Disusun Oleh :
Dede Aris Herdiansyah (18220100190)
Echa Firda SZ (18220100194)
Moch. Jodi Slamet (18220100209)
Rindiani Kurnia (18220100208)
Sri Wulandari (18220100195)
Penullis
Kelompok
II
DAFTAR ISI
3. Kontrak ...................................................................................................................... 33
III
B. Fase Kerja ...................................................................................................................... 33
A. PENGKAJIAN .............................................................................................................. 41
C. PERENCANAAN ......................................................................................................... 42
D. IMPLEMENTASI ......................................................................................................... 43
E. EVALUASI ................................................................................................................... 43
BAB VI PENUTUP................................................................................................................. 45
A. KESIMPULAN ............................................................................................................. 45
B. SARAN.......................................................................................................................... 45
IV
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gangguan jiwa adalah suatu kondisi terganggunya fungsi mental, emosi, pikiran,
kemauan, perilaku psikomotorik dan verbal, yang menjadi kelompok gejala klinis yang
disertai oleh penderita dan mengakibatkan terganggunya fungsi humanistik individu1
Gangguan jiwa dikarakteristikkan sebagai respon maladaptif diri terhadap lingkungan yang
ditunjukkan dengan pikiran, perasaan, tingkah laku yang tidak sesuai dengan norma
setempat dan kultural sehingga mengganggu fungsi sosial, kerja dan fisik individu yang
biasa disebut dengan skizofrenia.
Masalah gangguan jiwa menjadi masalah yang sangat serius diseluruh dunia.3
Penderita gangguan jiwa ada sekitar 450 juta orang (11%) dari seluruh dunia dan paling
tidak, ada satu dari empat orang di dunia mengalami masalah mental.Jumlah masalah
kesehatan jiwa di Indonesia dengan Gangguan Mental Emosional (Depresi dan Ansietas)
sebesar 19,8% atau sekitar 20 juta orang dan gangguan jiwa berat (psikosis) sebesar 11%
sekitar 10 juta orang.5 Di Sumatera Selatan, mencatat jumlah penderita gangguan jiwa pada
tahun 2011 sebanyak 39,186 klien, pada pasien gangguan jiwa pada tahun 2012 sebanyak
41,201 klien, pada tahun 2013 jumlah penderita gangguan jiwa sebanyak 43,011 klien,
sedangkan penderita gangguan jiwa pada tahun 2014 sebanyak 40,103 klien, pada tahun
2015 penderita gangguan jiwa sebanyak 41,745 klien dan pada bulan November tahun
2017 penderita gangguan jiwa sebanyak 47,582 klien.
Salah satu gejala negatif pada gangguan jiwa yaitu isolasi sosial. Isolasi sosial
merupakan masalah keperawatan yang disebabkan oleh harga diri rendah dimana perasaan
negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan
yang ditandai dengan adanya perasaan malu terhadap diri sendiri, rasa bersalah terhadap
diri sendiri, gangguan hubungan sosial, merendahkan martabat, percaya diri kurang dan
juga dapat mencederai diri.
Hasil ini sesuai dengan beberapa hasil manajemen kasus spesialis pada klien isolasi
sosial yang diberikan terapi SST dan CBSST bahwa setelah klien diberikan SST dan
CBSST terjadi penurunan tanda dan gejala dari semua aspek penilaian stresor serta klien
menunjukkan peningkatan kemampuan dalam berkomunikasi baik secara verbal maupun
1
non verbal (Napolion, Keliat & Mustikasari, 2012; Syukri, Keliat & Mustikasari, 2014;
Pardede, Hamid & Putri, 2014). Hal ini juga didukung oleh hasil penelitian Calafell,
Maldonado, Bravo, Sabate, dan Urizar (2013) tentang efektifitas CBSST didapatkan bahwa
klien yang mendapat CBSST menunjukkan perbaikan secara psikopatologi, meningkatnya
fungsi sosial dan kognisi sosial. Penelitian lain juga oleh Holden, Granholm, Link, dan
McQuaid (2014) didapatkan bahwa CBSST adalah terapi yang efektif untuk meningkatkan
fungsi dan menurunkan gejala negatif pada klien skizofrenia.
Manajemen asuhan keperawatan spesialis dilakukan sebagai upaya untuk mengatasi
masalah isolasi sosial dengan memberikan tindakan keperawatan berupa tindakan
generalis, terapi aktivitas kelompok dan terapi spesialis. Tindakan generalis pada klien
dengan isolasi sosial yang diberikan adalah untuk membantu klien menyadari perilaku
isolasi sosial dan melatih klien berinteraksi dengan orang lain secara bertahap. Tindakan
generalis dalam bentuk kelompok yang dapat diberikan adalah terapi aktifitas kelompok
(TAK) sosialisasi. Klien isolasi sosial yang diberikan TAKS menunjukkan terjadi
peningkatan kemampuan dalam berhubungan dengan sesama teman, mampu bekerja sama,
mampu berkomunikasi dan berinteraksi serta mampu melakukan aktifitas (Keliat &
Akemat, 2005) TAKS efektif untuk meningkatkan kemampuan klien isolasi sosial
(Windyasih (2008); Amrullah (2009).
B. Tujuan
a. Tujuan Umum
Setelah melaksanakan studi kasus, penulis mendapatkan pengalaman dalam
memberikan asuhan keperawatan jiwa pada Tn.0 masalah utama isolaso sosial (isos)
dengan diagnosa medis Skizofrenia Undifferentiated di kaswari Rumah Sakit Jiwa Dr.
