Disusun oleh :
Rona Lariga Rohman
402022142
Penyusun
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. DEFINISI
Sirosis adalah penyakit kronis hepar yang irreversible yang ditandai oleh
fibrosis, disorganisasi struktur lobulus dan vaskuler, serta nodul regeneratif dari
hepatosit (Budhiarta, 2017).
Sirosis hepatis merupakan penyakit hati kronik dengan distensi struktur hepar
dan hilangnya fungsi hepar yang menyebabkan fibrosis hepar, dimana jaringan hati
dengan kondisi normal digantikan jaringan parut sehingga mempengaruhi regenerasi
sel-sel dan struktur normal hati (Sulaiman, 2012; Longo, 2013 dalam Hambarukmo
(2017).
B. ETIOLOGI
seluruh dunia.Kehilangan masif sel hati, dengan pola regenerasi sel tidak teratur.
Hepatitis virus terutama tipe B sering disebut sebagai salah satu penyebab
chirrosis hati, apalagi setelah penemuan Australian Antigen oleh Blumberg pada
tahun 1965 dalam darah penderita dengan penyakit hati kronis , maka diduga
mempunyai peranan yang besar untuk terjadinya nekrosa sel hati sehingga terjadi
chirrosisi. Secara klinik telah dikenal bahwa hepatitis virus B lebih banyak
mempunyai kecenderungan untuk lebih menetap dan memberi gejala sisa serta
Faktor yang menyebabkan sirosis ini pasca- akut hepatitis virus (tipe B dan C).
sel hepatosit disekitar duktus empedu seperti dengan kolestasis atau obstruksi
duktus empedu.
3. Sirosis Kardiak Merupakan penyakit hati kronis terkait dengan gagal jantung sisi
bentuk nodul kecil akibat beberapa agen yang melukai terus-menerus, terkait
menyebabkan terjadinya kerusakan pada sel hati secara akut dan kronis.
Kerusakan hati akut akan berakibat nekrosis atau degenerasi lemak, sedangkan
kerusakan kronis akan berupa sirosis hati. Zat hepatotoksik yang sering disebut-
sebut ialah alkohol. Sirosis hepatis oleh karena alkoholisme sangat jarang,
parenkim hati.
5. Kelainan metabolik : hemokromatosis, penyakit Wilson, defisiensi alpha
Penyakit Wilson: suatu penyakit yang jarang ditemukan, biasanya terdapat pada
orang-orang muda dengan ditandai sirosis hati, degenerasi basal ganglia dari
otak, dan terdapatnya cincin pada kornea yang berwarna coklat kehijauan disebut
Kayser Fleisher Ring. Penyakit ini diduga disebabkan defisiensi bawaan dari
8. gangguan imunitas
Menurut Spelberg, Shiff (1998) bahwa di negara Asia, faktor gangguan nutrisi
memegang penting untuk timbulnya sirosis hati. Dari hasil laporan Hadi di dalm
simposium Patogenesis sirosi hati di Yogyakarta tanggal 22 November 1975,
ternyata dari hasil penelitian makanan terdapat 81,4% penderita kekurangan
protein hewani, dan ditemukan 85% penderita sirosis hati yang berpenghasilan
rendah, yang digolongkan ini ialah : pegawai rendah, kuli, petani, buruh kasar,
mereka yang tidak bekerja, pensiunan pegawai rendah menengah.
C. MANIFESTASI KLINIS
D. PATOFISIOLOGIS
Menurut Black & Hawks tahun 2009 sirosis adalah tahap akhir pada
banyak tipe cedera hati. Sirosis hati biasanya memiliki konsistensi noduler,
dengan berkas fibrosis (jaringan parut) dan daerah kecil jaringan regenerasi.
Terdapat kerusakan luas hepatosit. Perubahan bentuk hati merubah aliran sistem
vaskuler dan limfatik serta jalur duktus empedu. Periode eksaserbasi ditandai
dengan stasis empedu, endapan jaundis. Menurut Sylvia A. Price & Lorraine M.
Wilson, (2012), gangguan hematologik yang sering terjadi pada sirosis adalah
sering mengalami perdarahan hidung, gusi, menstruasi berat, dan mudah memar.
dari sirkulasi. Mekanisme lain yang menimbulkan anemia adalah defisiensi folat,
vitamin B12, dan besi yang terjadi sekunder akibat kehilangan darah dan
aldosteron meningkat lalu merangsang ginjal untuk menahan natrium dan air.
aldosteron. Sehingga retensi natrium dan air berlanjut. Lebih banyak cairan
tertahan, volume cairan asites meningkat.
