NEFRITIS LUPUS
Oleh:
Marwani, S.Kep
70900121016
( ) ( )
2022
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Nefritis lupus adalah komplikasi ginjal pada lupus erimatosus sitemik (SLE).
Lupus erimatosus sistemik (SLE) adalah penyakit reumatik autoimun yang ditandai
adanya inflamasi tersebar luas yang mempengaruhi setiap organ atau sistem dalam tubuh.
Penyakit ini berhubungan dengan deposisi autoantibodi dan kompleks imun sehingga
mengakibatkan kerusakan jaringan. Diagnosis nefritis lupus ini ditegakkan bila pada
lupus erimatosus sistemik (SLE) terdapat tanda-tanda proteuniria dalam jumlah lebih atau
sama
dengan 1gram/24jam atau dengan hematuria (>8 eritrosit/LPB) atau dengan penurunan
fungsi ginjal sampai 30%.
Nefritis lupus merupakan suatu proses inflamasi ginjal yang disebabkan oleh
sistemik lupus erimatosus, yaitu suatu penyakit autoimun, selain ginjal, SLE juga dapat
merusak kulit, sendi, system saraf dan hampir semua organ dalam tubuh.
B. Etiologi
Nefritis lupus terjadi ketika antibody (antinuklear antibody) dan komplemen
terbentuk di ginjal yang menyebabkan terjadinya peradangan. Hal tersebut biasanya
mengakibatkan terjadinya sindrom nefrotik (eksresi protein yang besar) dan dapat
progresi cepat menjadi gagal ginjal. Produk nitrogen sisa terlepas kedalam aliran darah,
lupus erimatosus sistemik (SLE) menyerang berbagai struktur internal dari ginjal,
meliputi nefritis interstitial dan glomerulonefritis membranosa.
E. Manifestasi Klinik
Gejala nefritis aktif termasuk edema perifer sekunder terhadap hipertensi atau
hipoalbuminemia. Edema perifer ekstrim lebih sering pada pasien dengan nefritis lupus
difus proliferatif atau membranosa, karena kedua lesi renal ini terkait dengan proteinuria
berat. Gejala lain yang terkait langsung dengan hipertensi akibat nefritis lupus proliferatif
difus termasuk sakit kepala, pusing, gangguan visual dan tanda-tanda gagal jantung.
Gejala klinis yang dapat ditemukan merupakan kombinasi manifestasi kelainan ginjalnya
sendiri dan kelainan di luar ginjal seperti gangguan system Sistem Saraf Pusat, system
hematologi, persendian dan lainnya. Manifestasi ginjal berupa proteinuri didapatkan pada
semua pasien, sindrom nefrotik pada 45-65% pasien, hematuria mikroskopik pada 80%
pasien, gangguan tubular pada 60-80% pasien, hipertensi pada 15-50% pasien, penurunan
fungsi ginjal pada 40-80% pasien, dan penurunan fungsi ginjal yang cepat pada 30%
pasien. Gambaran klinis yang ringan dapat berubah menjadi bentuk yang berat dalam
perjalanan penyakitnya. Beberapa predictor yang dihubungkan dengan perburukan fungsi
ginjal pada saat pasien diketahui menderita NL antara lain ras kulit hitam, hematokrit 2.4
mg/dl, dan kadar C3 < 76 mg/dl.
Seseorang yang menderita lupus nefritis dapat mengalami kambuhannya gejala-
gejala lupus nefritis (flare) jika terpapar pemicu lupus. Beberapa kondisi yang dapat
memicu kambuhnya gejala lupus nefritis adalah:
Kebocoran cairan
Kapiler
Peningkatan
Tekanan Hidrosatik
TINJAUAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Riwayat Keperawatan
1. Identitas
Identitas meliputi biodata pasien, seperti nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama,
pendidikan, pekerjaan, nomor rekam medik, diagnosa medis, tgl masuk rumah sakit
2. Riwayat Kesehatan Pasien
a. Riwayat penyakit sekarang
Cara lahir, apgar score, jam lahir, kesadaran
b. Riwayat prenatal
Lama kehamilan, penyakit yang menyertai kehamilan
c. Riwayata persalinan
Cara persalinan, trauma persalinan
3. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
1) Kesadaran
2) Vital sign
3) Antropometri
b. Kepala
Adakah trauma persalinan, adanya caput, tanda ponset
1) Mata
Apakah ada katarak congenital, blenorhoe, ikterik pada sclera, kongjungtiva
perdarahandan anemis
2) System gastrointestinal
Apakah palatum keras danlunak, apakah bayi menolak untuk susui, muntah, distensi
abdomen, stomatitis, kapan BAB pertama kali
3) System pernapasan
Apakah ada kesulitan pernapasan, takipnea, bradipneo, teratur/tidak, bunyi nafas
4) Tali pusat
Periksa apakah ada pendarahan, tanda infeksi, keadaan dan jumlah pembuluh
darah
5) System genitoirinaria
Apakah terdapat hipospadia, epispadia, testis, BAK pertama kali
6) Ekstremitas
Apakah ada cacat bawaan, kelainan bentuk, jumlah, bengkak, posisi/postur ,
normal/abnormal.
