PROPOSAL
PUJA ASTUTININGRUM
N 201 14 073
1
DAFTAR ISI
PERSETUJUAN SEMINAR PROPOSAL ............................................................. ii
3
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
4
DAFTAR ARTI SIMBOL DAN SINGKATAN
Simbol/Singkatan ArtiSimbol/Singkatan
ASI Air Susu Ibu
5
DAFTAR LAMPIRAN
6
BAB I
PENDAHULUAN
2011).
Salah satu indikator dari Perilaku Hidup Bersih dan Sehat adalah Cuci
Tangan Pakai Sabun (CTPS). Cuci tangan pakai sabun adalah proses
pembuangan kotoran dan debu secara mekanis dari kulit tangan memakai sabun
dan air mengalir. Tujuannya adalah menghilangkan kotoran dan debu secara
sementara. Cuci tangan merupakan salah satu cara untuk menghindari penyakit
perlu dilatih pada anak. Jika sudah terbiasa mencuci tangan sehabis bermain atau
ketika akan makan maka diharapkan kebiasaan tersebut akan terbawa sampai tua
7
Kebersihan tangan penting di sekolah dasar untuk mencegah penyebaran
beberapa di antaranya mungkin perlu waktu lama cuti dari bekerja untuk
pencegahan yang efektif untuk diare, dan penyakit pernafasan. Infeksi parasit
usus sangat lazim di daerah terbatas sumber daya di dunia. Anak usia sekolah
sangat rentan terhadap infeksi parasit. Baik infeksi protozoa maupun cacing
pertumbuhan, malnutrisi, dan kinerja sekolah yang buruk. Strategi saat ini untuk
masalah, mengingat infeksi ulang sering terjadi di daerah di mana infeksi parasit
hingga kini masih tergolong rendah, indikasinya dapat terlihat dengan tingginya
8
prevalensi penyakit diare (Kementrian Kesehatan RI 2010). Artinya dorongan
kognitif bahwa sabun bermanfaat untuk membunuh bakteri atau kuman masih
sabun (CTPS) terbukti masih sangat rendah, tercatat rata-rata 12% masyarakat
hubungan antara cuci tangan dengan kejadian diare, semakin baik perilaku cuci
Setiap tahun diare membunuh sekitar 525.000 anak-anak di bawah usia lima
tahun. Secara keseluruhan, hampir 1,7 miliar kasus penyakit diare pada anak-
anak setiap tahunnya. Sebagian besar penyakit diare dapat dicegah melalui air
minum yang aman dan sanitasi dan kebersihan yang memadai (WHO, 2017).
laporan Dinas Kesehatan Kota Palu, selama tahun 2015 terdapat 6.925 kasus
diare, meninggal 3. Pada tahun 2016 meningkat tajam menjadi 7.457 dan
9
wilayah kerja Puskesmas Singgani terdapat di Kelurahan Besusu Barat dengan
jumlah kasus sebanyak 283. Hal ini tentu saja terjadi karena penyebab yang
beragam, salah satunya yaitu kebiasaan cuci tangan pakai sabun yang masih
sering diabaikan.
seluruh dunia. Angka infeksi kecacingan tinggi dipengaruhi oleh kebersihan diri,
Dinas Kesehatan Kota Palu, pada tahun 2015 terdapat 147 kasus kecacingan.
Pada tahun 2016, angka kejadian kecacingan menurun menjadi 21 kasus. Pada
10
pengetahuan responden dengan kategori baik sebesar 81,9%, sedangkan
pengetahuan responden dengan kategori cukup sebesar 18,1%. Hasil uji statistik
dengan uji Chi Square menunjukkan ada hubungan antara pengetahuan dengan
praktik CTPS.
atau objek. Manifestasi sikap itu tidak dapat dilihat secara langsung, tetapi hanya
dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap dapat
dihadapkan pada pilihan yang benar dan salah, karena sikap merupakan
pakai sabun dan air mengalir di SDN II Kota Karang Bandar Lampung.
