Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN SEMINAR KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN


PEMENUHAN KEBUTUHAN SPIRITUAL UNTUK PASIEN PENYAKIT KRONIS
DI RUAG ICU RS BHAYANGKARA BENGKULU

DISUSUN OLEH: KELOMPOK 3

EUNIKE NAINGGOLAN: F0H020022


VANISYA DEWI TSHAQUELLA : F0H020014
RARA JULINDA PUTRI : F0H020006
AULIA JANNATA RIZKI : F0H020032
ALFIAN JIHAD ASSIDIQ : F0H020048

PRODI D3 KEPERAWATAN
FAKULTAS MATEMATIKAN DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BENGKULU
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kepada Allah SWT karena berkat rahmat dan hidaya-Nya
akhirnya dapat menyelesaikan penyusunan proposal yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada
Pasien Dengan Pemenuhan Kebutuhan Spiritual untuk Pasien Penyakit Kronis di RS
Bhayangkara Bengkulu”. Makalah ini ditulis sebagai persyaratan PKKD praktik klinik D3
Keperawatan di Universita Bengkulu. Penyusunan makalah ini tidak terlepas dari bimbingan dan
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu peneliti mengucapkan terimakasih yang sebesar-
besarnya kepada yang terhormat:

1. Bapak Samwilson Slamet, SKM, M. Pd, M,kes selaku pembimbing akademik yang telah
banyak memberikan pengarahan dan bimbingan sehingga proposal ini dapat di selesaikan

2. Kepada teman-teman yang telah memberikan dukungan dan saran seta kritik sehingga
proposal ini dapat di selesaikan tepat waktu.

Peneliti menyadari bahwa proposal ini masih kurang dari kesempurnaan, oleh karena itu
peneliti mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan proposal ini.
Akhir kata peneliti berharap semoga proposal ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Bengkulu, 06 Agustus 2021

Kelompok 3

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR......................................................................................................................... ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................................1
a. Latar Belakang .......................................................................................................................1
b. Tujuan Penulisan....................................................................................................................1
c. Rumusan Masalah..................................................................................................................1
d. Manfaat...................................................................................................................................1

BAB II TINJAUAN TEORITIS..........................................................................................................2


a. Konsep Dasar Pemenuhan Kebutuhan Spiritual.....................................................................2
b. Konsep Dasar Askep..............................................................................................................11
I. Pengkajian.................................................................................................................11
II. Analisis Data.............................................................................................................16
III. Diagnosa Keperawatan..............................................................................................17
IV. Intervensi...................................................................................................................17
V. Implementasi.............................................................................................................19
VI. Evaluasi.....................................................................................................................19

BAB III LAPORAN KASUS..............................................................................................................20


a. Pengkajian..............................................................................................................................20
b. Analisis Data..........................................................................................................................26
c. Diagnosa Keperawatan...........................................................................................................27
d. Intervensi................................................................................................................................27
e. Implementasi..........................................................................................................................28
f. Evaluasi.................................................................................................................................29

BAB IV PEMBAHASAN...................................................................................................................31
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................................................34
a. Kesimpulan.............................................................................................................................34
b. Saran
................................................................................................................................................
34

iii
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................35

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penting bagi perawat untuk memahami konsep yang mendasari kesehatanspiritual. Spiritualitas
merupakan suatu konsep yang unik pada masing-masingindividu. Manusia adalah mahluk yang
mempunyai aspek spiritual yang akhir-akhir ini banyak perhatian dari masyarakat yang di sebut
kecerdasan spiritualyang sangat menentukan kehagiaan hidup seseorang. Perawat atau nersmemahami
Ibahwa aspek ini adalah bagian dari pelayanan yang komprehensif.Karena respon spiritual kemungkian
akan muncul pada pasien.
Sebuah isu yang sering muncul dalam konsep keperawatan adalah kesulitandalam membedakan
antara spiritual dengan aspek-aspek yang lain dalam dirimanusia, khususnya membedakan spiritual dari
religi. Selain itu perawat juga perlu memahami perbedaan dimensi spiritual dengan dimensi psikologi,
danmemperkirakan bagaimana kebudayaan dengan spiritual saling berhubungan.
B. TUJUAN
Tujuan umum
:Mahasiswa mampu memahami tentang konsep dasar kebutuhan spiritual Tujuan Khusus:
1. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian kebutuhan spiritual
2. Mahasiswa dapat menjelaskan hubungan antara spiritual sehat sakit
3. Mahasiswa dapat menjelaskan peran perawat dalam memenuhi kebutuhan spiritual
4. Mahasiswa dapat menjelasskan asuhan keperawatan kebutuhan spiritual
5. Sebagai tugas perbaikan nilai mata kuliah KDM

C. Rumusan Masalah
Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Kebutuhan Spritual di Ruang ICU RS.
Bhayangkara Polda Bengkulu.

D. Manfaat
1. Toritis
Makalah ini di buat untuk dapat menambah wawasan pengetahuan tentang pemenuhan
asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan kebutuhan spiritual.
2. Praktis
Hasil makalah ini dapat memberikan informasi serta masukan dalam meningkatkan asuhan
keperawatan pada pasien dengan gangguan kebutuhan spritual di ruang ICU.

1
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. KONSEP KEBUTUHAN SPIRITUAL


Defisini Kebutuhan Spiritual
Spiritual adalah sesuatu yang berhubungan dengan spirit, semangat untuk mendapatkan
keyakinan, harapan dan makna hidup, Sedangkan spiritualitas merupakan suatu kecenderungan untuk
membuat makna hidup melalui hubungan intrapersonal, interpersonal dan intranspersonal dalam
mengatasi berbagai masalah kehidupan (Ah, Yusuf, dkk, 2016).
Spiritual adalah kemampuan untuk mengalami dan mengintegrasikan makna dan tujuan dalam hidup
melalui hubungan dengan diri sendiri, orang lain, ataupun dengan Tuhan Yang Maha Esa (Ernawati,
2012).
Menurut Florence Nightingale, Spiritual adalah proses kesadaran menanamkan kebaikan secara
alami, yang mana meemukan kondisi terbaik bagi kualitas perkembangan yang lebih tinggi. Spiritualitas
mewakili totalitas keberadaan seseorang dan berfungsi sebagai perspektif pendorong yang menyatukan
berbagai aspek individual. Spiritualitas dalam keperawatan, adalah konsep yang luas meliputi nilai,
makna dan tujuan, menuju inti manusia seperti kejujuran, cinta, peduli, bijaksana, penguasaan diri dan
rasa kasih; sadar akan adanya kualitas otoritas yang lebih tinggi, membimbing spirit, atau transenden
yang penuh dengan kebatinan, mengalir dinamis seimbang dan menimbulkan kesehatan tubuh-pikiran-
spirit.
Keterkaitan spiritualitas dengan proses penyembuhan berhubungan pula konsep holistik dalam
keperawatan. Konsep holistik merupakan sarana petugas kesehatan dalam membantu proses
penyembuhan klien secara keseluruhan dalam memberikan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan
komponen biologis, psikologis, sosial, kultural dan spiritual sendiri (Ambarwati, 2014).

