Y (40
TAHUN) DENGAN GANGGUAN KOSEP DIRI : HARGA DIRI RENDAH
LAPAS PEREMPUAN KELAS 2 BANDUNG
Dosen Pembimbing:
Disusun Oleh :
Kelompok 1
Farhan Fauzi, S.Kep (402020041) Retno Anesti, S.Kep (402020028)
Pada Ny. Y (40 Tahun) Dengan Gangguan Kosep Diri : Harga Diri Rendah Lapas
dalam penyusunan makalah ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Karena
dimiliki sangat terbatas, akan tetapi penyusun berusaha seoptimal mungkin untuk
Oleh karena itu, penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
hati, penyusun sangat mengharapkan adanya kritis dan saran yang dapat
keperawatan ini.
Kelompok 1
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................5
C. Tujuan........................................................................................................5
C. Klasifikasi..................................................................................................8
D. Etiologi......................................................................................................9
F. Sumber Koping........................................................................................11
G. Psikopatologi...........................................................................................12
H. Manisfestasi Klinis..................................................................................14
I. Manisfestasi Koping................................................................................15
J. Penatalaksanaan........................................................................................16
K. Pencegahan..............................................................................................18
A. PENGKAJIAN........................................................................................22
BAB IV PEMBAHASAN......................................................................................41
ii
BAB V PENUTUP.................................................................................................47
A. Kesimpulan..............................................................................................47
B. Saran........................................................................................................48
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan jiwa adalah suatu kondisi mental sejahtera yang
Kesehatan tidak dilihat dari segi fisik saja tetapi dari segi mental juga harus
diperhatikan agar tercipta sehat yang holistic. Seseorang yang terganggu dari
segi mental dan tidak bisa menggunakan pikirannya secaranormal maka bisa
ansietas, depresi, dan psikosis. Seseorang dengan gangguan jiwa apapun harus
Akhmad, 2020).
secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari
saat ini telah menjadi masalah kesehatan global bagi setiap negara termasuk
(Kemenkes RI, 2015). Prevelensi gangguan jiwa diatas 100 jiwa per 1000
penduduk dunia, maka berarti di Indonesia mencapai 264 per 1000 penduduk
Tangga (SKRT) tahun 2014, artinya 2,6 kali lebih tinggi dari ketentuan WHO.
Ini sesuatu yang sangat serius dan World Bank menyimpulkan bahwa
8,5 % saat ini. Saat ini gangguan jiwa menempati urutan ke dua setelah
hingga berat, kondisi ini ini di perberat melalui aneka bencana alam yang
terjadi di hampir seluruh wilayah Indonesia. Data jumlah pasien gangguan jiwa
di Indonesia terus bertambah, data dari 33 Rumah Sakit jiwa (RSJ) di seluruh
ketika dievaluasi oleh orang lain. Orang dewasa yang memiliki harga diri yang
sosial yang lebih baik, dan kepuasan dalam bekerja yang lebih baik dari rekan-
berkepanjangan. Harga diri rendah adalah emosi normal manusia, tapi secara
menjadi pervasive dan muncul bersama penyakit lain. Harga diri rendah terkait
terhadap diri sendiri termasuk hilangnya rasa percaya diri dan harga diri. Harga
diri rendah dapat terjadi secara situasional atau kronis. Harga diri rendah kronis
adalah evaluasi diri atau perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang
negatif dan di pertahankan dalam waktu yang lama. Harga diri rendah
diri dan gagal mencapai tujuan yang di ekspresikan secara langsung maupun
secara tidak langsung melalui tingkat kecemasan yang sedang sampai berat
seseorang yang menimbulkan perasaan bersalah dan merasa gagal secara terus
Seseorang dengan harga diri rendah ditandai dengan munculnya perasaan tidak
terhadap kemampuan diri, tidak memiliki kemauan untuk bergaul dengan orang
lain. Ganguan harga diri rendah dapat diklasifikasikan menjadi harga diri
rendah psikotik dan non-psikotik. Harga diri rendah psikotik disebabkan oleh
Apabila hal ini terjadi dalam kurun waktu lama dan tidak mendapatkan
penanganan dengan tepat dan cepat akan berdampak pada munculnya ganguan
penderita. Namun, tindakan keperawatan yang diberikan tidak setiap hari atau
untuk memberikan obat secara teratur kepada penderita. Selain itu, perawat
gangguan emosional pada level- level tertentu perlu dilakukan agar tidak
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana asuhan keperawatan pada Ny. Y dengan gangguan konsep diri:
2. Apa saja diganosa keperawatan pada Ny. Y dengan gangguan konsep diri:
3. Apa saja intervensi keperawatan pada Ny. Y dengan gangguan konsep diri:
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
diri rendah dan asuhan keperawatan pada pada Ny. Y dengan gangguan
2. Tujuan Khusus
diri rendah.