Perilaku orang, terutama anak kecil lebih banyak dipengaruhi oleh orang
yang dianggap penting. Apabila seseorang itu dipercaya, maka apa yang
kesehatan siswa khususnya perilaku cuci tangan pakai sabun dapat terjadi
dengan adanya peran guru dan orang tua yang memberikan contoh dengan
11
Analisis yang dilakukan oleh Murwaningsih (2016), menunjukkan
siswa yang tidak mendapat peran guru sebanyak 27 orang (33,8%). Hasil
penerapan cuci tangan pakai sabun dan air mengalir di SDN II Kota Karang
Bandar Lampung.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Susanto dan Fitriana (2015), yang
tua mendukung terhadap perilaku cuci tangan anak yaitu 32 orang dibanding
yang tidak mendukung hanya 3 orang. Pada perilaku anak, sebagian besar anak
berperilaku baik dalam hal perilaku mencuci tangan yaitu 27 anak. Hasil
tangan pakai sabun di sekolah tentunya adalah sarana yang harus disediakan dan
dapat digunakan untuk pelaksanaan perilaku mencuci tangan pakai sabun secara
benar, meliputi tempat mencuci tangan mengalir, sabun dan handuk untuk lap
sebesar 73,6% sarana CTPS di sekolah lengkap sedangkan 26,4% masih kurang
lengkap sarana CTPS. Hasil analisis bivariat menunjukkan praktik cuci tangan
12
pakai sabun pada siswa SD yang kurang baik lebih banyak dijumpai pada
kelompok responden yang ketersediaan sarana CTPS yang kurang lengkap (52,9
%) sedangkan praktik cuci tangan pakai sabun pada siswa SD yang baik, lebih
banyak dijumpai kelompok responden tersedia sarana yang lengkap untuk CTPS
referensi, dan ketersediaan sumber daya. Perilaku yang normal adalah satu aspek
untuk melihat kebiasaan cuci tangan pakai sabun pada anak sekolah.
Inpres 1 Besusu dengan cara observasi diperoleh hasil bahwa sekolah belum
menyediakan fasilitas untuk mencuci tangan seperti kran air dan sabun. Hasil
petugas kesehatan dari Puskesmas Singgani. Hasil wawancara pada anak kelas
IV dan VI didapatkan sebanyak 30 orang siswa pernah menderita sakit perut dan
diare. Sebanyak 7 anak mengaku tidak mencuci tangan karena lupa, 2 anak
mengatakan hanya mencuci tangan jika tangan terlihat kotor dan sisanya
13
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk
menggali lebih dalam mengenai ―Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun pada Anak
masalah dari penelitian ini adalah bagaimana perilaku cuci tangan pakai sabun
1.3 Tujuan
mempengaruhi perilaku cuci tangan pakai sabun pada anak usia sekolah
b. Untuk mengetahui peranan guru dan orang tua terhadap perilaku cuci
Besusu.
Besusu.
14
1.4 Manfaat Penelitian
anak usia sekolah dasar terhadap perilaku cuci tangan pakai sabun.
15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) adalah upaya untuk memberikan
16
(empowerment). Masyarakat dapat mengenali dan mengatasi masalahnya
PHBS, praktik PHBS yang diukur adalah yang dijumpai di tatanan rumah
PHBS yaitu:
17
dan makan di rumah tangga, menggunakan jamban sehat (Stop Buang
jentik nyamuk, makan buah dan sayur setiap hari, melakukan aktivitas
18
d. PHBS di tempat umum
dengan membersihkan tangan dan jari jemari menggunakan air dan sabun
oleh manusia untuk menjadi bersih dan memutuskan mata rantai kuman.
Mencuci tangan dengan sabun dikenal juga sebagai salah satu upaya
satu orang ke orang lain, baik dengan kontak langsung ataupun kontak
19
tidak langsung (menggunakan permukaan-permukaan lain seperti handuk,
bakteri, virus, dan parasit pada orang lain yang tidak sadar bahwa dirinya
tangan.
4. Gosok punggung tangan dan sela-sela jari tangan kiri dengan tangan
7. Gosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman tangan kanan dan
sebaliknya.
