Dianjukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pra Stase Keperawatan Dasar Profesional Islami
Disusun oleh :
Rona Lariga Rohman
402022142
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Menurut WHO (2018), Efusi Pleura merupakan suatu gejala penyakit yang
dapat mengancam jiwa penderitanya. Secara geografis penyakit ini terdapat
diseluruh dunia, bahkan menjadi problema utama di negara-negara yang sedang
berkembang termasuk Indonesia. Di negara-negara industri, diperkirakan
terdapat 320 kasus Efusi Pleura per 100.000 orang. Amerika serikat melaporkan
1,3 juta orang setiap tahunnya menderita Efusi Pleura terutama disebabkan
oleh gagal jantung kongestif dan pneumonia bakteri.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
C. Metode Penyusunan
LANDASAN TEORI
1. Pengertian
Efusi pleura adalah pengumpulan cairan dalam rongga pleura yang terletak
diantara permukaan visceral dan parietal. Efusi Pleura merupakan proses
penyakit primer yang jarang terjadi tetapi biasanya merupakan penyakit sekunder
terhadap penyakit lain. Secara normal, ruang pleura mengandung sejumlah kecil
cairan (5-15 ml) berfungsi sebagai pelumas yang memungkinkan permukaan
pleural bergerak tanpa adanya friksi. (Suzanne C Smeltezer dan Brenda G. Bare,
2002).
Untuk mempermudah pengertian dan letak terjadinya effusi pleura, dapat kita
perhatikan gambar fisiologi paru sebagai mana berikut ini:
Gambaran Effusi Pleura secara fisiologis.
b) Gagal jantung yang menyebabkan tekanan perifer dan tekanan kapiler paru
menjadi sangat tinggi, sehingga menimbulkan transudasi cairan yang
berlebihan kedalam rongga paru.
c) Tekanan osmotik koloid plasma yang sangat menurun sehingga
mengakibatkan transudasi cairan yang berlebihan.
d) Infeksi atau setiap penyebab peradangan lainnya pada permukaan rongga
pleura, yang merusak membran kapiler dan memungkinkan kebocoran
protein plasma dan cairan ke dalam rongga secara cepat seperti
Tuberkulosis, pneumonitis, dan abses paru.
(Guyton, 2015).
Sedangkan berdasarkan penyebab di atas, effusi pleura dapat dibagi menjadi
beberapa jenis, diantaranya adalah:
a) Menurut Penyebabnya:
1) Transudat
- Atelektasis
- Hipoalbuminemia
- Sindroma nefrotik
- Peritoneal dialisis
- Mixedema
- Perikarditis konstriktif
2) Eksudat
- Emboli pulmoner
- Tuberkulosis
- Pankreatitis
- Trauma
- Perforasi esofagus
- Meig’s syndrome
- Sarcoidosis
- Yellow nail syndrome
Berikut ini adalah tanda dan gejala dari effusi pleura secara umum,
diantaranya adalah:
d. Batuk
(Price, 2018)
4. Pemeriksaan Penunjang
- Biokimia: basil tahan asam (untuk tuberkulosis), hitung sel darah merah dan
putih, kadar pH, glukosa, amilase. Tabel berikut ini menunjukkan perbedaan
biokimia pada effusi pleura.
- Sitologi: sel neutrofil, sel limfosit, sel mesotel, sel mesotel maligna, sel-sel
besar dengan banyak inti, sel lupus eritematosus sistemik.
- Biopsi pleura.
PATHWAY
Ateletaksis Peningkatan
Peningkatan tekanan
Hipoalbumin permiabilitas kapiler paru
hidrostatik pembuluh
inflamasi darah
Efusi Pleura
Gangguan ventilasi (pengembangan paru tidak optimal), gangguan difusi, distribusi dan
transportasi O2)
Bersihan jalan
nafas tidak
efektif
5. Penatalaksanaan
Jenis diet yang diberikan pada kasus effusi pleura adalah TKTP (Tinggi
Kalori Tinggi Protein. Tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan kalori dan
protein untuk mencegah dan mengurangi adanya kerusakan jaringan tubuh,
khususnya paru-paru. Selain itu diet TKTP juga memberikan manfaat sebagai
berikut:
a. Pembentukan ikatan-ikatan esensial tubuh
Hemoglobin sebagai pigmen sel darah merah yang berfungsi sebagai zat
pengangkut oksigen dan karbondioksida akan berikatan dengan protein, begitu
pula dalam proses penggumpalan darah, protein juga dibutuhkan.