rendah.
diri, merasa gagal karena tidak mampu mencapai keiginan sesuai ideal diri
termasuk kehilangan rasa percaya diri, tidak berharga, tidak berguna, tidak
berdaya, pesimis, tidak ada harapan dan putus asa (Nurarif & Huda, 2015).
dalam dirinya sendiri, dengan orang terdekat dan dengan realitas dunia
diri sendiri yang dapat mengakibatkan pada perasaan negative pada diri
7
8
3. Kegagalan
4. Gangguan fungsional
5. Kurang penghargaan
6. Kehilangan
7. Penolakan
C. Klasifikasi
1. Harga diri rendah situasioal
diepenjara tiba-tiba).
dirinya. Kondisi ini mengakibatkan respon mal adaptif. Kondisi ini dapat
ditemukan pada klien gangguan fisik yang kronik atau pada klien
gangguan jiwa.
9
D. Etiologi
Berbagai faktor menunjang terjadinya perubahan dalam konsep diri
1. Faktor Predisposisi
yaitu:
individu.
b. Ideal diri
percaya diri.
10
2. Faktor Presipitasi
Dalam tinjauan life span history klien, penyebab terjadinya harga diri
rendah adalah pada masa kecil pujian atas keberhasilannya. Saat individu
F. Sumber Koping
G. Psikopatologi
13
Keterangan
dimiliki.
dan realistis.
maladaptive.
H. Manisfestasi Klinis
1. Perasaan maslu terhadap diri sendiri individu mempunyai perasaan
2. Rasa bersalah terhadap diri sendiri, individu yang selalu gagal dalam
meraih sesuatu
yang dimiliki
6. Menciderai diri sendiri sebagai akibat harga diri yang rendah disertai
kehidupan
I. Manisfestasi Koping
1. Jangka pendek
keagamaan, politik)
penyalahgunaan obat-obatan
2. Jangka panjang
harapan masyarakat.
16
J. Penatalaksanaan
1. Psikofarmakologi
2009).
(soisialisasi)
2. Penatalaksanaan medis :
a. Chlorpromazine (CPZ)
norma social dan titik diri terganggu, budaya berat dalam fungsi-
kegiatan rutin.
17
b. Haloperidol (HR/resperidone)
3. Macam-macam terapi
a. Psikoterapi
K. Pencegahan
1. Kenali faktor yang menyebabkan harga diri rendah dan konsultasikan
sama
penderita
penanganan
19
L. Diagnosa Keperawatan
3. Berduka Disfungsional
Identitas :
Ny. Y , Usia 40 tahun . Status menikah, SMA, pekerjaan Ibu Rumah Tangga. Di
tahan dengan kasus pembunuhan. Lama masa tahanan 14 tahun dan sudah
Pengkajian :
Saat dilakukan pengkajian oleh perawata pada 7 februari 2021. Ny. Y tampak
melamun, gelisah dan sudah hamir 2 bulan mengaku sulit tidur di malam hari.
kontak mata tidak ada dan pembicaraan tidak fokus. Ny. Y mengatakan teringat
dengan anak kandungnya (An. J 15 tahun) yang sedang di tahan juga di lapas anak
laki-laki. Ny. Juga teringat dengan almarhum anak tirinya. An. A 10 tahun yang
meninggal karena di bunuh oleh Ny. Y dan anaknya. Ny. Y merasa sering takut
Ny. Y sudah menikah 2 kali. Di pernikahan yang pertama memiliki 1 orang anak,
dan di pernikahan yang ke 2 tidak memiliki anak, namun mendapatkan 1 anak tiri.
