting. Apabila seseorang itu dipercaya, maka apa yang

dikatakan atau perbuatannya cenderung untuk dicontoh. Perubahan perilaku

kesehatan siswa khususnya perilaku cuci tangan pakai sabun dapat terjadi

dengan adanya peran guru dan orang tua yang memberikan contoh dengan

membiasakan menerapkan perilaku cuci tangan di sekolah (Notoatmodjo 2012).

11
Analisis yang dilakukan oleh Murwaningsih (2016), menunjukkan

distribusi siswa mendapat peran guru sebanyak 53 orang (66,2%) sedangkan

siswa yang tidak mendapat peran guru sebanyak 27 orang (33,8%). Hasil

penelitian menunjukkan hubungan yang signifikan antara peran guru dengan

penerapan cuci tangan pakai sabun dan air mengalir di SDN II Kota Karang

Bandar Lampung.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Susanto dan Fitriana (2015), yang

dilakukan di Taman Kanak-kanak ABA Kepiton, Kulon Progo, rata-rata orang

tua mendukung terhadap perilaku cuci tangan anak yaitu 32 orang dibanding

yang tidak mendukung hanya 3 orang. Pada perilaku anak, sebagian besar anak

berperilaku baik dalam hal perilaku mencuci tangan yaitu 27 anak. Hasil

penelitian menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara dukungan orang

tua dengan perilaku cuci tangan anak.

Pengaruh sumber daya terhadap perilaku dapat bersifat positif maupun

negatif (Notoatmodjo 2012). Sarana kesehatan dalam terbentuknya perilaku cuci

tangan pakai sabun di sekolah tentunya adalah sarana yang harus disediakan dan

dapat digunakan untuk pelaksanaan perilaku mencuci tangan pakai sabun secara

benar, meliputi tempat mencuci tangan mengalir, sabun dan handuk untuk lap

pengering tangan (Murwaningsih 2016).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Mukminah, Istiarti, dan BM

(2016), di SD Di Wilayah Kerja Puskesmas Banyuurip Purworejo menunjukkan

sebesar 73,6% sarana CTPS di sekolah lengkap sedangkan 26,4% masih kurang

lengkap sarana CTPS. Hasil analisis bivariat menunjukkan praktik cuci tangan

12
pakai sabun pada siswa SD yang kurang baik lebih banyak dijumpai pada

kelompok responden yang ketersediaan sarana CTPS yang kurang lengkap (52,9

%) sedangkan praktik cuci tangan pakai sabun pada siswa SD yang baik, lebih

banyak dijumpai kelompok responden tersedia sarana yang lengkap untuk CTPS

(47,1%). Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara ketersediaan sarana

dengan praktik CTPS.

Kebudayaan atau pola hidup masyarakat merupakan kombinasi dari

aspek pemahaman dan pertimbangan, orang-orang penting yang menjadi

referensi, dan ketersediaan sumber daya. Perilaku yang normal adalah satu aspek

dari kebudayaan, dan selanjutnya kebudayaan mempunyai pengaruh yang dalam

terhadap perilaku ini (Notoatmodjo 2012). Kebudayaan dalam penelitian ini

untuk melihat kebiasaan cuci tangan pakai sabun pada anak sekolah.

SD Inpres 1 Besusu merupakan salah satu sekolah dasar yang terletak di

Kelurahan Besus Barat. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di SD

Inpres 1 Besusu dengan cara observasi diperoleh hasil bahwa sekolah belum

menyediakan fasilitas untuk mencuci tangan seperti kran air dan sabun. Hasil

wawancara dengan salah satu guru di SD Inpres 1 Besusu mengatakan

pendidikan mengenai kesehatan di SD Inpres 1 Besusu hanya diberikan oleh

petugas kesehatan dari Puskesmas Singgani. Hasil wawancara pada anak kelas

IV dan VI didapatkan sebanyak 30 orang siswa pernah menderita sakit perut dan

diare. Sebanyak 7 anak mengaku tidak mencuci tangan karena lupa, 2 anak

mengatakan hanya mencuci tangan jika tangan terlihat kotor dan sisanya

mengatakan malas untuk mencuci tangan.

13
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk

menggali lebih dalam mengenai ―Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun pada Anak

Sekolah Dasar di SD Inpres 1 Besusu‖.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan dari uraian latar belakang masalah di atas maka perumusan

masalah dari penelitian ini adalah bagaimana perilaku cuci tangan pakai sabun

pada anak usia sekolah dasar di SD Inpres 1 Besusu ?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang

mempengaruhi perilaku cuci tangan pakai sabun pada anak usia sekolah

dasar di SD Inpres 1 Besusu.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui pengetahuan dan sikap tentang perilaku cuci tangan

pakai sabun pada anak usia sekolah dasar di SD Inpres 1 Besusu.

b. Untuk mengetahui peranan guru dan orang tua terhadap perilaku cuci

tangan pakai sabun pada anak usia sekolah dasar di SD Inpres 1

Besusu.

c. Untuk mengetahui fasilitas yang mendukung untuk perilaku cuci

tangan pakai sabun pada anak usia sekolah dasar di SD Inpres 1

Besusu.

d. Untuk mengetahui kebiasaan mencuci tangan pakai sabun pada anak

usia sekolah dasar di SD Inpres 1 Besusu.

14
1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

a. Dapat memberi kontribusi terhadap berkembangnya ilmu

pengetahuan, terutama ilmu-ilmu sosial.

b. Dapat digunakan sebagai acuan bagi penelitian-penelitian sejenis

untuk tahap selanjutnya.

1.4.2 Manfaat Praktis

a. Deskripsi tentang rendahnya kebiasaan cuci tangan pakai sabun pada

anak usia sekolah dasar di SD Inpres 1 Besusu.

b. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumbangan

pemikiran dalam upaya mendukung dan mengembangkan program

cuci tangan pakai sabun.

c. Bisa digunakan sebagai masukan dalam memecahkan berbagai

permasalahan yang dihadapi dalam mengembangkan partisipasi aktif

anak usia sekolah dasar terhadap perilaku cuci tangan pakai sabun.

15
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

2.1.1 Pengertian PHBS

Menurut Kementrian Kesehatan RI (2011), perilaku hidup bersih dan

sehat adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran

sebagai hasil pemberlajaran, yang menjadikan seseorang, keluarga,

kelompok atau masyarakat mampu menolong dirinya sendiri (mandiri)

dibidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan

masyarakat. Dengan demikian, PHBS mencakup beratus-ratus bahkan

mungkin beribu-ribu perilaku yang harus dipraktikkan dalam rangka

mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) adalah bentuk perwujudan

paradigma sehat dalam budaya perorangan. Keluarga dan masyarakat yang

berorientasi sehat, bertujuan unutuk meningkatkan, memelihara, dan

melindungi kesehatannya baik fisik, mental, spiritual maupun sosial.

Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) adalah upaya untuk memberikan

pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan,

keluarga, kelompok dan masyarakat, dengan membuka jalur komunikasi,

memberikan informasi dan melakukan edukasi untuk meningkatkan

pengetahuan, sikap dan perilaku melalui pendekatan pimpinan (advocacy),

bina suasana (social support) dan pemberdayaan masyarakat

16
(empowerment). Masyarakat dapat mengenali dan mengatasi masalahnya

sendiri, dan dapat menerapkan cara-cara hidup sehat dengan menjaga,

memelihara dan meningkatkan kesehatannya (Notoatmodjo 2007).

2.1.2 Konsep Tatanan PHBS

Kementrian Kesehatan RI (2011), telah menyepakati adanya lima

tatanan dalam PHBS, yaitu tatanan rumah tangga, tatanan institusi

pendidikan, tatanan tempat kerja, tatanan tempat umum dan tatanan

fasilitas kesehatan. Akan tetapi untuk melihat keberhasilan pembinaan

PHBS, praktik PHBS yang diukur adalah yang dijumpai di tatanan rumah

tangga. Telah ditetapkan sepuluh indikator untuk menetapkan apakah

sebuah rumah tangga telah mempraktikkan PHBS. Kesepuluh indikator

tersebut merupakan sebagian dari semua perilaku yang harus dipraktikkan

di rumah tangga dan dipilih karena dianggap mewakili atau dapat

mencerminkan keseluruhan perilaku.

