Anda di halaman 1dari 46

LAPORAN PENGABDIAN MASYARAKAT

“EFEKTIVITAS PENDIDIKAN KELUARGA TERHADAP KETERATURAN


BEROBAT PADA PENDERITA SKIZOFRENIA”

DISUSUN OLEH TIM :

Ns. Edo Gusdiansyah, S.Kep, M. Kep. 1006088803


Ns. Welly, M.Kep 1007118901
Ns. Amelia Susanti, M.Kep, Sp.Kep.J 1029108505
Widya Rahma Syari 1610105041
Nadila Audina Amri 1610105068

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ALIFAH


TAHUN 2020
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN PENGABDIAN MASYARAKAT

1. Mitra Program : Puskesmas Nanggalo Padang


2. Ketua Tim Pengusul
a. Nama : Ns. Edo Gusdiansyah, S.Kep., M.Kep.
b. NIDN : 1006088803
c. Jabatan/ Golongan : Tenaga Pengajar
d. Jurusan/ Fakultas : Keperawatan
e. Perguruan Tinggi : STIKes Alifah Padang
f. Bidang Keahlian : Keperawatan
g. Alamat Kantor/Telp/Faks/Email : Jln.Khatib Sulaiman No.52 B Padang
h. Jumlah Anggota : Dosen 1 orang
i. Nama Anggota/ Bidang keahlian :.
1. Anggota 1 : Ns. Welly, M.Kep/ Keperawatan
2. Anggota 2 : Ns. Amelia Sausanti, M.Kep, Sp. Kep. J/
Keperawatan
j. Mahasiswa Yang Terlibat : 2 orang
3. Lokasi Kegiatan Mitra
a. Wilayah Mitra : Puskesmas nanggalo Padang
b. Kabupaten/ Kota : Padang
c. Propinsi : Sumatera Barat
d. Jarak PT Ke Lokasi Mitra (Km) : 5,4 KM
4. Luaran Yang Dihasilkan : Meningkatnya pengetahuan keluarga tentang
keteraturan berobat
5. Jangka Waktu Pelaksanaan : 1 bulan
6. Biaya Total : Rp 1.000.000,
7. Sumber Dana : Yayasan Pendidikan Alifah Nur Ikhlas
Padang
Padang, Juli 2020
Mengetahui
Ketua UPPM Ketua Tim Pengusul

Ns.Rebbi Permata Sari,S.Kep, M.Kep Ns. Edo Gusdiansyah, S.Kep, M.Kep


NIDN. 1029068803 NIDN. 1006088803

Menyetujui
Ketua STIKes Alifah

Ns.Revi Neini Ikbal, S.Kep M.Kep


NIDN. 1001118602
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan berkat dan

rahmat sehingga tim dapat menyelesaikan laporan pengabdian masyarakat ini tepat waktu

dengan judul Efektivitas Pendidikan Keluarga Terhadap Keteraturan Berobat Pada Pasien

Skizofrenia di Puseksmas Nanggalo Padang

Pada kesempatan ini tim ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada lembaga

UPPM STIKes Alifah Padang dan Yayasan Pendidikan Alifah Nur Ikhlas Padang yang

telah memberikan kesempatan dan Bantuan Dana kepada kami untuk melakukan

pengabdian masyarakat.

Kami tim pengabdian masyarakat telah berusaha menyempurnakan laporan ini,

namun sebagai manusia kami pun menyadari akan keterbatasan maupun kekhilafan dan

kesalahan kami. Semoga proposal ini bermanfaat untuk semua dosen dan mahasiswa

STIKes Alifah Padang.

Padang, 11 Februari 2020

Tim Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) adalah seseorang yang mengalami

gangguan pikiran, perilaku dan perasaan yang dimanifestasikan dalam bentuk

sindrom dan atau perubahan perilaku yang bermakna, serta dapat menimbulkan

hambatan bagi klien dalam menjalankan fungsi sebagai manusia (UU Kesehatan No.

18 tahun 2014). Kesehatan jiwa adalah suatu keadaan sejahtera dikaitkan dengan

kebahagian, kegembiraan, kepuasan, pencapaian, optisme, atau harapan. Beberapa

pendapat menyatakan bahwa kesehatan jiwa bukanlah konsep yang sederhana atau

hanya tentang satu aspek dari perilaku (Keliat, B.A & Pasaribu, 2016). Gangguan

jiwa adalah sindrom atau pola prilaku yang secara klinis bermakna yang

berhubungan dengan distres atau penderitaan dan menimbulkan hendaya (prilaku

menyimpang) pada satu atau lebih fungsi kehidupan manusia (Budi Anna Keliat,

dkk 2011).

Masalah kesehatan jiwa secara global, prevalensi gangguan jiwa selalu

meningkat dari tahun ke tahun, Menurut WHO menyebutkan tidak kurang dari 450

juta gangguan jiwa di temukan di dunia (Gemari, 2015). Munculnya masalah

gangguan jiwa di sebabkan oleh perubahan pola lingkungan, perilaku dan akibat

kondisi biologik individu, individu yang rentantersebut apabila dikenai stress

psikososial seperti masalah dalam keluarga,status ekonomi yang rendah, gagal


dalam mencapai cita-cita, konflik yang berlarut-larut, kematian keluarga yang di

cintai dapat menjadi salah satu menyebabkan gangguan jiwa, salah satunya yaitu

penyakit gangguan jiwa berat yaitu skizofrenia (Erlian, dkk, 2016).

Klien dengan skizofrenia memerlukan perlakuan yang tepat, agar gejala yang

dialami tidak memburuk. Skizofrenia adalah gangguan mental kronis yang

menyebabkan penderitanya mengalami delusi, halusinasi, pikiran kacau, dan

perubahan perilaku. Karakteristik skizofrenia berupa adanya delusi, halusinasi, cara

bicara yang tidak teratur, sikap yang tidak beraturan dan gejala negative lainnya

seperti kurangnya antusiasme, kurangnya keperdulian terhadap lingkungan sekitar

dan gangguan kemampuan bicara (Keliat, 2011). Kondisi yang biasanya berlangsung

lama ini sering diartikan sebagai gangguan mental mengingat sulitnya penderita

membedakan antara kenyataan dengan pikiran sendiri hal ini mencerminkan

disfungsi psikobiologis dan bukan sebagai akibat dari penyimpangan sosial atau

konflik dengan masyarakat (Keliat, B.A& Pasaribu, 2016). Skizofrenia bersifat

kronis dialami dalam waktu yang lama dan sebagian besar dialami seumur hidup dan

kambuh, umumnya kekambuhan dikenal sebagai berulangnya kondisi sakit atau

memburuknya gejala (Kazadi et al, 2013).

