EFUSI PLEURA
Oleh:
FINA EKAWATI
70900121006
CI LAHAN CI INTITUSI
( ) ( )
KONSEP MEDIS
A. Definisi
Efusi pleura adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak antara
permukaan visceral dan parietal, proses penyakit primer jarang terjadi tetapi biasanya
merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain (Huda, 2015). Efusi pleura
adalah kondisi dimana udara atau cairan berkumpul di rongga pleura yang dapat
mneyebabkan paru kolaps sebagian atau seluruhnya (Smelzer & Bare, 2017).
B. Etiologi
Efusi pleura di sebabkan karena kelebihan cairan pada rongga pleura sedikitnya
disebabkan oleh satu dari 4 mekanisme dasar :
1. Adanya inflamasi atau neoplastik pleura
2. Peningkatan tekanan kapiler subpleural atau limfatik
3. Penurunan tekanan osmotik koloid darah
4. Peningkatan tekanan negativ intrapleural
Penyebab effusi pleura:
a) Virus dan mikoplasma
Insidennya agak jarang bila terjadi jumlahnya tidak banyak.Contoh :
Echo virus, riketsia, mikoplasma, Chlamydia.
b) Bakteri piogenik
Bakteri berasala dari jaringan parenkim paru dan menjalar secara
hematogen. Contoh aerob : strepkokus pneumonia, S.mileri,S.aureus,
hemopillus,klabssiella. Anaerob: bakteroides seperti
peptostreptococcus, fusobacterium.
c) TB
Terjadi karena komplikasi TB paru melalui fokus subpleura yang
robek atau melalui aliran limfe, atau karena robeknya perkijuan kearah
saluran limfe yang menuju pleura.
d) Fungi
Sangat jarang terjadi, biasanya karena perjalanan infeksi fungi dari
jaringan paru. Contoh: aktinomiksis, koksidiomikosis. Asergilus,
Kriptokokus, Histoplasma.
e) Parasit
Parasit yang dapat menginfeksi ke pleura hanya amoeba.Amoeba
masuk dalam bentuk tropozoid setelah melewati perenkim hati
menembus diafragma terus ke rongga pleura. Effusi terjadi karena
amoeba menimbulkan peradangan .
f) Kelainan intra abdominal
Contoh : pancreatitis, pseudokista pancreas atau eksaserbasi akut,
pancreatitis kronis, abses ginjal.
g) Penyakit kalogen
Contoh : lupus eritematosus sistemik (SLE), arthritis rematoid(RA),
sclerpderma.
h) Gangguan Sirkulasi
Contoh:gangguan CV (payah jantung), emboli pulmonal,
hypoalbuminemia.
i) Neoplasma
Gejala paling khas adalah jumlah cairan effusi sangat banyak dan
selalu berakumulasi kembali dengan cepat.
j) Sebab- sebab lain, seperti : trauma (trauma tumpul, laserasi, luka
tusuk), uremia, miksedoma, limfedema, reaksi dipersensitif terhadap
obat, effusi pleura (Saferi, 2013).
C. Klasifikasi
Effusi pleura dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Effusi pleura transudat
Merupakan ultrafiltrat plasma, yang menandakan bahwa membrane pleura tidak
terkena penyakit. Akumulasi cairan disebabkanoleh faktor sistematik yang
mempengaruhi produksi dan absorb cairan pleura seperti (gagal jantung
kongesif, atelektasis, sirosis, sindrom nefrotik, dan dialysis peritoneum)
2. Ini terjadi akibat kebocoran cairan melewati pembuluh kapiler yang rusak dan
masuk ke dalam paru yang dilapisi pleura tersebut atau kedalam paru yang
dilapisi pleura tersebut atau ke dalam paru terdekat. Kriteria effusi pleura
eksudat :
a) Rasio cairan pleura dengan protein serum lebih dari 0,5
b) Rasio cairan pleura dengan dehidrogenase (LDH) lebih dari 0,6
c) LDH cairan pleura dua pertiga atas batas normal LDH serum
Penyebab effusi pleura eksudat seperti pneumonia, empiema, penyakit
metastasis (mis, kanker paru, payudara, lambung, atau ovarium) haemotorak,
infark paru, keganasan, repture aneurismaaorta. (Nurarif & Kusuma, 2015
D. Patofisiologi
Didalam rongga pleura terdapat kurang lebih 5 ML cairan yang cukup untuk
membasahi seluruh permukaan pleura viseralis dan parietalis. Cairan ini dihasilkan
oleh kapiler pleura parietalis karena adanya tekanan hidrostatik, tekanan koloid dan
daya tarik elastis. Sebagian cairan ini diserap kembali oleh kapiler paru dan pleura
viseralis, sebagian kecil lainnya (10- 20%) mengalir kedalam pembuluh limfe
sehingga posisi cairan disini mencapai 1 L sehari.