20
10. Keringkan dengan handuk/tissue towel sekali pakai sampai benar-
benar kering.
(2011), dalam program PHBS waktu yang tepat untuk mencuci tangan
adalah:
e. Setelah bermain/berolahraga
21
2.2.4 Manfaat Mencuci Tangan
Mencuci tangan pakai sabun adalah salah satu cara paling efektif
penyebab utama kematian anak-anak. Setiap tahun, sebanyak 3,5 juta anak
penyakit diare dan ISPA. Mencuci tangan dengan sabun juga dapat
mencegah infeksi kulit, mata, cacing yang tinggal dalam usus, SARS, dan
sarung tangan, dan pelindung, bisa jadi lebih efektif untuk menahan
2014).
22
sabun (44%), penggunaan air olahan (39%), sanitasi (32%), pendidikan
kesehatan (28%), penyediaan air (25%), sumber air yang diolah (11%).
virus entrentik yang menjadi penyebab tidak hanya diare namun juga
tangan sebelum dan sesudah makan dan buang air besar/kecil, dapat
gejala panas tinggi disertai batuk berdahak, napas cepat (frekuensi nafas
>50 kali/menit), sesak, dan gejala lainnya (sakit kepala, gelisah dan
untuk kurun waktu 1 bulan atau kurang dan dalam kurun waktu 12
4. Infeksi cacing, infeksi mata dan penyakit kulit. Penelitian juga telah
23
penggunaan sabun dalam mencuci tangan mengurangi kejadian
Mencuci tangan dengan air saja lebih umum dilakukan, namun hal
karena lemak dan kotoran yang menempel akan terlepas saat tangan
2.3 Perilaku
aktivitas makhluk hidup yang bersangkutan. Aktivitas tersebut ada yang dapat
diamati secara langsung dan tidak langsung. Robert Kwick (1974) menyatakan
bahwa perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu orgnisme yang dapat
luar). Dengan demikian, perilaku manusia terjadi melalui proses respon, sehingga
teori ini disebut dengan teori Organisme Stimulus ―S-O-R‖. Selanjutnya, teori
24
1. Respondent respons atau refleksif, yakni respon yang ditimbulkan oleh
2. Operant respons atau instrumental respons, yakni respon yang timbul dan
memperkuat respon.
(stimulus) dari luar subjek tersebut. Respons ini berbentuk dua macam, yakni:
a. Bentuk pasif, adalah respons internal, yaitu yang terjadi di dalam diri manusia
dan tidak secara langsung dapat terlihat oleh orang lain, misalnya berpikir,
tanggapan atau sikap batin dan pengetahuan. Misalnya seorang ibu tahu
bahwa imunisasi itu dapat mencegah suatu penyakit tertentu meskipun ibu
contoh tersebut dilihat bahwa ibu telah tahu gunanya imunisasi meskipun
belum melakukannya secara konkret. Oleh sebab itu, perilaku ibu ini masih
b. Bentuk aktif, yaitu apabila perilaku itu jelas dapat diobesvasi secara langsung.
Misalnya pada contoh yang telah disebutkan, ibu telah membawa anaknya ke
25
puskesmas atau fasilitas kesehatan lain untuk imunisasi. Oleh karena itu
perilaku mereka ini sudah tampak dalam bentuk tindakan nyata maka disebut
overt behaviour.
faktor lain dari orang yang bersangkutan. Hal ini berarti meskipun
hasil bersama atua resultant antara berbagai faktor, baik faktor internal
26
(1908), seorang ahli psikologi pendidikan membagi perilaku manusia ke
27
samping faktor fasilitas, juga diperlukan faktor dukungan (support)
pokok.
28
positif terhadap kesehatan tidak selalu terwujud dalam suatu
tindakan nyata.
antara lain guru, alim ulama, kepala adat (suku), kepala desa dan
sebagainya.