Hipertensi vena porta berkembang pada sirosis berat. Vena porta menerima
darah dari usus limpa. Jadi peningkatan di dalam tekanan vena porta
menyebabkan: (1) aliran balik meningkat pada tekanan reistan dan pelebaran vena
esofagus, umbilikus, dan vena rektus superior, yang mengakibatkan perdarahan
varises (2) asites (akibat pergesaran hidrostastik atau osmotik mengarah pada
akumulasi cairan di dalam peritoneum) dan (3) bersihan sampah metabolik
protein tidak tuntas dengan akibat meningkat amonia, selanjutnya mengarah
kepada esefalopati hepatikum. Kelanjutan proses sebagai akibat penyebab tidak
diketahui atau penyalahgunaan alkohol biasanya mengakibatkan kematian dari
ensefalopati hepatikum, infeksi bakteri (gram negatif) peritonitis (bakteri),
hepatoma (tumor hati), atau komplikasi hipertensi porta Gangguan endokrin
sering terjadi pada sirosis. Hormon korteks adrenal, testis dan ovarium,
dimetabolisme dan diinaktifkan oleh hati normal. Atrofi testis, ginekomastia,
alopesia, pada dada dan aksila, serta eritema palmaris (telapak tangan merah),
semuanya diduga disebabkan oleh kelebihan esterogen, dalam sirkulasi.
Peningkatan pigmentasi kulit diduga aktivitas hormon perangsang melanosit yang
bekerja secara berlebihan.
E. PATHWAY
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Hemoglobin biasanya rendah
2. Leukosit biasnya meningkat
3. Trombosit biasanya meningkat
4. Kolesterol biasanya rendah
5. SGOT dan SGPT biasanya meningkat
6. Albumin biasanya rendah
7. Pemerikaan CHE (koloneterase): penting dalam menilai sel hati. Bila
terjadi kerusakan sel hati, kadar CHE akan turun, pada perbaikan terjadi
kenaikan CHE menuju nilai normal.
8. Pemeriksaan kadar elektrolit dalam penggunaan diuretik dan pembatasan
garam dalam diet (Diyono dan Sri Mulyanti, 2013)
9. Uji fungsi hati (misalnya fosatase alkali serum, aspartat aminotransferase
[AST], [tranaminase glutamate oksaloasetat serum (SGOT)], alanin
aminotransferase [ALT], [transaminasenglutamat piruvat serum (SGPT)],
GGT,kolinesterase serum dan bilirubin), masa protrombin, gas darah
arteri, biopsy.
10. Pemidaian ultrasonografi
11. Pemindaian CT
12. MRI
13. Pemindaian hati radioisotope (Brunner & Suddart, 2013)
14. KOMPLIKASI
Menurut Black & Hawks (2009), komplikasi dari serosis hepatis adalah sebagai
berikut:
1. Hipertensi Porta
Aliran darah normal untuk dan dari hati bergantung pada fungsi
vena porta yang baik (70 % aliran masuk), arteri hepatik (30 % aliran
masuk), dan vena hepatik (aliran keluar) proses penyakit yang merusak
hati atau pembuluh darah utamanya atau perubahan aliran darah melalui
struktur ini bertanggung jawab bagi perkembangan hipertensi porta.
Hipertensi porta akibat dari peningkatan aliran darah pada vena porta
maupun peningkatan resistansi terhadap aliran di dalam sistem vena porta.
Pada klien dengan hipertensi porta, ketika pengkajian di dapatkan jaringan
pembuluh darah epigastrik sedikit berliku-liku yang bercabang akhir pada
daerah umbilikus serta kearah kedepan sternum dan tulang rusuk,
pelebaran, dan asites yang tipikal tampak ketika penyakit hati bersamaan.
