Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN ANAK

SINDROM NEFROTIK (SN)

Oleh:

DINDA DJAZILATUL MAWADDAH

(14401.19.20007)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

STIKES HAFSHAWATY

PESANTREN ZAINUL HASAN

PROBOLINGGO

2020-2021
ANATOMI DAN FISIOLOGI

Menurut Gibson,John (2013) , Setiap ginjal memiliki panjang sekitar 12 cm,


lebar 7 cm, dan tebal maksimum 2,5 cm, dan terletak pada bagian belakang
abdomen, posterior terhadap peritoneum, pada cekungan yang berjalan di
sepanjang sisi corpus vertebrae. Lemak perinefrik adalah lemak yang melapisi
ginjal. Ginjal kanan terletak agak lebih rendah daripada ginjal kiri karena adanya
hepar pada sisi ginjal.

Setiap ginjal memiliki ujung atas dan bawah yang membulat (ujung superior
dan inferior), margo lateral yang membulat konveks, dan pada margo medialis
terdapat cekungan yang disebut hilum. Arteria dan vena, pembuluh limfe, nervus
renalis, dan ujung atas ureter bergabung dengan ginjal pada hilum.
Berikut penjelasan bagian-bagian di dalam ginjal :

1. Ginjal terletak di bagian perut. Gambar ginjal di atas adalah ginjal kiri
yang telah di belah.
2. Calyces adalah suatu penampung berbentuk cangkir dimana urin
terkumpul sebelum mencapai kandung kemih melalui ureter.
3. Pelvis adalah tempat bermuaranya tubulus yaitu tempat penampungan urin
sementara yang akan dialirkan menuju kandung kemih melalui ureter dan
dikeluarkan dari tubuh melalui uretra.
4. Medula terdiri atas beberapa badan berbentuk kerucut (piramida) di dalam
madula terdapat lengkung henle yang mengubungka tubulus kontroktus
prokismal dan tubulus kontroktus distal.
5. koeteks didalamnya terdapat jutaan nefron yang terdiri dari bagian badan
malphigi. Badan malphigi tersusun atas glomerulus yang di selubungi
kapsul bowman dan tubulus yang terdiri dari tubulus kontortus proksimal,
tubulus kontroktus distal, dan tubulus kolektivus.
6. Ureter adalah suatu saluran muskuler yang berbentuk silinder yang
mengantarkan urin dari ginjal menuju kandung kemih.
7. Vena ginjal merupakan pembuluh balik yang berfungsi untuk membawa
darah keluar dari ginjal menuju vena cava inferior kemudian kembali ke
jantung.
8. Arteri ginjal merupakan pembuluh nadi yang berfungsi untuk membawa
darah ke dalam ginjal untuk di saring di glomerulus.
I. DEFINISI

Sindrom nefrotik adalah keadaan klinis yang disebabkan oleh kerusakan


glomerulus karena ada peningkatan permeabilitas glomerulus terhadap protein
plasma menimbulkan proteinuria, hipoalbuminemia, hiperlipidemia dan
edema (Betz & Sowden, 2009). Sindrom nefrotik adalah penyakit dengan
gejala edema, proteinuria, hipoalbuminemia, dan hiperkolesterolemia.
Kadang-kadang terdapat hematuria, hipertensi dan penurunan fungsi ginjal
(Nurarif & Kusuma, 2013). Sindrom nefrotik merupakan keadaan klinis yang
meliputi proteinuria masif, hipoalbuminemia, hiperlipemia dan edema (Wong,
2008).
Berdasarkan pengertian diatas, Sindrom nefrotik pada anak merupakan
kumpulan gejala yang terjadi pada anak dengan karakteristik proteinuria,
hipoalbumininemia, hiperlipidemia yang disertai edema.
Nefrotik Sindrom (NS) adalah salah satu penyakit glomerulus yang paling
sering terjadi pada anak-anak. Nefrotik Sindrom (NS) adalah keadaan klinis
yang ditandai proteinuria masif, hipoalbuminemia, edema anasarka, dan
hiperlipidemia (Dew, 2019).
Nefrotik sindrom merupakan salah satu manifestasi klinik
glomerulonefritis yang di tandai dengan edema anasarka, proteinuria masif >
3,5 g/hari, hipoalbuminemia kurang 3,5 g/dl,hiperkolesterol dan lipiduria.
pada proses awal atau nefrotik sindrom ringan untuk menegakkan diagnosis
tidak perlu semua gejala di temukan. proterunia masif merupakan tanda khas
nefrotik sindrom, akan tetapi tidak pada nefrotik sindrom berat yang disertai
kadar albumin serum rendah, eksresi protein dalam urin juga berkurang
(kharisma,2017).
II. ETIOLOGI