2.1.3 PHBS di Berbagai Tatanan dan Indikatornya

Menurut Kementrian Kesehatan RI (2011), berbagai tatanan dan indikator

PHBS yaitu:

a. PHBS di Rumah Tangga

Sasaran primer di rumah tangga harus mempraktikkan perilaku yang

dapat menciptakan rumah tangga ber-PHBS, yang mencakup

persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan, memberi bayi ASI eksklusif,

menimbang balita setiap bulan, menggunakan air bersih, mencuci

tangan dengan air bersih dan sabun, pengelolaan air minum

17
dan makan di rumah tangga, menggunakan jamban sehat (Stop Buang

Air Besar Sembarangan/Stop BABS), pengelolaan limbah cair di

rumah tangga, membuang sampah di tempat sampah, memberantas

jentik nyamuk, makan buah dan sayur setiap hari, melakukan aktivitas

fisik setiap hari, tidak merokok di dalam rumah dan lain-lain.

b. PHBS di Institusi Pendidikan

Di institusi pendidikan, sasaran primer harus mempraktikkan perilaku

yang dapat menciptakan institusi pendidikan ber-PHBS, yang

mencakup antara lain mencuci tangan menggunakan sabun,

mengonsumsi makanan dan minuman sehat, menggunakan jamban

sehat, membuang sampah di tempat sampah, tidak merokok, tidak

mengonsumsi Narkotika, Alkohol, Psikotropika, dan Zat Adiktif

lainnya (NAPZA), tidak meludah sembarang tempat, memberantas

jentik nyamuk dan lain-lain.

c. PHBS di Tempat Kerja

Di tempat kerja, perilaku yang dapat dilakukan untuk menciptkan

tempat kerja ber-PHBS antara lain mencuci tangan dengan sabun,

mengonsumsi makanan dan minuman sehat, menggunakan jamban

sehat, membuang sampah di tempat sampah, tidak merokok, tidak

mengonsumsi NAPZA, tidak meludah sembarang tempat,

memberantas jentik nyamuk dan lain-lain.

18
d. PHBS di tempat umum

Di tempat umum (tempat ibadah, pasar pertokoan, terminal, dermaga),

sasaran primer harus mempraktikkan perilaku yang dapat menciptakan

tempat umum ber-PHBS, yang mencakup mencuci tangan dengan

sabun, menggunakan jamban sehat, membuang sampah di tempat

sampah, tidak merokok, tidak mengonsumsi NAPZA, tidak meludah

sembarang tempat, memberantas jentik nyamuk dan lain-lain.

e. PHBS di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Di fasilitas pelayanan kesehatan (klinik, Puskesmas, rumah sakit),

sasaran primer harus mempraktikkan perilaku yang dapat menciptakan

fasilitas pelayanan kesehatan ber-PHBS antara lain mencuci tangan

dengan sabun, menggunakan jamban sehat, membuang sampah di

tempat sampah, tidak merokok, tidak mengonsumsi NAPZA, tidak

meludah sembarang tempat, memberantas jentik nyamuk dan lain-lain.

2.2 Cuci Tangan

2.2.1 Pengertian Cuci Tangan

Mencuci tangan dengan sabun adalah salah satu tindakan sanitasi

dengan membersihkan tangan dan jari jemari menggunakan air dan sabun

oleh manusia untuk menjadi bersih dan memutuskan mata rantai kuman.

Mencuci tangan dengan sabun dikenal juga sebagai salah satu upaya

pencegahan penyakit. Hal ini dilakukan karena tangan seringkali menjadi

agen yang membawa kuman dan menyebabkan patogen berpindah dari

satu orang ke orang lain, baik dengan kontak langsung ataupun kontak

19
tidak langsung (menggunakan permukaan-permukaan lain seperti handuk,

gelas, dan lain-lain) (Kementrian Kesehatan RI 2014).

Tangan yang bersentuhan langsung dengan kotoran manusia dan

binatang, ataupun cairan tubuh lain seperti ingus, dan makanan/minuman

yang terkontaminasi saat tidak dicuci dengan sabun dapat memindahkan

bakteri, virus, dan parasit pada orang lain yang tidak sadar bahwa dirinya

sedang ditularkan (Kementrian Kesehatan RI 2014).

2.2.2 Langkah-Langkah Cuci Tangan

Menurut WHO (2009), teknik mencuci tangan menggunakan sabun

dan air yaitu.

1. Basahi tangan dengan air.

2. Tuangkan sabun secukupnya untuk menyabuni seluruh permukaan

tangan.

3. Gosok kedua telapak tangan hingga merata.

4. Gosok punggung tangan dan sela-sela jari tangan kiri dengan tangan

kanan dan sebaliknya.

5. Gosok kedua telapak dan sela-sela jari.

6. Jari-jari sisi dalam kedua tangan saling mengunci.

7. Gosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman tangan kanan dan

sebaliknya.

8. Gosok dengan memutar ujung jari-jari tangan kanan ditelapak tangan

kiri dan sebaliknya.

9. Bilas kedua tangan dengan air.

20
10. Keringkan dengan handuk/tissue towel sekali pakai sampai benar-

benar kering.

11. Gunakan handuk tersebut untuk menutup keran.

12. Tangan anda sudah bersih.

2.2.3 Waktu yang Dianjurkan Untuk Mencuci Tangan

Menurut Kementerian Kesehatan RI Sekretariat Jenderal Indonesia

(2011), dalam program PHBS waktu yang tepat untuk mencuci tangan

adalah:

a. Sebelum dan sesudah makan

b. Sebelum memegang makanan

c. Setelah buang air besar dan juga air kecil

d. Setelah menyentuh unggas/hewan, termasuk unggas/hewan peliharaan

e. Setelah bermain/berolahraga

f. Sebelum mengobati luka

g. Sebelum melakukan kegiatan apapun yang memasukkan jari-jari ke

dalam mulut atau mata

h. Setelah membuang ingus dan membuang sampah

i. Setelah memegang uang

j. Setelah memegang sarana umum

k. Sebelum masuk kelas

l. Sebelum masuk kantin

21
2.2.4 Manfaat Mencuci Tangan

Mencuci tangan pakai sabun adalah salah satu cara paling efektif

untuk mencegah penyakit diare dan ISPA, yang keduanya menjadi

penyebab utama kematian anak-anak. Setiap tahun, sebanyak 3,5 juta anak

di seluruh dunia meninggal sebelum mencapai umur lima tahun karena

penyakit diare dan ISPA. Mencuci tangan dengan sabun juga dapat

mencegah infeksi kulit, mata, cacing yang tinggal dalam usus, SARS, dan

flu burung (Kementrian Kesehatan RI 2014).

Pada sebuah penelitian yang dipublikasikan Jurnal Kedokteran

Inggris (British Medical Journal) pada November 2007 menyatakan bahwa

mencuci tangan dengan sabun secara teratur dan menggunakan masker,

sarung tangan, dan pelindung, bisa jadi lebih efektif untuk menahan

penyebaran virus ISPA seperti flu dan SARS (Kementrian Kesehatan RI

2014).

Menurut Kementrian Kesehatan RI (2014), penyakit-penyakit yang

dapat dicegah dengan mencuci tangan pakai sabun antara lain:

1. Diare, menjadi penyebab kematian kedua yang paling umum untuk

anak-anak balita. Sebuah ulasan yang membahas sekitar penelitian

terkait menemukan bahwa cuci tangan dengan sabun dapat memangkas

angka penderita diare hingga separuh. Tingkat keefektifan mencuci

tangan dengan sabun dalam penurunan angka penderita diare dalam

persen menurut tipe inovasi pencegahan adalah mencuci tangan dengan

22
sabun (44%), penggunaan air olahan (39%), sanitasi (32%), pendidikan

kesehatan (28%), penyediaan air (25%), sumber air yang diolah (11%).

