PEMBIMBING AKADEMIK:
PEMBIMBING KLINIS :
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 2
3. ETIOLOGI
Efusi pleura adalah akumulasi cairan pleura akibat peningkatan kecepatan
produksi cairan, penurunan kecepatan pengeluaran cairan atau keduanya, ini
disebabkan oleh satu dari lima mekanisme berikut, (Morton, 2021) :
a. Peningkatan tekanan pada kapiler subpleura atau limfatik
b. Peningkatan permeabilitas kapiler
c. Penurunan tekanan osmotic koloid darah
d. Peningkatan tekanan negative intrapleura
e. Kerusakan drainase limfatik ruang pleura
Penyebab efusi pleura :
a. Infeksi
1) Tuberculosis
2) Pneumonitis
3) Abses paru
4) Periorasi esophagus
5) Abses sufrenik
b. Non infeksi
1) Karsinoma paru
2) Karsinoma pleura primer, sekunder
3) Karsinoma mediastinum
4) Tumor ovarium
6) Gagal hati
7) Gagal ginjal
8) Hipotiroidisme
9) Kilotoraks
4. KLASIFIKASI
Efusi pleura dibagi menjadi 2, yaitu:
3) Peritoneal dialysis
4) Miksedema
5) Atelectasis akut
6) Pericarditis konstriktiva
Efusi pleura eksudat Ini terjadi akibat kebocoran cairan melewati pembuluh
kapiler yang rusak dan masuk ke dalam paru yang dilapisi pleura tersebut atau
kedalam paru terdekat. (Morton, 2012) Eksudat disebabkan oleh :
1) Pneumonia
2) Kanker
3) Empyema
4) Tuberkolosis
6) Asbestos
7) Uremia
8) Atelectasis kronik
9) Khilothoraks
11) Sarcoidosis
a. Medis
a. Operatif.
b. Keperawatan
8. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan radiologik (rontgen dada).
Pada foto toraks postero anterior posis tegak maka akan di jumpai
gambaran sudut kostofenikus yang tumpul baik dilihat dari depan
maupun dari samping. Dengan jumlah yang besar, cairan yang mengalir
bebas akan menampakkan gambaran mniscuss sign dari foto toraks
postero anterior (Roberts Jr et all, 2014).
b. Ultrasonorgafi dada.
USG toraks dapat mengintifikasi efusi yang terlokalisir, membedakan
cairan dari pelebaran pleura dan dapat membedakan lesi paru antara yang
padat dan yang cair (Roberts Jr et all, 2014).
c. Torakosentes isi/pungsi pleura.Efusi pleura di katakan ganas jikapada
pemeriksaan sitologi cairan pleura di temukan sel-sel keganasan)
(Roberts Jr et all, 2014)..
d. Biopsi pleura.
Biopsi jarum Abram hanya bermakna jika di lakukan didaerah dengan
tingkat kejadian tuberkolosis yang tinggi. Walaupun torakoskopi dan
biopsi jarum dengan tuntunan CT scan dapat di laukan untuk hasil
diagnostik yang lebih akurat (Roberts Jr et all, 2014).
9. KOMPLIKASI
1. PENGKAJIAN
Klien dengan effusi pleura akan merasasakan sesak nafas, batuk dan
nyeri pada dada saat bernapas. Kebanyakan effusi pleura bersifat
asimptomatik, gejala yang timbul sesuai dengan penyakit yang
mendasarinya. Pneumonia akan menyebabkan demam, menggigil, dan
nyeri dada pleuritic, ketika effusi sudah menyebar memungkinkan
timbul dyspnea dan batuk. Efusi pleura yang besar akan
mengakibatkan napas pendek. Tanda fisik meliputi deviasi trakea
menjauhi sisi yang terkena, dullness pada perkusi, dan penurunan
bunyi pernapasan pada sisi yang terkena.
c. Riwayat Kejadian / Riwayat Penyakit Sekarang
1) Keadaan Umum
a) Kesadaran
3) Hidung
5) Telinga
I : Simetris, tidak ada serumen, tidak ada alat bantu pendengaran. P: tidak
ada pembesaran abnormal, tidak ada nyeri tekan.
6) Leher
I: Tidak ada lesi, wama kulit sawo matang, wama kulit merata.
P: Tidak ada pembesaran vena jugularis dan tidak ada pembesaran kelenjar
tyroid, tidak ada nyeri tekan.
7) Paru-paru
A: Bunyi nafas menghilang atau tidak terdengar diatas bagian yang terkena
Gejala kesulitan bernapas, batuk, riwayat bedah / trauma
I : Tidak ada lesi, warna kulit merata. A Terdengar bising usus 12x/menit.
P : Tidak ada pembesaran abnormal, tidak ada nyeri tekan. P: tympani
9) Genetalia
I: Tidak ada lesi, rambut pubis merata, tidak ada jaringan parut. P: Tidak
ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran abnormal.
10) Kulit
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan adalah penilaian klinis tentang respon manusia
terhadap gangguan kesehatan/proses kehidupan, atau kerentanan respons
diri seorang individu, keluarga, krlompok, atau komunitas (Herdman, 2015).
Diagnosis yang sering muncul pada klien efusi pleura meliputi :
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambata upaya nafas.
b. Nyeri akut berhubungan denganagen pencedera fisiologis ( inflamasi,
iskemia, neoplasma)
c. Intoleransi aktifitas
4. Implementasi
Implementasi adalah pelaksanaan dari rencana intervensi untuk
mencapai tujuan yang spesifik.Tahap implementasi dimulai setelah rencana
intervensi disusun dan ditunjukan pada nursing orders untuk membantu
klien mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu rencana intervensi
yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktor- faktor yang
mempengaruhi masalah kesehatan klien (Nursalam, 2008).
5. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan yang menandakan keberhasilan dari diagnose keperawatan,
rencana intervensi, dan implementasinya. Tahap evaluasi memungkinkan
perawat untuk memonitor "kealpaan" yang terjadi selama tahap pengkajian,
analisis, perencanaan, dan implementasi, intervensi. Meskipun tahap
evaluasi diletakkan pada akhir proses keperawatantetapi tahap ini
merupakan bagian integral pada setiap tahap proses keperawatan.
Pengumpulan data perlu direvisi untuk menentukan kecukupan data yang
telah dikumpulkan dan kesesuaian perilaku yang di observasi.Diagnosis
juga perlu dievaluasi dalam hal keakuratan dan kelengkapanya. Evaluasi
juga diperlukan pada tahap intervensi untuk menentukan apakah tujuan
intervensi tersebut dapat dicapai secara efektif (Nursalam, 2008).
DAFTAR PUSTAKA
Morton, P. G., Fontaine, D., Hudak, C. M., & Gallo, B. M. (2012). Keperawatan
Kritis. Jakarta: E
Muttaqin, A. (2012). Buku ajar asuhan keperawatan klien dengan gangguan
sistem
imunologi. jakarta: salemba medika
Halim H. 2014. Penyakit-Penyakit Pleura. In: Setiati S, et al. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam 1631-1633. Jakarta: Interna Publishing
PPNI (2018b) Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan. Edisi 1. DPP PPNI.