Kekambuhan dapat terjadi akibat ketidakteraturan penderita dalam berobat.

Ketidakteraturan berobat merupakan perilaku penderita untuk menyelesaikan

pengobatan sesuai dengan jadwal dan tepat waktu. Green(1980) dalam Notoadmodjo

(2007) mengidentifikasikan tiga faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan yaitu

faktor predisposisi, faktor pemungkiman, faktor penguat. Yang termasuk faktor

predisposisi antara lain pengetahuan, sikap, keyakinan, nilai persepsi. Yang


termasuk faktor pemungkiman adalah ketersedian sumber daya, keterjangkauan

petugas dan rujukan. Sedangkan yang termasuk faktor penguat antara lain sikap dan

perilaku petugas kesehatan dan petugas lainnya, majikan, dan orang tua

(Notoadmodjo, 2007).

Dampak dari ketidakteraturan berobat mengakibatkan masalah baru pada

pasien skizofrenia yaitu pasien lebih mudah jatuh ke dalam kondisi relaps dan

kekambuhan fase psikosis yang lebih buruk, keluar masuk rumah sakit berulang kali,

serta peningkatan beban sosial dan ekonomi bagi keluarga pasien (Kazadi et al,

2013). Dampak skizofrenia bagi klien adalah klien kurang semangat, klien sering

mengasingkan diri dari lingkungan, berkata kata tidak wajar (kotor), klien sering

mengamuk dan potensi bunuh diri (Arie Mega Partiwi: Minggu, 2019). Dampak

skizofrenia bagi keluarga antara lain keluarga mengalami beban dalam merawat

anggota keluarga yang menderita skizofrenia, beban tersebut berupa keuangan,

gangguan kegiatan keluarga, gangguan rekreasi keluarga, gangguan interaksi

keluarga, efek pada kesehatan fisik dan mental. Penderita yang sakit tidak

melakukan kegiatan seperti bekerja, sekolah dan juga membantu keluarga. Sehinga

keluarga banyak menghabiskan waktu untuk mengurus anggota yang sakit, biaya

untuk pengobatan (Maglino, 2006). Kekambuhan tersebut dapat dicegah dengan

keteraturan berobat, ketidak teraturan berobat merupakan masalah prilaku.

Perilaku adalah merupakan keseluruhan (totalitas) pemahaman dan aktivitas

seseorang yang merupakan hasil bersama antara faktor internal dan eksternal

(Notoatmodjo, 2010). Dalam perkembangan bloom ada tiga perilaku yaitu

pengetahuan, sikap dan tindakan. Pengetahuan merupakan hasil dari melakukan


penginderaan terhadap suatu objek tertentu dan penginderaan terjadi melalui panca

indera manusia yakni indera pengelihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba

(Notoatmodjo, 2010). Pengetahuan keluarga tentang perawatan sangatpenting karena

keluarga mempunyai pengetahuan yang luas akan mudah memperoleh informasi

untuk pasien gangguan jiwa Skizofrenia dalam perawatan. Makin tinggi pengetahuan

seseorang makin mudah menerima informasi, sehingga makin banyak pula

pengetahuan yang dimiliki sebaliknya pendidikan yang rendah akan menghambat

keteraturan klien dalam berobat(Suryati, 2008). Pendidikan yang rendah akan

menghambat sikap seseorang terhadap nilai baru yang diperkenalkannya. Menurut,

Notoatmodjo (2010). Sikap merupakan kesiapan atau kesedian untuk bertindak dan

bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu

tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu prilaku.

Perbedaan sikap seseorang memberikan tindikasi bahwa sikap positif akan

memberikan kontruksi terhadap perilaku positif pada objek yang dikenai perilaku

tersebut (Azwar, 2005). Dalam hal ini apabila seorang keluarga memiliki sikap

menerima (bersedia memperhatikan stimulus) kemudian merespon terhadap apa

yang diketahui tentang pentingnya memberikan dukungan, sehinga bila sikap positif

secaraterus menerus maka keluarga dengan motivasi dalam memberikan dukungan

terhadap klien gangguan jiwa rendah bisa menjadi sedang bahkan bisa menjadi

tinggi (Utami dan Marlyn, 2004).Menurut (Notoatmodjo, 2010) Tindakan adalah

aturan yang dilakukan, melakukan atau mengadakan aturan-aturan untuk mengatasi

sesuatu atau perbuatan. Tindakan nampak menjadi lebih konsisten, serasi, sesuai

dengan sikap (Purwanto, 1999).


Berdasarkan data dari World Health Organisasi (WHO, 2013). Ada sekitar

450 juta orang dewasa yang secara global mengalami gangguan jiwa. Gangguan jiwa

penduduk dunia seiring laju moderenisasi semakin meningkat, data dari WHO tahun

2000 memperoleh angka gangguan jiwa yang semula 12 % meningkat menjadi 13%

di tahun 2001 dan 15 % padatahun 2015. Berdasarkan hasil penelitian dari Rudi

Maslim dalam Mubarta (2011) prevalensi masalah kesehatan jiwa di Indonesia

sebesar 6,55%. Angka tersebut tergolong sedang dibandingkan dengan negara

lainnya. Data dari 33Rumah Sakit Jiwa ( RSJ ) yang ada di seluruh Indonesia

menyebutkan hingga kini jumlah penderita gangguan jiwa berat mencapai 2,5 juta

orang. Penderita gangguan jiwa berat dengan usia di atas 15 tahun di Indonesia

mencapai 0,46%. Hal ini berarti terdapat lebih dari 1 juta jiwa di Indonesia yang

menderita gangguan jiwa berat. Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa11,6%

penduduk Indonesia mengalami masalah gangguan mental emosional (Riset

kesehatan dasar, 2007). Sedangkan pada tahun 2013 jumlah penderita gangguan jiwa

mencapai 1,7 juta (Riskesdas, 2013 ).Data di Provinsi Sumatera Barat, prevalensi

gangguan jiwa skizofrenia sebesar 1,9 permil (17,7%), yang artinya diatas prevalensi

nasional yaitu (6,0%) (Riskesdas, 2013).