2. Infeksi saluran pernapasan adalah penyebab kematian utama untuk

anak-anak balita. Mencuci tangan dengan sabun mengurangi angka

infeksi saluran pernapasan ini dengan dua langkah dengan melepaskan

patogen-patogen pernapasan yang terdapat pada tangan dan permukaan

telapak tangan dan dengan menghilangkan patogen lainnya terutama

virus entrentik yang menjadi penyebab tidak hanya diare namun juga

gejala penyakit pernapasan lainnya. Bukti-bukti telah ditemukan bahwa

praktik-praktik menjaga kesehatan dan kebersihan seperti mencuci

tangan sebelum dan sesudah makan dan buang air besar/kecil, dapat

mengurangi tingkat infeksi hingga 25%. Penelitian lain di Pakistan

menemukan bahwa mencuci tangan dengan sabun mengurangi infeksi

saluran pernapasan yang berkaitan dengan pneumonia pada anak-anak

balita hingga lebih dari 50%.

3. Pneumonia adalah radang paru yang disebabkan oleh bakteri dengan

gejala panas tinggi disertai batuk berdahak, napas cepat (frekuensi nafas

>50 kali/menit), sesak, dan gejala lainnya (sakit kepala, gelisah dan

nafsu makan berkurang). Pneumonia ditanyakan pada semua penduduk

untuk kurun waktu 1 bulan atau kurang dan dalam kurun waktu 12

bulan atau kurang.

4. Infeksi cacing, infeksi mata dan penyakit kulit. Penelitian juga telah

membuktikan bahwa selain diare dan infeksi saluran pernapasan

23
penggunaan sabun dalam mencuci tangan mengurangi kejadian

penyakit kulit; infeksi mata seperti trakoma dan cacingan khususnya

untuk ascariasis dan trichuriasis.

Mencuci tangan dengan air saja lebih umum dilakukan, namun hal

ini terbukti tidak efektif dalam menjaga kesehatan dibandingkan dengan

mencuci tangan dengan sabun. Menggunakan sabun dalam mencuci tangan

sebenarnya menyebabkan orang harus mengalokasikan waktunya lebih

banyak saat mencuci tangan, namun penggunaan sabun menjadi efektif

karena lemak dan kotoran yang menempel akan terlepas saat tangan

digosok dan bergesek dalam upaya melepasnya. Di dalam lemak dan

kotoran yang menempel inilah kuman penyakit hidup (Mustikawati 2017).

2.3 Perilaku

Dari aspek biologis, perilaku diartikan sebagai suatu kegiatan atau

aktivitas makhluk hidup yang bersangkutan. Aktivitas tersebut ada yang dapat

diamati secara langsung dan tidak langsung. Robert Kwick (1974) menyatakan

bahwa perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu orgnisme yang dapat

diamati dan bahkan dapat dipelajari (Kholid 2014).

Skinner (1938) dalam Kholid (2014), merumuskan bahwa perilaku

merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari

luar). Dengan demikian, perilaku manusia terjadi melalui proses respon, sehingga

teori ini disebut dengan teori Organisme Stimulus ―S-O-R‖. Selanjutnya, teori

Skinner menjelaskan ada dua jenis respons, yaitu :

24
1. Respondent respons atau refleksif, yakni respon yang ditimbulkan oleh

rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu yang disebut dengan elicting

stimuli, karena menimbulkan reaksi-reaksi yang relatif tetap.

2. Operant respons atau instrumental respons, yakni respon yang timbul dan

berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau rangsangan yang lain.

Perangsang ini disebut dengan reinforcing stimulation atau reinforcer, karena

memperkuat respon.

Berdasarkan beberapa teori di atas, dapat diuraikan bahwa perilaku adalah

keseluruhan (totalitas) pemahaman dan aktivitas seseorang yang merupakan hasil

bersama antara faktor internal dan eksternal (Kholid 2014).

Kholid (2014) juga menyatakan secara lebih operasional perilaku dapat

diartikan sebagai suatu respons organisme atau seseorang terhadap rangsangan

(stimulus) dari luar subjek tersebut. Respons ini berbentuk dua macam, yakni:

a. Bentuk pasif, adalah respons internal, yaitu yang terjadi di dalam diri manusia

dan tidak secara langsung dapat terlihat oleh orang lain, misalnya berpikir,

tanggapan atau sikap batin dan pengetahuan. Misalnya seorang ibu tahu

bahwa imunisasi itu dapat mencegah suatu penyakit tertentu meskipun ibu

tersebut tidak membawa anaknya ke puskesmas untuk diimunisasi. Dari

contoh tersebut dilihat bahwa ibu telah tahu gunanya imunisasi meskipun

belum melakukannya secara konkret. Oleh sebab itu, perilaku ibu ini masih

terselubung (covert behaviour).

b. Bentuk aktif, yaitu apabila perilaku itu jelas dapat diobesvasi secara langsung.

Misalnya pada contoh yang telah disebutkan, ibu telah membawa anaknya ke

25
puskesmas atau fasilitas kesehatan lain untuk imunisasi. Oleh karena itu

perilaku mereka ini sudah tampak dalam bentuk tindakan nyata maka disebut

overt behaviour.

2.3.1 Domain Perilaku

Meskipun perilaku adalah bentuk respons atau reaksi terhadap

stimulus atau rangsangan dari luar organisme (orang), namun dalam

memberikan respons sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-

faktor lain dari orang yang bersangkutan. Hal ini berarti meskipun

stimulusnya sama bagi beberapa orang, namun respons tiap-tiap orang

berbeda. Faktor yang membedakan respons terhadap stimulus yang

berbeda disebut sebagai determinan perilaku. Determinan perilaku ini

dapat dibedakan menjadi dua, yakni

1. Determinan atau faktor internal, yakni karakteristik orang yang

bersangkutan, yang bersifat given atau bawaan.

2. Determinan atau faktor eksternal, yakni lingkungan, baik lingkungan

fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik dan sebagainya. Faktor

lingkungan ini sering merupakan faktor yang dominan yang mewarnai

perilaku seseorang (Notoatmodjo 2012).

Dari uraian di atas dapat dirumuskan bahwa perilaku adalah

merupakan totalitas penghayatan dan aktivitas seseorang, yang merupakan

hasil bersama atua resultant antara berbagai faktor, baik faktor internal

maupun eksternal. Dengan perkataan lain perilaku manusia sangatlah

kompleks, dan mempunyai bentangan yang sangat luas. Benyamin Bloom

26
(1908), seorang ahli psikologi pendidikan membagi perilaku manusia ke

dalam tiga domain, sesuai dengan tujuan pendidikan. Bloom menyebutkan

ranah atau kawasan yakni kognitif, afektif dan psikomotorik. Dalam

perkembangannya, teori Bloom ini dimodifikasi untuk pengukuran hasil

pendidikan kesehatan, yakni:

1. Pengetahuan (Knowledge), merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi

setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.

Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Pengetahuan atau ranah kognitif merupakan domain yang sangat

penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behaviour).

2. Sikap (Attitude), merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup

dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap belum

merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan

predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap merupakan kesiapan untuk

bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu

penghayatan terhadap objek.

3. Praktik atau Tindakan (Practice). Suatu sikap belum otomatis

terwujud dalam suatu tindakan (overt behaviour). Untuk mewujudkan

sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung,

atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas. Di

27
samping faktor fasilitas, juga diperlukan faktor dukungan (support)

dari pihak lain (Notoatmodjo 2012).

2.3.2 Determinan Perilaku

Beberapa teori yang telah dicoba untuk mengungkap determinan

perilaku dari analisis faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku,

khususnya perilaku yang berhubungan dengan kesehatan, salah satunya

yaitu teori WHO (1984) dalam (Notoatmodjo 2012).

Tim kerja dari WHO (1984), menganalisis bahwa yang menyebabkan

seseorang itu berperilaku tertentu adalah karena adanya empat alasan

pokok.

a. Pemahaman dan pertimbangan (though dan feeling), yakni dalam

bentuk pengetahuan, persepsi, sikap, kepercayaan-kepercayaan

dan penilaian-penilaian seseorang terhadap objek (dalam hal ini

adalah objek kesehatan).

1) Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau

pengalaman orang lain.

2) Kepercayaan sering diperoleh dari orang tua, kakek atau

nenek. Seseorang menerima kepercayaan itu berdasarkan

keyakinan dan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu.

3) Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap

objek. Sikap sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau

orang lain yang paling dekat. Sikap membuat seseorang

mendekati atau menjauhi orang lain atau objek lain. Sikap

28
positif terhadap kesehatan tidak selalu terwujud dalam suatu

tindakan nyata.

b. Orang penting sebagai referensi (personal reference). Perilaku

orang, terlebih perilaku anak kecil lebih banyak dipengaruhi oleh

orang-orang yang dianggap penting. Apabila seseorang itu

dipercaya, maka apa yang ia katakan atau perbuatan cenderung

untuk dicontoh. Untuk anak-anak sekolah misalnya, maka gurulah

yang menjadi panutan perilaku mereka. Orang yang dianggap

penting ini sering disebut kelompok referensi (reference group),

antara lain guru, alim ulama, kepala adat (suku), kepala desa dan

sebagainya.

c. Sumber-sumber daya (resources), mencakup fasilitas, uang, waktu,

tenaga, dan sebagainya. Semua itu berpengaruh terhadap perilaku

seseorang atau kelompok masyarakat. Pengaruh sumber daya

terhadap perilaku dapat bersifat positif maupun negatif.

d. Kebiasaan, nilai-nilai, tradisi-tradisi, sumber-sumber di dalam

suatu masyarakat akan menghasilkan suatu pola hidup (way of life)

yang pada umumnya disebut kebudayaan (culture). Kebudayaan

ini terbentuk dalam waktu yang lama sebagai akibat dari

kehidupan suatu masyarakat bersama. Kebudayaan selalu berubah,

baik secara lambat atau cepat, sesuai dengan peradaban umat

manusia. Kebudayaan atau pola hidup masyarakat di sini

merupakan kombinasi dari semua yang telah disebutkan

29
sebelumnya. Perilaku yang normal adalah salah satu aspek dari

kebudayaan, dan selanjutnya kebudayaan mempunyai pengaruh

yang dalam terhadap perilaku ini.

2.4 Perilaku dan Penelitian tentang Mencuci Tangan dengan Sabun di Dunia

Berbagai macam masyarakat di dunia mencuci tangan dengan sabun untuk

alasan yang berbeda-beda, walaupun pada umumnya perilaku mencuci tangan

dengan sabun itu secara luas diketahui untuk membersihkan tangan dari kuman

namun perilaku ini tidak otomatis dilakukan untuk tujuan tersebut (Kementrian

Kesehatan RI, 2014).

Sebuah studi awal dengan pendekatan kualitatif di Kerala, India

menunjukkan bahwa orang dewasa menginginkan tangan yang bersih atas dasar

kenyamanan, tangan yang tidak bau, menunjukkan kecintaan mereka terhadap

anak-anaknya dan mempraktikkan tanggung jawab sosial mereka dalam

masyarakat (Kementrian Kesehatan RI, 2014).

Di Ghana, tercatat 25% dari seluruh kematian yang dialami oleh balita

diakibatkan oleh diare, penyakit ini juga menjadi tiga besar penyakit yang

diderita oleh anak-anak. Balita umumnya mengalami hingga lima kali diare

selama satu tahun dan jumlah yang kurang lebih sama dialami oleh penderita

penyakit infeksi pernapasan. Perhitungan ini berarti 9 juta kejadian diare dapat

dicegah setiap tahunnya dengan mencuci tangan menggunakan sabun. Penduduk

Ghana adalah pengguna sabun yang aktif, mereka membeli banyak sabun untuk

kebutuhan sehari-hari. Namun hampir seluruh sabun digunakan untuk mencuci

piring dan mandi. Pada penelitian mendasar yang dilakukan di Ghana, 75% ibu

30
rumah tangga mengaku telah mencuci tangan mereka dengan sabun, namun

setelah dilakukan penelitian terstruktur, ternyata hanya 3% yang benar-benar

melakukannya, sementara 32% hanya mencuci tangan mereka dengan air.

Beberapa alasan mengapa ibu-ibu ini menggunakan sabun karena mereka merasa

tangan terasa bersih dan segar setelah kotoran terlepas, mencuci tangan dengan

sabun juga merupakan salah satu cara untuk menunjukkan bahwa mereka

menyayangi anak mereka, dan pada saat yang sama meningkatkan status sosial

mereka. Kampanye mencuci tangan dengan sabun dimulai pada tahun 2003 di

Ghana melibatkan masyarakat dan pihak swasta (Procter & Gamble) dan pada

tahun 2007 menunjukkan 13% kenaikan perilaku mencuci tangan dengan sabun

setelah menggunakan toilet dan 41% kenaikan perilaku mencuci tangan dengan

sabun sebelum makan (Kementrian Kesehatan RI, 2014).

Di Indonesia sendiri, menurut Kementrian Kesehatan RI (2014), perilaku

sanitasi pada umumnya diperkenalkan melalui program pemerintah pada tahun

1970, dimana masyarakat diajarkan untuk menggunakan MCK dan mandi dua

kali sehari. Lalu program ini dilanjutkan dengan memperkenalkan perilaku sehat

mencuci tangan dengan sabun sebelum makan di sekolah-sekolah dasar. Perilaku

mencuci tangan dengan sabun untuk memutus mata rantai penularan penyakit

juga menjadi salah satu strategi nasional oleh Kementrian Kesehatan dengan

tujuan membangun masyarakat yang mandiri untuk hidup sehat.

31
2.5 Tabel Sintesa

Karakteristik
No Peneliti Judul Temuan
(Tahun)
Subjek Instrumen Metode/
Desain
1. Le Thi Mengajar Empat Data kualitatif Penelitian Pengamatan dan data wawancara
Thanh Mencuci sekolah di dikumpulkan Kualitatif dari anak-anak menunjukkan
Xuan, Tangan komunitas dengan bahwa anak-anak terlihat tertarik
Thilde Dengan desa di wawancara semi dan senang dengan sesi CTPS
Rheinldaner Sabun Untuk Vietnam terstruktur dengan dimana guru menerapkan metode
, Luu Ngoc Anak-Anak anak-anak (15), pengajaran aktif termasuk
Hoat, Sekolah Di dan orang tua penghargaan, permainan dan
Daners Populasi mereka (15), demonstrasi CTPS. Semua anak,
Dalsgaard Multi Etnis diskusi kelompok guru sekolah dan orang tua juga
dan Di Pedesaan terarah (FGD) memandang intervensi CTPS
Flemming Utara dengan anak-anak sebagai sesuatu yang positif dan
Konradsen Vietnam sekolah (32) dan layak, terlepas dari etnisitas, jenis
(2013) staf sekolah (20) kelamin anak sekolah dan latar
dan pengamatan belakang guru sekolah. Namun,
yang perilaku beberapa hambatan yang terdapat
cuci tangan pakai dalam penerapan praktik CTPS di
sabun yang rumah yaitu penekanan terbatas
melibatkan 15 pada kebersihan dalam kurikulum
anak-anak standar sekolah, prioritas rendah
dan kurangnya waktu yang
diberikan pada metode pengajaran
praktis dan kurangnya panduan

32
Karakteristik
No Peneliti Judul Temuan
(Tahun)
Subjek Instrumen Metode/
Desain
mengenai CTPS. Akses ke sabun
dan air di tingkat rumah tangga
tampaknya tidak menjadi
penghalang bagi penerapan CTPS
namun akses terus menerus ke hal
ini mungkin merupakan tantangan
di sekolah-sekolah.
2. Eliana Perilaku Dan Sampel Penelitian ini Penelitian Siswa menunjukkan pengetahuan
Dantas da Persepsi terdiri dari menggunakan Kualitatif dan yang memadai mengenai pedoman
Costa, Praktik siswa yang teknik kualitatif Kuantitatif tentang praktik kebersihan tangan.
Glaucia Kebersihan terdaftar di yang disebut Namun, mereka menganggap
Maria Bovi Tangan Di Sekolah Collective prosedur sarung tangan mereka
Ambrosano, Kalangan Kedokteran Subject Discourse sebagai cara efektif untuk
Camila Siswa Gigi Umum, (CSD). menghindari infeksi silang, dan
Pinelli Kedokteran di Negara Wawancara semi menyebutkan infrastruktur yang
(2016) Gigi Bagian Sao terstruktur dicatat tidak memadai merusak kepatuhan
Paulo, Brasil dalam perekam mereka terhadap praktik
(n = 54) suara digital. kebersihan tangan. Siswa
Analisis data melaporkan bahwa sekolah
dilakukan dengan tersebut membimbing mereka
pendekatan quali- dengan baik dalam kaitannya
kuantitatif dengan dengan pengajaran praktik
bantuan kebersihan tangan, namun mereka
perangkat lunak menyatakan bahwa mereka tidak