7) Musculoskeletal
Tonus otot, kekuatan otot, apakah kaku, apakah lemah, simetris/asimetris
8) Kulit
Apakah ada pustule, abrasi,ruam dan ptekie
4. Pemeriksaan spesifik
a. Apgar score
b. Frekuensi kardiovaskuler, apakah ada takikardi, bradkard, normal
c. System neurologis
d. Reflek moro: tidak ada, asimetris/hiperaktif
e. Reflek menjejak: baik, buruk
f. Koordinasi reflek menghisaodan menelan
5. Pemeriksaan laboratorium
6. Frnil krtonuria
7. Hematocrit
8. Bilirubin
9. Kadar gula darah serum
10. Protein aktifC
11. Imunoglobin IgM
12. Hasil kultur cairan serebrospinal, darah asupan hidung, umbilicus, telinga. Pus dari lesi,
peces dan urine
13. Juga dilakukan analisis cairan serebrospinal dan pemeriksaan darah tepid an jumlah
leukosit.
B. Diagnosis Keperawatan
1. Pola nafas tidak efektif
Definisi: ispirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat
Batasan Karakteristik
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif Objektif
Dispnea Penggunaan otot bantu pernapasan
Fase ekspirasi memanjang
Pola napas abnormal (takipnea, bradipnea,
hiperventilasi, kussmaul, cheyne-strokes)
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif Objektif
Ortopnea Pernapasan cuping hidung
Diameter thoraks anterior-posterior
meningkat
Vetilasi semenit menurun
Kapasitas vital menurun
Tekanan inspirasi menurun
Ekskursi dada berubah
3. Resiko Infeksi
Definisi: berisiko mengalami peningkatan terserang orgasme patologenik
Factor resiko:
a. Penyakit kronis (mis diabetes militus)
b. Efek prosedur infasif
c. Peningkatan paparan organisme pathogen lingkungan
d. Ketidak adekuatan pertahanan tubuh primer
1). Gangguan peristaltic
2). Kerusakan integritas kulit
3). Perubahan sekresi pH
4). Penurunan kerja siliaris
5) ketuban pecah lama
6) ketuban pecah sebelum waktunya
7) statis cairan tubuh
e. ketidakadekuatn pertahanan tubuh sekunder:
1). Penurunan hemoglobin
2). Leukopenia
3). Supresi respond inflamasi
4). Vaksinasi tidak adekuat
Faktor Yang Berhubungan
a. AIDS
b. Luka bakar
c. Penyakit paru obstruktif kronis
d. Diabetes mellitus
e. Ketuban pecah sebelum waktunya (KPSW)
f. Leukositopenia
g. Gangguan fungsi hati
4. Hypervolemia
Definisi: peningkatan volume cairan intravascular, interstisial, dan/atau intraseluler
Terapeutik
Hentikan pemberian makan melalui Untuk malatih pemenuhan nutrisi lewat oral
selang nasogatrik jika asupan oral dapat
ditoleransi
Edukasi Agar klien tidak tersedak saat makan
Anjurkan posisi duduk jika mampu
Ajarkan diet yang di programkan Agar klien mengetahui diet yang disarankan
Terapeutik Terapeutik
Timbang berat badan setiap hari pada Untuk mengetahui berat badan
waktu yang sama
Edukasi Edukasi
Anjurkan melapor jika BB bertambah Agar perawat dan dokter tau peningkatan
>1 kg dalam sehari berat badan klien
Ajarkan cara membatasi cairan Agar cairan yang masuk terkontrol
4. Resiko Infeksi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan kepada selama …x24 jam, diharapkan resiko
infeksi tidak ada dengan kriteria hasil: tidak bernanah, tumbuh jaringan granulasi, warna luka
merah mudah.