2. ETIOLOGI
Menurut Taylor & Craven (1997), faktor-faktor yang mempengaruhi spiritual seseorang adalah
1. Tahap perkembangan seseorang
Berdasarkan hasil penelitian terhadap anak-anak dengan empat negara berbeda,
ditemukan bahwa mereka mempunyai persepsi tentang Tuhan dan bentuk sembahyang yang
berbeda menurut usia, seks, agama, dan kepribadian anak
2. Keluarga

2
Peran orang tua sangat menentukan dalam perkembangan spiritual anak. Hal yang
penting bukan apa yang diajarkan oleh orang tua pada anak tentang Tuhan, tetapi apa yang anak
pelajari mengenai Tuhan, kehidupan, diri sendiri dari perilaku orang tua mereka. Oleh karena
keluarga merupakan lingkungan terdekat dan pengalaman pertama anak dalam mempersepsikan
kehidupan di dunia, maka pandangan anak ada umumnya diwarnai oleh pengalaman mereka dalam
berhubungan dengan saudara dan orang tua.
3. Latar belakang etnik dan budaya
Sikap, keyakinan, dan nilai dipengaruhi oleh latar belakang etnik dan budaya. Pada
umumnya seseorang akan mengikuti tradisi agama dan spiritual keluarga. Anak belajar pentingnya
menjalankan kegiatan agama termasuk nilai moral dari hubungan keluarga. Akan tetapi perlu
diperhatikan apapun tradisi agama atau sistem kepercayaan yang dianut individu, tetap saja
pengalaman spiritual unik bagi setiap individu
4. Pengalaman hidup sebelumnya
Pengalaman hidup baik yang positif maupun pengalaman negatif dapat mempengaruhi
spiritual seseorang. Pengalaman hidup yang menyenangkan seperti pernikahan, kelulusan, atau
kenaikan pangkat menimbulkan syukur pada Tuhan. Peristiwa buruk dianggap sebagai suatu
cobaan yang diberikan Tuhan pada manusia untuk menguji imannya.
5. Krisis dan Perubahan
Krisis dan perubahan dapat menguatkan kedalaman spiritual seseorang. Krisis sering
dialami ketika seseorang menghadapi penyakit, penderitaan, proses penuaan, kehilangan, dan
bahkan kematian. Bila klien dihadapkan pada kematian, maka keyakinan spiritual dan keinginan
untuk sembahyang atau berdoa lebih meningkat dibandingkan dengan pasien yang berpenyakit
tidak termIinal.
6. Terpisah dari ikatan spiritual
Menderita sakit terutama yang bersifat akut, seringkali membuat individu terpisah atau
kehilangan kebebasan pribadi dan sistem dukungan sosial. Kebiasaan hidup sehari-hari juga
berubah antara lain tidak dapat menghadiri acara sosial, mengikuti kegiatan agama dan tidak dapat
berkumpul dengan keluarga atau teman yang biasa memberikan dukungan setiap saat diinginkan.
Terpisahnya klien dari ikatan spiritual beresiko terjadinya perubahan fungsi spiritual.
7. Isu moral terkait dengan terapi
Pada kebanyakan agama, proses penyembuhan dianggap sebagai cara Tuhan untuk
menunjukkan kebesaranNya walaupun ada juga agama yang menolak intervensi pengobatan.
Prosedur medis seringkali dapat dipengaruhi oleh ajaran agama seperti sirkumsisi, transplantasi

3
organ, sterilisasi,dll. Konflik antara jenis terapi dengan keyakinan agama sering dialami oleh klien
dan tenaga kesehatan.
8. Asuhan Keperawatan Yang Kurang Sesuai
Ketika memberikan asuhan keperawatan kepada klien, perawat diharapkan peka terhadap
kebutuhan spiritual klien, tetapi dengan berbagai alasan ada kemungkinan perawat justru
menghindar untuk memberi asuhan spiritual. Alasan tersebut antara lain karena perawat merasa
kurang nyaman dengan kehidupan spiritualnya kurang menganggap penting kebutuhan spiritual,
tidak mendapatkan pendidikan tentang aspek spiritual dalam keperawatan, atau merasa bahwa
pemenuhan kebutuhan spiritual klien bukan menjadi tugasnya, tetapi tanggung jawab pemuka
agama.

3. TANDA DAN GEJALA


Berbagai perilaku dan ekspresi yang dimanifestasikan klien seharusnya diwaspadai oleh perawat,
karena mungkin saja klien sedang mengalami masalah spiritual.
1. Verbalisasi distress
Individu yang mengalami gangguan fungsi spiritual biasanya memverbalisasikan distress
yang dialaminya atau mengekspresikan kebutuhan untuk mendapatkan bantuan. Misalnya seorang
istri mengatakan, “Saya merasa bersalah karena saya seharusnya mengetahui lebih awal bahwa
suami saya mengalami serangan jantung.” Biasanya klien meminta perawat untuk berdoa bagi
kesembuhannya atau memberitahu pemuka agama untuk mengunjunginya. Peawat juga perlu peka
terhadap keluhan klien tentang kematian atau merasa tidak berharga dan kehilangan arti hidup.
Kepekaan perawat sangat penting dalam menarik kesimpulan dari verbalisasi klien tentang distress
yang dialami klien.
2. Perubahan perilaku
Perubahan perilaku juga dapat merupakan manifestasi gangguan fungsi spiritual. Klien yang
merasa cemas dengan hasil pemeriksaan atau menunjukkan kemarahan setelah mendengar hasil
pemeriksaaIn mungkin saja sedang menderita distress spiritual. Ada yang bereaksi dengan
mengintrospeksi diri dan mencari alasan terjadinya suatu situasi dan berupaya mencari fakta yang
dapat menjelaskan situasi tersebut, tetapi ada yang bereaksi secara emosional dan mencari
informasi serta dukungan dari keluarga atau teman.
3. Perasaan bersalah, rasa takut, depresi, dan ansietas mungkin menunjukkan perubahan
fungsi spiritual.

4
4. PATWAY

Penyakit akut,
Faktor Predisposisi
kronis, terminal

Harga diri
rendah Isolasi sosial

i
Perasaan bersalah, rasa Verbalisasi distress
takut, deperesi Perubahan perilaku

Ketidakefektifan koping

ansietas keputusasaan

Distress spiritual

5. PASIEN YANG MEMBUTUHKAN BANTUAN SPIRITUAL


1. Pasien kesepian
Pasien dalam keadaan sepi dan tidak ada yang menemani akan membutuhkan bantuan
spiritual karena mereka merasakan tidak ada kekuatan selain kekuatan tuhan, tidak ada yang
menyertainya selain tuhan.
2. Pasien ketakutan dan cemas

5
Adanya ketakutan atau kecemasan dapat menimbulkan perasaan kacau, yang dapat
membuat pasien membutuhkan ketenangan pada dirinya dan ketenangan yang paling besar adaalah
bersama tuhan.
3. Pasien menghadapi pembedahan
Menghadapai pembedahan adalah sesuatu yang sangat mengkhawatirkan karena akan
timbul perasaan antara hidup dan mati. Pada saat itulah keberadaan pencipta dalam hal ini adalah
tuhan sangat penting sehingga pasien selalu membutuhkan bantuan spiritual.
4. Pasien yang harus mengubah gaya hidup
Perubahan gaya hidup dapat membuat seseorang lebih membutuhkan keberadaan tuhan
(Kebutuhan spiritual). Pola gaya hidup dapat membuat kekacauan keyakinan bila kearah yang lebih
buruk. Akan tetapi bila perubahan gaya hidup ke araaha yang lebih baik, maka pasien akanlebih
membutuhkan dukungan spiritual.