Sedangkan data dari poliklinik jiwa RSJ.HB.Sa’anin Padang sebagai rumah

sakit rujukan di provinsi Sumatera Barat, angka kunjungan perbulan pasien rawat

jalan skizofrenia di Sumatera Barat mengalami peningkatan dan penurunan yaitu

terhitung dari bulan September 2019 sebanyak 1140 orang, Oktober 2019 sebanyak

1288 orang, November 2019 sebanyak 1120 orang, dan Desember 2019 sebanyak

1393 orang, Kemudian pada awal tahun 2020 angka kunjungan di bulan Januari
sebanyak 1183 orang dan bulan Februari sebanyak 1216 orang kunjungan ke Unit

Pelayanan Jiwa (UPJA) RSJ. Prof. Hb.Sa’anin Padang. Data dari Dinas Kesehatan

Kota (DKK) Padang tahun 2020 terdapat tiga puskesmas dengan kunjungan

gangguan jiwa (skizofrenia) tertinggi yaitu Puskesmas Lubuk Buaya sebanyak 754

orang, sedangkan Puskesmas Air Dingin sebanyak 689 dan Puskesmas Andalas

sebanyak 506 orang. Sedangkan yang terjadi peningkatan kunjungan dengan

gangguan jiwa skizofrenia yang signifikan di tahun 2019 yaitu Puskesmas Nanggalo.

Berdasarkan data dari Puskesmas Nanggalo di dapatkan kunjungan pasien

berobat pada tahun 2019 sebanyak 1569 orang, laki-laki sebanyak 951 orang dan

perempuan sebanyak 618 orang. Pada tahun 2018 kunjungan pasien berobat

sebanyak 983 orang, laki-laki sebanyak 586 orangdan perempuan sebanyak 397

orang. Berdasarkan data base klien gangguan jiwa (Skizofrenia) keluarga yang

memiliki anggota keluarga dengan skizofrenia sebanyak 98 orang. Berdasarkan

survey awal yang peneliti lakukan pada tanggal 4 Mei 2020 di Wilayah Kerja

Puskesmas Nanggalo Padang yang dilakukan dengan teknik wawancara terhadap 10

keluarga yang memiliki anggota skizofrenia didapatkan yaitu 7 dari 10 anggota

keluarga tidak teratur dalam berobat, saat di wawancarai keluarga mengatakan tidak

mengerti efek samping jika terputus berobat, 5 dari 7 keluarga mengatakan terlambat

dalam pengambilan obat karna sibuk bekerja.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka diperlukan upaya untuk

meningkatkan pengetahuan keluarga terhadap keteraturan berobat anggota

keluarganya sehingga tidak mengalami kekambuhan yaitu dengan penyuluhan.


B. Perumusan Masalah

Dari pengamatan dan wawancara yang dilakukan dengan perawat dan keluarga

yang ada di puskesmas nanggalo, didapatkan beberapa permasalahan sebagai

berikut :

a. Kurangnya pengetahuan keluarga terhadap pentingnya berobat

b. Kurang pengetahuan keluarga cara merawat anggota keluarganya

c. Kurangnya pengetahuan keluarga terhadap kontrol anggota keluarga yang

mengalami skizofrenia

d. Banyaknya masyarakat yang mengalami skizofrenia.

C. Tujuan Kegiatan

1. Tujuan Umum

Setelah mengikuti kegiatan sosialisasi pendidikan kesehatan dan

menerima leaflet ini diharapkan keluarga dan anggota patuh kontrol dan

minum obat sehingga menurunkan angka kekambuhan.

2. Tujuan Khusus

a. Sebagai bentuk Tri Dharma Perguruan Tinggi STIKes Alifah Padang

b. Keluarga memahami tentang pentingnya minum obat

c. Keluarga memahami pentingnya anggota keluarga kontrol ke

pelayanan kesehatan

d. Keluarga mengetahui dampak tidak teratur minum obat

e. Keluarga lebih memahami upaya pencegahan skizifrenia


f. Keluarga bisa mengaplikasikan kepada anggota keluarga

D. Manfaat Kegiatan

Setelah kegiatan pengabdian masyarakat ini dilakukan, keluarga lebih

mengetahui tentang pentingnya minum obat dan dampak kalau tidak minum

obat pada anggota keluarganya dengan skizofrenia.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Kesehatan Jiwa

2.1.1 Konsep kesehatan jiwa (Skizofrenia)

Kesehatan jiwa adalah berbagai karakteristik positif yang mengambarkan

keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan

kepribadiannya (Direja, 2014). Kesehatan jiwa adalah sindrom atau pola prilaku

yang secara klinis bermakna yang berhubungan dengan distres atau penderitaan

dan menimbulkan hendaya pada satu atau lebih fungsi kehidupan manusia

(Keliat, dkk, 2011).

Kesehatan jiwa adalah kondisi seseorang yang terus tumbuh berkembang

dan mempertahankan keselarasan dalam pengendalian diri, terbebas dari stres

yang serius serta ampu berinteraksi dengan lingkungan untuk mencapai

kesejahteraan dan perkembangan yang optimal (Yosep, 2010).

2.1.2 Pengertian Skizofrenia

Skizofrenia (schizophrenia) adalah gangguan yang terjadi pada fungsi

otak. Menurut Nancy Andreasen (2008) dalam Broken Brain, The Biological

Revolution in Psychiatry, bahwa bukti-bukti terkini tentang serangan skizofrenia

merupakan suatu hal yang melibatkan banyak sekali faktor. Faktor-faktor itu

meliputi perubahan struktur fisik otak, perubahan struktur kimia otak, dan faktor

genetik. Melinda Herman (2008) dalam Direja (2011), mendefinisikan


skizofrenia sebagai penyakit neurologis yang memengaruhi persepsi klien, cara

berfikir, bahasa, emosi, dan perilaku sosialnya.

2.1.3 Faktor Penyebab Skizofrenia


Etiologi skizofrenia menurut (Isaacs, 2009) sebagai berikut :

1. Pertimbangan umum

Penyebab pasti skizofrenia masih belum jelas. Konsesnus umum saat ini

adalah bahwa gangguan ini disebabkan oleh interaksi yang komplek antara

berbagai faktor.

2. Predisposisi genetika

Meskipun genetika merupakan faktor yang signifikan, belum ada penanda

genetika tunggal yang diidentifikasi. Kemungkinan melibatkan berbagai gen.

Penelitian yang dilakukan Isaacs (2009) telah berfokus pada kromosom 6, 12,

18 dan 22. Resiko terjangkit skizofrenia bila gangguan ini ada dalam keluarga

adalah sebagai berikut:

a. Satu orang tua yang terkena: risiko 12% sampai 15%

b. Kedua orang tua terkena: risiko 35% sampai 39%

c. Saudara kandung yang terkena : risiko 8% sampai 10%

d. Kembar dizigotik yang terkena : risiko 15%

e. Kembar monozigotik yang terkena : risiko 50%

3. Abnormalitas perkembangan saraf

Penelitian yang dilakukan oleh Isaacs (2009) menunjukkan bahwa malformasi

jenis ini yang terjadi awal gestasi berperan dalammanifestasi akhir dari
skizofrenia. Faktor-faktor yang terdapat mempengaruhi perkembangan saraf

dan diidentifikasi sebagai resiko

4. Abnormalitas struktur otak

Pada beberapa subkelompok penderita skizofrenia, teknik pencitraan otak

Connecticut (CT), Magnetic Resonance Imaging (MRI),Positron Emission

Tomography (PET) telah menunjukan adanya abnormalitas pada struktur

otak.