Terapeutik Terapeutik
a. Berikan perawatan kulit pada a. Untuk menjaga kebersihan kuliat sekitar
daerah edema b. Untuk menghindari infeksi silang
b. Cuci tangan sebelum dan c. Untuk mencegah terjadinya infeksi
sesudah kontak dengan pasien
dan lingkungan pasien
c. Pertahankan teknik aseptic pada
pasien berisiko tinggi
Edukasi Edukasi:
a. jelaskan tanda dan gejala infeksi a. Agar klien mengetahui tanda dan gejala
b. ajarkan cara mencuci tangan yang infeksi
benar b. Agar klien mengetahu cara mencuci
tangan yang benar
BAB III
KAJIAN INTEGRESI KEILMUAN
Allah menciptakan alam seisinya sebagai rahmat untuk memaslahatan umat manusia.
Manusia berhak untuk memanfaatkan kekayaan alama semaksimal mungkina dalam rangka
untuk meningkatkan kesejahteraan mereka serta sebagai bentuk rasa syukur atas nikmat yang
telah diberikan oleh Allah SWT. Seperti yang disebutkan dalam Al-Qur;an surah Al-Baqarah
ayat 29 :
س َم ۤا ِء
َّ ست ٰ َٓوى اِلَى ال ْ ض َج ِم ْي ًعا ثُ َّم ا
ِ ق لَ ُك ْم َّما فِى ااْل َ ْر
َ َي َخل ْ هُ َو الَّ ِذ
ْ ت ۗ َو ُه َو بِ ُك ِّل ش
َي ٍء َعلِ ْي ٌم ٍ سمٰ ٰوَ س ْب َع َ َّس ٰ ّوى ُهنَ َࣖ ف
Dialah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan dia berkehendak
(Menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan dia maha mengetahui segala
sesuatu )Qs Al-Baqarah:29)
Ayat diatas menjelaskan bahwa alam semesta beserta isinya yang sangat kompleks ini
diciptakan allah SWT untuk manusia. Mahluk ciptaan-Nya tersebut terdiri dari berbagai macam
jenis tumbuhnan, hewan, maupun migroorganisme. Allah telah menyatakan dalam surah Al-
baqarah ayat 26:
“Sesungguhnya Allah tidak segan membuat perumpamaan seekor nyamuk atau yang
lebih kecil dari itu. Adapun orang-orang yang beriman, mereka tahu bahwa itu kebenaran dari
Tuhan. Tetapi mereka yang kafir berkata, “Apa maksud Allah dengan perumpamaan ini?”
Dengan (perumpamaan) itu banyak orang yang dibiarkan-Nya sesat, dan dengan itu banyak
(pula) orang yang diberi-Nya petunjuk. Tetapi tidak ada yang Dia sesatkan dengan
(perumpamaan) itu selain orang-orang fasik.
Lafadz famaa fauqohaa (“atau yang lebih rendah dari itu) pada ayat diatas dimaksudnya
yaitu sesuatu yang lebih rendah dari nyamakuk dalam hal maka dan fisik mengingat nyamuk
adalah mahluk kecil yang tidak berarti.
Adapun ukuran hewan yang lebih kecil dibanding nyamuk antara lain yaitu bakteri.
Bakteri dalaha prganisme uniseluller dan prokariot serta umumnya tidak memiliki klorofil dan
berukuran renik (mikroskopi). Bakteri merupakan organisme paling banyak jumlahnya dan lebih
tersebar luas dibandingkan mahlukhidup lain.
DAFTAR PUSTAKA
Kardana. (2017) Pola Kuman dan Sensitivitas Antibiotik di Ruang Prenatologi, Sari Pediatri,
Vol.12, No.16.
M.Sholeh Kosim, dkk. (2018). Buku ajar Neonatologi. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Edisi 1.
Jakarta: DPP PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Edisi 1 Cetakan
2. Jakarta: DPP PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia Edisi 1 Cetakan
2. Jakarta: DPP PPNI.