Untuk mencapai spiritual secara menyeluruh, terdapat beberapa hal diantaranya;


mystery, love, suffering, hope, forgiveness, peace and peacemaking, grace, and prayer :

a. Mystery adalah pengalaman manusia yang melekat dalam kehidupannya, dan ini
merupakan nilai spiritual yang melekat dalam dirinya serta dimengerti dan dapat
menjelaskan yang akan terjadi setelah kehidupan ini. Kepercayaan terhadap nilai
kehidupan akhirat akan memberikan spirit khusus, menjadi motivator persepsi dalam
memaknai sehat sakit, menjadi sumber kekuatan dalam proses penyembuhan yang dapat
mengalahkan semua kesakitan dan penderitaan di dunia.
b. Love/ Cinta merupakan sumber dari segala kehidupan, menjadi bahan bakar dari nilai
spiritual, karena perasaan cinta berasal dari hati, pusat dari penampilan ego seseorang.
Hubungan antara cinta dan proses penyembuhan adalah meneruskan berbagai sumber
untuk eksplorasi sesuatu yang menakjubkan dalam proses penyembuhan. Cinta termasuk
dimensi cinta pada diri sendiri, devine love, cinta untuk orang lain, cinta dengan
kehidupan rohaniah, dan cinta untuk seluruh aspek kehidupan.
c. Suffering/ Keberadaan dan arti penderitaan adalah merupakan domain spiritual.
Penderitaan adalah salah satu issue inti dari misteri kehidupan, dapat terjadi karena
masalah fisik, mental, emosional dan spiritual. Perawat perlu memperhatikan respon
penderitaan seseorang karena akan mempengaruhi konsep sehat sakit dan upaya mencari
penyembuhan.
d. Hope/ Harapan terkait dengan keinginan di masa yang akan datang, berorientasi pada
masa yang akan datang. Ini adalah merupakan energi spirit untuk mengantisipasi apa

6
yang akan terjadi kemudian, bagaimana caranya bisa menjadi lebih baik. Disinilah makna
spiritualitas dari sebuah harapan. Dia merupakan hubungan yang positif antara harapan,
spiritual well-being, nilai keagamaan, dan perasaan positif lainnya.
e. Forgiveness/ Pemaaf adalah komponen utama dari self-healing. Memaafkan orang lain
dan menerima keadaan.
f. Peace and Peacemaking/ Damai dan pembentukan perdamaian bagi sebagian orang tidak
bisa dipisahkan dari keadilan yang melekat pada diri seseorang, dimana seseorang bisa
hidup dan berada dalam langkungan alamiah dan menyembuhkan.
g. Grace/ Anggun, lemah lembut adalah pengalaman yang mengandung elemen surprise
atau kejutan, perasaan terpesona, kagum, misteri dan perasaan bersyukur akan keadaan
kita. Grace merupakan dukungan yang diperlukan untuk mengatasi sesuatu yang tidak
menyenangkan atau tidak diharapkan. Grace dalam kehidupan nyata lebih tampak pada
rasa bersyukur atas apa yang telah diberikan oleh Tuhan.
h. Prayer/ Berdoa merupakan ekspresi dari spiritualitas seseorang. Berdoa adalah insting
terdalam dari manusia, keluar dari suatu kesadaran yang tinggi bahwa Tuhan adalah
maha mengatur semua kehidupan. Berdoa meliputi pencarian terhadap hubungan erat dan
komunikasi dengan Tuhan atau sumber yang misterius. Berdoa adalah usaha keras untuk
memohon kepada Tuhan agar diberikan kebaikan, keberkahan, kemudahan, kesehatan,
jalan keluar dari segala kesulitan dan lain-lain.

Macam-macam gangguan yang mungkin terjadi pada sistem kebutuhan


a. Verbalisasi distress
Biasanya mengekspresikan kebutuhan untuk mendapatkan bantuan.
b. Perubahan perilaku ( distress spiritual)
Perubahan perilaku juga merupakan manifestasi gangguan fungsi spiritual. Klien yang
merasa cemas dengan hasil pemeriksaan atau menunjukan kemarahan setelah mendengar
hasil pemeriksaan mungkin saja sedang menderita distress spiritual. Ada yang bereaksi
dengan perilaku mengintrospeksi diri dan mencari alasan terjadinya suatu situasi.
Perasaan bersalah, rasa takut, depresi, dan anseitas mungkin menunjukkan perubahan
fungsi spiritual.

6. PENATALAKSANAAN MEDIS

7
Jika klien mengalami distres spiritual atau mempunyai masalah kesehatan yang menyebabkan
keputusasaan, maka akan timbul perasaan kesepian. Klien akan merasa terisolasi dari orang yang
biasanya memberikan dukungan. Apapun keragaman intervensi yang mungkin dipilih oleh perawat
untuk klien, hubungan mengasihi dan saling memahami penting. Baik klien dan perawat harus merasa
bebas utnuk merelakan dan menemukan bersama makna penyakit yang dialami pasien dan
dampaknya pada makna dan tujuan hidup klien. Pencapain tingkat pemahaman ini bersama klien
memampukan perawat memberi perawatan dengan cara yang sensitif, kreatif, dan sesuai.

a. Menetapkan Kehadiran
Klien telah melaporkan bahwa kehadiran perawat dan aktivitas pemberi perawatan
menunjang adanya perasaan sejahtera dan memberikan harapan untuk pemulihan (clark et al.1991).
Perilaku pemberian perawatan spesifik yang menunjukan kehadiran perawat meliputi member I
perhatian, menjawab pertanyaan, dan mempunyai sikap positif dan memberikan dorongan (tetapi
realistis). Perawat dapat menunjukan adanya rasa kehadiran dalam berbagai cara yang tidak
menyolok: melakukan pijat punggung dengan penyegaran, sentuhan yang lembut; dengan hati-hati
memposisikan klien tanpa menimbulkan rasa nyeri; dengan halus memberikan perawatan mulut
dan bekerja bersama klien untuk dengan lambat dan berhati-hati bergerak dari tepi tempat tidur ke
kursi. Memberikan sentuhan yang menyegarkan dan mendukung, menunjukan rasa percaya diri dan
menyediakan waktubagi klien ketika terapi diberikan akan membantu menciptakan kehadiran.
Klien yang sakit mengalami kehilangn control dan mencari seseorang untuk memberikan arahan
dan perawatan yang kompeten.
b. Mendukung Hubungan yang Menyembuhkan
Benner (1984) yang mendefiniskan tiga langkah yang ternyata terbukti ketika hubungan
yang menyembuhkan terbina antara perawat dank lien:
1) Mengerahkan harapan bagi perawat, demikian halnya bagi klien.
2) Menemukan interprestasi yang dapat diterima atau memahami tentang penyakit, nyeri,
ketakutan, ansietas, atau emosi yang mengangkan.
3) Membantu klien menggunakan dukungan sosial, emosional, atau spiritual.
Inti dari hubungan yang menyembuhkan adalah mengerahkan harapan klien. Harapan
adalah motivator untuk merangkul individu dengan strategi yang dibutuhkan untuk mengahdapi
segla tantangan dalam hidup. Perawat dapat membantu klien menemukan hal-hal yang dapat
diajdikan sebagai harapan.Klien yang menderita penyakit terminal mungkin berharap data
menghadiri anak wisuda perempuanya atau untuk menjalani hidup setiap hari dengan penuh makna.

8
Untuk mendukung lebih lanjut hubungan yang menyembuhkan perawat harus tetap
menyadari tentang kekuatan dan kebutuhan spiritual klien. Penting bagi klien untuk mampu
mengekspresikan dan menelaah keyakinannya. Perawat yang menghargai kepercayaan klien dan
mengenali pengaruh spiritualitas yang diberikan terhadap penyembuhannya akan dirasakan oleh
klien sebagai sumber harapan (clark et al. 1991). Ketika penyakit atau pengobatan menimbulkan
kebingungan atau ketidakpastian bagi klien, maka perawat harus mengenali dampak dari hal ini
terhadap kesejahteraan klien. Sumber spiritual apa yang dapat diperkuat? Perawat dapat memulai
dari apa yang ingin klien ketahui dan kemudian memberikan informasi terbaik untuk
menghilangkan ketidakpastian klien. Klien mungkin juga meminta kehadiran keluarga atau teman
untuk mempertahankan persahabatan yang diperlukan untuk penyembuhan.
c. Sistem Dukungan
Dalam studi yang melibatkan klien, yahudi dan Kristen, clark et al (1991) mengetahui
bahwa sistem pendukung member I mereka rasa sejahtera terbesar selama perawatan di rumah
sakit. Sistem pendukung berfungsi sebagai hubungan manusia yang menghubungakan klien,
perawat dan gaya hidup klien sebelum terjadi penyakit. Bagian dari lingkungan pemberi perawatan
klien adalah kehadiran lingkungan pemberi perawatan klien adalah kehadiran teratur dari keluarga
dan teman yang dipandang oleh klien sebagai pendukung. Perawat merencankan perawatan
bersama klien dan jaringan pendukung klien untuk meningktakan ikatan interp[ersonal yang sangat
penting untuk penyembuhan. Sistem pendukung sering memberi sumber penyembuhan. Sitem
pendukung member sumber kepercayaan yang memperbarui jati diri spiritual klien. Keluarga dan
teman mungkin juga menjadi sumber penting dalam melakukan ritual kebiasaan keagamaan yang
dianut klien.
d. Berdoa
Tindakan berdoa adalah bentuk “dedikasih diri” yang memungkinkan individu untuk
bersatu dengan Tuhan atau Yang Maha Kuasa (McCullough,1995). Berdoa memberi kesempatan
individu untuk memperbarui kepercayaan dan keyakinannya kepada yang maha kuasa dalam cara
yang lebih formal. Bagi banyak orang, berdoa adalah suatu kesempatan untuk meninjau kembali
kelemahan yang mereka rasa dan untuk membuat komitmen hidup lebih baik. Klien dapat
berpartisipasi dalam berdoa secara pribadi atau mencari kesempatan untuk kelompok berdoa
dengan keluarga, teman, atau kelompok rohaniawan. Berdoa telah ditemukan sebagai suatu sumber
yang efektif bagi seseorang untuk mengatasi nyeri, stress, dan distres. Seringkali berdoa
menyebabkan seorang merasakan perbaikan Susana hati dan merasakn kedamaian dan ketenangan.
e. Terapi Diet