2. Asites
3. Ensefalopati hepatikum
empat yaitu :
1) Faktor fisiologis
(2) kerusakan fungsi faskuler, (3) hipoksia miokard, (4) kardiomiopati, dan (5)
hipoksia. Proses fisiologis lain yang mempengaruhi proses oksigenasi yaitu (1)
mempengaruhi pergerakan dinding dada atau sistem saraf pusat seperti: trauma,
2) Faktor perkembangan
kehamilan, yakni pada sekitar bulan ketujuh, dan dengan demikian bayi
preterm tidak memiliki surfaktan. Bayi dan todler berisiko mengalami infeksi
saluran napas atas sebagai hasil pemaparan yang sering pada anak-anak lain
dan pemaparan dari asap rokok yang diisap dari orang lain. Selain itu selama
biasanya tidak berbahaya dan bayi atau todler sembuh dengan kesulitan
yang sedikit. Anak usia sekolah dan remaja terpapar pada infeksi pernapasan
dan faktor- faktor resiko pernafasan, misalnya asap rokok dan merokok.
Individu usia dewasa pertengahan dan dewasa muda terpapar pada banyak
faktor resiko kardiopulmonar, seperti: diet yang tidak sehat, kurang latihan
osteoporosis dan kalsifikasi tulang rawan kosta. Ventilasi dan transfer gas
3) Faktor perilaku
Perilaku atau gaya hidup, baik secara langsung atau tak langsung akan
4) Faktor lingkungan
Lingkungan juga mempengaruhi oksigenasi. Insiden penyakit paru lebih tinggi di
daerah berkabut, di daerah perkotaan lebih tinggi dari pada pedesaan. Tempat
kerja dapat meningkatkan resiko yaitu polusi udara lingkungan kerja. Stresor
yang terus menerus akan meningkat laju metabolisme tubuh dan kebutuhan akan
oksigen.
5) Riwayat penyakit
Dalam beberapa penelitian diperoleh hasil bahwa seseorang yang
mempunyai riwayat menderita penyakit paru berhubungan secara bermakna
dengan terjadinya gangguan fungsi paru. Dari hasil penelitian Soedjono
(2002) dan Nugraheni (2008) diperoleh hasil bahwa pekerja yang
mempunyai riwayat penyakit paru mempunyai risiko 2 kali lebih besar untuk
mengalami gangguan fungsi paru. Seseorang yang pernah mengidap
penyakit paru cenderung akan mengurangi ventilasi perfusi sehingga alveolus
akan sedikit mengalami pertukaran udara. Akibatnya akan menurunkan kadar
oksigen dalam darah. Banyak ahli juga berkeyakinan bahwa penyakit emfisema
kronik, pneumonia, asma bronkiale, tuberculosis dan sianosis akan
memperberat kejadian gangguan fungsi paru.
b. Riwayat Keperawatan
- Tidak efektifnya bersihan jalan napas.
- Gangguan penyapihan ventilator.
- Gangguan pertukaran gas.
- Gangguan ventilasi spontan.
- Tidak efektifnya pola napas.
d. Pemeriksaan Fisik
1. Mata
- Konjungtiva pucat (karena anemia)
2. Kulit
- Sianosis perifer (vasokontriksi & menurunnya aliran darah perifer)
- Edema
- Edema periortital
- Clubbing finger
5. Hidung
- Pernapasan dengan cuping hidung
6. Vena Leher
- Adanya distensi/ bendungan
7. Dada
- Retraksi otot bantu pernapasan (karena peningkatan aktivitas pernapasan,
dispnea, distruksi jalan napas)
- Pergerakan tidak simetris antara dada kiri dan dada kanan
- Tactil fremitus, thrills (getaran pada dada karena udara/ suara melewati
saluran/ rongga pernapasa)
- Suara napas normal (vesikuler, bronchovesikuler, bronchial)
e. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan fungsi paru
Untuk mengetahui kemampuan paru dalam melakukan pertukaran gas
2. Pemeriksaan gas darah arteri
Untuk memberikan informasi tentang difusi gas melalui membrane kapiler
alveolar
3. Oksimetri
Untuk mengukur saturasi oksigen kapiler
4. Pemeriksaan sinar x dada
Untuk pemeriksaan adanya cairan, massa, fraktur dan proses abnormal
5. Endoskopi
Untuk melihat lokasi kemerahan dan adanya lesi
6. CT – Scan
Untuk mengidentifikasi adanya masa abnormal
f. Penatalaksanaan
- Latihan nafas dalam
Untuk memperbaiki ventilasi alveoli/ memelihara pertukaran gas, mencegah
elektasis meningkatkan efisiensi batuk dan mengurasi stress
- Latihan batuk efektif
Bertujuan membersihkan laring, trakea, dan bronkeolus dari secret/ benda asing di
jalan napas
- Pemberian O2
Dengan memberikan O2 kedalaman paru untuk mencegah hipoksia
menggunakan alat bantu O2, kanul nasal, dan masker
- Fisioterapi dada
Dengan cara postural drainase, dopping dan vibrating pada pasien dengan
gangguan system napas.