Soeharto Heerdjan Jakarta.
b. Tujuan Umum
1. Mengkaji pasien dengan masalah utama isolasi sosial (isos) diagnosa medis
Skizofrenia Undifferentiated di ruang Kaswari Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto
Heerdjan Jakarta.
2. Merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien masalah utama isolasi sosial (isos)
dengan diagnosa medis Skizofrenia Undifferentiated di ruang Kaswari Rumah
Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan Jakarta.
2
3. Merencanakan asuhan keperawatan jiwa pada Tn. o masalah utama isolasi sosial
(isos) dengan diagnosa medis Skizofrenia Undifferentiated di ruang Kaswari
Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan Jakarta.
4. Melaksanakan asuhan keperawatan jiwa pada Tn.0 masalah utama isolasi sosial
(isos) dengan diagnosa medis Skizofrenia Undifferentiated di ruang Kaswari
Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan Jakarta.
5. Mengevaluasi pasien dengan masalah utama isolasi sosial (isos) dengan diagnosa
medis Skizofrenia Undifferentiated di ruang Kaswari Rumah Sakit Jiwa Dr.
Soeharto Heerdjan Jakarta.
6. Mendokumentasikan asuhan keperawatan jiwa pada Tn. 0 masalah utama isolasi
sosial (isos) dengan diagnosa medis Skizofrenia Undifferentiated di ruang Kaswari
Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan Jakarta.
3
BAB II
GAMBARAN KASUS
RUANGAN : Kaswari
RAWAT : 13 September 2023
TANGGAL
DIRAWAT
I. IDENTITASPASIEN
Inisial :Tn. H [L/P]
Tanggal Pengkajian : 21 September 2023
Umur : 29 tahun
RM No. :
Informan : Klien
√ Ya
o Tidak
2. Pengobatan sebelumnya:
o Berhasil
√ Kurang berhasil
o Tidak berhasil
3.
pelaku usia korban usia saksi usia
Aniaya fisik √ 29 th
4
Aniaya seksual
Penolakan
Kekerasan dalam keluarga √ 29 th
Tindakan kriminal
Jelaskan No. 1, 2, 3, : Klien pernah mengalami ganguan jiwa sebelumnya dan menjalankan pengobatan sekitar
tahun 2015 namun putus obat dan kurang berhasil. Klien pernah melakukan aniaya fisik kepada ibu dan juga
adiknya,karena kalien merasa sedih akan kondisi nya juga dia enggan untuk bersosialisasi kepada orang sekitar, jadi
klien sering melampiasakan amarah kepada kelaurganya.
Masalah Keperawatan :
√ Ya
o Tidak
Masalah Keperawatan :
Masalah Keperawatan :
5
IV. FISIK
1. Tanda vital : TD : 120/80 N : 90 S : 36.7 P : 20 x/m
2. Ukur : TB : 160 BB : 50 Kg
3. Keluhan fisik :
o Ya
√ Tidak
Jelaskan : Pasien tidak ada keluhan fisik, TTV Normal, Pasien sehat
Masalah Keperawatan :
V. PSIKOSOSIAL
1. Genogram
Jelaskan : pasien merupakan anak ke 3 dari 6 bersaudara, kakak kakaknya sudah menikah dan bekerja
sedangkan adik adiknya masih sekolah selagi ia masih membuka usaha konternya dia membantu perekonomian keluarga.
Dia berhubungan baik dengan keluargannya tetapi ketika penyakitnya kambuh dai suka marah marah kepada
keluarganya.
Masalah Keperawatan :
6
Tidak ada masalah keperawatan
1. Konsep Diri
a. Gambaran diri : Klien mengatakan sangat mensyukuri anggota tubuhnya, Klien sangat menyukai tubuhnya
yang atletis karena klien sering olahraga gym.
b. Identitas : kegiatan sehari hari dia bekerja di konter,tapi sekarang diam saja di rumah karena
konternya bngkrut.
d. Ideal diri : Klien ingin bias melakukan sesuatu dengan baik dan bekerja lagi seperti dulu
e. Harga diri : Klien orang yang ramah dan gampang di ajak ngobrol cuman agak pemalu dan susah
untuk memulai pembicaran jadi susah untuk bersosialisasi
Masalah Keperawatan :
2. Hubungan Sosial
f. Orang yang berarti : pasien mengatakan bahwa ibunya orang yang paling berarti
7
8
Masalah Keperawatan :
3. Spiritual
j. Kegiatan ibadah :
Saat dirumah klien mengatakan sering beribadah, tapi hanya beribadah
dirumah malas untuk ke mesjid
Masalah Keperawatan :
Resiko perilaku kekerasan, Isolasi sosial
STATUS MENTAL
1. Penampilan :
o Tidak rapih
Masalah Keperawatan :
2. Pembicaraan :
√ √
Cepat Keras Gagap Inkoheren
Tidak mampu
Apatis Lambat Membisu Memulai
pembicaraan
Jelaskan : Saat berkomunikasi klien tampak tidaka akn bicara duluaan sebelum di Tanya, klien cendrung
berbicara keras dan cepat.
Masalah Keperawatan :
Isolasi sosial
3. Aktifitas Motorik :
Masalah Keperawatan :
4. Alam perasaan:
Jelaskan : Klien merasa sedih karena merasa dirinya menjadi beban keluarga dan tidak berguna
Masalah Keperawatan :
5. Afek:
Jelaskan : pada saat di wawancara pasien tampak datar dan akan sedih jika membahas pekerjaan dan marah
saat berbicara tentang lingkungan rumah dan keluarganya.