9
Makanan dan nutrisi adalah aspek penting dari asuhan keperawatan. Makanan juga
komponen dari kepatuhan keagamaan. Seperti halnya kultur atau agama tertentu, makanan dan
ritual sekitar persiapan dan penyajian makanan dapat menjadi bagian penting dari spiritualitas
seseorang. Agama hindu banyak mempunyai pantangan diet. Beberapa sekte adalah penganut
vegetarian, mempercayai bahwa membunuh segala mahluk hidup adalah suatu tindakan kriminal.
Banyak orang beragama budha juga vegetarian. Sebagian penganut gama budha mempraktikan
moderasi dan tidak menggunakan alkohol , tembakau, atau obat-obatan dan berpuasa pada hari-hari
khusus beragama. Makan daging babi dan mengkonsumsi alkohol adalah larangan dalam agama
islam. Sebagai tradisi larangan Kristen, seperti hari ketujuh, mempunyai peraturan diet. Kelompok
lainya, seperti evangelikan melarang penggunaan alcohol, kafein, dan tembakau. Sebagai penganut
adven hari ketujuh mungkin menolak makanan yang mengandung daging. Perawat dapat
mengintrogasikan pilihan diet klien ke dalam perawatan sehari-hari. Hal ini membutuhkan
konsultasi dengan ahli gizi dari institusi perawatan kesehatan. Pada situasi ketika dapur rumah sakit
atau rumah perawatan tidak dapat meyiapkan makanan dengan cara yang dipilih, keluarga dizinkan
untuk membawa makanan yang sesuai dengan semua pantangan diet yang diberlakukan oleh
kondisi klien
f. Mendukung Ritual
Bagi banyak klien, kemampuan untuk menelaah ritual keagamaan adalah suatu sumber
koping yan penting. Hal ini terutama benar bagi seorang lansia. Perawat yang bertugas
dilingkungan perawatan akut dan perawatan jangka panjang ,menjadi aktif dalam perawatan
spiritual klien, mereka membekali diri dengan kebijakan rumah sakit mengenai kunjungan,
pelayanan gereja, dan semua hal-hal yang berkenan dengan itu seperti penggunaan lilin untuk
berdoa. Selain itu,perwat dapat berkonsul dengan dokter dan farmasi tentang penggunaan obat-obat
pribadi klien,ramuan tradisional,atau medikasi herbal,jika memungkinkan. Karena kunjungan ke
kapel atau musolah rumah sakit atau menghadiri suatu layanan mungkin penting bagi klien yang
dirawat dirumah sakit dan keluarganya,pengarahan tentang kapel atau musolah harus dicakupkan
selama orientasi pada fasilitas medis. Pengaturan mungkin diperlukan dengan pastoran dari
departemen perawatan bagi klien dan keluarganya sehingga dapat menerima sakramen. Perawat
merencanakan perwatan pribadi,terapi,atau pemeriksaan untuk memungkinkan pelayanan dari
tempat ibadah , pembacaan keagamaan,atau kunjungan spiritual.

10
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
Pengkajian Merupakan tahap awal dari proses keperawatan.pengkajian harus dilakukan secara
konperhensif terkait dengan asuhan keperawatan biologis,psikologis,sosial maupun spriritual. Tujuan
pengkajian adalah untuk mengumpulkan informasi dan membuat data dasar pasien.
a. Biodata Pasien
Nama,jenis kelamin, umur,agama,status perkawinan, pekerjaan,pendidikan terakhir,alamat, No RM,
diagnostic medis
b. Penanggung jawab
Nama, umur, pendidikan, pekerjaan, alamat.
c.Riwayat Kesehatan
Keluhan Utama: Penyebab utama pasien datang kerumah sakit
Riwayat Kesehatan Sekarang : Kondisi pasien saat datang kerumah sakit
Riwayat Kesehatan Dulu : Apakah pasien pernah dirawat dan memiliki penyakit lainnya
Riwayat Kesehatan Keluarga : Apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit serupa

a. Riwayat keadaan psikososial.


- Persepsi pasien tentang penyakit yang dideritanya.
- Keadaan emosional pasien.
- Spiritual pasien.
b. Pengkajian pola fungsi Gordon.
Persepsi terhadap kesehatan dan manajemen
- Pasien tidak merokok dan tidak menggunakan alcohol
- Pasien tidak mengonsumsi obat tertentu
- Pasien tidak mengalami keluhan apapun
- Pasien tidak merasa terbebani oleh penyakitnya
- Pasien optimis tentang kesembuhannya

11
Pola aktivitas dan Latihan
- Mandi normalnya 2x dalam satu hari
- Pakaian yang digunakan rapi dan bersih
- Mampu dalam beraktivitas sehari – hari
- Mampu merawat diri sendiri

Aktivitas 0 1 2 3 4
Mandi 
Berpakaian/berdandan 
Mobilisasi ditempat tidur 
Pindah 
Ambulansi 
Makan/Minum 

Keterangan : 0 : Mandiri
1 : dibantu Sebagian
2 : perlu dibantu orang lain
3 : perlu dibantu orang lain dan alat
4 : tergantung atau tidak mampu

Pola istirahat dan tidur


- Normalnya tidur 6 – 8 jam per hari
- Kualitas tidur baik nyaman dan tenang
- Tidak terjadi insomnia

Pola nutrisi metabolic


- Normalnya makanan 4 sehat 5 sempurna
- Normalnya makan 3x dalam sehari
- Minum normalnya +- 8 liter/hari
- berat badan ideal tidak turun dan tidak naik

Pola eliminasi
- normalnya BAB tidak sulit, tidak berdarah, tidak keras, warna kuning
- normalnya BAK tidak kesulitan, tidak berdarah, berbau khas, berwarna kuning

Pola kognitif dan perseptual


- normalnya tidak terdapat nyeri
- fungsi panca indra tidak menggunakan alat bantu

12
- kemampuan berbicara baik tidak terbata – bata

Pola koping
- normalnya tidak adanya masalah
- kelihangan atau perubahan yang terjadi sebelumnya membaik
- tidak takut kekerasan
- yakin terhadap pandangan masa depan

pola seksual dan reproduksi


- tidak sukar untuk berhubungan
- masih menghasilkan sperma
- waktu menstruasi teratur

pola peran berhubungan


- pasien berperan dalam keluarga dan masyarakat
- pasien memiliki teman dekat
- pasian percaya dengan keluarganya jika ada masalah
- pasien tidak takut berperan aktif dalam kegiatan masyarakat

pola nilai dan kepercayaan


- pasien menganut 1 (satu) agama
- pasien tidak mengalami hambatan dalam beribadah
- pasien percaya kepada agama yang dianut

c. Pemeriksaan fisik ( Head to toe )