5. Ketidak seimbangan neurokimia (Neurotransmiter)

a. Dulu penelitian berfokus pada hipotesis dopamin, yang menyatakan

bahwa aktifitas dopamin yang berlebihan dibagian kortikal otak, berkaitan

dengan gejala positif dari skizofrenia

b. Penelitian terbaru menunjukan pentingnya neurotransmiter lain, termasuk

sertonim, neropinerfin, glutamat dan GABA

6. Proses psikososial

Proses psikososial adalah setiap perubahan dalam kehidupan individu, baik

yang bersifat psikologik maupun sosial yang mempunyai pengaruh timbal

balik. Berikut beberapa teori yang dijelaskan oleh para ahli tentang proses

psikososial.

a. Teori perkembangan. Ahli teori seperti Freud, Sullivan dan Erikson

mengemukakan bahwa kurangnya perhatian yang hangat dan penuh kasih

sayang di tahun-tahun awal kehidupan berperan dalam menyebabkan

kurangnya identitas diri, salah interprestasi terhadap realitas, dan menarik

diri dari hubungan pada penderita skizofrenia.


b. Teori keluarga. Teori-teori yang berkaitan dengan peran keluarga dalam

munculnya skizofrenia belum divalidasi dengan penelitian. Bagian fungsi

keluarga yang telah diimplikasikan dalam peningkatan angka kekambuhan

individu dengan skizofrenia adalah sangat mengekspresikan emosi HEE

(High Expressed Emotion).

c. Status sosial ekonomi. Hasil penelitian (Isaacs, 2009) yang konsisten

adalah hubungan yang kuat antara skizofrenia dan status ekonomiyang

rendah.

d. Model kerentanan stres. Model intraksional yang menyatakan bahwa

penderita skizofrenia mempunyai keretanan genetik dan biologic terhadap

skizofrenia. Kerentanan ini, bila disertai dengan pejananstressor

kehidupan, dapat menimbulkan gejala-gejala pada individu tersebut.

2.1.4 Tanda dan Gejala Skizofrenia


Menurut Bleurer dalam (Hawari, 2009) gejala skizofrenia dibagi menjadi dua,

yaitu gejala positif dan gejala negatif.

1. Gejala Positif

Halusinasi selalu terjadi saat ransangan terlalu kuat dan otak tidak

mampu menginterpretasikan dan otak tidak mampu merespon pesan dan

ransangan yang datang. Klien skizofrenia mungkin mendengar suara-suara

atau melihat sesuatu yang sebenarnya tidak ada, atau mengalami suatu sensasi

yang tidak bisa pada tubuhnya. Auditory hallucination,gejala yang biasanya

timbul yaitu klien merasakan ada suara dalam dirinya. Kadang suara itu
dirasakan menyejukkan hati, memberi kedamaian tetapi kadang suara itu

menyuruhnya melakukan sesuatu yang sangat berbahaya, seperti bunuh diri,

dan perilaku kekerasan.

Penyesatan fikiran atau (delusi) adalah kepercayaan yang kuat dalam

menginterpretasikan sesuatu yang kadang berlawanan dengan kenyataan.

Beberapa penderita skizofrenia berubah menjadi paranoid. Mereka selalu

merasa sedang diamat-amati, diintai atau hendak diserang. Kegagalan berfikir

mengarah pada masalah dimana klien skizofrenia tidak mampu memproses

atau mengatur fikirannya.Kebanyakan klien tidak mampu memahami

hubungan antara kenyataandan logika. Karena klien skizofrenia tidak mampu

mengatur fikirannya membuat mereka berbicara sembarangan dan tidak bisa

ditangkap secara logika. Gangguan berfikir mengakibatkan ketidakmampuan

mengendalikan emosi dan perasaan. Hasilnya, kadang penderita skizofrenia

tertawa atau berbicara sendiri dengan keras tanpa mempedulikan

sekelilingnya. Semua itu membuat klien skizofrenia tidak bisa memahami

siapa dirinya, tidak berpakaian, dan tidak bisa mengerti apa itu manusia.

Diajuga tidak mengerti kapan dia lahir, dimana dia berada, dan sebagainya.

2. Gejala Negatif

Klien skizofrenia kehilangan motivasi dan simpati berarti kehilangan

energi dan minat dalam hidup yang membuat klien menjadi orang yang malas

karena klien skizofrenia hanya memiliki energi yangsedikit, mereka tidak bisa

melakukan hal-hal yang lain selain tidur dan makan. Perasaan yang timbul

membuat emosi klien skizofrenia menjadi datar. Klien skizofrenia tidak


mempunyai ekspresi baik dari raut muka maupun gerakan tangannya, seakan-

akan dia tidak memiliki emosi apapun. Tetapi ini tidak berarti bahwa klien

skizofrenia tidak bisa merasakan perasaan apapun. Mereka mungkin bisa

menerima pemberian dan perhatian orang lain tetapi tidak bisa

mengekspresikan perasaan mereka.

Depresi yang tidak mengenal perasaan ingin ditolong dan berharap,

selalu menjadi bagian hidup klien skizofrenia. Mereka tidak bisa memiliki

perilaku yang menyimpang, tidak bisa membina hubungan relasi dengan yang

lain dan tidak mengenal cinta. Perasaan depresia dalah sesuatu yang sangat

menyakitkan. Disamping itu, perubahan otak secara biologi juga memberi adil

dalam depresi. Depresi yang berkelanjutan akan membuat klien skizofrenia

menarik diri dari lingkungannya. Mereka selalu merasa aman bila sendirian.

Dalam beberapa kasus skizofrenia menyerang manusia usia muda antara 15

hingga 30 tahun, tetapi sekarang kebanyakan terjadi pada usia 40 tahun ke

atas. Skizofrenia bisa menyerang siapa saja tanpa mengenal jenis kelamin, ras

maupun tingkat sosial ekonomi. Diperkirakan penderita skizofrenia sebanyak

1% dari manusia yang ada di bumi (Herman SuryaDireja, 2014).