29
sebelumnya. Perilaku yang normal adalah salah satu aspek dari
2.4 Perilaku dan Penelitian tentang Mencuci Tangan dengan Sabun di Dunia
dengan sabun itu secara luas diketahui untuk membersihkan tangan dari kuman
namun perilaku ini tidak otomatis dilakukan untuk tujuan tersebut (Kementrian
menunjukkan bahwa orang dewasa menginginkan tangan yang bersih atas dasar
Di Ghana, tercatat 25% dari seluruh kematian yang dialami oleh balita
diakibatkan oleh diare, penyakit ini juga menjadi tiga besar penyakit yang
diderita oleh anak-anak. Balita umumnya mengalami hingga lima kali diare
selama satu tahun dan jumlah yang kurang lebih sama dialami oleh penderita
penyakit infeksi pernapasan. Perhitungan ini berarti 9 juta kejadian diare dapat
Ghana adalah pengguna sabun yang aktif, mereka membeli banyak sabun untuk
piring dan mandi. Pada penelitian mendasar yang dilakukan di Ghana, 75% ibu
30
rumah tangga mengaku telah mencuci tangan mereka dengan sabun, namun
Beberapa alasan mengapa ibu-ibu ini menggunakan sabun karena mereka merasa
tangan terasa bersih dan segar setelah kotoran terlepas, mencuci tangan dengan
sabun juga merupakan salah satu cara untuk menunjukkan bahwa mereka
menyayangi anak mereka, dan pada saat yang sama meningkatkan status sosial
mereka. Kampanye mencuci tangan dengan sabun dimulai pada tahun 2003 di
Ghana melibatkan masyarakat dan pihak swasta (Procter & Gamble) dan pada
tahun 2007 menunjukkan 13% kenaikan perilaku mencuci tangan dengan sabun
setelah menggunakan toilet dan 41% kenaikan perilaku mencuci tangan dengan
1970, dimana masyarakat diajarkan untuk menggunakan MCK dan mandi dua
kali sehari. Lalu program ini dilanjutkan dengan memperkenalkan perilaku sehat
mencuci tangan dengan sabun untuk memutus mata rantai penularan penyakit
juga menjadi salah satu strategi nasional oleh Kementrian Kesehatan dengan
31
2.5 Tabel Sintesa
Karakteristik
No Peneliti Judul Temuan
(Tahun)
Subjek Instrumen Metode/
Desain
1. Le Thi Mengajar Empat Data kualitatif Penelitian Pengamatan dan data wawancara
Thanh Mencuci sekolah di dikumpulkan Kualitatif dari anak-anak menunjukkan
Xuan, Tangan komunitas dengan bahwa anak-anak terlihat tertarik
Thilde Dengan desa di wawancara semi dan senang dengan sesi CTPS
Rheinldaner Sabun Untuk Vietnam terstruktur dengan dimana guru menerapkan metode
, Luu Ngoc Anak-Anak anak-anak (15), pengajaran aktif termasuk
Hoat, Sekolah Di dan orang tua penghargaan, permainan dan
Daners Populasi mereka (15), demonstrasi CTPS. Semua anak,
Dalsgaard Multi Etnis diskusi kelompok guru sekolah dan orang tua juga
dan Di Pedesaan terarah (FGD) memandang intervensi CTPS
Flemming Utara dengan anak-anak sebagai sesuatu yang positif dan
Konradsen Vietnam sekolah (32) dan layak, terlepas dari etnisitas, jenis
(2013) staf sekolah (20) kelamin anak sekolah dan latar
dan pengamatan belakang guru sekolah. Namun,
yang perilaku beberapa hambatan yang terdapat
cuci tangan pakai dalam penerapan praktik CTPS di
sabun yang rumah yaitu penekanan terbatas
melibatkan 15 pada kebersihan dalam kurikulum
anak-anak standar sekolah, prioritas rendah
dan kurangnya waktu yang
diberikan pada metode pengajaran
praktis dan kurangnya panduan
32
Karakteristik
No Peneliti Judul Temuan
(Tahun)
Subjek Instrumen Metode/
Desain
mengenai CTPS. Akses ke sabun
dan air di tingkat rumah tangga
tampaknya tidak menjadi
penghalang bagi penerapan CTPS
namun akses terus menerus ke hal
ini mungkin merupakan tantangan
di sekolah-sekolah.