Masalah Keperawatan :
Isolasi sosial
7. Persepsi:
Masalah Keperawatan :
8. Proses Pikir:
Isolasi sosial
9. Isi Pikir:
Waham:
Jelaskan : Pasien merasa curiga ada orang lain yang melakukan guna guna terhadap dirinya
Masalah Keperawatan :
Disorientasi:
11. Memori:
12
Jelaskan : Tidak ada masalah
Masalah Keperawatan :
13
13. Kemampuan Penilaian:
Jelaskan :
Masalah Keperawatan :
1. Makan:
2. BAB/BAK:
Jelaskan : pasien dapat mkn dan minum maupun BAB dan BAK secara mandiri
Masalah Keperawatan :
3. Mandi:
14
√ Bantuan minimal Bantuan total
4. Berpakaian/berhias:
15
6. Pemeliharaan Kesehatan:
Perawatan Lanjutan
√ Ya Tidak
Perawatan Pendukung
√ Ya Tidak
Mempersiapkan makanan
√ Ya Tidak
Menjaga kerapihan rumah
√ Ya Tidak
Mencuci pakaian
√ Ya Tidak
Pengaturan keuangan
√ Ya Tidak
Belanja
√ Ya Tidak
Transportasi
√ Ya Tidak
Lain-lain
16
Ya Tidak
Adaptif Maladapti
f
√ Bicara dengan orang lain Minum alkohol
Mampu menyelesaikan masalah Reaksi lambat/berlebih
Tehnik relaksasi Bekerja berlebihan
Aktifitas konstruktif Menghindar
17
Masalah Keperawatan :
Masalah Keperawatan :
18
Masalah Keperawatan : Defisit pengetahuan
19
X. ASPEK MEDIK
Diagnosis Medik :
Skizofrenia
- Risperidon 2 mg 2x1
- Thp 2 mg 2x1
- Lorazepam 2 mg 1x1
- Vit B 10 mg 1x1
XI.ANALISIS DATA
Data Masalah
Ds : Klien mengatakan lebih sering menyendiri ISOLASI SOSIAL
karena menurutnya sendiri itu lebih teanang.
DO : - Klien tampak menyendiri dan sering
melamun
- Klien terlihat lesu dan tidak ada gairah
hidupnya
20
DS : Klien mengatakan sering mendengar HALUSINASI PENDENGARAN
suara keras dan bisikan bisikan dan sering
mimpi aneh menjadi kenyataan.
DO : - Pasien kooperatif
- Klien ada kontak mata tapi sebentar
21
POHON MASALAH:
Halusinasi pendengaran
Isolasi Sosial
Mahasiswa,
22
BAB III
LANDASAN TEORI
23
profesional untuk mengembangkan gambaran yng lebih tepat
tentang hubungan antara kelainan jiwa dan stress keluarga.
Pendekatan kolaboratif dapat mengurangi masalah respon sosial
menarik diri.
2 Faktor biologik
Faktor genetik dapat menunjang terhadap respon sosial maladaptif.
Genetik merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa.
Kelainan struktur otak, seperti atropi, pembesaran ventrikel,
penurunan berat dan volume otak serta perubahan limbik diduga
dapat menyebabkan skizofrenia.
3 Faktor sosiokultural
Isolasi sosial merupakan faktor dalam gangguan berhubungan. Ini
merupakan akibat dari norma yang tidak mendukung pendekatan
terhadap orang lain, atau tidak menghargai anggota masyarakat
yang tidak produktif, seperti lansia, orang cacat dan berpenyakit
kronik. Isolasi dapat dapat terjadi karena mengadopsi norma,
perilaku dan sitem nilai yang berbeda dari yang dimiliki budaya
mayoritas. Harapan yang tidak realistis terhadap hubungn
merupakan faktor lain yang berkaitan dengan gangguan ini.
b. Faktor Presipitasi
Ada beberapa faktor presipitasi yang dapat menyebabkan seseorang
menarik diri. Faktor-faktor tersebut dapat berasal dario berbagai
stressor antara lain :
1 Stressor sosiokultural
Stressor sosial budaya dapat menyebabkan terjadinya gaangguan
dalam membina hubungan dengan orang lain, misalnya
menurunnya stabilitas unit keluarga, berpisah dari orang yang
berarti dalam kehidupannya, misalnya karena dirawat di rumah
sakit.
2 Stressor psikologik
Ansietas berat yang berkepanjangan terjadi bersamaan keterbatasan
kemampuan untuk mengatasinya. Tuntutan untuk berpisah dengan
24
orang terdekat atau kegagalan orang lain untuk memenuhi
kebutuhannya hal ini dapat menimbulkan ansietas tinggi bahkan
dapat menimbulkan seseorang mengalami gangguan hubungan
(menarik diri).
3 Stressor intelektual
1) Kurangnya pemahaman diri dalam ketidakmampuan untuk
berbagai pikiran dan perasaan yang mengganggu
pengembangan hubungan dengan orang lain.
2) Klien dengan “kegagalan” adalah orang yang kesepian dan
kesulitan dalam menghadapi hidup. Mereka juga akan sulit
berkomunikasi dengan orang lain.
3) Ketidakmampuan seseorang membangun kepercayaan dengan
orang lain akan persepsi yang menyimpang dan akan berakibat
pada gangguan berhubungan dengan orang lain.