b. Mengatur keseimbangan cairan tubuh
a. Therapy oksigen
b. Pemberian obat-obatan
WSD (Water Selade Drainage) / CTT (Chest Thorax Tube) adalah suatu unit
yang bekerja sebagai drain untuk mengeluarkan udara atau cairan (darah
atau pus) dari rongga toraks dan mediastinum dengan menggunakan pipa
penghubung selang/drain yang dimasukan ke dalam rongga pleura (DepKes
RI, 2018).
d. Pleurodesis
Pada prosedur ini zat kimia dimasukkan pada kavum pleura untuk
melekatkan dua lapis pleura. Hal ini dapat mencegah terkumpulnya cairan
pleura kembali. Zat-zat yang dipakai adalah tetrasiklin (terbanyak dipakai),
bleomisin, korinebakterium parvum, Tio-tepa, 5-Fluorourasil.
e. Thoracosintesis
Pada keadaan lebih lanjut, bila tidak ditangani dengan cepat dan tepat,
maka effusi pleura dapat berdampak atas beberapa komplikasi berikut ini:
- Pneumonia
- Penumothorax
- Hipertensi paru
Adanya peningkatan denyut nadi dan manifestasi dari sesak nafas karena
terjadi kompensasi tubuh terhadap kekurangan oksigen.
- Sistem gastrointestinal
Sesak nafas pada saat istirahat dapat mengganggu atau merubah respon
terhadap aktivitas atau latihan.
1. Pengertian
2. Indikasi Pemasangan
a. Pneumothorax
b. Hemothorax
- Robekan pleura
- Kelebihan antikoagulan
c. Thorakotomy
- Lobektomy
- Pneumoktomy
d. Effusi Pleura
e. Emfiema
- Kondisi inflamasi
b. Bagian basal
Ekspirasi menurun
a. Pengkajian
b. Persiapan Pasien
- Siapkan pasien
o Tujuan tindakan
terkena
c. Persiapan Alat
- Motor suction
Selang tersumbat
Selang terlipat
- Beri tanda pada batas cairan setiap hari, catat tanggal dan
waktu.
- Ganti botol WSD setiap 3 hari dan bila sudah penuh. Catat
jumlah cairan yang dibuang.
- Lakukan pemijatan pada slang untuk melancarkan aliran.
- Latih dan anjurkan klien untuk secara rutin 2-3 kali sehari
melakukan latihan gerak pada persendian bahu daerah
pemasangan WSD
c. Observasi:
- Tipe & jumlah drainase cairan. Catat warna & jumlah drainase,
TTV & warna kulit.
d. Posisikan klien:
i. Cuci tangan.
A. Pengertian
Peran perawat dalam menangani pasien dengan Efusi Pleura Post CTT (Chest
Thorax Tube) adalah ditekankan pada perawatan luka post CTT setiap hari,
yang bertujuan mencegah terjadinya infeksi dengan tetap memperhatikan
kepatenan CTT yang terpasang untuk mencegah terlepasnya selang CTT yang
akan mengakibatkan udara masuk kedalam paru-paru melalui luka pemasangan
CTT yang berdampak pada kolapsnya paru-paru sehingga terjadi henti nafas dan
berujung kematian pada pasien. Serta mengobservasi jumlah dan warna cairan
yang tertampung dalam botol dan dokumentasikan.
1. Pengkajian
a. Anamnesa
1) Identitas Pasien
2) Keluhan Utama
- Keluhan utama merupakan keluhan yang paling utama
dirasakan oleh pasien.
1) Tanda-tanda Vital
2) Tingkat Kesadaran
- B1 (Breath)
Hipertensi / hipotensi
- B5 (Bowel)
- B6 (Bone)
c. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan laboratorium
3) Bakteriologis
5) Pemeriksaan radiologis
6) Biopsi
2. Analisa Data
No
Data
Etilogi
Masalah
111
DS :
Klien mengeluh nyeri dada sebelah kiri
Klien mengeluh lelah
DO
Frekuensi nafas meningkat
Nadi meningkat
Tampak kelelahan
Klien tampak batuk
Pengeluaran ssputum
Suara nafas tambahan
Batuk tidak efektif
Terpasang WSD di dada kiri
Terpasang WSD
Nyeri
Nyeri
2
DS
Pasien mengatakan masih sesak
DO
Pernafasan 28 x/ menit
Invasi kuman
Depresi pusat pernafasan, terhambatnya ekspansi paru karena penumpukan cairan di daerah
viselaris
3
DS : Pasien memngatakan nyeri pada dada kiri
DO : Terpasang WSD
Terpasang WSD
Resiko infeksi
Resiko infeksi
3. Diagnosa Keperawatan
Intervensi Rasional
Berikan dan ajari teknik distraksi Mengalihkan perhatian pasien
(menonton TV, mengobrol dengan terhadap rasa nyeri dan memberikan
keluarga, posisi yang nyaman) kenyamanan sehingga nyeri pasien
dan dapat berkurang.
relaksasi (nafas dalam)
Jika nyeri tidak Mengurangi tingkat nyeri yang
berkurang, kolaborasikan dirasakan oleh pasien
dengan dokter untuk
pemberian obat analgesik.
Observasi skala nyeri Sebagai evaluasi terhadap intervensi
setelah intervensi yang
yang telah dilakukan telah dilakukan dan untuk
merencenakan intervensi selanjutnya.
Intervensi Rasional
Pertahankan posisi nyaman, Meningkatkan inspirasi
biasanya maksimal,
peninggian kepala tempat tidur meningkatkan ekspansi paru dan
(head up) ventilasi pada sisi yang tak sakit.
Bila selang dipasang:
- Periksa pengontrol - Mempertahankan tekanan negative
penghisapan, batas cairan. intrapleural sesuai dengan yang
diberikan, yang meningkatkan
- Observasi gelembung ekspansi pasru optimum dan atau
udara botol drainase cairan.
penampung - Gelembung udara selama ekspirasi
menunjukkan lubang angin dari
pneumothoraks. Naik turunnya
gelembung udara
menunjukkan
ekspansi paru
Klem selang pada bagian bawah Mengisolasi lokasi kebocoran udara
unit pusat
drainase bila terjadi kebocoran system
Awasi pasang surutnya air Flutuasi (pasang surut)
menunjukkan
penampung dan water seal perbedaan tekanan inspirasi dan
ekspirasi
Catat karakter dan jumlah Berguna dalam mengevaluasi
drainase perbaikan
selang dada kondisi atau terjadinya komplikasi
atau perdarahan yang
memerlukan
upaya
intervensi.
Berikan oksigen Alat dalam menurunkan kerja naas,
melalui meningkatkan penghilangan distress
kanul/masker, latih nafas dalam respirasi dan sianosis berhubungan
dan batuk efektif dengan
hipoksia
Perawatan: Agar psien tercukupi oksigenasinya
Observasi pola nafas dan dan pola nafasnya efektif, serta untuk
komplikasi mencegah terjadinya komplikasi yang
bisa
memperparah kondisi klien.
1) Data penunjang:
Intervensi Rasional
Monitor kebocoran dari selang Untuk menjaga kebersihan daerah
dada, fungsi, posisi kepatenan yang
aliran selang (undulasi cairan pada terpasang WSD sehingga dapat
selang) meminimalisir peluang terjadinya
infeksi.
Monitor penurunan produksi Untuk melindungi tubuh dari resiko
gelembung, undulasi, dan infeksi
gelombangpada tabung penampung
cairan
Monitor jumlah cairan pada
tabung penampung cairan
PENUTUP
Kesimpulan
Pembaca
Bagian Gizi RS. Dr. Cipto Mangunkusumo dan Ahli Gizi Indonesia. 2012.
Penuntun Diet. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Guyton, Arthur C & Hall, John E. 2016. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.
Jakarta: EGC. Keliat, Budiana. 1994. Pendekatan Asuhan Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika. Khaerudin. 2012. Anatomi Paru-paru. Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama.
Kowalk, dkk. 2011. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Nursalam. 2014. Proses dan Dokumentasi Keperawatan: Konsep dan Praktek.
Jakarta: Salemba Medika. Price. A, Sylvia, M. Wilson Lorraine. 2015.
Patofisiologi Konsep Klinik Proses Penyakit. Jakarta: EGC. Sjamsuhidayat.
2015. Ilmu Penyakit Dalam Untuk Perawat. FKUI: Jakarta.
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal- Bedah Brunner
dan Suddarth. Jakarta: EGC Suryono, S. Dkk. 2001. Ilmu Penyakit Dalam.
Balai Penerbit FKUI: Jakarta.