Meliputi 4 teknik : inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi.
- Keadaan umum : lemah
- Tingkat kesadaran : samnolen
- Tanda – tanda vital : TD : 90/60 – 120/80 mmHg
N : 60 - 100x / menit
P : 16 - 24x / menit
Sat : 95 – 100 %
- Pertumbuhan fisik TB : 164
BB : 55
Postur tubuh normal
- Keaadan kulit : warna kulit kecoklatan, tekstur kulit normal,tidak ada kulit

13
d. Pemeriksaan cepalo kaudal
- Kepala
Bentuk kepala simetris, tidak ada lesi,tidak ada bekas luka, pertumbuhan rambut merata,
Mata : simetris, penglihatan normal, konjungtiva putih susu, skelara berwarna pink, pupil
mengecil saat disenter
Telinga : bentuk simetris, pendengaran normal,telinga bersih, tidak benjolan dan tidak lesi
Hidung : simetris, penciuman normal, tidak ada pendarahan
Mulut : kemampuan berbicara normal, mokosa bibir lembab, lidah berwarna pink,indra
pengecap normal
- Leher
Tidak ada kelenjar limpe, kelenjar tiroid teraba, pergerakan leher normal
- Dada
1) Paru - paru
Inspeksi : bentuk dada simetris, tidak ada kelainan bentuk, tidak ada lesi,jenis pernafasan
normal,
Auskultasi : bunyi pernafasan normal
Perkusi : bunyi peru sonor
Palpasi : fremitus sama antara kiri dan kanan
- Abdomen
Inspeksi : abdomen simetris, tidak ada lesi, warna normal
Auskultasi : bising usus 20x/menit
Perkusi : berbunyi timpani
Palpasi : tidak teraba hepar, tidak terasa nyeri
- Genetalia
Genetalia bersih, tidak ada lesi, tidak ada edema
- Ekstremitas
1). Atas
Ekstremitas atas lengkap, tidak ada lesi, tidak ada kelainan jari, Gerakan otot normal
2). Bawah
Ekstremitas bawah lengkap, tidak ada lesi, tidak ada kelain pada kaki, Gerakan otot normal.

4. pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang merupakan hasil dari pemeriksaan laboratorium, radiologi, ct scan yang meliputi
jenis pemeriksaan,hasil, nilai normal.
5. terapi yang diberikan

14
Merupakan obat yang diberikan beserta dosis,cara pemberian,dan manfaatnya yang terkait dengan
masalah kebutuhan spiritual.

ANALISA DATA
N Data Etiologi Masalah keperawatan
o
1. Tanda mayor: 1. Menjelang ajal Distress spiritual
DS: 2. Kondisi penyakit kronis
-Mempertanyakan makna atau 3. Kematian orang terdekat
tujuan hidupnya 4. Perubahan pola hidup
-Menyatakan hidupnya terasa 5. Kesepian
tidak bermakna 6. Pengasingan diri
-Merasa menderita atau tidak 7. Pengasilan social
berdaya 8. Gangguan sosio kultural
DO: 9. Peningkatan
-Tidak mampu beribada ketergantungan pada
-Marah pada tuhan orang lain
Tanda minor 10. Kejadian hidup yang
DS: tidak diharaplan
-Merasakan hidupnya tidak
tenang
-Mengeluh tidak dapat
menerima (kurang pasrah)
-Merasa bersalah
-Merasa terasingi
-Menyatakan telah diabaikan
DO:
-Menolak berinteraksi dengan
orang terdekat
-Tidak mampu berkreativitas
-Komping tidak efektif
-Tidak berminat pada alam
atau literatur spiritual

15
2. Tanda Mayor 1. krisis situasional Ansietas
DS: 2. kebutuhan tidak terpenuhi
- merasa bingung 3. krisis maturasional
- merasa khawatir dengan 4. ancaman terhadap konsep diri
akibat dari kondisi yang 5. ancaman terhadap kematian
dihadapi 6. disfungsi sistem keluarga
- sulit berkonsentrasi 7. faktor keturunan
DO: 8.kekhawatiran mengalami
- tampak gelisah kegagalan
- tampak tegang 9. kurang terpapar informasi
- sulit tidur

Tanda Minor
DS:
- mengeluh pusing
- anoreksia
- palpitasi
- merasa tidak berdaya
DO:
- frekuensi napas meningkat
- frekuensi nadi meningkat
- tekanan darah meningkat
- diaphoresis
- tremor
- muka tampak pucat
- berorientasi pada masa lalu

2. Diagnosa keperawatan
Suatu penilaian klinis terhadap adanya pengalaman dan respon individu, keluarga terhadap masalah
Kesehatan atau proses kehidupan. Diagnose keperawatan pada pasien dengan masalah kebutuhan spiritual
adalah :
a. Distress Spiritual berhubungan dengan kondisi penyakit kronis
b. Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap kematian
3. Intervensi Keperawatan

16
Intervensi keperawatan merupakan segala treatment yang dikerjakan oleh perawat yang didasarkan oleh
pengetahuan dan penilaian krisis mencapai luaran yang diharapkan. Sedangkan tindakan keperawatan
adalah perilaku atau aktifasi spesifik yang dikerjakan oleh perawat untuk menginvestasikan intervensi
keperawatan
No Diagnose Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasionalitas
keperawatan
1. Distress Spiritual Setelah dilakukan asuhan 1. identifikasi perasaan 1.mengetahui perasaan
berhubungan keperawatan 3x24 jam khawatir, kesepian dan khawatir, kesepian
dengan kondisi status spiritual membaik ketidak berdayaan yang timbul
penyakit kronis dengan keriteria hasil: 2. idetifikasi harapan 2. mengetshui
1. verbalitas makna hidup dan kekuatan pasien seberapa besar
dan tujuan meningkat 3.berikan kesempatan harapan pasien
2. verbalitas kepuasan mengekspresikan 3. memberikan
terhadap makna hidup peraan tentang kesempatan pasien
meningkat penyakit dan kematian untuk mengkspresikan
3.verbalitas perasaan 4. fasilitasi melakukan perasaan
keberdayaan meningkat kegiatan ibadadah 4.memberikan pasien
4. perilaku marah pada 5. anjurkan untuk dapat beribadah
tuhan menurun berkonsentrasi dengan 5.ajak berkomunikasih
5.Kemampuan beribadah keluarga,teman atau
meningkat orang lain
2. Ansietas Setelah dilakukan asuhan 1.identifikasi saat 1.mengetahui tingkat
berhubungan keperawatan 3x24 jam tingkat asietas berubah asietas
dengan ancaman tingkat asietas 2.monitor tanda tanda 2.mengetahui tanda
terhadap kematian menurundengan keriteria ansietas asietas
hasil : 3.ciptakan suasana 3.menimbulkan rasa
1. verbalisasi khawatir terapuetik kepercayaan
akibat kondisi yang 4.menumbuhkan 4.memberikan waktu
dihadapai menurun kepercayaan menemani pasien
2.prilaku gelisa menurun 5.temani pasien 5.memberikan rasa
3. perasaan tegang mengrurangi nyaman pada pasien
4. konsentrasi membaik kecemasan 6.memberikan
5. perasaan keberdayaan 6.dengarkan curhatan kegiatan yang mampu
membaik dengan perhatian mengalihkan
6. pola ridur membaik 7.latih kegiatan ketegangan

17
7. oreantasi membaik pengalihan untuk
mengurangi
ketegangan

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan merupakan sebuah fase dimana perawat melaksanakan rencana atau intervensi
yang sudah dilakukan sebelumnya,berdasarkan terminologi dan menggunakan konsep SOAP.
implementasi terdiri dari melakukan dan mendokumentasikan yang merupakan Tindakan khusus yang
digunakan untuk melaksanakan intervensi.beberapa hal yang harus diperhatikan diantaranya Tindakan
keperawatan yang dilakukan harus sesuai dengan Tindakan yang sudah direncanakan. Dilakukan dengan
cara yang tepat ,aman serta sesuai dengan kondisi pasien. (memantau TTV,memberikan terapi
oksigen,mengedukasi keluarga untuk kesembuhan pasien , memantau hasil laboratorium , mengajarkan
Teknik relaksasi dan lainnya).