Ny. Y tinggal bersama suami, anak kadung dan anak tirinya. Suami klien sebagai
Ny. Y memiliki ide membunuh anak tiri dan anaknya yang melakukannya, dengan
cara di bacok. Dan membuang di hutan. Ny. Y berkeinginan agar warisan nanti
20
21
penebus dosanya, dan harus diterima. Keluarga Ny. Y dan suami mengaku
lapas Ny. Y berharap dapat menemukan makna hidup dan menebus segala
kesalahannya, menjadi pribadi yang baru dan lebih baik lagi. Ny. Y berharap jika
keluar dari lapas, suaminya bisa memaafkan dan menerima dan klien ingin bisa
Klien merasa tidak ada yang bisa di banggakan di dirirnya, klien merasa tubuhnya
baik karena tidak ada cacat namun tidak pantas untuk di banggakan. Klien sebgai
ibu dan wanita yang seharusnya bisa menjaga keluarga. Harapan klien bisa
menjadi ibu yang baik dan memiliki keluarga seperti dulu. Klien merasa malu jika
nanti keluar dari lapas apakah orang orang akan menerima statusnya, dan klien
juga malu dengan keluarga. Saat ini orang yang sangat berarti yaitu anaknya An. J
dan suami.
Ny.Y mengatakan dulu hidupnya sangat glamor, setiap trend baru barang dan
elektronik harus segera punya. Hubungan dengan tetangga baik dan mudah
bergaul. Dan saat ini selama di Lapasa Ny Y merasa lebih dekat dengan Allah,
dan sering melakukan ibadah sholat dan puasa, hal ini dilakukan untuk
3. PENGKAJIAN SOSIAL
3.1 Pendidikan dan Pekerjaan
23
= Laki-laki
= Perempuan
= Pasien
X = Meninggal
= Tinggal serumah
4.2 Pola asuh
Tidak terkaji
5. PENGKAJIAN FISIK
a. Tanda Vital : TD : 120/80 mmHg N : 88 x/menit S : 36,7 ⁰C R : 20
x/m
b. Ukuran : TB: - BB : -
c. Keluhan utama/penyakit saat ini :
Ny. Y tampak melamun, gelisah dan sudah hamir 2 bulan mengaku sulit
tidur di malam hari. kontak mata tidak ada dan pembicaraan tidak fokus.
Ny. Y mengatakan teringat dengan anak kandungnya (An. J 15 tahun)
yang sedang di tahan juga di lapas anak laki-laki. Ny. Juga teringat dengan
almarhum anak tirinya. An. A 10 tahun yang meninggal karena di bunuh
25
oleh Ny. Y dan anaknya. Ny. Y merasa sering takut dan meraasa tidak
tenang.
d. Kebiasaan-kebiasaan saat ini:
Ny. Y mengatakan sudah 2 bulan mengalami sulit tidur di malam hari.
e. Riwayat Penyakit dahulu (riwayat sebelum dirawat, kapan terjadi,
pengobatan yang dijalani)
Ny. Y memiliki ide membunuh anak tiri dan anaknya yang melakukannya,
dengan cara di bacok. Dan membuangnya di hutan. Ny. Y berkeinginan
agar warisan nanti akan diberikan pada anaknya.
6. PENGKAJIAN SPIRITUAL
a. Nilai dan keyakinan
Klien merasa keberadaannya di lapas ini merupakan hukuman dan sebagai
penebus dosanya, dan harus diterima.
b. Kegiatan ibadah
Selama di Lapas Ny Y merasa lebih dekat dengan Allah, dan sering
melakukan ibadah sholat dan puasa, hal ini dilakukan untuk mendapatkan
ampunan Allah.
7. PENGKJAIAN SEKSUAL
Tidak terkaji, tetapi seharusnya dikaji seperti bagaimana klien merasa dirinya
perempuan, apakah klien mengharapkan merasa sebagai jenis kelamin yang
berbeda, apakah masalah yang mengakibatkan gangguan dalam kehidupan
seksual, apakah klien mengalami kecemasan/kepuasan dalam kehidupan
seksual, bagaimana klien mengekspresikan keinginan seksualnya, apakah
klien kesulitan dalam melakukan tindakan seksual.
8. PENGETAHUAN dan ASPEK MEDIS
a. Pengetahuan tentang Penyakit yang dideritanya
Tidak terkaji
b. Pengetahuan tentang Cara merawat dan mengobati Penyakitnya
Tidak terkaji
c. Persepsi klien tentang penyakit yang dideritanya
Tidak terkaji
26
A. ANALISA DATA
Perencanaan
No Diagnosa
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
2) Membuat kontrak (inform consent)
dua kali pertemuan latihan
pengendalian ansietas
3) Bantu pasien mengenal ansietas:
a) Bantu pasien untuk
mengidentifikasi dan
menguraikan perasaannya.