2.1.5 Tipe-tipe Skizofrenia


Berdasarkan definisi dari kriteria diagnostic tersebut, skizofrenia didalam DSM-

IV dapat dikelompokkan menjadi beberapa subtype, yaitu (Ekoprabowo, 2011):

1. Skizofrenia Paranoid

Tipe skizofrenia yang memenuhi kriteria sebagai berikut:

a. Preokupasi dengan satu atau lebih delusi atau halusinasi dengar yang

menonjol secara berulang-ulang.

b. Tidak ada yang menonjol dari berbagai keadaan berikut ini:

Pembicaraan yang tidak terorganisasi, prilaku yang tidak terorganisasi,

perilaku yang tidak terorganisasi atau katatonik atau efek yang datar atau

tidak sesuai.

2. Skizofrenia Terdisorganisasi

Tipe skizofrenia yang memenuhi kriteria sebagai berikut:

Dibawah ini semuanya menonjol, Pembicaraan yang tidak terorganisasi,

Perilaku yang tidak terorganisasi, Afek yang datar atau tidak sesuai, Tidak

memenuhi kriteria untuk tipe katatonik

3. Skizofrenia Katatonik

4. Skizofrenia Tidak Tergolongkan

5. Skizofrenia Residual

2.1.6 Penatalaksanaan Skizofrenia

Penatalaksanan pada pasien skizofrenia dapat berupa terapi biologis dan terapi

psikososial.

1. Terapi Biologis
Pada penatalaksanaan terapi biologis terdapat tiga bagian yaitu terapi

dengan menggunakan obat anti psikosis, terapi elektrokonvulsif, dan terapi

pembedahan bagian otak. Terapi dengan penggunaan obat anti psikosis dapat

meredakan gejala-gejala skizofrenia. Obat yangdigunakan adalah

chlorpromazine (thorazine) dan fluphenazinedecanoate (prolixin). Kedua obat

tersebut termasuk kelompok obat phenothiazines, reserpine (serpasil), dan

haloperidol (Haldol). Obat ini termasuk obat penenang utama. Obat tersebut

dapat menimbulkan rasa kantuk dan kelesuan, tetapi tidak mengakibatkan tidur

yang lelap, sekalipun dalam dosis yang sangat tinggi (orang tersebut dapat

dengan mudah terbangun). Obat ini cukup tepat bagi penderita skizofrenia

yangtampaknya tidak dapat menyaring stimulus yang tidak relevan

(EkoPrabowo 2011).

Tetapi elektro konvulsif juga dikenal sebagai terapi electroshock pada

penatalaksanaan terapi biologis. Pada akhir 1930-an,electroconvulsive therapy

(ECT) diperkenalkan sebagai penangananuntuk skizofrenia. Tetapi terapi ini

telah menjadi pokok perdebatan dan keprihatinan masyarakat karena beberapa

alasan. ECT ini digunakan diberbagai rumah sakit jiwa pada berbagai

gangguan jiwa, termasuk skizofrenia.

2. Terapi Psikososial

Gejala-gejala gangguan skizofrenia yang kronik mengakibatkan situasi

pengobatan di dalam maupun di luar Rumah Sakit Jiwa (RSJ) menjadi

monoton dan mejemukan. Secara historis, sejumlah penanganan psikososial

telah diberikan pada pasien skizofrenia, yang mencerminkana danya keyakinan


bahwa gangguan ini merupakan akibat masalah adaptasi terhadap dunia karena

sebagai pengalaman yang dialami di usiadini. Pada terapi psikososial terdapat

dua bagian yaitu terapi kelompok dan terapi keluarga (Durand, 2007). Terapi

kelompok merupakan salah satu jenis terapi humanistik. Pada terapi ini,

beberapa klien berkumpul dan saling berkomunikasi dan terapi berperan

sebagai fasilitator dan sebagai pemberi arah di dalamnya. Para peserta terapi

saling memberikan feedback tentang pikiran dan perasaan yang dialami.

Peserta diposisikan pada situasi social yang mendorong peserta untuk

berkomunikasi, sehingga dapat memperkaya pengalaman peserta dalam

kemampuan berkomunikasi. Pada terapi keluarga merupakan suatu bentuk

khusus dari terapikelompok. Terapi ini digunakan untuk penderita yang telah

keluar dari rumah sakit jiwa dan tinggal bersama keluarganya. Keluarga

berusahauntuk menghindari ungkapan-ungkapan emosi yang bisa

mengakibatkan penyakit penderita kambuh kembali.

2.2 Konsep Keteraturan Berobat

Ketidak teraturan berobat merupakan perilaku penderita untuk

menyelesaikan pengobatan sesuai dengan jadwal dan tepat waktu. Green(1980)

dalam Notoadmojo (2010) mengidentifikasikan tiga faktor yangmempengaruhi

perilaku kesehatan yaitu faktor predisposisi, faktor pemungkiman, faktor penguat.

Yang termasuk faktor predisposisi antara lain pengetahuan, sikap, keyakinan, nilai

persepsi. Yang termasuk faktor pemungkiman adalah ketersedian sumber daya,

keterjangkauan petugas dan rujukan. Sedangkan yang termasuk faktor penguat


antara lain sikap dan perilaku petugas kesehatan dan petugas lainnya, majikan, dan

orang tua(Notoadmodjo, 2010).

Keteraturan atau ketaatan (compliance/adherence) adalah tingkat pasien

melaksanakan cara pengobatan dan perilaku yang disarankan oleh dokter atau

orang lain (Niven, 2002).Penderita yang teratur berobat adalah yang

menyelesaikan pengobatan secara teratur dan lengkap tanpa terputus selama

minimal 6 bulan sampai dengan 9 bulan. Penderita dikatakan tidak teratur berobat

jika tidak datang lebih dari 3 hari sampai 2 bulan dari tanggal perjanjian dan

dikatakan DroupOut jika lebih dari 2 bulan berturut-turut tidak datang berobat

setelah dikunjungi petugas kesehatan (Depkes RI, 2006).

2.3 Konsep Perilaku

Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai

bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa,

bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Dari uraian ini dapat

disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku manusia adalah semua kegiatan atau

aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati

oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2010). Menurut Skinner, seperti yang dikutip oleh

(Notoatmodjo, 2010), merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi

seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar. Dilihat dari bentuk respon

terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua (Notoatmodjo,

2003) :

1. Perilaku tertutup (convert behavior)


Perilaku tertutup adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk

terselubung atau tertutup (convert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini

masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan,kesadaran, dan sikap yang

terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati

secara jelas oleh orang lain.

2. Perilaku terbuka (overt behavior)

Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka.

Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau

praktek, yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain.