2. Eliana Perilaku Dan Sampel Penelitian ini Penelitian Siswa menunjukkan pengetahuan
Dantas da Persepsi terdiri dari menggunakan Kualitatif dan yang memadai mengenai pedoman
Costa, Praktik siswa yang teknik kualitatif Kuantitatif tentang praktik kebersihan tangan.
Glaucia Kebersihan terdaftar di yang disebut Namun, mereka menganggap
Maria Bovi Tangan Di Sekolah Collective prosedur sarung tangan mereka
Ambrosano, Kalangan Kedokteran Subject Discourse sebagai cara efektif untuk
Camila Siswa Gigi Umum, (CSD). menghindari infeksi silang, dan
Pinelli Kedokteran di Negara Wawancara semi menyebutkan infrastruktur yang
(2016) Gigi Bagian Sao terstruktur dicatat tidak memadai merusak kepatuhan
Paulo, Brasil dalam perekam mereka terhadap praktik
(n = 54) suara digital. kebersihan tangan. Siswa
Analisis data melaporkan bahwa sekolah
dilakukan dengan tersebut membimbing mereka
pendekatan quali- dengan baik dalam kaitannya
kuantitatif dengan dengan pengajaran praktik
bantuan kebersihan tangan, namun mereka
perangkat lunak menyatakan bahwa mereka tidak
33
Karakteristik
No Peneliti Judul Temuan
(Tahun)
Subjek Instrumen Metode/
Desain
Qualiquantisoft®. peduli dengan rekomendasi
tersebut.
3. SPRING Penggunaan melibatkan Pengumpulan Penelitian Studi kami memberikan bukti kuat
(Strengtheni Tippy Taps 61 rumah data melalui Kualitatif dan tentang penerimaan dan efektivitas
ng dan Praktek tangga observasi Kuantitatif penyadapan keran serta pendidikan
Partnership, Cuci Tangan dengan terstruktur di kebersihan dan sanitasi dalam 10
Result, dan di anggota wisma dan divisi Barisal dan Khulna di
Innovations Bangladesh perempuan wawancara Bangladesh. Di kelompok FNS, 93
in Nutrition Selatan, Studi yang baru terstruktur dengan persen rumah tangga memasang
Globally) Kualitatif saja lulus ibu dari rumah dua keran air pasang, biasanya
(2016) dari Sekolah tangga yang satu oleh jamban dan satu di dekat
Nutrisi Tani diamati. Kami dapur, dan beberapa memiliki tiga
SPRING menggunakan atau lebih. Secara umum, kami
sembilan wawancara menemukan pengetahuan dan
bulan dan 59 mendalam dengan praktik mencuci tangan yang lebih
rumah informan kunci baik di kelompok FNS daripada
tangga untuk kelompok non-FNS. Misalnya,
dengan mendapatkan pengamatan terstruktur
karakteristik informasi lebih menunjukkan bahwa mencuci
serupa pada lanjut mengenai tangan pada umumnya dan
rumah persepsi dan mencuci kedua tangan dengan
tangga penggunaan keran sabun lebih sering terjadi pada
peserta FNS tippy dan sumber semua titik kritis pada kelompok
namun tidak air lainnya. FNS. Pada sebagian besar kasus
34
Karakteristik
No Peneliti Judul Temuan
(Tahun)
Subjek Instrumen Metode/
Desain
berafiliasi (55 persen) ketika anggota rumah
dengan tangga FNS mencuci tangan,
proyek mereka menggunakan keran tippy,
tersebut. sementara tempat cuci tangan yang
Sebanyak 59 paling umum untuk peserta non-
rumah FNS adalah ember dan
tangga ini selongsong. Wawancara dengan
berfungsi ibu menunjukkan pengetahuan
sebagai yang lebih besar tentang mencuci
kelompok tangan di kelompok FNS daripada
pembdaning kelompok non-FNS. Kelompok
(non-FNS) FNS juga menunjukkan
pemahaman yang lebih besar
tentang kaitan antara mencuci
tangan dan mencegah diare.