33
Karakteristik
No Peneliti Judul Temuan
(Tahun)
Subjek Instrumen Metode/
Desain
Qualiquantisoft®. peduli dengan rekomendasi
tersebut.
3. SPRING Penggunaan melibatkan Pengumpulan Penelitian Studi kami memberikan bukti kuat
(Strengtheni Tippy Taps 61 rumah data melalui Kualitatif dan tentang penerimaan dan efektivitas
ng dan Praktek tangga observasi Kuantitatif penyadapan keran serta pendidikan
Partnership, Cuci Tangan dengan terstruktur di kebersihan dan sanitasi dalam 10
Result, dan di anggota wisma dan divisi Barisal dan Khulna di
Innovations Bangladesh perempuan wawancara Bangladesh. Di kelompok FNS, 93
in Nutrition Selatan, Studi yang baru terstruktur dengan persen rumah tangga memasang
Globally) Kualitatif saja lulus ibu dari rumah dua keran air pasang, biasanya
(2016) dari Sekolah tangga yang satu oleh jamban dan satu di dekat
Nutrisi Tani diamati. Kami dapur, dan beberapa memiliki tiga
SPRING menggunakan atau lebih. Secara umum, kami
sembilan wawancara menemukan pengetahuan dan
bulan dan 59 mendalam dengan praktik mencuci tangan yang lebih
rumah informan kunci baik di kelompok FNS daripada
tangga untuk kelompok non-FNS. Misalnya,
dengan mendapatkan pengamatan terstruktur
karakteristik informasi lebih menunjukkan bahwa mencuci
serupa pada lanjut mengenai tangan pada umumnya dan
rumah persepsi dan mencuci kedua tangan dengan
tangga penggunaan keran sabun lebih sering terjadi pada
peserta FNS tippy dan sumber semua titik kritis pada kelompok
namun tidak air lainnya. FNS. Pada sebagian besar kasus

34
Karakteristik
No Peneliti Judul Temuan
(Tahun)
Subjek Instrumen Metode/
Desain
berafiliasi (55 persen) ketika anggota rumah
dengan tangga FNS mencuci tangan,
proyek mereka menggunakan keran tippy,
tersebut. sementara tempat cuci tangan yang
Sebanyak 59 paling umum untuk peserta non-
rumah FNS adalah ember dan
tangga ini selongsong. Wawancara dengan
berfungsi ibu menunjukkan pengetahuan
sebagai yang lebih besar tentang mencuci
kelompok tangan di kelompok FNS daripada
pembdaning kelompok non-FNS. Kelompok
(non-FNS) FNS juga menunjukkan
pemahaman yang lebih besar
tentang kaitan antara mencuci
tangan dan mencegah diare.
4. Ana Nur Studi tujuh orang Pengumpulan Penelitian Program G21H CTPS
Faridazulfa Tentang serta seorang data diperoleh Kualitatif dengan dilaksanakan selama 21 hari
(2017) Keberhasilan informan melalui pendekatan berturut-turut tanpa putus untuk
Program triangulasi. wawancara fenomenologi membentuk kebiasaan sehat. Pola
Gerakan 21 khusus dilakukan sekolah dalam
Hari Cuci keberhasilan program gerakan 21
Tangan Pakai hari cuci tangan pakai sabun ini
Sabun (G21h adalah sosialisasi pada beberapa
Ctps) Di Sd organisasi seperti rapat PKK,

35
Karakteristik
No Peneliti Judul Temuan
(Tahun)
Subjek Instrumen Metode/
Desain
Negeri kelurahan, siaran RRI, siaran
Tunggulsari TATV, dan siaran langsung ke
2 Surakarta radio META. Tindak lanjut
dengan adanya keberhasilan itu
adalah setiap kamar mandi atau
WC ada sabun untuk cuci tangan.
5. Catherine Faktor-faktor Semua Pengumpulan Evaluasi proses Murid dan staf di sekolah
R. yang sekolah data dilakukan kualitatif dalam intervensi dan kontrol
Chittleboro Mempengaru dasar negeri dengan cara uji coba menunjukkan tingkat pemahaman
ugh, hi Perilaku (n = 613) diskusi terfokus terkontrol secara yang sama tentang bagaimana,
Alexdanra Mencuci dalam enam dengan siswa, acak kelompok kapan dan mengapa mereka harus
L. Tangan Di Otoritas wawancara mencuci tangan mereka.
Nicholson, Sekolah Lokal di dengan guru, Kurangnya waktu, pemodelan
Elaine Dasar: Barat Daya observasi orang dewasa yang buruk tentang
Basker, Evaluasi Inggris langsung dan mencuci tangan dan fasilitas yang
Sarah Bell, Proses Dalam diundang analisis. tidak menarik dipandang sebagai
dan Uji Coba untuk penghalang penting untuk mencuci
Rona Terkontrol berpartisipasi tangan secara teratur. Pengingat
Campbell Secara Acak dalam dan penjelasan untuk pentingnya
(2012) penelitian ini kebersihan tangan dianggap
memiliki dampak positif. Faktor
struktural, termasuk memiliki
waktu untuk mencuci tangan
dengan menggunakan fasilitas

36
Karakteristik
No Peneliti Judul Temuan
(Tahun)
Subjek Instrumen Metode/
Desain
bersih yang mudah diakses, dan
didorong melalui adanya peluang
mencuci tangan dalam rutinitas
sehari-hari dan mencuci tangan
dipandang sebagai norma sosial,
juga akan mempengaruhi perilaku
mencuci tangan.
6. Intan Perilaku Cuci Informan Instrumen yang Jenis penelitian Mencuci tangan sebelum dan sesudah
Silviana Tangan Pakai yang dipilih digunakan yaitu yang digunakan makan dilakukan oleh hampir semua
Mustikawati Sabun Studi dalam pedoman dalam penelitian informan rumah tangga, disusul
(2017) Kualitatif pada penelitian ini wawancara dan ini yaitu penelitian mencuci tangan sesudah BAB
Ibu-Ibu di adalah lima kualitatif. sesudah menceboki anak, dan tidak
lembar observasi
Kampung orang ibu satupun yang melakukannya sebelum
Nelayan rumah tangga menyusukan atau menyiapkan
Muara Angke yang memiliki makanan. Perilaku para informan
Jakarta Utara; anak berusia rumah tangga ini konsisten dengan
Studi di bawah lima pengetahuan tentang waktu-waktu
Kualitatif tahun (balita) kritis mencuci tangan yang menjadi
di kampung patokan Depkes. Temuan studi ini
nelayan memperlihatkan semua informan ibu
Muara Angke, rumah tangga bersikap positif
satu orang terhadap cuci tangan. Walaupun
koordinator demikian, sikap yang umum ini
nelayan di belum memunculkan perilaku
kampung mencuci tangan seperti yang
nelayan diharapkan, yakni pada lima waktu

37
Karakteristik
No Peneliti Judul Temuan
(Tahun)
Subjek Instrumen Metode/
Desain
Muara Angke kritis dan dengan cara yang benar.
tersebut, dan
satu orang
petugas di
bagian
promosi
kesehatan
Puskesmas
Muara Angke.

38
2.6 Kerangka Teori

Pemahaman dan
Pertimbangan
1. Pengetahuan
2. Sikap

1. Kepercayaan
2. Persepsi
3. Penilaian

Personal Reference
1. Guru Perilaku kesehatan
2. Peranan Orang Tua

Sumber Daya

1.