Menurut Nurarif & Kusuma (2013), Penyebab Sindrom nefrotik yang pasti
belum diketahui. Akhir-akhir ini dianggap sebagai suatu penyakit autoimun,
yaitu suatu reaksi antigen antibody. Umumnya etiologi dibagi menjadi:
1. Sindrom nefrotik bawaan
Diturunkan sebagai resesif autosom atau karena reaksi maternofetal.
Resisten terhadap suatu pengobatan. Gejala edema pada masa neonatus.
Pernah dicoba pencangkokan ginjal pada neonatus tetapi tidak berhasil.
Prognosis buruk dan biasanya pasien meninggal pada bulan-bulan
pertama kehidupannya.
2. Sindrom nefrotik sekunder
Disebabkan oleh :
a. Malaria quartana atau parasit lainnya
b. Penyakit kolagen seperti SLE, purpura anafilaktoid
c. Glomerulonefritis akut atau glomerulonefritis kronis, trombosis vena
renalis
d. Bahan kimia seperti trimetadion, paradion, penisilamin, garam emas,
sengatan lebah, racun otak, air raksa.
e. Amiloidosis,penyakit sel sabit, hiperprolinemia, nefritis
membraneproliferatif hipokomplementemik.
3. sindrom nefrotik idiopatik

Adalah Sindrom nefrotik yang tidak diketahui penyebabnya atau


juga disebut sindrom nefrotik primer. Berdasarkan histopatologis yang
tampak pada biopsy ginjal dengan pemeriksaan mikroskopi biasa dan
mikroskopi electron, Churg dkk membagi dalam 4 golongan yaitu
kelainan minimal, nefropati membranosa, glomerulonefritis proliferatif,
glomerulosklerosis fokal segmental.
SINDROM nefrotik merupakan penyakit ginjal yang menyebabkan
pembengkakan wajah, kaki ataupun tubuh pada anak. Penyakit ini terjadi karena
adanya proses imunologis, dimana adanya pengeluaran protein melalui air
kemih.
Dalam keadaan normal, hal tersebut seharusnya tidak terjadi. Ketika
protein keluar melalui air kemih maka protein dalam tubuh menjadi rendah,
akibatnya tubuh akan membengkak. Dalam penelitian yang dilakukan oleh dr.
Sudung O. Pardede, dokter spesialis nefrologi anak RSUPN Cipto
Mangunkusumo, diketahui sebanyak enam kasus per 100.000 anak per tahun
mengalami sindrom nefrotik telah dilaporkan di Indonesia.
Penyebab tersering SN pada anak adalah minimal change
nephropathy yang dapat terjadi secara primer atau sekunder karena limfoma
Hodgkin. Glomerulonefritis post infeksi Streptococcus juga dapat memicu SN
idiopatik pada anak.

III. KLASIFIKASI

Ada beberapa macam pembagian klasifikasi pada sindrom nefrotik.


Menurut berbagai penelitian, respon terhadap pengobatan steroid lebih sering
dipakai untuk menentukan prognosis dibandingkan gambaran patologi anatomi.5
Berdasarkan hal tersebut, saat ini klasifikasi SN lebih sering didasarkan pada
respon klinik, yaitu :

1) Sindrom nefrotik sensitif steroid (SNSS)

indrom nefrotik yang tidak mengalami remisi setelah diberikan terapi


standar steroid.

2) Sindrom nefrotik resisten steroid (SNRS)

merupakan masalah karena risiko progesivitas yang tinggi untuk


menjadi penyakit ginjal stadium akhir dan memerlukan
imunosupresan selain steroid yang dapat menyebabkan berbagai efek
samping.

IV. PATOFISIOLOGI

Menurut Betz & Sowden (2009), Sindrom nefrotik adalah keadaan


klinis yang disebabkan oleh kerusakan glomerulus. Peningkatan
permeabilitas glomerulus terhadap protein plasma menimbulkan protein,
hipoalbumin, hiperlipidemia dan edema. Hilangnya protein dari rongga
vaskuler menyebabkan penurunan tekanan osmotik plasma dan peningkatan
tekanan hidrostatik, yang menyebabkan terjadinya akumulasi cairan dalam
rongga interstisial dan rongga abdomen. Penurunan volume cairan vaskuler
menstimulasi system renin– angiotensin yang mengakibatkan
diskresikannya hormone antidiuretik dan aldosterone. Reabsorsi tubular
terhadap natrium (Na) dan air mengalami peningkatan dan akhirnya
menambah volume intravaskuler. Retensi cairan ini mengarah pada
peningkatan edema. Koagulasi dan thrombosis vena dapat terjadi karena
penurunan volume vaskuler yang mengakibatkan hemokonsentrasi dan
hilangnya urine dari koagulasi protein. Kehilangan immunoglobulin pada
urine dapat mengarah pada peningkatan kerentanan terhadap infeksi.
V. PATHWAY
VI. MANIFESTASI KLINIS

Gejala utama sindrom nefrotik adalah penumpukan cairan dalam tubuh


atau edema. Edema terjadi akibat rendahnya protein dalam darah, sehingga
menyebabkan cairan dari dalam pembuluh darah bocor keluar dan menumpuk di
jaringan tubuh.