4. Ana Nur Studi tujuh orang Pengumpulan Penelitian Program G21H CTPS
Faridazulfa Tentang serta seorang data diperoleh Kualitatif dengan dilaksanakan selama 21 hari
(2017) Keberhasilan informan melalui pendekatan berturut-turut tanpa putus untuk
Program triangulasi. wawancara fenomenologi membentuk kebiasaan sehat. Pola
Gerakan 21 khusus dilakukan sekolah dalam
Hari Cuci keberhasilan program gerakan 21
Tangan Pakai hari cuci tangan pakai sabun ini
Sabun (G21h adalah sosialisasi pada beberapa
Ctps) Di Sd organisasi seperti rapat PKK,
35
Karakteristik
No Peneliti Judul Temuan
(Tahun)
Subjek Instrumen Metode/
Desain
Negeri kelurahan, siaran RRI, siaran
Tunggulsari TATV, dan siaran langsung ke
2 Surakarta radio META. Tindak lanjut
dengan adanya keberhasilan itu
adalah setiap kamar mandi atau
WC ada sabun untuk cuci tangan.
5. Catherine Faktor-faktor Semua Pengumpulan Evaluasi proses Murid dan staf di sekolah
R. yang sekolah data dilakukan kualitatif dalam intervensi dan kontrol
Chittleboro Mempengaru dasar negeri dengan cara uji coba menunjukkan tingkat pemahaman
ugh, hi Perilaku (n = 613) diskusi terfokus terkontrol secara yang sama tentang bagaimana,
Alexdanra Mencuci dalam enam dengan siswa, acak kelompok kapan dan mengapa mereka harus
L. Tangan Di Otoritas wawancara mencuci tangan mereka.
Nicholson, Sekolah Lokal di dengan guru, Kurangnya waktu, pemodelan
Elaine Dasar: Barat Daya observasi orang dewasa yang buruk tentang
Basker, Evaluasi Inggris langsung dan mencuci tangan dan fasilitas yang
Sarah Bell, Proses Dalam diundang analisis. tidak menarik dipandang sebagai
dan Uji Coba untuk penghalang penting untuk mencuci
Rona Terkontrol berpartisipasi tangan secara teratur. Pengingat
Campbell Secara Acak dalam dan penjelasan untuk pentingnya
(2012) penelitian ini kebersihan tangan dianggap
memiliki dampak positif. Faktor
struktural, termasuk memiliki
waktu untuk mencuci tangan
dengan menggunakan fasilitas
36
Karakteristik
No Peneliti Judul Temuan
(Tahun)
Subjek Instrumen Metode/
Desain
bersih yang mudah diakses, dan
didorong melalui adanya peluang
mencuci tangan dalam rutinitas
sehari-hari dan mencuci tangan
dipandang sebagai norma sosial,
juga akan mempengaruhi perilaku
mencuci tangan.
6. Intan Perilaku Cuci Informan Instrumen yang Jenis penelitian Mencuci tangan sebelum dan sesudah
Silviana Tangan Pakai yang dipilih digunakan yaitu yang digunakan makan dilakukan oleh hampir semua
Mustikawati Sabun Studi dalam pedoman dalam penelitian informan rumah tangga, disusul
(2017) Kualitatif pada penelitian ini wawancara dan ini yaitu penelitian mencuci tangan sesudah BAB
Ibu-Ibu di adalah lima kualitatif. sesudah menceboki anak, dan tidak
lembar observasi
Kampung orang ibu satupun yang melakukannya sebelum
Nelayan rumah tangga menyusukan atau menyiapkan
Muara Angke yang memiliki makanan. Perilaku para informan
Jakarta Utara; anak berusia rumah tangga ini konsisten dengan
Studi di bawah lima pengetahuan tentang waktu-waktu
Kualitatif tahun (balita) kritis mencuci tangan yang menjadi
di kampung patokan Depkes. Temuan studi ini
nelayan memperlihatkan semua informan ibu
Muara Angke, rumah tangga bersikap positif
satu orang terhadap cuci tangan. Walaupun
koordinator demikian, sikap yang umum ini
nelayan di belum memunculkan perilaku
kampung mencuci tangan seperti yang
nelayan diharapkan, yakni pada lima waktu
37
Karakteristik
No Peneliti Judul Temuan
(Tahun)
Subjek Instrumen Metode/
Desain
Muara Angke kritis dan dengan cara yang benar.
tersebut, dan
satu orang
petugas di
bagian
promosi
kesehatan
Puskesmas
Muara Angke.