5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah tahap akhir dan proses keperawatan untuk mengukur respon pasien kearah
pencapaian tujuan. Evaluasi dapat berubah ,evaluasi struktur,proses dan hasil. Evaluasi terdiri dari
evaluasi formatif yaitu menghasilkan umpan balik selama program berlangsung. Sedangkan evaluasi
sumatif dilakukan setelah program selesai dan mendapatkan informasi efektifitas pengambilan keputusan.

BAB III
LAPORAN KASUS

18
PENGKAJIAN KEPERAWATAN

HARI/TANGGAL : 01 Agustus 2021


JAM : 08:00
RUANG : ICU
PERAWAT :-

1.IDENTITAS PASIEN

a. Nama : Tn. S
b. Jenis Kelamin : Laki-laki
c. Umur : 60 Tahun
d. Agama : Islam
e. Status Perkawinan : Kawin
f. Pekerjaan : PNS guru SD
g. Pendidikan Terakhir : S1
h. Alamat : Jl Juwita No 10 Bengkulu
i. No.RM : 140724
j. Diagnostik Medis : Penurunan kesadaran+ CKD ON HD

PENANGGUNG JAWAB

a. Nama : Ny. R
b. Umur : 18 Tahun
c. Pendidikan : SMA
d. Pekerjaan : Mahasiswa
e. Alamat : Jl. Juwita No.10 Bengkulu

2. RIWAYAT KEPERAWATAN

19
a. RIWAYAT KESEHATAN PASIEN

Keluhan Utama : Pasien mengalami penurunan kesadaran dan kelemahan anggota gerak

Riwayat Kesehatan Sekarang : Pasien datang kerumah sakit diantar keluarga dengan penurunan
kesadaran keluhan kelemahan anggota gerak tidak sadarkan diri. pasien sempat terjatuh ditoilet
dan ekstremitas bawah pasien tidak bisa digerakkan.
Pemeriksaan Tanda Tanda Vital :
TD : 210/114 mmHG
N : 58 x/ menit
P : 30x/ menit
Sat: 94

Riwayat Penyakit Masalalu : Ny.R mengatakan paien memiliki riwayat penyakit hipertensi

Riwayat Kesehatan keluarga: Ny.R mengatakan ibu Tn.S memiliki penyakit hipertensi

3.PENGKAJIAN POLA FUNGSI GORDON

- pasien tidak merokok dan menggunakan alcohol


-Pasien mengkonsumsi obat nyeri dan obat amodipien
- Pasien mengalami kesulitan aktivitas akibat nyeri dan kelemahan
- Pasien merasa gelisah dan tidak nyaman
- pasien sulit tidur karena nyeri

a. Pola aktivitas dan latihan

Aktivitas 0 1 2 3 4
Mandi 
Berpakaian/berdandan 
Mobilisasi ditempat tidur 
Pindah 
Ambulansi 
Makan/Minum 

Keterangan:

20
0: Mandiri
1: Dibantu sebagian
2: Perlu dibantu orang lain
3: Perlu dibantu orang lain dan alat
4: Tergantung atau tidak mampu

b. Pola Istirahat dan tidur


- Sebelum sakit 6-7 jam perhari
- Setelah sakit kurang lebih 15 jam
- Tidak ada insomnia atau sinabulisem

c. Pola nutrisi metabolik


- Sebelum sakit makan nasi, sayur, daging 3x sehari sebanyak 1-2 piring
- Setelah sakit makanan sesuai diet yang dianjurkan( nasi, susu, rendah yodium) sebanyak ¼ dari
porsi sebelum sakit
- Sebelum sakit minum sebanyak 8 gelas perhari
- Setelah sakit minum sebanyak 3 gelas perhari
- Pasien sebelum sakit tidak ada kesulitan menelan
- Setelah sakit Pasien sulit makan dan minum dan membutuhkan bantuan orang lain
- Frekuensi berat badan 6 bulan terakhir menurun

d. Pola Eliminasi
- Sebelum sakit BAB 1 kali sehari
- Setelah sakit belum ada BAB
- Sebelum sakit BAK 12 aqua
- Urine berwarna kuning
- Setelah sakit BAK kurang lebih 1 gelas, Urine berwarna kuning keruh

e. Pola kognitif dan perseptual


- Pasien mengeluh nyeri pada ekstremitas bawah dan fungsi panca indra tidak ada yang
menggunakan alat bantu
- Pasien mampu berbicara tetapi terbata-bata

21
f. Pola Koping
- Masalah utama saat masuk rumah sakit yaitu pasien mengeluh sakit kepala, penurunan kesadaran
dan kelemahan anggota gerak.
- Perubahan yang terjadi sebelumnya yaitu penyakit yang dialami setelah masuk rumah sakit
membaik
- Tidak pernah mengalami kekerasan
- Pandangan terhadap masa depan, merasa menderita dan tidak berdaya

g. Pola seksual reproduksi


- Pasien tidak pernah berhubungan seksual kurang lebih 6 tahun
- Pasien tidak ada penyakit kelamin

h. Pola peran berhubungan


- Sebelum sakit pasien berperan dalam kegiatan sehari-hari
- Pasien memiliki Teman dekat
- Setelah sakit pasien mengatakan hidupnya terasa kurang tenang
- Pasien menolak berinteraksi dengan orang terdekat atau pemimpin spiritual
- Pasien tidak berminat pada alam atau literature spiritual

I. Pola nilai dan kepercayaan


- Pasien beragama islam
- Sebelum sakit pasien tidak sulit beribadah
- Setelah sakit pasien sulit untuk beribadah, marah pada Tuhan, Tidak menerima penyakit yang
dideritanya dan pasien merasa tersaingi

4. PEMERIKSAAN FISIK

a. Keadaan umum
Kesadaran: Samnolen
Kondisi secara umum: Lemah
Tanda-tanda vital:
TD: 210/114
N: 58
RR: 30X/Menit
Sat: 89

22
pertumbuhan fisik
Tinggi badan: 165 cm
Berat badan 60kg
Keadaan kulit: warna kulit kecoklatan, tekstur kulit normal, tidak ada kelainan kulit.

b.Pemeriksaan cepalo kaudal

Kepala: Inspeksi Rambut berwarna putih, bentuk kepala simetris, pertumbuhan rambut merata, kulit
kepala sedikit kotor.
Palpasi: Terasa nyeri ekstremitas bawah

Mata: Inspeksi, Mata simetris , tampak ada kantong mata, kurang mampu menutup dan membuka
mata,skelera putih susu ,konjungtiva pink, ketajaman mata kurang
Palpasi: Bola mata teraba kenyal, tidak ada edema.

Telinga: Inspeksi: Telinga simetris, warnah masa tidak ada lesi, tidak ada kotoran, tidak ada edema, tes
ketajaman telinga baik.

Mulut: Mulut tidak berbau segar, Tidak ada lesi, tidak megunakan gigi palsu, dapat mengarahkan lida ke
kanan kiri atas bawah,mukos mulut kering.

Leher: Bentuk leher simetris, tidak teraba kelenjar tiroid, tidak ada kelenjar getah bening, sulit memutar
leher ke kanan dan kiri, arteri karotis teraba, tidak ada lesi maupun edema.
Toraks: Dada simetris, tidak ada bekas luka operasi maupun lesi, tidak menggunakan otot bantu
pernafasan, dada normal chest
Palpasi: Dada simetris,perkusi pekak ICS 3-5 sebelah kiri sternum, auskultasi vestikuler

Abdomen: Abdomen sedikit cembung, warnah abdomen kuning langsat, tidak tampak gerak pristelpik
usus, umbi likal tidak menonjol, auskultasi bising usus 20x/ menit, perkusi berbunyi timpani, palpasi
tidak teraba hepar, tidak terasa nyeri.