Pada anak-anak, edema yang disebabkan sindrom nefrotik dapat diamati


dari pembengkakan di wajah. Sedangkan pada orang dewasa, edema dapat diamati
dari pembengkakan di tumit, yang diikuti pembengkakan di betis dan paha.

Gejala sindrom nefrotik lain yang dapat muncul adalah:

 Urine yang berbusa akibat adanya protein dalam urine.


 Diare.
 Mual.
 Letih, lesu, dan kehilangan nafsu makan.
 Bertambahnya berat badan akibat penumpukan cairan tubuh.

VII. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Menurut Betz and sowden (2009), pemeriksaan penunjang sebagai berikut:

1. Uji urine

a. Urinalisis : proteinuria (dapat mencapai lebih dari 2 g/m2/hari),


bentuk hialin dan granular, hematuria
b. Uji dipstick urine : hasil positif untuk protein dan darah

c.Berat jenis urine : meningkat palsu karena proteinuria

d. Osmolalitas urine : meningkat


2. Uji darah

a. Kadar albumin serum : menurun (kurang dari 2 g/dl)

b. Kadar kolesterol serum : meningkat (dapat mencapai 450 sampai 1000


mg/dl)
c. Kadar trigliserid serum : meningkat

d. Kadar hemoglobin dan hematokrit : meningkat

e. Hitungtrombosit :meningkat(mencapai 500.000 sampai 1.000.000/ul)


f.Kadar elektrolit serum : bervariasi sesuai dengan keadaan penyakit
perorangan
3. Uji diagnostik

Biopsi ginjal (tidak dilakukan secara rutin)

VIII. PENATALAKSAAN MEDIS

Menurut Wong (2008), penatalaksaan medis untuk sindrom nefrotik


mencakup :

1. Pemberian kartikosteroid (prednisone atau prednisolon) untuk menginduksi


remisi. Dosis akan diturunkan setelah 4 sampai 8 minggu terapi. Kekambuhan
diatasi dengan kortikosteroid dosis tinggi untuk beberapa hari.
2. Penggantian protein (albumin dari makanan atau intravena)

3. Pengurangan edema

a. Terapi diuretik (diuretik hendaknya digunakaan secara cermat untuk


mencegah terjadinya penurunan volume intravaskular, pembentukan
trombus, dan atau ketidakseimbangan elektrolit)
b. Pembatasan natrium (mengurangi edema)

4. Mempertahankan keseimbangan elektrolit

5. Pengobatan nyeri(untuk mengatasiketidak nyamanan yang berhubungan


dengan edema dan terapi invasif)
6. Pemberian antibiotik (penisilin oral profilaktik atau agens lain)

7. Terapi imunosupresif (siklofosfamid, klorambusil, atau siklosporin) untuk


anak yang gagal berespons terhadap steroid.

IX. Komplikasi

Sindrom nefrotik yang tidak ditangani dengan baik dapat menyebabkan


terjadinya komplikasi, seperti:

 Hipertensi akibat gangguan pada ginjal.


 Kadar albumin rendah (hipoalbuminemia) akibat banyaknya protein
albumin di dalam darah yang terbuang bersama urine.
 Peningkatan kadar kolesterol dalam darah.
 Terbentuknya gumpalan darah akibat protein pengencer darah alami ikut
terbuang bersama urine.
 Rentan terkena infeksi akibat antibodi di dalam darah ikut terbuang
bersama urine.
 Penyakit gagal ginjal akut atau gagal ginjal kronis akibat ginjal tidak dapat
menyaring darah dengan optimal.
DAFTAR PUSTAKA

Mamesah, R.. Umboh A., & Gunawan S.. 2016., Jurnal e-Clinic.. Hubungan
Aspek Klinis dan Laboratorik dengan Tipe Sindrom Nefrotik pada Anak..
Universitas Sam Ratulangi., Manado.

Manalu, 2019., Jurnal Ilmiah WIDYA., Sindrom Nefrotik Resisten Steroid...