- Penghisapan lender
Dilakukan pada pasien yang tidak mampu mengeluarkan secret/ lender sendiri.
- Teknik pemberian nebulizer
Memberikan campuran zat aevoid dalam partikel udara dengan tekanan udara,
untuk memberikan obat melalui spontan.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d spasme jalan napas
2. Gangguan penyapihan ventilator b.d ketidakcukupan energy
3. Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan ventilasi-perfisi
4. Gangguan ventilasi spontan b.d gangguan metabolisme
5. Pola napas tidak efektif b.d depresi pusat pernapasan
6. Risiko aspirasi b.d gangguan menelan
3. RENCANA KEPERAWATAN
DIAGNOSA KRITERIA HASIL INTERVENSI
KEPERAWATAN
D.0001 L.01001 1.01006
Bersihan Jalan Napas Bersihan Jalan Napas Latihan Batuk Efektif
Tidak Efektif
Setelah dilakukan Definisi:
Definisi : intervensi keperawatan Melatih pasien yang tidak
Ketidakmampuan selama 3x 24 jam, memiliki kemampuan batuk
membersihkan sekret maka status secara efektif untuk
atau obstruksi jalan kenyamanan membersihkan laring,
napas untuk meningkat dengan trakea dan brokiolus dari
mempertahankan jalan kriteria hasil : sekret atau benda asing di
napas tetap paten. 1. Batuk efektif jalan napas.
meningkat
Etiologi : 2. Produksi Tindakan :
- Fisiologis sputum Observasi
1. Spasme jalan menurun - Identifikasi
napas 3. Mengi menurun kemampuan batuk
2. Hipersekresi 4. Wheezing - Monitor adanya
jalan napas menurun retensi sputum
3. Disfungsi 5. Mekonium (pada - Monitor tanda dan gejala
neuromuskuler neonates) infeksi saluran napas
menurun - Monitor input dan
4. Benda asing 6. Dyspnea output cairan (mis.
dalam jalan menurun jumlah dan karakteristik)
napas 7. Ortopnea
5. Adanya jalan menurun Terapeutik
napas buatan 8. Sulit bicara - Atur posisi semi-
6. Sekresi yang menurun Flower atau flower
tertahan 9. Sianosis - Pasang perlak dan
7. Hyperplasia menurun bengkok di pangkuan
dinding jalan 10. Gelisah pasien
napas menurun - Buang sekret pada
8. Proses infeksi 11. Frekuensi tempat sputum
9. Respon alergi Napas membaik Edukasi
12. Pola napas - Jelaskan tujuan dan
10. Efek agen
prosedur batuk efektif
membaik
farmakologis - Anjurkan tarik napas
dalam melalui hidung
(mis. anastesi) selama 4 detik,
- Situsional ditahan selama 2 detik,
1. Merokok aktif kemudian keluarkan dari
2. Merokok pasif mulut dengan bibir
3. Terpajan polutan mencucu (dibulatkan)
selama 8 detik
Gejala dan Tanda Mayor - Anjurkan mengulangi tarik
- Subjektif napas dalam hingga 3 kali
(tidak tersedia) Anjurkan batuk dengan kuat
- Objektif
langsung setelah tarik napas
1. Batuk tidak
efektif dalam yang ke-3
2. Tidak mampu Kolaborasi
batuk - Kolaborasi pemberian
3. Sputum berlebih mukolitik atau ekspektoran,
4. Mengi, wheezing jika perlu
dan/atau ronkhi 1.01011
kering Manajemen Jalan
5. Meconium di Napas
jalan napas (pada
neonates) Definisi: Mengidentifikasi
Gejala dan Tanda Minor dan mengelola kepatenan
- Subjektif
1. Dispnea jalan napas
2. Sulit bicara Tindakan :
3. Ortopnea Observasi
- Objektif. - Monitor pola napas
1. Gelisah (frekuensi, kedalaman,
2. Sianosis usaha napas)