Genetalia: Persebaran rambut pubis merata, tidak ada lesi, edema atau pembengkakakn, genetalia sedikit
kotor.

23
Ekstremitas atas: Ekstremitas atas lengkap, terdapat sedikit lesi dibagian kiri tangan, tangan sebelah
kanan terpasang infus
Ekstremitas bawah: Ekstremitas bawah lengkap, kaki sebelah kanan terpasang oximeter, kaki sebelah kiri
terdapat bekas luka

5.Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan laboratorium tanggal periksa 01-agustus-2021

Jenis pemeriksaan Hasil Nilai normal


Hemoglobin 9,5 L: 14-16 g/dl
P: 12-14 g/dl
Leokosit 11.600 5000-10.000 ul
Trombosit 104.000 150.000- 400.000
Hemotokrit 32% L: 42-52%
P: 36-46%
Bss 83 60-140 mg%
Natrium 140 136-146 mm0l/l
Kalium 5,5 3,5- 5,0 mmol/l
Creatinin 10 mg/dl 0,6-1,2 mg/dl
Ureum 122,5 mg/dl 10-50 mg/dl
Klorida 107 96-106 mmol/l
Swab Antigen Negatif Negatif

6. Terapi yang di berikan

N Hari/tanggal Nama obat Dosis Cara Manfaat


o
1. 1 Agustus Injeksi Ceterolac 2x30 mg IV Meredakan nyeri
2021
Injeksi Ceptriaxone 2x1 gr IV Mengatasi infeksi
IUFD Rl 500Ml IV Menambah cairan
Injeksi Antrain 2x1 IV Meredakan nyeri
Diazepam 2 mg Mengatasi kecemasan
2 agustus Injeksi Ceptriaxone 2x1 IV Mengatasi Infeksi
2021
Injeksi Antrain 2mg Mengatasi kecemasan
IVFD RL 500 Ml IV Menambah cairan
3 Agustus Injeksi ceftriaxone 2x1 IV Mengatasi infeksi
2021

24
Injeksi Antrain 2x1 IV Meredakan nyeri
Diazepam 2mg Mengatasi kecemasan
IVFD RL 500 Ml IV Menambah cairan

ANALISIS DATA

Nama : Tn.S
Umur : 60 Thaun
No.Rm : 140724
Ruangan : ICU

Data Penyebab Masalah


DS: Kondisi penyakit kronis Distres spiritual
Pasien mengatakan hidupnya
kurang tenang, pasien mengeluh
tidak dapat menerima penyakit
yang diterimanya, pasien
merasa tersaingi
DO:
Marah pada tuhan, sulit
beribadah, menolak
berinteraksi, dengan orang
terdekat/pemimpin spiritual,
tidak berminat pada
alam/literatul spiritual

DIAGNOSA KEPERAWATAN
-Distres spiritual berhubungan dengan kondisi penyakit
INTERVENSI KEPERAWATAN
Nama:Tn.S
Umur:60 Tahun
No.Rm.140724
Ruangan:ICU

25
N0 Diognosa Tujuan dan kriteria Intervensi Rasional
keperawatan hasil
1 Distres spiritual Setelah dilakukan Dukungan spiritual
berhubungan dengan tindakan keperawatan -Identifikasi perasaan -Perawat mengetahui
kondisi penyakit 2x24 jam diharapkan khawatir, kesepian dan perasaan klien
kronis pasien dengan kriteria ketidakberdayaan -Memberikan waktu
hasil: -Berikan kesempatan umtuk pasien
-Verbalisasi perasaan mengekspresikan mengekspresikan
tenang meningkat perasaan tentang perasaan tentang
-Verbalisasi penyakit dan kematian penyakitnya
penerimaan -Fasilitasi melakukan -Pasien dapat
meningkat kegiatan ibadah beribadah dengan
-Verbalisasi perasaan -Anjurkan berinteraksi nyaman
asing menurun dengan keluarga atau -Pasien lebih terbuka
-Prilaku pada tuhan teman dengan keluarganya
menurun -Atur kunjungan -Perawat
-Kemampuan dengan kerohanian memfasilitasi dengan
beribada membaik mendatangkan
-Interaksi dengan rohaniawan
orang terdekat/
pemimpin spiritual
membaik
-InterPrestasi realitas
membaik

5.

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

N Hari/tanggal Jam Implementasi Respon Paraf

26
O
1. 01 Agustus 2021 16:0 -Identifikasi perasaan khawatir -Pasien mengatakan
0 kesepian dan ketidakberdayaan khawatir terhadap
hidupnya dan merasa
kesepian

-Memberikan kesempatan -Pasien mengatakan


16:3 mengekspresikan perasaan tidak tenang dengan
0 tentang penyakit dan kematian penyakit yang
dideritanya dan takut
kematian

-Memfasilitasi melakukan -Pasien menolak


kegiatan ibadah untuk melaksanakan
18:0 ibadah pada tuhan
0 karena marah

-Menganjurkan berinteraksi -Pasien masih


dengan keluarga atau teman menolak untuk
bertemu engan
19:0 keluarga
0
-Mengatur kunjungan dengan -Pasien menolak
rohaniawan untuk bertemu
rohaniawan

19:3
0
2 02 Agustus 2021 08:0 -Mengidentifikasi perasaan -Pasien mengatakan
0 khawatir, kesepian dan mulai tenang dan
ketidakberdayaan bisa menerima
hidupnya

-Memberikan kesempatan -Pasien mengatakan

27
08:3 megekspresikan perasaan tenang masih takut kematian
0 tentang penyakit dan kematian karena penyakitnya

-Memfasilitasi melakukan -Pasien mulai


kegiatan ibadah membuka hati untuk
melaksanakan ibadah
12:3
0 -Pasien mulai
-Menganjurkan berinteraksi menerima keluarga
dengan keluarga atau teman yang ingin bertemu

-Pasien masih
14:0 -Mendatangkan rohaniawan menolak untuk
0 bertemu dengan
rohaniawan

14:3
0

EVALUASI KEPERAWATAN
Hari/Tanggal/Jam Diagnosa Catatan Perkembangan Paraf
01 Agustus 2021 Distress Spiritual berhubungan S:
08:00 dengan kondisi penyakit kronis Pasien mengatakan masih merasa
gelisah dan belum mampu menerima
penyakitnya

O:
Menolak bertemu rohaniawan dan
takut akan kematian

28
A: Distress spiritual dan gangguan
mobilitas fisik

P:
Masalah belum teratasi,intervensi
dilanjutkan

02 Agustus 2021 Distress spiritual berhubungan S:


08:00 dengan kondisi penyakit kronis Pasien tidak lagi gelisah dan mulai
mampu menerima penyakitnya

O:
Mulai mau bertemu rohaniawan

A:
Distres spiritual dan gangguan
mobilitas fisik

P: Masalah teratasi sebagian,


intervensi dilanjutkan

BAB IV
PEMBAHASAN

Setelah dilakukan asuhan keperawatan melalui pendekatan proses keperawatan meliputi


pengkajian, menegakkan diagnosis keperawatan, perencanaan pelaksanaan dan evaluasi, maka
pada bab ini penulis akan membahas mengenai kesenjangan antara teori dengan kenyataan yang
ditemukan dalam perawatan kasus gangguan kebutuhan spiritual yang telah dilakukam asuhan
keperawatan mulai dari tanggal 01 agustus 2021-03 agustus 2021 diruang ICU RS. Bhayangkara
yang dapat diuraikan sebagai berikut.