Universitas Kristen Indonesia., Jakarta. Trihono PP., Alatas H.
Tambunan T & Pardede SO., 2012., Tata Laksana Sindrom

Nefrotik Idiopatik pada Anak, Cetakan Edisi Kedua.. Unit Kerja Koordinasi

Nefrologi., Ikatan Dokter Anak Indonesia. Wigati, R., & Laksmi E., 2011., Jurnal
Penelitian.. Alternatif Terapi Inisial Sindrom

Nefrotik untuk Menurunkan Kejadian Relaps., Universitas Indonesia, Jakarta


ASUHAN KEPERAWATAN SECARA TEORI

1. Data umum
a. Pengkajian
1) Identitas pasien
Nama :
Umur :
Alamat :
Pekerjaan :
No. Reg :
Tgl Mrs :
Tgl pengkajian:
Dx medis :
2) Identitas penanggung jawab
Nama :
Umur :
Pendidkan :
Pekerjaan :
Hub. Dengan pasien :
2. Keluhan utama
Keluhan utama yang sering muncul atau yang paling dirasakan
oleh pasien dengan gangguan kebutuhan nutrisi.
3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat penyakit dahulu
Perlu ditanyakan apakah pasien sebelumnya pernah menderita
penyakit lain seperti DM, diare, kanker, asma dan lain-lain. Hal ini
perlu diketahui untuk melihat ada tidaknya factor predisposisi.
b. Riwayat penyakit sekarang
P: provocative
 Apa penyebab keluhan
 Apa yang membuatnya bertambah baik
 Apa yang membuatnya bertambah berat
Q: Quality
 Bagaimana keluhan yang dirasakan
R: Region
 Dimana letak sekitarnya
 Dimana area penyebabnya
S: Severity Scale
 Apakah mempengaruhi aktifitas
T: Time
 Kapan mulai terjadi
 Berapa sering terjadi
c. Riwayat penyakit keluarga
Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang
menderita penyakit yang sama atau mungkin penyakit- penyakit
lain yang mungkin dapat menyebabkan gangguan kebutuhan nutrisi
4. Batasan Karakteristik ( gangguan kebutuhan nutrisi / defisit nutrisi)
a. Tanda dan gejala mayor
 subjektif: -
 objektif : berat badan menurun 10% dibawah rentang ideal
b. tanda dan gejala minor
 subjektif : nafsu makan menurun
 objektif : otot mengunyah lemah, otot menelan lemah,
membran mukosa pucat, serum albumin turun.
5. Data objektif
a. Pemeriksaan fisik
 Rambut: kusam, kering pudar, kemerahan, tipis,pecah atau patah-
patah
 Mata: konjungtiva pucat, kering, tanda-tanda inveksi
 Hidung: simetris kanan dan kiri, tidak ada pembengkakan.
 Kulit: kering, pucat, iritasi, lemak di subkutan tidak ada
 Bibir: kering, pecah-pecah, bengkak, lesi,stomatitis
 Gusi: perdarahan, peradangan
 Lidah: edema, hyperemesis
 Gigi: karies nyeri, kotor
 Mata: konjungtiva pucat, kering, tanda-tanda inveksi
 Kuku: mudah patah
 Abdomen: hepatomegaly, distensi abdomen, perut kembung, bising
usus melemah/meninggi, tanda asites
 Kaki: adakah edema pada kedua punggung kaki
 Pengukuran antropometri
Pengukuran ini meliputi pengukuran tingi badan, berat badan dan
lingkar lengan dan lipatan kulit pada otot trisep
 Laboratorium
Pemeriksan laboratorium yang langsung berhubungan pemenuhan
kebutuhan nutrisi adalah pemeriksaan albumin serum, hb,
transferrin, ekskresi kreatinin.
b. Pemeriksaan penunjang
Pemeiksaan penunjang untuk malnutrisi digunakan untuk menilai
kondisi pasien saat ini dan menentukan penyebab terjadinya
malnutrisi. Disisi lain pemeriksaan penunjang ini juga dapat
bermanfaat untuk menyingkirkan atau menegakkan penyakit lain yang
mungkin terjadi bersama dengan malnutrisi. Berikut ini pemeriksaan
yang dapat dilakukan pada penyakit malnutrisi:
1. Pemeriksaan darah perifer lengkap disertai apusan darah tepi:
penting untuk melihat jenis anemia yang terjadi, mengetahui bila
terjadi defisiensi zat besi (ditemukan sel target) atau defisiensi
vitamin B12 dan asam folat
2. Pengukuran status protein darah melalui pemeriksaan kadar
albumin serum, retinol bending protein, transeferrin, kretainin, dan
blood urea nitrogen
3. Pemeriksaan laju endap darah (LED), elektrolit, urine lengkap
maupu feses lengkap dapat dilakukan bila dalam anamnesis dan
pemeriksaan fisik didapatkan indikasi, misalnya pada pasien
dengan riwayat diare akut
6. Diagnosa keperawatan
1. Definisi Perawatan Dini b/d Kelemahan

2. Resiko Infeksi d/d Penurunan Hemoglobin


DIAGNOSA KEPERAWATAN
N Prioritas Diagnosa Keperawatan
O
1.

2.

Anda mungkin juga menyukai