Terkumpulnya cairan di rongga pleura di sebut efusi pleura, ini terjadi bila
keseimbangan antar produksi dan abrsorbsi terganggu misalnya pada hyperemia
akibat inflamasi, perubahan tekanan osmotik, peningkatan tekanan vena (gagal
jantung). Berdasarkan kejadiannya efusi di bedakan menjadi transudat dan eksudat
pleura. Transudat biasanya terjadi pada gagal jantung karena bendungan vena disertai
peningkatan tekanan hidrostatik dan sirosis hepatik karena tekanan osmotik koloid
yang menurun. Eksudat dapat di sebabkan oleh keganasan atau infeksi. Cairan keluar
langsung dari kapiler sehingga kaya akan protein dan berat jenisnya tinggi. Cairan ini
juga mengandung banyak sel darah putih. Sebaliknya transudat kadar proteinnya
rendah sekali atau nihil sehingga berat jenisnya rendah (Smeltzr & Bare, 2012. Hal.
199).
E. Tanda dan Gejala
Menurut Berta & Puspita 2017, Manifestasi klinis dari efusi pleura yaitu :
1. Batuk.
2. Rasa berat pada dada
3. Sesak napas
4. Batuk yang kadang- kadang berdarah pada perokok (ca bronkus)
5. Pada efusi pleura berat adanya penonjolan interkosta.
6. Pergerakan dada berkurang dan terhambat pada bagian yang mengalami efusi
pleura.
7. Perkusi meredup diatas efusi pleura.
8. Fremitus fokal dan raba berkurang.
9. Asitesi (pada sirosis hati)
10. Asites dengan tumor pelvis (pada sindrom meig)
F. Penatalaksanaan
1. WSD (water seal drainage) jika efusi menimbulkan gejala subyektif seperti
nyeri, dispneau dan lina-lain, maka cairan efusi sebanyak 1- 1,2 liter perlu di
keluarkan sesegra mungkin untuk mencegah terjadinya edema paru, jika jumlah
cairan efusi lebih banyak maka pengeluaran cairan berikutnya dilakukan 1 jam
kemudian.
2. Irigasi cairan garam fisiologis atau larutan antiseptik.
3. Pleurodesis untuk mencegah terjhadinya efusi pleura setelah inspirasi.
4. Antibiotika jika terdapat emfisema.
5. Operatif.
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan radiologik (rontgen dada).
Pada foto toraks postero anterior posis tegak maka akan di jumpai gambaran
sudut kostofenikus yang tumpul baik dilihat dari depan maupun dari samping.
Dengan jumlah yang besar, cairan yang mengalir bebas akan menampakkan
gambaran mniscuss sign dari foto toraks postero anterior (Roberts Jr et all,
2014).
2. Ultrasonorgafi dada.
USG toraks dapat mengintifikasi efusi yang terlokalisir, membedakan cairan dari
pelebaran pleura dan dapat membedakan lesi paru antara yang padat dan yang
cair (Roberts Jr et all, 2014).
3. Torakosentesisi/ pungsi pleura.
Efusi pleura di katakan ganas jika pada pemeriksaan sitologi cairan pleura di
temukan sel-sel keganasan (Liu Y H et all, 2010).
4. Blood Gas Analysis (BGA)
Blood Gas Analysis (BGA)merupakan pemeriksaan penting untuk penderita sakit
kritis yang bertujuan untuk mengetahui atau mngevaluasi pertukaran Oksigen
(O2), karbondioksida (CO2) dan status asam-basa dalam darah arteri.
Analisis gas darah (AGD) atau BGA (Blood Gas Analysis) biasanya
dilakukan untuk mengkaji gangguan keseimbangan asam-basa yang
disebabkan oleh gangguan pernafasan dan/atau gangguan metabolic.
Komponen dasar AGD mencakup pH, PaCO2, PaO2, SO2, HCO3 dan BE
(base excesses/kelebihan basa).
5. Biopsi pleura.
Biopsi jarum Abram hanya bermakna jika di lakukan didaerah dengan tingkat
kejadian tuberkolosis yang tinggi. Walaupun torakoskopi dan biopsi jarum
dengan tuntunan CT scan dapat di laukan untuk hasil diagnostik yang lebih
akurat (Havelock T et al, 2010).
H. Komplikasi
1. Fibrothotaks
Effusi pleura yang beruba eksudat yang tidak ditangani dengan drainase yang
baik akan terjadi perlekatan fibrosa antara pleura parientalis dan pleura viseralis
akibat effusi pleura tidak ditangani dengan drainase yang baik. Jika fibrothoraks
meluas dapat menimbulkan hambatan yang berat pada jaringan-jaringan yang
berada dibawahnya.Pembedahan pengupasan (dekortikasi) perlu dilakukan untuk
memisahkan membran pleura tersebut.
2. Atelektasis
Pengembangan paru yang tidak sempurna yang tidak sempurna yang disebabkan
oleh penekanan akibat effusi pleura disebut juga atelektasis.