29
A.pengkajian keperawatan
Berdasarkan kareteristik diatas, dari swegi usia pasien yang diambil penulis berusia 60
tahun.
Distres spiritual bisa terjadi pada semua umur.Distres spiritual pada umumnya ditemukan pada
pasien yang tidak mampu menerima kenyataan tentang penyakitnya sepertipenyakit kronis
(Misalnya struk Dm, kangker. Distres spiritual biasanya menganggu tingkat kepercayaan pasien
pada tuhannya.
Menurut Analisa penulis, distress spiritual dapat terjadi pada semua umur terkhusus usia
30-50 tahun. Distres spiritual adalah masa dimana pasien memiliki tingkat kepercayaan yang
rendaIh terhadap tuhan, sehinggapasien sulit berinteraksi dengan orang lain dan selalu merasa
marah pada tuhan. Alasan pasien distress spiritual biasanya karena mengidap penyakit kronis
yang tingkat kesembuhannya rendah. Spiritual memberikan individu kemampuan untuk
menemukan pengertuan, kekuatan batinia yang dinamis dan kreatif yang dibutuhkan saat
membuat (Braks walance dan park 2004).
Berdasarkan alasan peneliti, pasien dapat dikatakan distres spiritual sesuai dengan konsep
kebutuhan spiritual. Dimana pasien mengalami penyakit kronis CKD dan kelemahan anggota
IIIIIIIgerak gangguan pada keyakinan kata system nilai berupa kesulitan merasan makna dan
tujuan hidup dengan diri, orang lain atau tuhan.
Pada pasien distress spiritual pasien mempertanyakan makna atau tujuan hidupnya
merasa menderita, tidak mampu beribadah, marah pada tuhan, merasa bersalah, merasa terasing,
menolak berinteraksi dengan orang terdekat, koping tidak efektif

B.Diagnosa keperawatan
Berdasarkan data pengkajian yang dilakukan berdasarkan diagnosis keperawatan yang
mucul, yaitu distress spiritual berhubungan dengan penyakit kronis .
Masalah keperawatan yang mungkin muncul gangguan mobilitas fisik berhubungan
dengan nyeri ansietas berhubungan dengan ancaman kematian defisit perawatan diri
berhubungan dengan kelemahan, hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan
ketahanan tubuh.

C.Intervensi keperawatan

30
Perencanaan Tindakan keperawatan pada kasus tersebut didasarkan pada tujuan rencana
keperawatan yang muncul, yaitu disters spiritual berhubungan dengan penyakit kronis.
Berdasarkan kasus, Tindakan yang dilakukan selama tiga hari sesuai dengan rencana
keperawatan yang telah penulis susun. Pada diagnosis keperawatan distres spiritual berhubungan
dengan kondisi penyakit kronis. Rencana Tindakan terdiri dari:
Dukungan spiritual:
-Observasi
1.Identifikasi perasaan khawatir, kesepian dan ketidakberdayaan
2.Identifikasi pandangan tentang hubungan antara spiritual dan Kesehatan
3.Identifikasi harapan dan kekuatan pasien
4.Identifikasi ketaatan dalam beragama
-Terapeutik
1.Berikan kesempatan mengekspresikan perasaan tentang penyakit dan kematian
2.Fasilitasi melakukan kegiatan ibadah
-Edukasi
1.Anjurkan berinteraksi dengan keluarga, teman, atau orang lain
2.Ajarkan metode relaksasi, meditasi, dan imajinasi terbimbing
-Kolaborasi
1.Atur kunjungan dengan kerohanian (Misalnya ustad, pendeta, kromo, biksu)

D.Implementasi keperawatan
Peneliti melakukan semua implementasi berdasarkan tindakan yang telah direncanakan
pada rencana keperawatan. Pada masalah keperawatan distress spiritual berhubungan dengan
kondisi penyakit kronis telah dilkukan tindakan keperawatan terdiri dari.
1.Identifikasi perasaan khawatir, kesepian, dan ketidakberdayaan
2.Memberikan kesempatan mengekspresikan tentang penyakit dan kematian
3.Memfasilitasi melakukan kegiatan ibadah
4.Menganjurkan berinteraksi dengan keluaraga atau teman
5.Mengatur kunjungan dengan rohaniawan

31
E.Evaluasi keperawatan
Evaluasi pasien dilakukan pada tanggal 01 agustus-02 agustus 2021 dengan metode
penilaian subjektif, objektif, asisment, pleaning,(SOAP) untuk mengetahuai keefektifan dan
tidakan yang dilakukan. Setelah dilakukan Tindakan keperawatan 1x24 jam pada masa distress
spiritual berhubungan dengan kondisi penyakit kronis ditemukan data

S:Pasiem mengatakan masih merasa gelisah dan belum mampu menerima penyakitnya
O:Pasien tampak lemah tidak mampu bergerak, menolak bertemu rohaniawan dan takut kematian
TD:210/114
RR:30X/Menit
SPO 2:89
N:58
A:Distres spiritual belum teratasi
P:Masalah belum teratasi intervensi dilanjutkan

BAB V
PENUTUP

1.Kesimpulan
Spiritual adalah sesuatu yang berhubungan dengan spirit, semangat untuk mendapatkan
keyakinan, harapan dan makna hidup, Sedangkan spiritualitas merupakan suatu kecenderungan untuk
membuat makna hidup melalui hubungan intrapersonal, interpersonal dan intranspersonal dalam
mengatasi berbagai masalah kehidupan (Ah, Yusuf, dkk, 2016).

32
Pasien yang membutuhkan bantuan spiritual adalah pasien kesepian,pasien ketakutan dan
kecemasan,pasien yang menghadapi pembedahan,pasien yang harus mengubah gaya hidup.Macam-
macam gangguan yang mungkin terjadi pada sistem kebutuhan spiritual adalah distress spiritual dan
verbalisasi distress.
Jika klien mengalami distres spiritual atau mempunyai masalah kesehatan yang menyebabkan
keputusasaan, maka akan timbul perasaan kesepian. Klien akan merasa terisolasi dari orang yang
biasanya memberikan dukungan. Apapun keragaman intervensi yang mungkin dipilih oleh perawat
untuk klien, hubungan mengasihi dan saling memahami penting. Baik klien dan perawat harus merasa
bebas utnuk merelakan dan menemukan bersama makna penyakit yang dialami pasien dan
dampaknya pada makna dan tujuan hidup klien. Pencapain tingkat pemahaman ini bersama klien
memampukan perawat memberi perawatan dengan cara yang sensitif, kreatif, dan sesuai. Hal yang
dapat dilakukan seperti menetapkan kehadiran, mendukung hubungan yang menyembuhkan,sistem
dukungan, berdoa,terapi diet,dan mendukung ritual.Asuhan keperawatan pada pasien gangguan
kebutuhan spiritual penyakit kronis dimulai dari pengkajian keperawatan, diagnose
keperawatan,intervensi keperawatan, implementasi keperawatan, dan evaluasi keperawatan.

2.Saran
Dengan dilakukan pembuatan makalah ini dapat menambah wawasan pengetahuan tentang
konsep asuhan keperawatan dengan gangguan pemenuhan kebutuhan spiritual. Hasil makalah
ini dapat memeberikan informasi serta masukan dalam meningkatkan asuhan keperawatan pada
pasien dengan gangguan kebutuhan spiritual.

DAFTAR PUSTAKA

Chapman, L. S. 1997. Spiritual help : A Commponen Missing From Help Promotion


Danah, Zohar. 2000. Spiritual Intelligence The Ultimate Intelligence Great Britain
Hinchliff, Sue. 1997. Kamus Keperawatan. Alih bahasa oleh dr. Andry Hartono. Jakarta: EGC
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2008. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Salemba
Medika.
Potter, P.A. & Perry, A.G. (1993). Fundamental of Nursing Concept, Process and
Practice. Third edition. St. Louis : Mosby Years Book.

33
Soekidjo Notoatmodjo. 1993. Pendidikan Kesehatan dan Perilaku Manusia. Edisi revisi.
Jakarta : Rineka Cipta.
Stuart G. W, Laraia M. T. 2001. Principles and Practice Of Psychiatric Nursing. 7th edition. St
Louis : Mosby.
Tarwoto & Martonah. 2006. Kebutuhan Dasar manusia dan Proses Keperawatan.  Jakarta:
Salemba Medika.

34

Anda mungkin juga menyukai