b) Bantu pasien mengenal penyebab
ansietas
c) Bantu klien menyadari perilaku
akibat ansietas
4) Latih teknik relaksasi:
a) Tarik napas dalam
b) Mengerutkan dan mengendurkan
otot-otot
30
Perencanaan
No Diagnosa
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
SP2: evaluasi asesmen ansietas,
manfaat teknik relaksasi dan latihan
hipnotis diri sendiri (latihan 5 jari)
dan kegiatan spiritual
1) Pertahankan rasa percaya pasien
i. Mengucapkan salam dan
memberi motivasi
ii. Asesmen ulang ansietas dan
kemampuan melakukan teknik
relaksasi
2) Membuat kontrak ulang: latihan
pengendalian ansietas
3) Latihan hipnotis diri sendiri (lima
jari) dan kegiatan spiritual
31
Perencanaan
No Diagnosa
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
Keluarga mampu: Setelah 3 pertemuan keluarga mampu: SP1 keluarga: penjelasan kondisi
1. Mengenal masalah 1. Mendiskusikan kondisi pasien: pasien dan cara merawat:
ansietas pada anggota ansietas, penyebab, proses terjadi, 1) Bina hubungan saling percaya
keluarganya tanda dan gejala, akibat a) Mengucapkan salam terapeutik,
2. Merawat anggota 2. Melatih keluarga merawat ansietas memperkenalkan diri
keluarga yang pasien b) Menjelaskan tujuan interaksi:
mengalami ansietas 3. Melatih keluarga melakukan menjelaskan ansietas pasien dan
3. Memfollow up anggota follow up cara merawat agar proses
keluarga yang penyembuhan lebih cepat
mengalami ansietas 1) Membuat kontrak (inform consent)
dua kali pertemuan latihan cara
merawat ansietas pasien
2) Bantu keluarga mengenal ansietas:
a) Menjelaskan ansietas, penyebab,
proses terjadi, tanda dan gejala,
serta akibatnya
b) Menjelaskan cara merawat
32
Perencanaan
No Diagnosa
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
ansietas pasien: tidak menambah
masalah (stres) dengan sikap
positif, memotivasi cara
relaksasi yg telah dilatih perawat
pada pasien
c) Sertakan keluarga saat melatih
teknik relaksasi pada pasien dan
minta untuk memotivasi pasien
melakukannya
SP 2 keluarga: evaluasi peran
keluarga merawat pasien, cara
merawat dan follow up
1) Pertahankan rasa percaya keluarga
dengan mengucapkan salam,
menanyakan peran keluarga
merawat pasien & kondisi pasien
2) Membuat kontrak ulang: latihan
33
Perencanaan
No Diagnosa
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
lanjutan cara merawat dan follow up
3) Menyertakan keluarga saat melatih
pasien hipnotis diri sendiri (lima
jari) dan kegiatan spiritual
Perencanaan
No Diagnosa
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
3. Melakukan keterampilan mengembangkan pola pikir positif yang disukai
positif untuk 3) Membantu mengembangkan b) Menjelaskan tujuan interaksi:
meningkatkan harga diri kembali harga diri positif melalui melatih pengendalian ansietas
4. Melakukan pemecahan melalui kegiatan positif agar proses penyembuhan lebih
masalah dan melakukan cepat
umpan balik yang efektif 2) Membuat kontrak (inform consent)
5. Menyadari hubungan dua kali pertemuan latihan
yang positif antara harga pengendalian ansietas
diri dan kesehatan fisik 3) Bantu pasien mengenal harga diri
rendah:
a) Bantu pasien untuk
mengidentifikasi dan
menguraikan perasaannya.