4 Stressor fisik
1) Kehidupan bayi atau keguguran dapat menyebabkan seseorang
menarik diri dari orang lain
2) Penyakit kronik dapat menyebabkan seseorang minder atau
malu sehingga mengakibatkan menarik diri dari orang lain.
3. Rentang Respon
25
Berikut ini akan dijelaskan tentang respon yang terjadi pada isolasi sosial :
1) Respon adaptif
a. Adalah respon yang masih dapat diterima oleh norma-norma sosial dan
kebudayaan secara umum berlaku. Dengan kata lain individu tersebut
masih dalam batas normalketika menyelesaikan masalah. Berikut ini
adalah sikap termasuk respon adaptif. Menyenderi Otonomi
Bekerjasama Saling Tergantung Merasa Sendiri Menarik Diri
Tergantung Manipulasi Impulsif Narcissime
b. Menyendiri, respon yang dibutuh kan seseorang untuk merenungkan
apa yang terjadi di lingkungannya.
c. Otonomi, kemampuan individu untuk menentukan dan menyampaikan
ide, pikiran, dan perasaan dalam hubungan sosial.
d. Bekerja sama, kemmapuan individu yang saling membutuhkan satu
sama lain.
e. Interdependen, saling ketergantungan antara individu dengan orang
lain dalam membina hubungan interpersonal.
2) Respon maladaptif
a. Adalah respon yang menyimpang dari norma sosial dan kehidupan di
suatu tempat. Berikut ini adalah perilaku yang termasuk respon
maladaptif.
b. Menarik diri, seseorang yang mengalami kesulitan dalam membina
hubungan secara trebuka dengan orang lain.
c. Ketergantungan, seseorang gagal mengembangkan rasa percaya diri
sehingga tergantung dengan orang lain.
d. Manipulasi seseorang yang mengganggu orang lain sebagai objek
individu sehingga tidak dapat membina hubungan sosial secara
mendalam.
e. Curiga, seseorang gagal mengembangkan rasa percaya terhadap orang
lain
26
4. Mekanisme Coping
1. Perilaku curiga : regresi, proyeksi, represi.
2. Perilaku Dependen : regresic.
3. Perilaku Manipulatif : regresi, represid.
4. Isolasi atau menarik diri : regresi, repsesi. Isolasi
(Eko prabowo:2014:113)
27
6. Kontak mata kurang.
7. Kurang spontan.
8. Apatis
9. Ekspresi wajah kurang berseri.
10. Mengisolasi diri
11. Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitar
C. Pohon Masalah
1. Diagnosa Keperawatan
1 Isolasi Sosial
2 Defisit perawatan diri
3 Risiko gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi
28
2. Rencana Tindakan Keperawatan
No SDKI SLKI SIKI
1. Isolasi Sosial Setelah dilakukan asuhan selama 3 x Terapi Kelompok :
pertemuan diharapan klien terlibat 1. Monitor
dalam interaksi sosial yang ditandai keterlibatan klien
dengan : dalam Kegiatan
Interaksi Sosial (L 13115) kelompok
Outcame Saat Target 2. Arahkan Klien
Ini untuk terlibat aktif
Perasaan tertarik 2 4 dalam aktivitas
pada orang lain kelompok
Kooperatif dengan 1 3 3. Anjurkan klien
teman kelompok untuk berbagi
Bersedia 2 4 perasaan,
mengkomunikasikan pengetahuan dan
perasaan dengan pengalaman
orang lain
kepada anggota
kelompok
4. Anjurkan klien
untuk saling
membantu dalam
kelompok
5. Kelaborasi
Psikiater terkait
kondisi klien
29
2. Gangguan Setelah dilakukan Asuhan keperawatan Manajemen
Persepsi selama 3 x pertemuan diharapkan Halusinasi :
Sensori gangguan persepsi sensori teratasi 1. Monitor perilaku
(Halusinas Persepsi Sensor yang mengindikasi
i Outcome Saat Ini Target halusinasi
pengelihatan) Verbalisasi 3 5 2. Diskusikan
melihat perasaan dan
objek respon terkait
seorang halusinasi
cahaya dari 3. Anjurkan
langit melakukan dikstrasi
Klien tidak 2 4 4. Melakukan
melamun melakukan aktivitas
kelompok,
menghaardik dan
relaksasi
5. Kelola pemberian
obat antipesikotik
dan antiansientas
(haloperidol/2,5
mg/12 jam,
Trihexipenidil/2
mg/12 jam,
Alphazolan/0,5/24
jam
3. Implementasi Keperawatan
Setelah membuat rencana tindakan keperawatan yang akan
dilakukan kepada pasien dengan isolasi sosial (isos), selanjutnya adalah
menerapkan rencana tindakan keperawatan tersebut kepada pasien.
Implementasi merupakan tahapan ketika perawat mengaplikasikan ke
dalam bentuk intervensi keperawatan untuk membantu pasien dalam
30
mencapai tujuan yang telah ditetapkan dan dilakukan evaluasi setiap kali
selesai pemberian implementasi.
4. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah langkah proses keperawatan yang memungkinkan
untuk menentukan apakah intervensi keperawatan telah berhasil
meningkatkan kondisi pasien. Evaluasi adalah langkah terakhir pada
proses keperawatan untuk mengetahui sejauh mana tujuan dari rencana
keperawatan tercapai atau tidaknya. Evaluasi dapat dilakukan dengan cara
membandingkan hasil akhir yang sudah teramati dan tujuan atau kriteria
hasil yang telah dibuat pada tahap perencanaan (Sutejo 2017). Evaluasi
pasien dengan isolasi sosial (isos) harus berdasarkan observasi perubahan
perilaku dan respon subyektif. Diharapkan pasien mampu mengidentifikasi
penyebab isolasi sosial (isos), cara yang konstruktif dalam berespon
terhadap lingkungan, mendemonstrasikan perilaku yang terkontrol,
mendapatkan dukungan keluarga dalam mengontrol perilaku dan juga
penggunaan obat dengan benar.