38
2.6 Kerangka Teori
Pemahaman dan
Pertimbangan
1. Pengetahuan
2. Sikap
1. Kepercayaan
2. Persepsi
3. Penilaian
Personal Reference
1. Guru Perilaku kesehatan
2. Peranan Orang Tua
Sumber Daya
1.
Fasilitas
1. Uang
2. Waktu
3. Tenaga
Kebudayaan
1. Kebiasaan
1. Nilai-nilai
2. Tradisi
Keterangan :
= Variabel yang Diteliti
= Variabel yang Tidak Diteliti
DEFINISI KONSEP
diketahui berkenan dengan hal, dalam hal ini berarti pengetahuan tentang cuci
tangan pakai sabun yang diperoleh melalui pelajaran atau pesan-pesan yang
disampaikan oleh guru dan orang tua. Sikap merupakan kesiapan untuk
terhadap objek. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan
tetapi merupakan reaksi tertutup. Sikap anak terhadap perilaku cuci tangan
pakai sabun dapat dilihat dari kemauan anak tersebut untuk melakukan
tindakan cuci tangan pakai sabun. Namun demikian, sikap terhadap suatu
objek, dalam hal ini cuci tangan pakai sabun, tidak selalu diikuti dengan
tindakan nyata.
sekolah dasar. Personal reference untuk anak sekolah yaitu orang tua dan
40
sumber daya, dalam hal ini fasilitas untuk mencuci tangan pakai sabun, dapat
mempengaruhi perilaku cuci tangan pakai sabun pada anak sekolah dasar.
penelitian ini adalah kebiasaan cuci tangan pakai sabun yang telah terbentuk
Pemahaman dan
Pertimbangan
1. Pengetahuan
2. Sikap
Personal Reference
1.Guru
Sumber Daya
1. Fasilitas
Kebudayaan
1. Kebiasaan
41
1. Pemahaman dan pertimbangan terwujud dari persepsi anak usia sekolah
dianalisis berdasarkan :
Sikap sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau dari orang lain
yang paling dekat. Sikap yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
orang yang dianggap penting atau dekat dengan anak. Untuk anak sekolah,
guru dan orang tua merupakan orang-orang tersebut. Hal ini dilihat dari
42
cuci tangan pakai sabun kepada anak-anak sehingga membentuk perilaku
43
BAB IV
METODE PENELITIAN
tentang perilaku mencuci tangan pada siswa sekolah dasar atau yang
tentang keadaan yang sebenarnya dari obyek yang akan diteliti. Jenis
studi kasus.
dan tempat, dan kasus yang dipelajari berupa program, peristiwa, aktivitas,
44
4.2 Lokasi dan waktu pelaksanaan
4.2.1 Lokasi
dengan selesai.
4.3 Informan
berdasarkan pada:
pakai sabun
45
3. Bersedia menjadi informan
Inpres 1 Besusu.
interaksi sosial yang diteliti. Dalam hal ini yang menjadi informan
1. Wawancara
46
Wawancara merupakan alat re-checking atau
lama.