Fasilitas

1. Uang
2. Waktu
3. Tenaga

Kebudayaan
1. Kebiasaan

1. Nilai-nilai
2. Tradisi

Keterangan :
= Variabel yang Diteliti
= Variabel yang Tidak Diteliti

Gambar. 2.1 Teori WHO dalam Notoatmodjo (2012)


39
BAB III

DEFINISI KONSEP

3.1 Dasar Pemikiran Variabel yang Diteliti

Bentuk pengetahuan dan sikap menjadi sub variabel pemahaman dan

pertimbangan yang akan diteliti. Pengetahuan merupakan segala sesuatu yang

diketahui berkenan dengan hal, dalam hal ini berarti pengetahuan tentang cuci

tangan pakai sabun yang diperoleh melalui pelajaran atau pesan-pesan yang

disampaikan oleh guru dan orang tua. Sikap merupakan kesiapan untuk

bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan

terhadap objek. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan

tetapi merupakan reaksi tertutup. Sikap anak terhadap perilaku cuci tangan

pakai sabun dapat dilihat dari kemauan anak tersebut untuk melakukan

tindakan cuci tangan pakai sabun. Namun demikian, sikap terhadap suatu

objek, dalam hal ini cuci tangan pakai sabun, tidak selalu diikuti dengan

tindakan nyata.

Orang penting sebagai referensi (personal reference) merupakan orang

yang dianggap penting dan mempunyai pengaruh dalam perilaku anak

sekolah dasar. Personal reference untuk anak sekolah yaitu orang tua dan

guru. Perilaku cuci tangan yang ditunjukkan oleh personal refenrence

tersebut dalam dijadikan panutan oleh anak sekolah dalam bertindak.

Sumber-sumber daya berpengaruh terhadap perilaku seseorang atau

kelompok masyarakat yang dapat bersifat positif atau negatif. Ketersediaan

40
sumber daya, dalam hal ini fasilitas untuk mencuci tangan pakai sabun, dapat

mempengaruhi perilaku cuci tangan pakai sabun pada anak sekolah dasar.

Kebudayaan terbentuk dalam waktu yang lama sebagai akibat dari

kehidupan suatu masyarakat bersama. Kebudayaan yang dimaksud dalam

penelitian ini adalah kebiasaan cuci tangan pakai sabun yang telah terbentuk

dan diterapkan oleh anak sekolah dasar.

3.2 Pola pikir

Pola pikir penelitian disajikan pada gambar berikut:

Pemahaman dan
Pertimbangan
1. Pengetahuan
2. Sikap

Personal Reference
1.Guru

2.Peranan Orang Tua Perilaku Cuci Tangan Pakai


Sabun

Sumber Daya
1. Fasilitas

Kebudayaan
1. Kebiasaan

Gambar. 3.1 Bagan Pola Pikir / Peneliti

3.3 Definisi Konsep

41
1. Pemahaman dan pertimbangan terwujud dari persepsi anak usia sekolah

dasar dalam menerapkan perilaku cuci tangan pakai sabun dengan

dianalisis berdasarkan :

a. Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang

lain. Pengetahuan yang tercakup dalam penelitian ini adalah pada

tingkatan tahu dan memahami. Tahu diartikan sebagai mengingat suatu

materi yang telah dipelajari sebelumnya, termasuk mengingat kembali

sesuatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau

rangsangan yang telah diterima, seperti dapat menyebutkan langkah-

langkah cuci tangan pakai sabun yang benar. Memahami diartikan

sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang

objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut

secara benar, misalnya dapat menjelaskan mengapa harus mencuci

tangan pakai sabun.

b. Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap objek.

Sikap sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau dari orang lain

yang paling dekat. Sikap yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

pada tingkatan menerima dan merespons mengenai sikap anak usia

sekolah dasar terhadap perilaku cuci tangan pakai sabun.

2. Orang penting sebagai referensi (personal reference), merupakan orang-

orang yang dianggap penting atau dekat dengan anak. Untuk anak sekolah,

guru dan orang tua merupakan orang-orang tersebut. Hal ini dilihat dari

adanya upaya orang-orang penting tersebut untuk menanamkan perilaku

42
cuci tangan pakai sabun kepada anak-anak sehingga membentuk perilaku

CTPS pada anak.

3. Sumber-sumber daya (resources), mencakup fasilitas, waktu, tenaga dan

sebagainya. Untuk anak sekolah, ketersediaan sarana dan prasarana untuk

mencuci tangan berupa sumber air dan sabun.

4. Kebudayaan (culture), kebiasaan, nilai-nilai, tradisi-tradisi di dalam suatu

masyarakat akan menghasilkan suatu pola hidup (way of life). Kebudayaan

yang dimaksud dalan penelitian ini merupakan kebiasaan yang membentuk

perilaku mencuci tangan pakai sabun pada anak sekolah.

43
BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui studi kasus yang terjadi

tentang perilaku mencuci tangan pada siswa sekolah dasar atau yang

sederajat. Penelitian ini ditekankan pada penggambaran secara obyektif

tentang keadaan yang sebenarnya dari obyek yang akan diteliti. Jenis

penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan

studi kasus.

Tentang metode penelitian kualitatif, Cresswell (2008) dalam

Semiawan (2010) mendefinisikannya sebagai suatu pendekatan atau

penelurusan untuk mengeksplorasi dan memahami suatu gejala sentral.

Untuk mengerti gejala sentral tersebut peneliti mewawancarai peserta

penelitian atau informan dengan mengajukan pertanyaan yang umum dan

agak luas. Informasi yang disampaikan oleh informan kemudian

dikumpulkan dan selanjutnya dianalisis.

Penelitian studi kasus adalah studi yang mengeksplorasi suatu masalah

dengan batasan terperinci, memiliki pengambilan data yang mendalam, dan

menyertakan berbagai sumber informasi. Penelitian ini dibatasi oleh waktu

dan tempat, dan kasus yang dipelajari berupa program, peristiwa, aktivitas,

atau individu (Saryono dan Anggraeni 2011).

44
4.2 Lokasi dan waktu pelaksanaan

4.2.1 Lokasi

Penelitian akan dilaksanakan di SD Inpres 1 Besusu, yang

beralamat di Jalan Panglima Polem No 11, Kelurahan Besusu Barat .

4.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April 2018 sampai

dengan selesai.

4.3 Informan

4.3.1 Teknik Penentuan Informan

Metode penarikan sampel yang digunakan adalah purposive

sampling yaitu suatu metode pemilihan informan dalam suatu

penelitian dengan menentukan terlebih dahulu kriteria yang akan

dimasukkan dalam penelitian, di mana informan yang diambil dapat

memberikan informasi berharga bagi penelitian. Kriteria yang sudah

ditentukan tersebut mempermudah peneliti untuk berfokus pada orang

yang menurut peneliti dapat dijadikan informan penelitian (Saryono

dan Anggraeni, 2011).

Kriteria informan yang akan diambil pada penelitian ini

berdasarkan pada:

1. Siswa yang berumur minimal 11 tahun

2. Siswa yang melakukan cuci tangan, terutama yang mencuci tangan

pakai sabun

45
3. Bersedia menjadi informan

4.3.2 Jenis Informan

Adapun jenis informan yang digunakan dalam penelitian ini

menurut Sugiyono (2014) yaitu:

1. Informan kunci, yaitu mereka yang mengetahui dan memiliki

informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian. Pada penelitian

ini yang menjadi informan kunci yaitu Kepala Sekolah Dasar

Inpres 1 Besusu.

2. Informan biasa, yaitu mereka yang terlibat secara langsung dalam

interaksi sosial yang diteliti. Dalam hal ini yang menjadi informan

biasa yaitu kelompok siswa SD Inpres 1 Besusu.

3. Informan tambahan, yaitu mereka yang dapat memberikan

informasi tambahan yang dapat menunjang hasil penelitian. Dalam

hal ini yang menjadi informan tambahan yaitu orang tua.

4.4 Pengumpulan, Pengolahan dan Penyajian Data

4.4.1 Pengumpulan Data

4.4.1.1 Data Primer

Menurut Sugiarto (2015), data primer adalah informasi

yang diperoleh dari sumber-sumber primer, yakni informasi dari

tangan pertama atau narasumber.