3. Bunyi napas - Monitor bunyi napas
menurun tambahan (mis. gurgling,
4. Frekuensi napas mengi,
berubah wheezing, ronkhi kering)
5. Pola napas - Monitor sputum
berubah (jumlah, warna, aroma)
Terapeutik
Kondisi Klinis Terkait - Pertahankan kepatenan
1. Gullian barre jalan napas dengan head-
syndrome tilt dan chin-lift (jaw-thrust
2. Sclerosis jika curiga trauma servikal)
multipel - Posisikan semi- Flower
3. Myasthenia atau Flower
gravis - Berikan minum
4. Prosedur hangat
diagnostic - Lakukan fisioterapi
(mis. dada, jika perlu
bronkoskopi, - lakukan penghisapan
transesopha lendir kurang dari 15 detik
geal - Lakukan hiperoksigenasi
echocardiog sebelum penghisapan
raph y endotrakeal
[TEE]) - Keluarkan sumbatan
5. Depresi system benda padat dengan forsep
saraf McGill
6. Cedera kepala Berikan oksigen, jika perlu
7. Stroke
8. Kuadriplegia Edukasi
9. Sindrom aspirasi - Anjurkan asupan cairan
meconium 2000 ml/hari, jika tidak
10. Infeksi kontraindikasi
saluran Ajarkan teknik batuk efektif
napas
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu
1.01014
Pemantauan Respirasi
Definisi: Mengumpulkan
dan menganalisis data
untuk memastikan
kepatenan jalan napas dan
keefektifan pertukaran gas
Tindakan :
Observasi
- Monitor frekuensi, irama,
kedalaman dan upaya
napas.
- Monitor pola napas
(seperti bradipnea,
takipnea, hiperventilasi,
Kussmaul, Cheyne-
Stokes, Biot, ataksik)
- Monitor kemampuan
batuk efektif
- Monitor adanya sumbatan
jalan napas
- Palpasi kesimetrisan
ekspansi paru
- Auskultasi bunyi
napas
- Monitor saturasi
oksigen
- Monitor nilai A G D
- Monitor hasil x-ray
Toraks
Terapeutik
- Atur interval pemantauan
respirasi sesuai kondisi
pasien
- Dokumtasikan hasil
pemantauan
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantaun
- Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu.
D.0002 L.01002 1.01021
Gangguan Penyapihan Penyapihan Ventilator Penyapihan Ventilasi
Ventilator Setelah dilakukan Mekanik
intervensi keperawatan
Definisi : selama 3x 24 jam, Definisi : Memfasilitasi
Ketidakmampuan maka status pasien bernapas bernapas
beradaptasi dengan kenyamanan tanpa bantuan ventilasi
pengurangan bantuan meningkat dengan mekanis.
ventilator mekanik yang kriteria hasil : Tindakan :
dapat menghambat dan 1. Kesinkronan Observasi
memperlama proses - Periksa kemampuan untuk
penyapihan. bantuan ventilator
disapih (meliputi
meningkat hemodinamik stabil,
Etiologi : 2. Penggunaan otot kondisi optimal, bebas
- Fisiologis bantu bernapas, kapasitas vital,
1. Hipersekresi napas menurun Vd/Vt, MW, kekuatan
jalan napas 3. Napas megap inspirasi, FEV1, tekanan
2. Ketidakcukupan – megap inspirasi negative)
energi (gasping) menurun - Monitor tanda – tanda
3. Hambatan upaya 4. Napas dangkal kelelahan otot pernapasan
napas (mis. nyeri menurun (mis. kenaikan PaCO2
saat napas, 5. Agitasi menurun mendadak, napas cepat dan
kelemahan otot 6. Lelah menurun dangkal, gerakan dinding
pernapasan, efek 7. Perasaan abdomen paradoks),
sedasi) kuatir mesin rusak hipoksemia, dan hipoksia
- Psikologis menurun jaringan saat penyapihan.
1. Kecemasan 8. Focus pada Monitor status cairan dan
2. Perasaan tidak pernapasan
berdaya menurun elektrolit
3. Kurang terpapar 9. Napas paradoks Terapeutik
informasi tentang abdominal - Posisikan pasien Fowler
proses menurun (30-45 derajat)
penyapihan 10. Diaphoresis - Lakukan pengisapan jalan
4. Penurunan menurun napas, jika perlu
motivasi 11. Frekuensi napas - Berikan fisioterapi
- Situsional membaik dada, jika perlu
1. Ketidakadekuata 12. Nilai gas darah - lakukan uji coba
n dukungan arteri membaik penyapihan (30-120
sosial. 13. Upaya napas menit dengan napas
2. Ketidaktepatan membaik spontan yang dibantu
kecepatan 14. Uskultasi suara ventilator)
proses inspirasi membaik - Gunakan teknik
penyapihan 15. Warna kulit relaksasi, jika perlu
3. Riwayat membaik - Hindari pemberian
kegagalan sedasi farmakologis
berulang dalam selama percobaan
upaya penyapihan
penyapihan - Berikan dukungan
4. Riwayat psikologis
ketergantungan
ventilator >4 Edukasi
hari - Ajarkan cara
Gejala dan Tanda Mayor pengontrolan napas saat
- Subjektif penyapihan
(tidak tersedia)
Kolaborasi
- Objektif Kolaborasi pemberian obat
1. Frekuensi napas
meningkat yang meningkatkan
2. Penggunaan otot kepatenan jalan napas dan
bantu napas
3. Napas megap – pertukaran gas
megap (gasping)
4. Upaya napas dan
bantuan ventilator 1.01014
tidak Pemantauan Respirasi
sinkron
5. Napas dangkal Definisi: Mengumpulkan
6. Agitasi dan menganalisis data
7. Nilai gas darah untuk memastikan
arteri abnormal kepatenan jalan napas dan
Gejala dan Tanda Minor keefektifan pertukaran gas
- Subjektif Tindakan :
1. Lelah Observasi
2. Kuatir mesin - Monitor frekuensi, irama,
rusak kedalaman dan upaya
3. Fokus meningkat napas.
pada pernapasan - Monitor pola napas
4. Gelisah (seperti bradipnea,
takipnea, hiperventilasi,
- Objektif Kussmaul, Cheyne-
1. Auskultasi suara Stokes, Biot, ataksik)
inspriasi menurun - Monitor kemampuan
2. Warna kulit batuk efektif
abnormal (mis. - Monitor adanya sumbatan
pucat, sianosis) jalan napas
3. Napas paradoks - Palpasi kesimetrisan
abdominal ekspansi paru
4. Diaforesis - Auskultasi bunyi
5. Ekspresi wajah napas
takut - Monitor saturasi
6. Tekanan darah oksigen
meningkat - Monitor nilai A G D
7. Frekuensi nadi - Monitor hasil x-ray
meningkat toraks
8. Kesadaran
menurun Terapeutik
Kondisi Klinis Terkait - Atur interval pemantauan
1. Cedera kepala respirasi sesuai kondisi
2. Coronary artery pasien
bypass graft - Dokumtasikan hasil
(CABG) pemantauan
3. Gagal napas
4. Cardiac arrest Edukasi
5. Transplantasi - Jelaskan tujuan dan
jantung prosedur pemantaun
6. Displasia - Informasikan hasil
bronkopulmonal pemantauan, jika
perlu.
D.0003 L.01003 1.01014
Gangguan Pertukaran Pertukaran Gas Pemantauan Respirasi
Gas
Terapeutik
- Bersihkan sekret pada
mulut, hidung dan trakea,
jika perlu
- Pertahankan keptenan
jalan napas
- Siapkan dan atur
peralatan pemberian
oksigen
- Berikan oksigen
tambahan, jika perlu
- Tetap erikan oksigen saat
pasien ditransportasi
- Gunakan perangkat
oksigen yang sesuai
dengan tingkat mobilitas
pasien
Edukasi
Ajarkan pasien dan
keluarga cara menggunakan
oksigen di rumah
Kolaborasi
- Kolaborasi
penentuan dosis
oksigen
Kolaborasi penggunaan
oksigen saat aktivitas
dan/atau tidur
Edukasi
- Anjurkan asupan cairan
2000 ml/hari, jika tidak
kontraindikasi
- Ajarkan teknik batuk
efektif
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian
bronkodilator,
ekspektoran,
mukolitik, jika perlu
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Pembaca
Institusi Pendidikan
Bidang Keperawatan