2.4 Klasifikasi Perilaku Kesehatan

Perilaku kesehatan menurut (Notoatmodjo, 2003) adalah suatu respon seseorang

(organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit atau

penyakit, sistim pelayanan kesehatan, makanan, dan minuman, serta lingkungan.

Dari batasan ini, perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok :

1. Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintanance).

Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga

kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit.

2. Perilaku pencarian atau penggunaan sistem atau fasilitas kesehatan, atau sering

disebut perilaku pencairan pengobatan (health seeking behavior).Perilaku ini

adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita

penyakit dan atau kecelakaan

3. Perilaku kesehatan lingkungan


Adalah apabila seseorang merespon lingkungan, baik lingkungan fisik maupun

sosial budaya, dan sebagainya.

2.5 Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku

1. Pengetahuan

Menurut (Notoatmodjo, 2007). Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu

dan ini setelah orang melakukan penginderaan terhadap obyek tertentu.

Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagaian besar pengetahuan manusia

diperoleh melalui mata dan telinga.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

a. Pendidikan

Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan

kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup.

Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seeorang

makin mudah orang tersebut untukmenerima informasi. Dengan pendidikan

tinggi maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi, baik

dari orang lain maupun dari media massa. Semakin banyak informasi yang

masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan.

Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan

seseorang dengan pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas

pula pengetahuannya. Namun perlu ditekankan bahwa seorang yang

berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah


pula.Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan

formal,akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan non formal.

Pengetahuan seseorang tentang sesuatu obyek juga mengandung dua aspek

yaitu aspek positif dan negatif. Kedua aspek inilah yang akhirnya akan

menentukan sikap seseorang terhadap obyek tertentu. Semakin banyak aspek

positif dari obyek yang diketahui, akan menumbuhkan sikap makin positif

terhadap obyek tersebut .

b. Informasi/Media Massa

Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal

dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediateimpact) sehingga

menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Majunya teknologi

akan tersedia bermacam-macam media massa yang dapat mempengaruhi

pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru. Sebagai sarana komunikasi,

berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan

lain-lain mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan

kepercayan orang. Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya,

media massamembawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat

mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal

memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan terhadap

hal tersebut.

c. Sosial Budaya dan Ekonomi

Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran

apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian seseorang akan
bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan.Status ekonomi

seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan

untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini akan

mempengaruhi pengetahuan seseorang.

d. Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik

lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap

proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam

lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal balik

ataupun tidak yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu.

e. Pengalaman

Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk

memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali

pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi

masa lalu. Pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan

memberikan pengetahuan dan keterampilan professional serta pengalaman

belajar selama bekerja akan dapat mengembangkan kemampuan mengambil

keputusan yang merupakan manifestasi dari keterpaduan menalar secara

ilmiah dan etik yang bertolak dari masalahnyata dalam bidang kerjanya.

f. Usia

Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang.

Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan

pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik.


Pada usia madya, individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan

kehidupan sosial serta lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya

upaya menyesuaikan diri menuju usia tua, selain itu orang usia madya akan

lebih banyak menggunakan banyak waktu untuk membaca. Kemampuan

intelektual, pemecahan masalah,dan kemampuan verbal dilaporkan hampir

tidak ada penurunan pada usia ini.

2.6 Sikap

Sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap seseorang terhadap

suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak pada objek tersebut

(Azwar, 2011). Menurut (Notoatmodjo, 2010),menjelaskan bahwa sikap

mempunyai 3 komponen yaitu:

a. Komponen Kognitif :

Kepercayaan atau keyakinan, ide, dan konsep terhadap objek,artinya bagaimana

keyakinan, pendapat atau pemikiran seseorang terhadap objek.

b. Komponen Afektif :

Kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap objek, artinya bagaimana

penilaian (terkandung di dalamnya faktor emosi ) orang tersebut terhadap objek.

c. Komponen Perilaku :

Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave), artinya sikapa dalah

merupakan komponen yang mendahului tindakan atau perilaku terbuka.


Menurut (Wawan, A dan Dewi, M, 2011). Sifat sikap dapat bersifat positif dan

juga dapat bersifat negatif.

a. Sikap positif

Kecenderungan tindakan adalah mendekati, menyenangi, mengharapkan

obyek tertentu.

b. Sikap negatif

terdapat kecenderungan untuk menjauhi, menghindari, membenci, tidak

menyukai obyek tertentu.

Sikap dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor tersebut yaitu :Pengalaman

pribadi, Pengaruh orang lain yang dianggap penting, Pengaruh Kebudayaan, Media

Massa, Lembaga Pendidikan dan lembaga Agama, dan Faktor Emosional (Azwar,

2011).Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan cara langsung atau tidak

langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat /pernyataan

responden terhadap suatu obyek. Secara tidak langsung dapat dilakukan dengan

pertanyaan-pertanyaan hipotesis kemudian ditanyakan pendapat responden melalui

kuesioner (Notoatmodjo, 2010 ).

2.7 Tindakan

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overtbehavior). Untuk

mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan yang nyata diperlukan faktor

pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas dan

faktor dukungan (support) praktik ini mempunyai beberapa tingkatan :

a. Persepsi (perception)
Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan

diambil adalah merupakan praktik tingkat pertama.

b. Respon terpimpin (guide response)

Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan

contoh adalah merupakan indikator praktik tingkat kedua.

c. Mekanisme (mecanism)

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis,

atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mancapai praktik

tingkat tiga.

d. Adopsi (adoption)

Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan

baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran

tindakan tersebut.

Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara langsung yakni dengan

wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari

atau bulan yang lalu (recall). Pengukuran juga dapatdilakukan secara langsung,

yakni dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden.

Menurut penelitian (Rogers, 1974) dalam (Notoatmodjo, 2003).

Mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru didalam diri

orang tersebut terjadi proses berurutan yakni :

a. Kesadaran (awareness)

Dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu

terhadap stimulus (objek)


b. Tertarik (interest)

Dimana orang mulai tertarik pada stimulus

c. Evaluasi (evaluation)

Menimbang - nimbang terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi

dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.

d. Mencoba (trial)

Dimana orang telah mulai mencoba perilaku baru.

e. Menerima (Adoption)

Dimana subyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran

dan sikapnya terhadap stimulus.