31
BAB IV
PELAKSANAAN TINDAKAN
STRATEGI PELAKSAAN ISOLASI SOSIAL (ISOS)
Nama : Tn. H
Ruang : Kaswari
Hari/Tanggal : Jumat, 22 September 2023
Pertemuan : Ke-1
I. Proses Keperawatan
A. Kondisi Klien
Klien mengatakan tidak mau dan merasa malas berinteraksi dengan orang
lain klien tampak terlihat lebih sering menyendiri dan sulit untuk memulai
pembicaraan
B. Diagnosa Keperawatan
Isolasi Sosial (Isos)
C. Tujuan Khusus
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
2. Klien mampu menyebutkan penyebab menarik diri
3. Klien mampu menyebutkan keuntungan berhubungan sosial
4. Klien mampu menyebutkan kerugian tidak berhubungan sosial
5. Klien dapat melaksanakan hubungan sosial secara bertahap
6. Klien menjelaskan perasaan setelah melakukan hubungan sosial
7. Klien dapat duikungan keluarga dalam mempereluas hubungan sosial
D. Tindakan Keperawatan
1. Membina hubungan saling percaya
2. Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial pasien
3. Mendiskusikan dengan pasien tentang keuntungan berinteraksi dengan
orang lain
4. Mendiskusikan dengan pasien kerugian tidak berinteraksi dengan orang
lain
5. Mengajarkan pasien cara berkenalan dengan satu orang
6. Menganjurkan pasien memasukkan kegiatan latihan berbincangbincang
dengan orang lain dalam jadwal kegiatan harian
32
II. Proses Pelaksanaan Tindakan
A. Fase Orientasi
1. Salam Terapeutik
” Selamat pagi kak, perkenalkan nama saya perawat S, sering dipanggil
N. Saya adalah mahasiswa Profesi Ners UIMA Jakarta Selatan, saya
praktek di sini selama 3 minggu dari tanggal 18 September – 7 Oktober
2023. Saya praktek pada pagi hari dari pukl 08.00 – 14.00 WIB. Nama
bapak siapa? Lebih suka dipanggil dengan sebutan apa
2. Evaluasi/Validasi
“ Bagaimana perasaan dan kabar Bapak hari ini? Bagaimana tidur
Bapak semalam?”
3. Kontrak
“ Bapak, bagaimana kalau kita berbincang – bincang tentang hal positif
serta perasaan bapak dan kemampuan yang bapak miliki? Tujuannya
agar bapak dapat menilai kemampuan positif yang masih bapak miliki
dan juga agar bapak dengan saya dapat saling mengenal sekaligus
bapak dapat mengetahui keuntungan berinteraksi dengan orang lain dan
kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain. Apakah bapak
bersedia?”Berapa lama bapa mau berbincang-bincang? Bagaimana
kalau 20 menit ? Bapa mau berbincang-bincang dimana? Baiklah pak
kita akan berbincang-bincang disini”
B. Fase Kerja
“Bapak, tadi saya lihat kok bapak sendirian aja, tidak mengobrol atau
berinteraksi dengan yang lain. Kalau boleh saya tahu, biasanya sehari – hari
bapak melakukan apa saja? Selain yang bapak sebutkan tadi, apakah bapak
pernah berbincang dengan orang lain? Apakah disini ada orang yang selalu
bapak ajak berbincang? Atau ada orang terdekat bapak disini? Oh begitu
ya. Saya ingin bertanya, apakah bapak tahu keuntungan berinteraksi dan
kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain? Baik, kalau bapak tidak
tahu, akan saya beritahu ya pak. Keuntungan yang didapatkan ketika
berinteraksi dengan orang lain yaitu, bapak bisa memiliki banyak teman,
33
bisa saling tolong menolong, dan juga bisa bertukar cerita dengan oran lain
sehingga bapak tidak akan sendirian lagi. Untuk kerugiannya, akan merasa
sulit ketika membutuhkan bantuan orang lain, kemungkinan tidak akan
memiliki teman dan tidak ada teman untuk berbagi cerita. Baik, Sekarang
saya akan mengajarkan bapak bagaimana cara berkenalan dengan orang
lain. Bapak bisa perkenalkan diri bapak kepada saya sebagai latihan untuk
berkenalan dengan orang lain. Bagus sekali, bisa bapak praktekkan yang
saya ajarkan tadi. Bagaimana kalaua kegiatan berbincang – bincang dengan
orang lain dimasukan ke dalam jadwal kegiatan bapak ?”
C. Fase Terminasi
a. Evaluasi subjektif dan objektif
“ Bagaimana perasaan bapak setelah kita bincang-bincang?. Coba
bapak sebutkan lagi kegiatan apa yang sering bapak lakukan? Bagus
sekali pak masih ingat langkah-langkah yang saya ajarkan tadi. Nah,
kemampuan ini dapat dilakukan juga di rumah setelah pulang ya”
b. RTL
“ Tadi saya sudah memberitahu apa saja keuntungan berinteraksi
dengan orang lain dan kerugian tidakberinteraksi dengan orang lain
dan juga cara berkenalan yang benar. Saya harap kakak dapat
mencobanya Ketika berinteraksi dengan orang lain.”
c. Kontrak yang akan datang
“Baiklah, pertemuan kita cukup sampai disini. Besok kita akan
berbincang – bincang lagi tentang jadwal yang telah kita buat dan
mempraktekkan bagaimana cara berkenalan dengan orang lain.”
Waktu : “Berapa lama kakak punya waktu untuk berbincang –
bincang? Apakah 15 menit saja cukup?” Tempat : “Dimana kakak mau
berbincang – bincang untuk besok? Sama seperti hari ini atau di
tempat lain?”
34
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
TINDAKANKEPERAWATAN KESEHATAN JIWA
DI UNIT RAWAT INAP RUMAH SAKIT JIWA
IMPLEMENT EVALUA
ASI SI
Hari/Tanggal : 22 September 2023 S:
Data : Klien mengatakan sudah tau dan bisa untuk
DS : - Klien tampak tidak mau berinteraksi berkenalan
dengan orang lain
DO : Klien tampak lebih sering menyendiri O :
dan susah memulai pembicaraan. - Pasien sudah bias berkenalan
- Pasien masih tampak bingung untuk
Diagnosa Keperawatan : memulai pembicaraan
Isolasi sosial
A:
Tindakan Keperawatan : Isolasi Sosial (+)
1. Membina hubungan saling percaya
2. Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial P :
pasien Klien : Anjurkan memasukan ke dalam
3. Mendiskusikan dengan pasien tentang jadwal kegiatan
keuntungan berinteraksi dengan orang lain Perawat : Melaksanakan sp 2
4. Mendiskusikan dengan pasien kerugian
tidak berinteraksi dengan orang lain
5. Mengajarkan pasien cara berkenalan
dengan satu orang
Paraf Perawat dan
6. Menganjurkan pasien memasukkan Nama Lengkap
kegiatan latihan berbincangbincang dengan
orang lain dalam jadwal kegiatan harian
RTL :
35
- Evaluasi SP 1
- Melanjutkan SP 2
36
PELAKSANAAN TINDAKAN
STRATEGI PELAKSAAN ISOLASI SOSIAL (ISOS)
Nama : Tn. H
Ruang : Kaswari
Hari/Tanggal : Senin , 25 September 2023
Pertemuan : Ke-2
I. Proses Keperawatan
A. Kondisi Klien
Klien mengatakan sudah tau ke untungan dari berinteraksi dengan orang
lain namun sedikit malas untuk berkeanlan dengan orang baru. Klien
tamoak ragu dan sedikit tidaka bersemangat
B. Diagnosa Keperawatan
Isolasi Sosial (Isos)
C. Tujuan Khusus
1. Bina hubungan saling perca
2. Berkenalan dengan satu orang
D. Tindakan Keperawatan
A. Evaluasi jadwal kegiatan harian
B. Berikan kesempatan kepada klien mempraktikan cara berkenalan
dengan satu orang.
C. Bantu klien memasukan kegiatan berbincang-bincang ke dalam
jadwal harian .
II. Proses Tindakan Keperawatan
A. Orientasi
1. Salam Terapeutik
“ Assallamualaikum pak apa bapak masih kenal dengan saya? Iya pak
Saya perawat S, saya mahasiswa dari universitas Indonesia maju. Saya
praktek selama 3 minggu disini dari tgl 18 september samapi 07
oktober. Hari ini saya dinas pukul 08.00 sampai 14,00.
2. Evaluasi/Validasi :
“ Bagaimana perasaan bapak hari ini ? “ Bagaimana tidurnya semalam
nyenyak pak?
37
3. Kontrak
a. Topik
“ Bapak sesuai janji kita kemarin, pagi ini kita berbincang
bincang untuk berkenalan dengan satu orang.”
b. Waktu
“ Bapak bagaimana kita berbincang bincang nya 15 menit saja”
c. Tempat
“ Bapak bagaimana kita berbincang bincang nya di meja makan
saja?”
B. Tahap Kerja
1) Apakah bapak masih mengingat apa keuntungan dari berinteraksi
2) Apakah bapak mengingat kegiatan dari tidak berinteraksi?
3) Apakah bapak mempraktikan cara berkenalan?
4) Nah sekarang bapak coba berkenalan dengan satu orang dulu
C. Terminasi
1. Evaluasi
a. Evaluasi pasien : “ bagaimana persaan bapak seyelah berbincang
bincang?”
b. Evaluasi perawat : “Sekarang coba bapak praktikan kembali cara
berkenalan.
2. Tindak Lanjut Pasien
“ Saya berharap setelah kita berbincang bincang bapak dapat berkenalan
dengan orang – orang dan bapak dapat memasukannya ke dalam jadwal
kegiatan.”
3. Kontrak yang akan dating
a. Topik
“ Bagaimana pak kalo besok kita berkenalan dengan dua orang
b. Waktu
“ Jam berapa besok kita akan bertemu pak? Bagaimana kalau jam
09.00 pagi
c. Tempat
“ tempatnya kita di sini lagi saja ya.
38
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
TINDAKANKEPERAWATAN KESEHATAN JIWA
DI UNIT RAWAT INAP RUMAH SAKIT JIWA
IMPLEMENT EVALUA
ASI SI
Hari/Tanggal : 25 September 2023 S:
Data : Klien mengatakan sudah memiliki satu
DS : - Klien mengatakan sudah tau teman
keuntungan dari berinteraksi dengan orang
lain namun sedikit malas dengan orang O:
baru Klien tampak senang memiiliki satu teman
DO : Klien tampak ragu dan sedikit
bersemangat. A:
Klien tampak malu-malu dan sedikit bingung
Diagnosa Keperawatan: untuk memulai pembicaraan
Isolasi sosial (ISOS)
P:
Klien : Anjurkan memasukan ke dalam
Tindakan Keperawatan: jadwal kegiatan
1. Membina hubungan saling percaya Perawat : Melaksanakan sp 3
2. Berkenalan dengan satu orang
RTL :
- Evaluasi SP 2 Paraf Perawat dan
- Melanjutkan SP 3 Nama Lengkap
39
BAB V
PEMBAHASAN
Pada bab ini kami akan menguraikan kasus yang diamati serta
membandingkannya dengan teori yang didapat untuk mengetahui sejauh mana
faktor pendukung, penghambat dan solusinya dalam memberikan asuhan
keperawatan pada klien Tn.H dengan gangguan: isolasi sosial diruang kasuari
Soeharto Heerjan.
Dalam pembahasan ini mencakup semua tahap proses keperawatan dengan cara
pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan.
40
A. PENGKAJIAN
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar dari proses keperawatan
dengan cara wawancara dan observasi secara langsung dengan klien, informasi
dari catatan keperawatan, catatan medis dan perawat ruang.Pada tanggal 23
September 2023 dilakukan pengkajian kepada Tn.H di ruang Kasuari, Rumah
Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan. Klien berusia 29 tahun, yang beragama islam
dengan pendidikan terakhir SMP. Klien tidak bekerja hanya berdiam diri
dirumah, klien datang diantar oleh tidak dianggap dan merasa tidak berguna
bagi keluarganya. Saat dilakukan pengkajian mengenai perawatan diri klien
mengatakan hanya mandi satu kali ibunya. Kebutuhan klien ditanggung oleh
ibunya. Saat pengkajian klien mengatakan malas untuk berinteraksi dengan
orang lain, saat mandi klien tidak menggosok gigi dan tidak menggunakan
sabun serta tidak berkeramas klien mengatakan suka melempar barang dan suka
marah-marah dan tidak mau diganggu ketika sedang menyendiri.
Klien mengatakan pernah mengalami gangguan jiwa sebelumnya,
namun pengobatan sebelumnya belum berhasil karena putus obat. Klien
mengatakan tidak pernah mengalami aniaya seksual.
Pada saat pengkajian mengenai konsep diri klien mengatakan
menyukai seluruh anggota tubuhnya tetapi klien paling suka dengan bentuk
wajahnya. Klien memperkenalkan diri sebagai anak laki-laki pertama. Klien
berharap ingin segera sembuh dan berkumpul dengan keluarganya kembali
walaupun klien sering merasa malas untuk berinteraksi. Klien mengatakan pada
saat dirumah ia jarang mengikuti kegiatan di masyarakat karena merasa malas
dalam bersosialisasi
Berdasarkan data pengkajian diatas didapatkan data bahwa klien yang
bernama Tn.H yang berusia 29 tahun malas untuk berinteraksi dengan orang
lain karena merasa dirinya tidak diperlukan, klien mengatakan suka melempar
barang dan suka marah-marah dan tidak mau diganggu ketika sedang
menyendiri. Maka dari itu ditemukan masalah keperawatan Defisit Perawatan
Diri
41
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan adalah penilaian atau kesimpulan yang diambil
dari pengkajian keperawatan, kemudian di identifikasi masalah yang muncul
dan dikaitkan dengan data yang ada. Diagnosa yang kami dapatkan 4 diagnosa
yaitu:
1. yang pertama deficit perawatan Diri. Klien mengatakan mandi hanya satu
kali sehari, dan tidak menggunakan sabun. Klien juga mengatakan jarang
menggosok gigi dan tidak berkeramas. Penampilan klien tampak tidak rapi
dan acak-acakan, rambut klien tampak gimbal dan kotor
2. Diagnosa yang kedua yaitu: Harga Diri Rendah. Klien mengatakan merasa
tidak dianggap dan merasa menjadi beban bagi keluarganya. Klien tampak
menyendiri, dan tampak murung
3. Diagnosa yang ketiga yaitu : Isolasi Sosial. Klien mengatakan malas untuk
berinteraksi dengan oranglain Klien tampak kurang berinteraksi dengan
teman seruangannya, tampak sering menyendiri
4. Diagnosa keempat yaitu : Risiko Perilaku Kekerasan. klien mengatkan suka
melempar barang-barang dan marah ketika merasa terganggu. Klien tampak
menyendiri dan tidak mau diganggu.
C. PERENCANAAN
Rencana Tindakan yang ada kasus kami dapat memprediksi waktu pencapaian
keberhasilan Tindakan dengan melihat kondisi kemampuan dan kebutuhan
klien, adapun kesengajaan yang terjadi tidak menjadi penghambat dalam
merencanakan Tindakan.
Perencanaan pada diagnosa keperawatan defisit perawatan diri, harga diri
rendah, isolasi sosial, dan risiko perilaku kekerasan.
Dalam merencanakan Tindakan keperawatan kami mengalami hambatan
dikarenakan klien selalu ingin menyendiri dan susah diajak berbicara, tetapi
setelah membina hubungan saling percaya dan berkenalan lebih lanjut klien
bersedia berbincang-bincang dan melakukan tindakan yang diajarkan.
42
D. IMPLEMENTASI
Pada tahap implementasi asuhan keperawatan yaitu: diberikan pada klien
dengan isolasi sosial sesuai Tindakan keperawatan. Berdasarkan hasil
implementasi keperawatan yang telah dilakukan pada Strategi pelaksanaan
yaitu:
SP I P
1. Membina hubungan saling percaya
2. Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial pasien
3. Mendiskusikan dengan pasien tentang keuntungan berinteraksi dengan
orang lain
4. Mendiskusikan dengan pasien kerugian tidak berinteraksi dengan orang
lain
5. Mengajarkan pasien cara berkenalan dengan satu orang
6. Menganjurkan pasien memasukkan kegiatan latihan berbincang-bincang
dengan orang lain dalam jadwal kegiatan harian
SP II P
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2. Memberikan kesempatan kepada pasien mempraktekkan cara berkenalan
dengan satu orang
3. Membantu pasien memasukkan kegiatan berbincang-bincang dengan
satu orang ke dalam jadwal kegiatan harian
SP III P
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2. Memberikan kesempatan kepada pasien mempraktekkan cara berkenalan
dengan dua orang atau lebih
3. Menganjurkanpasien memasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian
43
telah ditentukan antara tujuan khusus dan tujuan umum. Klien dapat membina
hubungan saling percaya. Klien dapat melakukan treatment untuk
mengendalikan dorongan bunuh dirinya 1x24 jam di dapatkan.
Berdasarkan hasil evaluasi hari pertama pada Strategi pelaksanaan I data
subjektif klien mengatakan mau berlatih kebersihan diri secara mandiri,
Pada evaluasi hari ke 2 masalah sudah teratasi pada SP I. dan SP 11 data
subjektif klien mengatakan sudah mampu melakukan sosialisasi secara mandiri
yaitu mampu berinteraksi dengan orang lain tanpa di perintah.
Pada evaluasi ke 3 masalah teratasi SP I dan SP Il teratasi lanjut SP III
data subjektif klien mengatakan sudah mengetahui cara eliminasi yang baik dan
mampu menerapkannya.
Jadi pada tahap evaluasi pada klien dengan masalah isolasi sosial ini
terlaksana sesuai rencana. Dengan hasil klien dapat bersosialisasi dengan lebih
baik dari sebelumnya dan mampu menerapkannya pada kegiatan harian.
44
BAB VI
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Setelah dilakukan pengkajian dengan menjalankan asuhan keperawatan pada
Tn.H dengan masalah keperawatan Isolasi Sosial, dapat disimpulkan :
Analisis intervensi berkenalan dengan orang lain pada 2 responden di Ruang
kasuari Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan telah menunjukkan
peningkatan sosialisasi yang signifikan, hal ini terlihat dari penjelasan secara
rinci seperti berikut:
1. Penerapan intervensi berkenalan dengan orang lain berpengaruh terhadap
peningkatan sosialisasi pada pasien isolasi sosial, dibuktikan dengan data
karakteristik pasien isolasi sosial yaitu usia, jenis kelamin, dan interaksi
seperti faktor jarang berbicara dengan orang lain dan skor tingkat sosialisasi.
Faktor jarang interaksi, tidak berbicara dengan orang lain merupakan salah
satu faktor yang menyebabkan tidak meningkatnya sosialisasi.
2. Penerapan berkenalan dengan orang lain pada pasien isolasi sosial terjadi
peningkatan pada sosialisasi, mulai dari skor tingkat sosialisasi responden 1
yaitu 14 menjadi 20 dan responden 2 dari 23 menjadi 30.
3. Perubahan skor tingkat sosialisasi pada pasien isolasi sosial setelah
diberikan intervensi berkenalan dengan orang lain, hal ini menunjukkan
bahwa semakin sering melakukan intervensi berkenalan dengan orang lain
dapat mempengaruhi skor tingkat sosialisasi pada pasien isolasi sosial.
B. SARAN
Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan, maka saran yang
dapat diberikan Dalam upaya meningkatkan pelayanan keperawatan,
pengetahuan dan pemahaman tentang asuhan keperawatan pada klien
dengan masalah pemenuhan kebutuhan perawatan diri sebagai berikut :
45
3. Bagi Perawat dan Tenaga kesehatan lainnya diharapkan dengan adanya
pengkajian ini tenaga medis dapat membina hubungan saling percaya
bersama klien agar dapat muncul komunikasi yang baik dan klien bisa
mengutarakan masalahnya agar tercapainya proses keperawatan.
4. Bagi keluarga klien diharapkan keluarga klien dapat mengunjungi klien
dan memberikan dukungan serta perhatian yang cukup untuk klien agar
mempercepat proses penyembuhan klien.
46
DAFTAR PUSTAKA
Breland-Noble A.M et all. (2016). Handbook of Mental Health in African American
Youth. Springer. London: New York
Fortinash & Worret. (2011). Psychiatric Mental Health Nursing. (5 rd ed.). St.
Louis: Mosby
PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator
Diagnostik, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI
PPNI (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1, Jakarta : DPP PPNI
PPNI (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1, Jakarta : DPP PPNI
Stuart, G.W. (2013). Principles and Practice of Psychiatric Nursing 10 th Ed.
Canada: Evolve.
Stuart, G. W. (2017). Principles and Pravtice of Psychiatric Nurshing (10th
Edition).
St.Louis : Mosby Years Book Inc.
Sutejo. 201. Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Pustaka Baru Pres
47