3. Fibrosis
Pada fibrosis paru merupakankeadaan patologis dimana terdapat jaringan ikat
paru dalam jumlah yang berlebihan. Fibrosis timbul akibat cara perbaikan
jaringan sebagai lanjutan suatu proses penyakit paru yang menimbulkan
peradangan. Pada effusi pleura, atalektasis yang berkepanjangan dapat
mengakibatkan penggantian jaringan baru yangterserangdenganjaringan fibrosis
I. Penyimpangan KDM
Effusi Pleura
Pengumpulan cairan yang pada rongga
berlebihan di rongga pleura pleura
Fungsi pleura
(torakosintesis)
Monitor sputum (jumlah, warna, aroma) Untuk mengetahui seberapa parah kondisi
pasien
Teraupetik
Pertahankan kepatenan jalan napas Untuk mempertahankan dan memelihara
dengan head-tilt dan chin-lift (jaw-thrust kepatenan jalan napas
jika curiga trauma cervical)
Posisikan semi-Fowler atau Fowler Untuk memudahkan pasien dalam
bernapas
Berikan minum hangat Untuk mengencerkan secret dan
memudahkan dalam bernapas
Monitor adanya sumbatan jalan nafas Mengetahui adanya suara napas tambahan
dan keefektifan jalan napas
Edukasi
Jelaskan tujuan dan prosedur Memberikan pemahaman mengenai manfaat
pemantauan tindakan yang dilakukan
Informasikan hasil pemantauan, jika Untuk menginformasikan hasil tindakan yang
perlu telah dilakukan
3. Masalah 3 : Gangguan Pertukaran Gas
a) Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … x 24 jam,
diharapkan Pertukaran gas meningkat dengan Kriteria Hasil:
Dispnea menurun
Bunyi napas tambahan menurun
Takikardia menurun
PCO2 membaik PO2 membaik pH arteri membaik
b) Intervensi Keperawatan dan Rasional
Intervensi Keperawatan Rasional
Observasi
Monitor kecepatan aliran oksigen Untuk melihat ada tidaknya aliran oksigen
yang masuk
Monitor posisi alat terapi oksigen Untuk mengetahui apakah alat yang
digunakan pasien sudah tepat
Monitor aliran oksigen secara periodic dan Memaksimalkan kebutuhan oksigen yang
pastikan fraksi yang diberikan cukup dibutuhkan pasien
Monitor tanda dan gejala toksikasi oksigen Untuk mengetahui kelainan toksikasi oksigen
dan atelektasis dan atelektasis
Monitor integritas mukosa hidung akibat Untuk mengetahui adanya kelainan akibat
pemasangan oksigen pemasangan oksigen
Teraupetik
Bersihkan sekret pada mulut, hidung dan Mencegah obstruksi respirasi
trachea, jika perlu
Pertahankan kepatenan jalan napas Pasien dapat bernapas dengan mudah
Berikan oksigen tambahan, jika perlu Memaksimalkan bernapas dan
menurunkan kerja napas
Edukasi
Ajarkan pasien dan keluarga Untuk memudahkan menggunakan oksigen
cara menggunakan oksigen di rumah perawatan di rumah
Kolaborasi
Kolaborasi penentuan dosis oksigen Untuk menentukan berapa dosis oksigen yang
diberikan
Kolaborasi penggunaan oksigen saat Untuk memenuhi kebutuhan oksigen pasien
aktivitas dan/atau tidur
4. Masalah 4 : Resiko Infeksi
Tujuan: Setelah dilakukan Tindakan keperawatan selama …x24 jam,
diharapkan Tingkat Infeksi menurun dengan Kriteria Hasil :
Kebersihan tangan meningkat
Kadar sel darah putih membaik
Kultur darah membaik
Kultur urine membaik
Kultur sputum membaik
Kultur area luka membaik
Teraupetik :
Chin-Hung Liu And Wei-Shih Tsai. 2010. The Effects Of Service Quality And
Lifestyle On Consumer Choice Of Channel Types: The Health Food
Industry As An Example. African Journal Of Business Management Vol.
4(6), pp. 1023-1039
Puspita, I., Soleha, T. U., & Berta, G. (2017). Penyebab Efusi Pleura di Kota
Metro pada tahun 2015. Jurnal Agromedicine, 4(1), 25–32. Retrieved from
http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/agro/article/view/1545/pdf
Roberts, J. R., C.B., C., T.W., T., Jr., H., Roberts dan Hedges 2014. Clinical
Procedures in Emergency medicine, Sixth Edition., Philadelpia, Elsevier
Saunders.
Smeltzer & Bare (2017). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner
Suddarth Edisi 8. Jakarta: EGC.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. “Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia”.
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. “Standar Intervensi Keperawatan Indonesia”.
Edisi 1. Cetakan 2. Jakarta: DPP PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. “Standar Luaran Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan”. Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.