Menurut Saryono dan Anggraeni (2011), beberapa

metode pengumpulan data dalam penelitian kualitatif, yaitu :

1. Wawancara

46
Wawancara merupakan alat re-checking atau

pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang

diperoleh sebelumnya. Teknik wawancara yang digunakan

dalam penelitian kualitatif adalah wawancara mendalam.

Wawancara mendalam (indepth interview) adalah proses

memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan

cara tanya jawab sambil bertatap muka dengan informan

atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa

menggunakan pedoman wawancara, di mana pewawancara

dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif

lama.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan seorang peneliti

saaat mewawancarai informan adalah intonasi suara,

kecepatan berbicara, sensitifitas pertanyaan, kontak mata

dan kepekaan nonverbal. Dalam mencari informasi, peneliti

melakukan dua jenis wawancara, yaitu autoanamnesa

(wawancara yang dilakukan dengan subjek atau informan)

dan aloanamnesa (wawancara dengan keluarga informan).

2. Observasi

Observasi merupakan metode pengumpulan data

dengan cara melakukan pengamatan langsung untuk

mengumpulkan data dan mencatat segala informasi serta

hal-hal yang relevan dengan masalah penelitian. Teknik

47
observasi memungkinkan peneliti untuk mengamati dari

dekat gejala penyelidikan. Peneliti mencatat apa yang

sesungguhnya tampak sebagai gejala dan menghindari

pendapat pribadi terhadap peristiwa atau gejala tersebut.

4.4.1.2 Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari studi kepustakaan dengan

cara mengakaji berbagai literatur dan hasil penelitian yang

terkait dengan kesehatan masyarakat yang berfokus pada

perilaku cuci tangan pakai sabun. Data sekunder digunakan

sebagai data pendukung yang memperkuat data primer yang

diperoleh dari hasil observasi dan wawancara (Sugiarto 2015).

4.4.2 Pengolahan Data

Pengolahan data merupakan proses mereduksi, merangkum,

mengambil intisari dari segudang data yang telah dikumpulan, sehingga

menjadi bermakna dan lebih ringkas (Saryono dan Anggraeni 2011).

4.4.3 Penyajian Data

Penyajian data merupakan pernyataan berupa gambar, dokumen,

diagram, denah, model atau metafora. Bentuk penyajian data dalam

penelitian kualitatif tidak terdapat batasan baku, dan sangat dipengaruhi

oleh kemampuan peneliti dalam merangkai kata-kata (Saryono dan

Anggraeni 2011). Penyajian data dalam penelitian ini yaitu:

1. Kuotasi, adalah kutipan pernyataan informan dalam bentuk aslinya

(kalimat atau dialog), yang dapat disajikan sebagai bagian dari

48
kalimat (apabila tidak terlalu panjang) atau terpisah dalam paragraf

tersendiri (apabila cukup panjang).

2. Tabel/Matriks, dalam penelitian kualitatif berisi kata atau kalimat.

4.5 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan untuk

pengumpulan data (Sugiyono 2014). Adapun instrumen yang digunakan

dalam penelitian ini yaitu peneliti sendiri sebagai instrumen kunci, yang

dilengkapi dengan alat tulis, alat perekam, kamera, pedoman wawancara dan

catatan lapangan.

4.6 Keabsahan data (Trustworthiness)

Menurut Sugiarto (2015), subjektivitas peneliti merupakan hal yang

dominan dalam penelitian kualitatif, mengingat dalam penelitian kualitatif,

peneliti sebagai instrumen penelitian, ditambah lagi teknik pengumpulan data

utama penelitian kualitatif adalah wawancara dan observasi yang dianggap

banyak kelemahan ketika dilakukan secara terbuka dan apalagi tanpa kontrol.

Untuk mengatasinya dilakukan pemeriksaan terhadap keabsahan data.

1. Triangulasi sumber menunjuk pada upaya peneliti unutk mengakses

sumber-sumber yang lebih bervariasi guna memperoleh data berkenan

dengan persoalan yang sama. Hal ini berarti peneliti bermaksud menguji

data yang diperoleh dari satu sumber (untuk dibandingkan) dengan data

dari sumber lain. Triangulasi sumber akan dilakukan pada informan kunci

yaitu Kepala Sekolah Dasar Inpres 1 Besusu Kota Palu, informan

49
tambahan yaitu teman-teman informan biasa yang berada di lingkungan

SD Inpres 1 Besusu Kota Palu.

2. Triangulasi teknik adalah menguji kredibilitas data dengan mengecek data

kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda, yang telah

diperoleh melalui wawancara mendalam, observasi dan dokumentasi.

Wawancara mendalam dilakukan pada semua informan baik itu informan

kunci, informan biasa dan informan tambahan. Observasi yang dilakukan

adalah observasi partisipan, karena peneliti terlibat langsung pada

pengamatan dilapangan. Dokumentasi dilakukan untuk mendukung

kevalidan kegiatan penelitian yang dilakukan.

4.7 Jadwal Penelitian

Jadwal penelitian terlampir pada bagian lampiran

50
51
DAFTAR PUSTAKA

Ardhiyanti, Yulrina, Risa Pitriani, and Ika Putri Damayanti. 2014. Panduan
Lengkap Keterampilan Dasar Kebidanan I. 1st ed. Yogyakarta: Deepublish.

Chittleborough, C. R., A. L. Nicholson, E. Basker, S. Bell, and R. Campbell.


2012. ―Factors Influencing Hand Washing Behaviour in Primary Schools:
Process Evaluation within a Randomized Controlled Trial.‖ Health
Education Research 27 (6): 1055–68. https://doi.org/10.1093/her/cys061.

Kartini, Sri. 2016. “Kejadian Kecacingan Pada Siswa Sekolah Dasar Negeri
Kecamatan Rumbai Pesisir Pekanbar.” Jurnal Kesehatan Komunitas
(Journal Of Community Health) volume 3 (May): 53–59.
https://doi.org/10.25311/jkk.Vol3.Iss2.102.

Kementerian Kesehatan RI Sekretariat Jenderal Indonesia. 2011. Pesan Kesehatan


Dalam Berbagai Permainan : Modul Mandiri Pendidikan Kesehatan
Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta.
http://perpustakaan.depkes.go.id:8180/handle/123456789/2343.

Kementrian Kesehatan RI. 2010. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Kementrian


Kesehatan Republik Indonesia.

———. 2011. Pedoman Pembinaan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat. Jakarta:
Kementrian Kesehatan RI.

———. 2014. ―Pusat Data Dan Informasi Kementrian Kesehatan RI Perilaku


Mencuci Tangan Pakai Sabun Di Indonesia.‖ Pusat Data dan Informasi
Kementrian Kesehatan RI.

Kholid, Ahmad. 2014. Promosi Kesehatan. Jakarta: Raja Grafindo.

Mahmud, Mahmud Abdulkader, Mark Spigt, Afework Mulugeta Bezabih, Ignacio


Lopez Pavon, Geert-Jan Dinant, and Roman Blanco Velasco. 2015.
―Efficacy of Handwashing with Soap and Nail Clipping on Intestinal
Parasitic Infections in School-Aged Children: A Factorial Cluster
Randomized Controlled Trial.‖ Edited by Zulfiqar A. Bhutta. PLOS
Medicine 12 (6): e1001837. https://doi.org/10.1371/journal.pmed.1001837.

Mukminah, Nurul, VG Tinuk Istiarti, and Syamsulhuda BM. 2016. ―Faktor-


Faktor Yang Berhubungan Dengan Praktik Cuci Tangan Pakai Sabun Pada
Siswa SD Di Wilayah Kerja Puskesmas Banyuurip Purworejo.‖ Jurnal
Kesehatan Masyarakat (e-Journal) 4 (5): 354–60.

52
Murwaningsih, Sri. 2016. ―Penerapan Cuci Tangan Pakai Sabun Di SDN II
Kota Karang Bandar Lampung.‖ Jurnal Kesehatan 7 (1): 148–55.
https://doi.org/10.26630/jk.v7i1.132.

Mustikawati, Intan Silviana. 2017. ―Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun Studi
Kualitatif Pada Ibu-Ibu Di Kampung Nelayan Muara Angke Jakarta Utara;
Studi Kualitatif.‖ Arsip Kesehatan Masyarakat 2 (1): 115–25.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan Dan Ilmu Perilaku. Jakarta:


Rineka Cipta.