2. Observasi
47
observasi memungkinkan peneliti untuk mengamati dari
48
kalimat (apabila tidak terlalu panjang) atau terpisah dalam paragraf
dalam penelitian ini yaitu peneliti sendiri sebagai instrumen kunci, yang
dilengkapi dengan alat tulis, alat perekam, kamera, pedoman wawancara dan
catatan lapangan.
banyak kelemahan ketika dilakukan secara terbuka dan apalagi tanpa kontrol.
dengan persoalan yang sama. Hal ini berarti peneliti bermaksud menguji
data yang diperoleh dari satu sumber (untuk dibandingkan) dengan data
dari sumber lain. Triangulasi sumber akan dilakukan pada informan kunci
49
tambahan yaitu teman-teman informan biasa yang berada di lingkungan
kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda, yang telah
50
51
DAFTAR PUSTAKA
Ardhiyanti, Yulrina, Risa Pitriani, and Ika Putri Damayanti. 2014. Panduan
Lengkap Keterampilan Dasar Kebidanan I. 1st ed. Yogyakarta: Deepublish.
Kartini, Sri. 2016. “Kejadian Kecacingan Pada Siswa Sekolah Dasar Negeri
Kecamatan Rumbai Pesisir Pekanbar.” Jurnal Kesehatan Komunitas
(Journal Of Community Health) volume 3 (May): 53–59.
https://doi.org/10.25311/jkk.Vol3.Iss2.102.
———. 2011. Pedoman Pembinaan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat. Jakarta:
Kementrian Kesehatan RI.
52
Murwaningsih, Sri. 2016. ―Penerapan Cuci Tangan Pakai Sabun Di SDN II
Kota Karang Bandar Lampung.‖ Jurnal Kesehatan 7 (1): 148–55.
https://doi.org/10.26630/jk.v7i1.132.
Mustikawati, Intan Silviana. 2017. ―Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun Studi
Kualitatif Pada Ibu-Ibu Di Kampung Nelayan Muara Angke Jakarta Utara;
Studi Kualitatif.‖ Arsip Kesehatan Masyarakat 2 (1): 115–25.
Sugiarto, Eko. 2015. Menyusun Proposal Penelitian Kualitatif Skripsi Dan Tesis.
Yogyakarta: Suaka Media.
Susanto, Isman, and Nita Fitriana. 2015. ―Dukungan Orang Tua Dengan
Perilaku Cuic Tangan Dan Gosok Gigi Pada Anak Di TK ABA Kepiton,
Kulon Progo.‖ Journal Ners Dan Midwifery Indonesia 3 (1): 43–47.
53
L
A
M
P
I
R
A
N
54
JADWAL PENELITIAN
Judul : Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun Pada Anak Sekolah Dasar Di SD Inpres 1 Besusu Kota Palu
Nama : Puja Astutiningrum
Stambuk : N 201 14 073
55
PEDOMAN WAWANCARA
Nama Siswa :
Kelas/Umur :
Hari/tanggal Wawancara :
a. Pengetahuan
tangan?
b. Sikap
sabun?
anda?
4) Apakah anda mau atau tidak mencuci tangan pada saat-saat kritis
memegang makanan, setelah buang air besar dan air kecil, setelha
56
menyentuh unggas/hewan peliharaan, setelah
sabun?
2. Personal Reference
rumah?
6) Apakah anda ditegur oleh orang tua jika tidak mencuci tangan?
3. Sumber Daya
57
3) Apakah tempat tersebut digunakan?
4. Kebudayaan
58
B. Pertanyaan Untuk Informan Kunci
Nama :
Jabatan :
Hari/tanggal Wawancara :
1. Personal Reference
2. Sumber Daya
3. Kebudayaan
59
C. Pertanyaan Untuk Informan Tambahan
Nama :
Alamat :
Hari/tanggal Wawancara :
a. Pengetahuan
b. Sikap
sabun?
2. Personal Reference
3. Sumber Daya
rumah?
60
LEMBAR OBSERVASI
SARANA CUCI TANGAN PAKAI SABUN DI SD INPRES 1 BESUSU
KOTA PALU
Hari/Tanggal :
Waktu :
2. Kran
3. Sabun
4. Air
5. Handuk/Tissue
61
LEMBAR OBSERVASI
PERILAKU CUCI TANGAN PAKAI SABUN PADA ANAK SEKOLAH DI SD INPRES 1 BESUSU KOTA PALU
Hari/Tanggal :
Waktu :
62