b) Bantu pasien mengenal penyebab
harga diri rendah
c) Bantu klien menyadari perilaku
akibat harga diri rendah
35
Perencanaan
No Diagnosa
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
d) Bantu pasien dalam
menggambarkan dengan jelas
keadaan evaluasi diri yang positif
yang terdahulu
4) Bantu pasien mengidentifikasi
strategi pemecahan yang lalu,
kekuatan, keterbatasan serta potensi
yang dimiliki
5) Jelaskan pada pasien hubungan
antara harga diri dan kemampuan
pemecahan masalah yang efektif
6) Diskusikan aspek positif dan
kemampuan diri sendiri, keluarga,
dan lingkungan
7) Latih satu kemampuan positif yang
dimiliki
8) Latih satu kemampuan positif
36
Perencanaan
No Diagnosa
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
9) Tekankan bahwa kegiatan melakukan
kemampuan positif berguna untuk
menumbuhkan harga diri positif
SP 2 Pasien : Evaluasi assesmen
harga diri rendah, manfaat latihan
melakukan kemampuan positif 1,
melatih kemampuan positif 2
1) Pertahankan rasa percaya pasien
a) Mengucapkan salam dan
memberi motivasi
b) Asesmen ulang harga diri rendah
dan kemampuan melakukan
kegiatan positif
2) Membuat kontrak ulang: cara
mengatasi harga diri rendah
3) Latih satu kemampuan positif ke 2
4) Evaluasi efektifitas melakukan
37
Perencanaan
No Diagnosa
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
kegiatan positif untuk meningkatkan
harga diri
5) Tekankan kembali bahwa kegiatan
melakukan kemampuan positif
berguna untuk menumbuhkan harga
diri
Keluarga mampu: Setelah 3 kali pertemuan keluarga SP1 keluarga: penjelasan kondisi
1. Mengenal masalah harga mampu: pasien dan cara merawat:
diri rendah pada 1. Mendiskusikan kondisi pasien: 1) Bina hubungan saling percaya
anggota keluarganya keputusaan, penyebab, proses a) Mengucapkan salam terapeutik,
2. Merawat anggota terjadi, tanda dan gejala, akibat memperkenalkan diri
keluarga yang 2. Melatih keluarga merawat pasien b) Menjelaskan tujuan interaksi:
mengalami harga diri dengan harga diri rendah menjelaskan keputusasaan pasien
rendah 3. Melatih keluarga melakukan dan cara merawat agar proses
3. Memfollow up anggota follow up penyembuhan lebih cepat
keluarga yang 2) Membuat kontrak (inform consent)
mengalami harga diri dua kali pertemuan latihan cara
38
Perencanaan
No Diagnosa
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
rendah merawat pasien dengan harga diri
rendah
3) Bantu keluarga mengenal putus asa
pada pasien:
a) Menjelaskan harga diri rendah,
penyebab, proses terjadi, tanda
dan gejala, serta akibatnya
b) Menjelaskan cara merawat pasien
dengan harag diri rendah:
menumbuhkan harga diri positif
melalui melakukan kegiatan
positif
c) Sertakan keluarga saat melatih
latihan kemampuan positif
39
Perencanaan
No Diagnosa
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
SP 2 keluarga: evaluasi peran
keluarga merawat pasien, cara
merawat dan follow up
1) Pertahankan rasa percaya keluarga
dengan mengucapkan salam,
menanyakan peran keluarga
merawat pasien & kondisi pasien
2) Membuat kontrak ulang: latihan
lanjutan cara merawat dan follow up
3) Menyertakan keluarga saat melatih
pasien melatih kemampuan positif
ke 2
4) Diskusikan dengan keluarga follow
up dan kondisi pasien yang perlu
dirujuk (kondisi pengabaian diri dan
perawatan dirinya) dan cara merujuk
pasien
BAB IV
PEMBAHASAN
keperawatan dan adanya kesenjangan antara konsep dasar dengan kasus nyata
yang dirawat secara langsung, selama dua hari pada Ny. Y dengan gangguan
konsep diri: harga diri rendah di Lapas Perempuan Kelas 2 Bandung dengan
A. Pengkajian keperawatan
keperawatan yang dihadapi pasien baik fisik, mental, sosial maupun spiritual
gangguan ansietas, dalam SDKI (2017) beberapa tanda dan gejala yang
1. Merasa bingung
3. Sulit berkonsentrasi
4. Tampak gelisah
5. Tampak tegang
6. Sulit tidur
7. Mengeluh pusing
8. Anoreksia
41
9. Palpitasi
14. Tremor
harga diri rendah dan ansietas. Beberapa tanda dan gejala yang disebutkan
tentang klien yang menderita harga diri rendah situasional sebagai berikut :
percaya diri.
3. Rasa bersalah terhadap diri sendiri, individu yang selalu gagal dalam meraih
sesuatu.