———. 2012. Promosi Kesehatan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka


Cipta.

Saryono, and Mekar Dwi Anggraeni. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif


Dalam Bidang Kesehatan. 2nd ed. Yogyakarta: Nuha Medika.

Sugiarto, Eko. 2015. Menyusun Proposal Penelitian Kualitatif Skripsi Dan Tesis.
Yogyakarta: Suaka Media.

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung:


Alfabeta.

Sunardi, Sunardi, and Faqih Ruhyanuddin. 2017. ―Perilaku Mencuci Tangan


Berdampak Pada Insiden Diare Pada Anak Usia Sekolah Di Kabupaten
Malang‖ 8 (1). http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/issue/view.

Susanto, Isman, and Nita Fitriana. 2015. ―Dukungan Orang Tua Dengan
Perilaku Cuic Tangan Dan Gosok Gigi Pada Anak Di TK ABA Kepiton,
Kulon Progo.‖ Journal Ners Dan Midwifery Indonesia 3 (1): 43–47.

World Health Organization. 2017. ―Diarrhoeal Disease.‖ n.d. WHO. Accessed


March 8, 2018. http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs330/en/.

WHO.2017. ―Soil-Transmitted Helminth Infections.‖ n.d. WHO. Accessed April


3, 2018. http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs366/en/.

World Health Organization, ed. 2009. WHO Guidelines on Hand Hygiene in


Health Care: First Global Patient Safety Challenge: Clean Care Is Safer
Care. Geneva, Switzerland: World Health Organization, Patient Safety.

53
L
A
M
P
I
R
A
N

54
JADWAL PENELITIAN
Judul : Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun Pada Anak Sekolah Dasar Di SD Inpres 1 Besusu Kota Palu
Nama : Puja Astutiningrum
Stambuk : N 201 14 073

No Kegiatan Januari Februari Maret April Mei Juni


I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III
1 Penyusunan Proposal
2 Penyusunan Instrumen
3 Ujian Proposal
4 Perbaikan Proposal
5 Pelaksanaan Penelitian
6 Pengumpulan Data
7 Pengolahan dan
Penyajian Data
8 Ujian Hasil Penelitian
9 Perbaikan
10 Ujian Skripsi
11 Perbaikan dan
Penyerahan Skripsi

55
PEDOMAN WAWANCARA

A. Pertanyaan untuk Informan Biasa

Nama Siswa :

Kelas/Umur :

Hari/tanggal Wawancara :

1. Pemahaman dan Pertimbangan

a. Pengetahuan

1) Apa yang anda ketahui tentang cuci tangan?

2) Apa yang anda ketahui mengenai langkah-langkah cuci tangan?

3) Kapan saja waktu yang tepat untuk mencuci tangan?

4) Apa akibat jika tidak mencuci tangan?

5) Apakah anda pernah mendapatkan pelajaran mengenai cuci

tangan?

b. Sikap

1) Bagaimana pendapat anda terkait perilaku cuci tangan pakai

sabun?

2) Menurut anda apakah pendidikan kesehatan terutama cuci tangan

pakai sabun wajib diketahui oleh semua siswa/siswi?

3) Apakah menurut anda mencuci tangan pakai sabun baik untuk

anda?

4) Apakah anda mau atau tidak mencuci tangan pada saat-saat kritis

mencuci tangan (sebelum dan sesudah makan, sebelum

memegang makanan, setelah buang air besar dan air kecil, setelha

56
menyentuh unggas/hewan peliharaan, setelah

bermain/berolahraga, sebelum mengobati luka, sebelum

melakukan kegiatan apapun yang memasukkan jari-jari ke dalam

mulut atau mata, setelah membuang ingus dan membuang

sampah, setelah memegang uang, setelah memegang sarana

umum, sebelum masuk kelas dan kantin)?

5) Apa yang anda rasakan ketika selesai mencuci tangan pakai

sabun?

6) Apakah menurut anda mencuci tangan pakai sabun

menguntungkan atau merugikan anda?

2. Personal Reference

1) Apakah guru memberikan pelajaran/pesan tentang kesehatan

terutama cuci tangan pada saat belajar?

2) Apakah ayah/ibu memberikan penjelasan tentang cuci tangan di

rumah?

3) Apakah guru sering memberikan contoh mencuci tangan di sekolah?

4) Apakah ayah/ibu memberikan contoh mencuci tangan di rumah?

5) Apakah anda mengikuti perilaku cuci tangan yang dilakukan oleh

guru dan orang tua?

6) Apakah anda ditegur oleh orang tua jika tidak mencuci tangan?

3. Sumber Daya

1) Di manakah anda biasanya mencuci tangan?

2) Apakah di sekolah/rumah tersedia tempat untuk mencuci tangan?

57
3) Apakah tempat tersebut digunakan?

4. Kebudayaan

1) Bagaimana kebiasaan mencuci tangan anda di rumah?

2) Apakah orang tua mengajarkan cara mencuci tangan di rumah?

3) Apakah kebiasaan mencuci tangan sudah diterapkan di rumah?

4) Apakah lingkungan sekitar anda mendukung/kondusif untuk kegiatan

cuci tangan pakai sabun?

58
B. Pertanyaan Untuk Informan Kunci

Nama :

Jabatan :

Hari/tanggal Wawancara :

1. Personal Reference

1) Bagaimana peran guru dalam penanaman perilaku cuci tangan pakai

sabun di sekolah ini?

2) Sejauh mana hubungan antara siswa dan guru di sekolah ini?

3) Apakah guru secara aktif memberikan contoh mengenai cuci tangan

pakai sabun pada siswa sekolah ini?

2. Sumber Daya

1) Adakah sarana penunjang kegiatan cuci tangan pakai sabun untuk

siswa sekolah ini?

2) Kalau tidak ada, apa kendala dalam pengadaan fasilitas tersebut?

3) Apakah siswa diajarkan untuk menggunakan sarana tersebut?

4) Apakah sarana tersebut berfungsi?

3. Kebudayaan

1) Adakah upaya lain yang dilakukan sekolah untuk menanamkan

kebiasaan cuci tangan pakai sabun pada siswa sekolah ini?

59
C. Pertanyaan Untuk Informan Tambahan

Nama :

Alamat :

Hari/tanggal Wawancara :

1. Pemahaman dan Pertimbangan

a. Pengetahuan

1) Apakah ada mata pelajaran mengenai kesehatan, terutama tentang

cuci tangan pakai sabun di sekolah?

2) Apakah bapak/ibu memberi pesan-pesan tentang kesehatan

terutama tentang cuci tangan pakai sabun di rumah?

b. Sikap

1) Bagaimana pendapat anda terkait perilaku cuci tangan pakai

sabun?

2) Apakah anda mendukung kegiatan cuci tangan pakai sabun?

2. Personal Reference

1) Bagaimana peran guru dalam menanamkan perilaku cuci tangan pakai

sabun di sekolah ini?

2) Bagaimana hubungan antara guru dan murid di sekolah ini?

3. Sumber Daya

1) Adakah sarana mencuci tangan di sekolah ini?

2) Apakah bapak/ibu menyediakan fasilitas untuk mencuci tangan di

rumah?

3) Apakah sarana tersebut digunakan?

60
LEMBAR OBSERVASI
SARANA CUCI TANGAN PAKAI SABUN DI SD INPRES 1 BESUSU
KOTA PALU

Hari/Tanggal :
Waktu :

NO. Hal Yang Diamati Ada Tidak Ada Keterangan


(Jumlah)
1. Wastafel

2. Kran

3. Sabun
4. Air
5. Handuk/Tissue

61
LEMBAR OBSERVASI
PERILAKU CUCI TANGAN PAKAI SABUN PADA ANAK SEKOLAH DI SD INPRES 1 BESUSU KOTA PALU

Hari/Tanggal :
Waktu :

NO. HAL YANG DIAMATI JUMLAH KETERANGAN


PERILAKU INDIKATOR (TOTAL)
cuci tangan hanya dengan air
1. Cuci tangan
cuci tangan dengan air dan
sabun

62

Anda mungkin juga menyukai