BAB III

METODE KEGIATAN

A. Satuan Acara Penyuluhan


1. Topik :Efektivitas Pendidikan Keluarga Terhadap

Keteraturan Berobat Pada Penderita Skizofrenia

2. Sasaran : Keluarga yang memiliki anggota

keluarga dengan skizofrenia di wilayah kerja

puskesmas padang

3. Metode : Ceramah, Diskysi dan Tanya jawab

4. Metode dan Alat : Laptop, Infokus dan Lefleat

5. Waktu dan Tempat :

a. Hari/ Tanggal : Jum’at / 24 Juli 2020

b. Pukul : 09.00 s/d selesai

c. Tempat : Puskesmas Nanggalo Padang

6. Pengorganisasian :

a. Penyaji : Ns. Welly, M.Kep

b. Moderator : Ns. Edo Gusdiansyah, M.Kep

c. Fasiliattor : Ns. Amelia Susanti, M.Kep, Sp.Kep.J

7. Setting Tempat
B. Proses Kegiatan Sosialisasi

Tahap
Kegiatan & Kegiatan Kegiatan Responden
Waktu

Pendahuluan Moderator :

 Menjawab salam
(5 menit)  Mengucapkan salam
 Mendengarkan dan
 Memperkenalkan anggota penyuluh.
memperhatikan
 Membuat kontrak waktu
 Mendengarkan dan
 Menjelaskan tujuan penyuluh
memperhatikan
Moderator :
Pelaksanaan

 Memberi kesempatan pada presenter  Mendengarkan dan


(35 menit)
untuk menjelaskan materi memperhatikan
Presenter :

 Menggali pengetahuan responden  Mengemukakan


tentang pengertian, Penyebab, Tanda pendapat
dan gejala, akibat lanjut, pencegahan
dan cara mengatasi anggota keluarga
dengan skizofrenia
 Memberi reinforcemen positif pada  Mendengarkan dan
responden atas pendapat responden memperhatikan
 Menjelaskan materi penyuluhan  Mendengarkan dan
tentang: memperhatikan
a. Pengertian obat
b. Penyebab tidak
minum obat
c. Tanda dan gejala
klien dengan putus obat
 Mengemukakan
d. Akibat lanjut dari
pendapat
tidak minum obat
 Mendengarkan dan
e. Cara penegahan
memperhatikan
klien dengan skizofrenia
f. Cara minum obat
 Mendengarkan dan
dengan teknik 6 benar
memperhatikan

 Memberi reinforcemen positif pada


responden atas pendapat responden
 Memberikan kesempatan responden
untuk bertanya
 Memberi reinforcement pada
responden atas pertanyaan responden
 Memberikan kesempatan responden
lain untuk memberi pendapat
 Melengkapi atau memberikan
penjelasan atas pertanyaan responden
Penutup Presenter :
(5 menit)  Menyimpulkan hasil penyuluhan  Menjawab
 Mengajukan pertanyaan pada pertanyaan
responden mengenai materi yang  Mendengarkan dan
dibahas untuk mengevaluasi memperhatikan
pemahaman responden
 Mengucapkan salam
 Menjawab salam

Moderator :

 Menyimpulkan jalannya hasil  Mendengarkan dan

penyuluhan memperhatikan

 memberi salam penutup  Mengucapkan salam

BAB IV

HASIL KEGIATAN

A. Hasil Kegiatan
Pengabdian masyarakat ini dilakukan pada tanggal 24 Juli 2020 dengan

jumlah peserta 20 keluarga, dimana penyaji dan tim memberikan penyuluhan

tentang “Efektivitas Pendidikan Keluarga Terhadap Keteraturan Berobat Pada

Penderita Skizofrenia. Kegiatan ini diikuti dengan antusias oleh masing-maisng

keluarga. Selama kegiatan berlangsung penyaji dan Tim dan berbagi tugas demi

kelancaran proses penyuluhan. Moderator membagi sesi penyuluhan dengan

penyajian dan sesi Tanya jawab. Kegiatan ini juga dibutuhkan oleh pihak

puskesmas dan keluarga demi kelancaran proses penyembuhan dan pengobatan

pada penderita Skizofrenia.

B. Evaluasi

1. Evaluasi Struktur

a. 100 % kegiata terlaksana sesuai jadwal yang telah direncanakan

b. 100 % alat dan media tersedia sesuai dengan perencanaa

c. 100 % tim bekerja sesuai dengan tupoksi yang sudah dibagi

2. Evaluasi Proses

a. 100 % peserta mengikuti penyuluhan dari awal sampai akhir

b. 85% peserta aktif dalam kegiatan penyuluhan

3. Evaluasi Hasil

a. 85 % peserta mampu menyebutkan pengertian Obat

b. 75 % peserta mampu menyebutkan penyebab tidak minum obat

c. 90 % peserta mampu menyebutkan tanda dan gejala pasien putus

minum obat
d. 80 % peserta mampu menyebutkan akibat tidak minum obat

e. 75 % peserta mampu menyebutkan cara penegahan klien dengan

skizofrenia

f. 80 % peserta mampu menyebutkan cara minum obat dengan teknik 6

benar

REALISASI ANGGARAN BIAYA PENGABDIAN MASYARAKAT

No Uraian Jumlah
1 Bahan/ Perangkat Penunjang/ Peralatan (ATK, Fotocopy Bahan Rp. 2.000.000,-
Proposal, Leaflet, Spanduk, Buku Kerja
2 Perjalanan Rp. 750.000,-
3 Konsumsi Rp. 1.750.000,-
Jumlah Biaya Rp. 4.500.000,-
Terbilang: Empat Juta Lima Ratus Ribu Rupiah

1. Bahan / Perangkat Penunjang /Peralatan


No Peralatan Penunjang Satuan Biaya (Rp)
1 ATK LS Rp. 2.000.000,-
2 Fotocopy (Proposal dan Penjilitan)
3 Fotocopy (Buku Kerja)
4 Fotocopy (Laporan dan Pejilitan)
5 Spanduk
6 Fotocopy Leaflet
Jumlah Rp. 2000.000,-

2. Konsumsi
No Bahan Volume Satuan (Rp) Biaya (Rp)
1 Snack 3x45 Orang @Rp. 12.500,- Rp. 1.750.000,-
Jumlah Rp. 1.750.000,-

3. Perjalanan
No Jenis Volume Satuan (Rp) Biaya (Rp)
1 Perjalanan 3 Kali LS Rp. 750.000,-
Jumlah Rp. 750.000,-

Padang, 25 juli 2020

Mengetahui Ketua Tim Pengusul


Ketua UPPM
Ns. Rebbi Permata Sari, M.Kep Ns. Edo Gusdiansyah, M.Kep

Menyetujui
Ketua STIKes Alifah Padang

Ns. Revi Neini Ikbal, M.Kep

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. KETUA PELAKSANA

Identitas Diri

1 Nama Lengkap (dengan Ns. Edo Gusdiansyah, S.Kep., M.Kep


Gelar )