7. Rasa percaya diri kurang, merasa tidak percaya dengan kemampuan yang
dimiliki.
memilih Sesuatu
9. Menciderai diri sendiri sebagai akibat harga diri yang rendah disertai
13. Kurang memperhatikan perawatan diri, berpakaian tidak rapi, selera makan
menurun, tidak berani menatap lawan bicara, lebih banyak menunduk, dan
berikut:
1. Data yang ditemukan dalam studi kasus dan terdapat dalam konsep teori
adalah :
a. Ny.Y tampak saat berbicara kontak mata tidak ada dan pembicaraan
tidak fokus
dirinya
e. Ny. Y merasa malu jika nanti keluar dari lapas mengenai penerimaan
status dirinya
bulan
2. Data yang tidak ditemukan dalam studi kasus tetapi ditemukan dalam
Kesenjangan yang terjadi antara teori dan kasus diatas adalah adanya
beberapa data yang disebutkan dalam teori yaitu pandangan hidup pesimistisan
dan penolakan kemampuan diri, hal ini disebutkan karena selama pengkajian
klien mengatakan harapan klien bisa menjadi ibu yang baik dan memiliki
keluarga seperti dulu serta saat ini selama di Lapas Ny Y merasa lebih dekat
44
dengan Allah, dan sering melakukan ibadah sholat dan puasa, hal ini dilakukan
B. Diagnosa Keperawatan
9. Berduka Disfungsional
Didalam kasus yang nyata yang dirawat pada Ny. Y ditemukan diagnosa :
1. Ansietas
dengan kasus adalah pada teori menyebutkan 5 diagnosa sedangkan pada kasus
Diri Rendah.
C. Intervensi Keperawatan
Diri Rendah menurut teori mengacu kepada tujuan khusus (TUK) yang akan
dicapai oleh Klien, yaitu Klien mampu membina hubungan saling percaya,
45
keluarga mampu menjelaskan tanda dan gejala Harga Diri Rendah serta
Pada kasus Ny.Y dengan Harga Diri Rendah intervensi yang dilakukan
mengacu pada teori Intervensi Keperawatan Klien Harga Diri Rendah, tetapi
anggota keluarga dari Ny.Y tidak pernah menjenguk Klien, olehnya itu
Rendah.
D. Evaluasi
keluarga Klien tidak pernah datang membesuk, dikarenakan jadwal besuk lapas
yang sulit dan lokasi rumah ke lapas sangatlah jauh sehingga sulit untuk
Asuhan Keperawatan pada Ny.Y dengan masalah keperawatan harga diri rendah
1. Terdapat kesenjangan yang terjadi antara teori dan kasus diatas adalah
adanya beberapa data yang disebutkan dalam teori yaitu pandangan hidup
selama pengkajian klien mengatakan harapan klien bisa menjadi ibu yang
baik dan memiliki keluarga seperti dulu serta saat ini selama di Lapas Ny Y
merasa lebih dekat dengan Allah, dan sering melakukan ibadah sholat dan
aspek positif yang dimiliki klien, membantu klien menilai kemampuan yang
latih klien melakukan kegiatan lain yang sesuai dengan kemampuan klien.
47
48
tentang keluarga yang tidak tercapai karena keluarga stidak pernah datang
membesuk dengan hal yang berkaitan jadwal besuk lapas yang sulit dan
lokasi rumah ke lapas sangatlah jauh sehingga sulit untuk dilibatkan dalam
Perawatan Klien.
B. Saran
Setiap perawat yang melakukan tindakan asuhan keperawatan pada
DAFTAR PUSTAKA
Rahman, A., Marchira, C. R., & Rahmat, I. (2017). Peran dan motivasi perawat
kesehatan jiwa dalam program bebas pasung: studi kasus di Mataram. BKM
Journal of Community Medicine and Public Health, Volume 32.
Stuart, & Sundeen. (2016). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Susilaningsih, I., & Sari, R. N. (2021). Literature Review : Terapi Kognitif Pada
Klien Harga Diri Rendah. Jurnal Keperawatan, Volume 7,.
Tuasikal, Kh., Siauta, M., & Embuai, S. (2019). Upaya Peningkatan Harga Diri
Rendah Dengan Terapi Aktivitas Kelompok (Stimulasi Persepsi) di Ruang
Sub Akut Laki RSKD Provinsi Maluku. Jurnal Kesehatan, Vol. 2 No.
Wijayati, F., Nasir, T., Hadi, I., & Akhmad. (2020). Faktor-Faktor yang
Berhubungan dengan Kejadian Harga Diri Rendah Pasien Gangguan Jiwa.
Health Information Jurnal Penelitian, Volume 12,.
Yosep, I., & Sutini, T. (2014). BUKU AJAR KEPERAWATAN JIWA (D. Waldani,
50
Yosep Iyus, S. T. (2016). Buku Ajar Keperawatan Jiwa Advance & Mental
Health Nusring. Bandung: PT. Reflika Aditama.