Nurfitha Komala
NIM 232FK04016
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya
karena penulis dapat menyelesaikan laporan ini. Tidak lupa sholawat serta salam semoga
senantiasa tercurah limpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, kepada
keluarganya, sahabatnya hingga kepada kita selaku umatnya hingga akhir zaman. Pada
laporan ini penulis membahas mengenai Konsep Teori dan Asuhan Keperawatan pada
pasien dengan gangguan pernafasan efusi pleura di ruang Umar Bin Khatab 1 RSUD Al
Ihsan Baleendah. Pembuatan makalah ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan
dorongan, baik materi maupun moral dari pihak-pihak tertentu. Penulis mengharapkan
kritik dan saran sebagai bahan pembelajaran di masa depan. Semoga laporan ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak.
PENDAHULUAN
Tanda dan gejala yag sering muncul pada efusi pleura adalah
dyspnea atau sesak napas dan nyeri dada, selain itu pada kebanyakan
penderita umumnya akan memberikan gejala demam, menggigil, penurunan
berat badan serta rasa berat pada bagian dada serta adanya penurunan pada
ekspansi paru. Dari tanda dan gejala tersebut maka efusi pleura dapat
menyebabkan munculnya diagnosa keperawatan ketidak efektifan pola
napas yang disebabkan oleh penumpukan cairan pleura viseralis dan pleura
parietalis. Jika pasien mengalami penurunan ekspansi paru maka jumlah
oksigen yang didapatkan akan lebih sedikir sehingga klien akan mengalami
sesak napas dan akan bernapas dengancepat (takipnea). Maka dari itu klien
akan mengalami gangguan dalam pola pernapasannya (Tamsuri, 2008)
KONSEP TEORI
Komplikasi yang terjadi pada penyakit efusi pleura menurut Ketut &
Brigitta (2021), yaitu:
a. Empiema
Efusi pleura dapat menyebabkan penurunan kemampuan paru-paru untuk
mengembang secara optimal, sehingga mengganggu fungsi paru- paru.
Jika efusi pleura berlangsung lama, bisa memicu pembentukan jaringan
parut pada paru-paru dan menurunkan fungsi paru-paru secara permanen.
Cairan yang menumpuk dalam rongga pleura selama periode yang panjang
juga berisiko terinfeksi, yang bisa memicu pembentukan abses atau
dinamakan empiema.
b. Fibrothorak
Jika efusi pleura berbentuk eksudat tidak diobati dengan drainase yang
memadai, dapat terjadi pembentukan jaringan fibrosa yang mengikat
bersama pleura parietalis dan pleura viseralis. Apabila fibrothoraks ini
meluas, dapat mengakibatkan gangguan mekanis yang berarti pada
jaringan di bawahnya.
c. Pneumothoraks
Prosedur diagnostik dan terapeutik seperti torasentesis melibatkan
penempatan jarum melalui dinding dada ke dalam rongga pleura. Namun,
prosedur ini memiliki risiko terjadinya pneumothoraks sebagai komplikasi.
d. Atelektasis
Atelektasis adalah kondisi di mana paru-paru mengalami pengembangan
yang tidak sempurna karena terjadi penekanan yang disebabkan efusi
pleura.
2.2 Konsep Teori Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a) Identitas pasien
Sesak napas dan nyeri dapat membuat tidur menjadi sulit bagi
pasien. Hospitalisasi juga bisa menyebabkan pasien kurang
nyaman sebab perubahan lingkungan dari rumah.
f) Pola hubungan dan peran
1) Kesadaran
2) Tanda-tanda Vital
Pada klien dengan efusi pleura, Respiratory Rate (RR) cenderung
meningkat dan umumnya dispnea. Suara perkusi terdengar
redup, fremitus vokal menurun, dan auskultasi suara napas dapat
melemah hingga tidak terdengar (Somantri, 2012).
b) Pemeriksaan head to toe menurut Saferi & Mariza (2013):
1) Pemeriksaan kepala
Tidak ada lesi, oedema, atau nyeri tekan pada kepala. Bentuk
kepala simetris.
2) Pemeriksaan rambut
a) Pemeriksaan paru
e) Pemeriksaan integumen
2. Diagnosa Keperawatan
3. Intervensi Keperawatan
5. Implementasi Keperawatan