2 Jenis Kelamin Laki-Laki

3 Program Studi Keperawatan

4 NIDN 1006088803

5 Tempat dan Tanggal Lahir Talawi/ 06 Agustus 1988

6 Email edo.gusdiansyah@gmail.com

7 No Telp/Hp 081374860606

8 Mata Kuliah yang diampu Keperawatan Jiwa, Pendidikan dan Promosi


Kesehatan, Falsafah dan Paradigma
Keperawatan, Keperawatan Dasar I, Terapi
Modalitas, Keperawatan Jiwa II

Riwayat pendidikan

S-1 Profesi S-2 S-3

Nama Insitusi STIKes Mercu STIKes Mercu Universitas


Baktijaya Baktijaya Andalas

Jurusan Keperawatan Keperawatan Keperawatan


Poeminatan Jiwa

Tahun lulus 2010 2011 2016

Riwayat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat

No Judul Penelitian/ Pengabadian Kepada Masyarakat Waktu dan Tempat

1 Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian 2015


Depresi Pada Lansia di PSTW Sabai Nan Aluih Sicincin
Tahun 2015 (Hibah Penelitian Dosen Pemula (DIKTI)
2 Pengaruh Psikoedukasi Keluarga Terhadap Klien, 2016
Kemampuan Klien dan kemampuan Keluarga Dalam
Merawat Di Rumah
3 Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Tingkat 2018
Pengetahuan Masyarakat Tentang Kesehatan Jiwa
Masyarakat Tahun 2018
4 Hubungan Tingkat Kecemasan dan Penerimaan Keluarga 2018
Terhadap Narapidana Remaja Di Lembaga
Pemasyarakatan Kelas II.A Padang 2018
5 Peningkatan Pengetahuan Masyarakat Melalui 2019
Pendidikan Kesehatan Jiwa Masyarakat Di Wilayah Kerja
Puskesmas Lubuk Buaya Padang 2018

Mitigasi Bencana Pada Masyarakat Yang Tinggal Di 2019


Daerah Rawan Bencana 2018

Pengalaman Publikasi
No Nama Publikasi Judul Artikel Publikas Waktu dan
Tempat

JIK-JURNAL ILMU FAKTOR-FAKTOR YANG 2017


KESEHATAN 1 (1), 1-10 BERHUBUNGAN DENGAN
KEJADIAN BULLYING DI SMA
BUNDA PADANG TAHUN 2017

JIK-JURNAL ILMU HUBUNGAN PERILAKU 2018


KESEHATAN 2 (2), 1-10 KELUARGA DENGAN
KETERATURAN BEROBAT KLIEN
SKIZOFRENIA DI PUSKESMAS
LUBUK BUAYA PADANG

UNIVERSITAS PENGARUH PSIKOEDUKASI 2016


ANDALAS KELUARGA TERHADAP KLIEN
DAN KEMAMPUAN KLIEN
PERILAKU KEKERASAN DAN
KEMAMPUAN KELUARGA
DALAM MERAWAT DI RUMAH

JURNAL KESEHATAN HUBUNGAN DUKUNGAN DAN 2018


LENTERA AISYIYAH BEBAN KELUARGA DENGAN
TINGKATAN SKIZOFRENIA

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan
dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai
ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi. Demikian biodata ini
saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam pengajuan
Penelitian

Padang, 25 Juli 2020


Peneliti,

(Ns. Edo Gusdiansyah, M.Kep)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

B. ANGGOTA TIM
Identitas Diri
1 Nama Lengkap (dengan Ns. Welly, S.Kep., M.Kep
Gelar )

2 Jenis Kelamin Perempuan

3 Program Studi Keperawatan

4 NIDN 1007118901

5 Tempat dan Tanggal Lahir Pesisir Selatan, 7 November 1989


6 Email wellysajjaa@gmail.com

7 No Telp/Hp 0852 7475 7276

8 Mata Kuliah yang diampu Keperawatan Jiwa

Riwayat Pendidikan
S-1 Profesi S-2

Nama Insitusi Universitas Andalas Universitas Andalas Universitas


Andalas

Jurusan Keperawatan Keperawatan Keperawatan


Peminatan Jiwa

Tahun lulus 2011 2012 2015

Riwayat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat

No Judul Penelitian/ Pengabadian Kepada Waktu dan Tempat


Masyarakat

1
Hygiene Factors with Nurse Performance in the
hospital of the islamic hospital of Yarsi Bukittinggi
2

Pengalaman Publikasi

No Nama Publikasi Judul Artikel Waktu dan Tempat


Publikas
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan
dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai
ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi. Demikian biodata ini
saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam pengajuan
Penelitian

Padang, 25 Juli 2020


Peneliti,

(Ns. Welly, M.Kep)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

C. ANGGOTA TIM
Identitas Diri
1 Nama Lengkap (dengan Ns. Amelia Susanti, M.Kep, Sp. Kep. J
Gelar )

2 Jenis Kelamin Perempuan

3 Program Studi Keperawatan

4 NIDN 1029108504

5 Tempat dan Tanggal Lahir Padang Panjang/ 29 Oktober 1985

6 Email ameliaazka@gmail.com

7 No Telp/Hp 081374026024

8 Mata Kuliah yang diampu Keperawatan Jiwa I, Keperawatan Jiwa II,


Terapi Modalitas, Keperawatan Dasar I,
Riwayat Pendidikan
D3 S-1 S-2 S-3

Nama Insitusi STIKes Alifah Universitas


Padang Indonesia

Jurusan Keperawatan Keperawatan


Jiwa

Tahun lulus 2009 2015

Riwayat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat

No Judul Penelitian/ Pengabadian Kepada Waktu dan Tempat


Masyarakat

1 Hubungan Terapi Kejang Listrik dengan STIKes Alifah


Perkembangan Kesembuhan Pasien Skizofrenia
Diruang Rawat Inap RSJ Prof. HB Saanin Padang
Tahun 2012 (di danai oleh STIKes Alifah Padang)
2 Hubungan Bentuk Dukungan Psikosial dengan STIKes Alifah
Resiliensi Pasca Bencana Banjir Bandang Tahun
2015 (di danai oleh STIKes Alifah Padang)
Pengaruh Story Telling terhadap Tingkat
Kecemasan Anak Pra Sekolah yang Menjalani
Hospitalisasi di RSUP M Djamil Padang Tahun
2017 (di danai oleh STIKes Alifah Padang)

Pengalaman Publikasi
No Nama Publikasi Judul Artikel Waktu dan Tempat
Publikasi

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan
dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai
ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi. Demikian biodata ini
saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam pengajuan
Penelitian

Padang, 25 Juli 2020


Peneliti,

(Ns. Amelia Sausanti, M.Kep, Sp. Kep. J)


DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai