Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

EFUSI PLEURA MASIF

DI SUSUN OLEH :

EMI ATMASARI ( PO71201200020 )

PROGRAM STUDI DIV KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAMBI

TAHUN AJARAN 2021/2022


BAB 1

PENDAHULUAN

A. PENGERTIAN
Wedro (2014) menyebutkan bahwa efusi pleura adalah kelebian cairan antara dua
membrane pleura yang menyelimuti paru.rubins (2013) menyebutkan efusi pleura
merupakan manifestasi klinis paling umum dari berbagai kelainan di pleura yang di
sebabkan oleh berbagai kondisi mulai dari kelainan kardiopumonal,penyakit
inflamasi,hingga penyakit keganasan.kondisi tersebut dapat menyebabkan tanggungnya
kemampuan membrane pleura menyerap kelebihan cairan sehingga mengakibatkan
akumulasi cairan di rongga pleura ( protomo & yunus,2013 )
Dapat di simpulkan bahwa efusi pleura adalah kondisi abnormal ketika terdapat
akumulasi cairan rongga pleura sebagai akibat ketidakseimbangan produksi dan
reabosorbsi cairan di pleura.
Terdapat 4 tipe jenis cairan yang dapat di temukan pada pasien efusi pleura ,yaitu :
1. Cairan serus ( hydrothorax)
2. Darah ( hemothotaks )
Hemotoraks (darah di dalam rongga pleura) biasanya terjadi karena cedera di
dada.penyebabab lainnya adalah :
 Pecahnya sebuah pembuluh darah uang kemudian mengalirkan darah dalam
rongga pleura
 Kebocoran aneurisma aorta ( daerah yang menonjoldi dalam aorta ) yang
kemudian mengalirkan darah kedalam rongga pleura.
 Gangguan pembekuan darah.darah di dalam rongga pleura tidak membeku
secara sempurna,sehingg biasanya mudah di keluarkan melalui sebuah jarum
atau selang.
3. Chyle (chylothoraks)
Klitoraks (cairan seperti susu didalam rongga dada) di sebbkan oleh suatu
cedera pada saluran getah bening utama di dada (duktus torakikus) atau oleh
penyumbatan saluran karena adanya tumor.rongga pleura yang terisi cairan
dengan kadar kolestror yang tinggi trejadi karena efusi pleura yang terisi
cairan dengan kadar kolestrol yang tinggi terjadi karena efusi pleura menahun
yang di sebabkan oleh tuberculosis atau artritis rematoid
4. Nanah (pyothoraks atau empyma)
Empiema (nanah dala rongga pleura) bisa terjadi jika pneumonia atau abses paru
menyebar kedalam rongga pleura. Empyema bisa merupakan komplikasi dari
 Infeksi pada cedera di dada
 Pembedahan dada
 Pecahnya kerngkongan
 Abses di perut
 Pneumonia
B. ETIOLOGI
Britsh Thoracic Society (BTS) mengklasifikasi efusi pleura ke dalam dua kategori
berdasarkan jenis cairan yang terdapat di pleura :
1. Transudat
terjadi akibat kebocoran cairan dari kapiler paru ke rongga pleura yang diakibatkan
oleh peningkatan tekanan hindrostik atau penurunan tekanan onkotik.kasus kasus
yang biasanya di temui misalnya pada efusi pleura akibat peningkatan tekanan vena
pulmonalis pada gagal jantung kongestif,dan pada efusi pleura akibat kasus
hipoalbuminemia seperti pada penyakit hati dan ginjal (rubins,2013).
2. Eksudat
Eksudat terjadi oleh peradangan atau keganasan pleura,dan akibat peningkatan
permiabilitas kapiler atau gangguan absorbs getah bening.eksudat di temui pada
bebagai kasus infeksi paru,krganasan seperti ca paru dan ca mamae yang
bermatestase ke paru-paru.
Penyebab lainnya antara lain :
1. Trauma
2. Parapneumonia,parasite (ameba,paragonimiasis,echinococcus),jamur,pneumonia
atipik (virus,mikoplasma,Q faver,legionella)
3. Keganasan paru
4. Proses imunologis: pleuritis lupus pleuritis rheumatoid,sarkoidosis,lupus
eritematosus sitemik : lupusmerupakan penyakit yang menyerang perubahan system
kekebalan perorangan yang sampai kini belum di ketahui penyebabnya.penyakit ini
muncul akibat kelainan fungsi system kekebalan tubuh.dalam tubuh seseorang
terdapat antibody yang berfungsi menyerang sumber penyakit yang akan masuk
dalam tubuh.uniknya penyakit lupus ini antibody yang terbentuk dalam tubuh
muncul berlebihan.hasilnya,antibody justru menyerang sel-sel jaringan organ tubuh
yang sehat kelainan ini di sebut autoimunitas
5. Radang sebab lain seperti pancreas,asbestosis,pleura uremia dan akibat radiasi
6. Penyakit gagal jantung kiri
7. Emboli paru
8. Sirosis hepatis
9. Efusi pleura jarang pada keadaan repture esophagus,panyakit pancreas,abses
intraabdomen,rheumatoid arthritis,sidroma meig (asites dan efusi pleura karena
adanya tumor avarium)
10. Kadar protein darah yang rendah
11. Blastomikosis
12. Koksidioidomikosis
13. Histoplasmosis
14. Kriptokokosis
15. Abses dibawah diafragma
16. Pemasangan selang untuk makan atau selang untuk makanan selang intervena yang
kurang baik.
C. PATOFISIOLOGIS
Dalam keadaan normal tidak ada rongga kosong antara pleura parietalis dan
pleura viceralis,karena di antara pleura tersebut terdapat cairan antara 1-20 cc yang
merupakan lapisan tipis serosa dan selalu bergerak teratur.cairan yang sedikit ini
merupakan pelumas antara kedua pleura,sehingga pleura tersebut mudah bergeser satu
sama lain.di ketahui bahwa cairan di produksi oleh pleura parietalis dan selanjutnya di
absorbs tersebut dapat terjadi karena adanya tekanan hidrostatik pada pleura parietalis
dan tekanan osmotic koloid pada pleura viceralis.
Patologis terjadinya efusi pleura tergantung pada keseimbangan antara cairan dan
protein dalam rongga pleura.dalam keadaan normal cairan pleura di bentuk secara lambat
sebagai filtrasi melalui pembuluh darah kapiler.filtasi ini terjadi karena perbedaan
tekanan osmotic plasma dan jaringan interstisial submesotelial,kemudian melalui sel
mesotelial masuk ke dalam rongga pleura.selain itu cairan pleura dapat melalui limfe
sekitar pleura.
Proses penumpukan cairan dalam rongga pleura dapat di sebabkan oleh
peradangan.bila proses radang di sebabkan oleh kuman piogenik akan terbentuk pus atau
nanah,sehingga terjadi empyema atau piotoraks.bila proses ini mengenai pembuluh darah
sekitar pleura dapat menyebabkan hemotoraks.
Proses terjadinya pneumotoraks karena pecahnya alveoli pada daerah tersebut yang
kurang elastis lagi seperti pada pasien emfisema paru.
D. TANDA DAN GEJALA
1. Sesak nafas
2. Rasa berat pada dada
3. Nafas pendek
4. Nyeri dada pleuritik
5. Takipnea
6. Hipoksemia bila ventilasi terganggu
7. Penurunan bunyi nafas di atas area yang sakit
8. Keluhan/gejala lain penyakit dasar efusi pleura seperti : bising jantung ( pada payah
jantung ),lemas di sertai penurunan BB yang progresif ( neoplasma ),batuk yang
kadang berdarah pada perokok (karsinoma nronkus) tumor di organ lain (mastetasi)
demam subferil (pada TB) demam menggigil (pada empyema) ascites (pada sirosis
hepatic) ascites dengan tumor di pelvis (pada sindrom meigh).
9. Pada pemeriksaan fisik akan di temukan : fremitus yang menurun perkusi yang
pekak tanda tanda pendorong mediatenium,suara nafas yang menghilang pada
auskultasi.
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan diagnostic di laukan untuk menetukan lokasi ,jumla cairan dan menetukan
penyebab efusi pleura misalnya pada kasus keganasan dan infeksi.CT scan thorak,dan X-
Ray thorax di lakukan untuk menunjukan lokasi dan jumlah cairan dugdale (2014) selain
itu,lokasi dan jumlah cairan pleura juga bisa di deteksi dengan USG dada (rubins,2013)
Penyebab efusi pleura dapat di ketahui melalui analisa data pleura cairan pleura di
perboleh melalui prosedur throacentesis dan di analisa secara mikroskopik untuk melihat
adanya bakteri,temuan sel darah merah sel darah putih kimia arah (glukosa,amylase lactat
dehidroginase,protein) analisis sitology untuk indikasi malignansi dan PH
(cell,2011),selain itu pemeriksaan diagnostic lain yang bisa di lakukan adalah biopsy
jaringan pleura.

F. PATHWAY
G. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat pada penyakit efusi pleura antara lain
1. Pneumotoraks (karena udara masuk melalui jarum)
2. Hemotoraks (karena trauma pada pembuluh darah interkostalis)
3. Emboli udara (karena adanya laserasi yang cukup dalam,menyebabkan udara dari
alveoli masuk ke vena pulmonalis)
4. Laserasi pleura veseralis
H.PENATALAKSANAAN
Pada kasus kasus efusi pleura masiv biasanya akan di butuhkan penanganan lebih lanjut
seperti menghubungkan selang dada (chest tube) ke botol penampungan WSD (smeltzer &
bare,2002),pada efusi yang terinfeksi perlu segera di keluarkan dengan memakai pipa
intubasi melalui selang iga (WSD) merupakan invasive yang dilakukan untuk mengeluarkan
udara,cairan (darah,pus) dari tongga pleura rongga thoraks dan mediastinum dengan
menggunakan pipa penghubung.
Indikasi dan tujuan pemasangan WSD
Indikasi
1. Pneumotoraks,hemotoraks,empyema
2. Bedah paru :
a. Karena reptur pleura udara dapat masuk ke dalam rongga pleura
b. Reseksi segmental misalnya pada tumor,TBC
c. Lobectomy misal pada tumor abses,TBC
Tujuan pemasangan WSD :
1. Memungkikan cairan ( darah,pus,efusi pleura ) keluar dari rongga pleura
2. Memungkinkan udara keluar dari rongga pleura
3. Mencegah udara masuk kembali ke rongga pleura yang dapat menyebabkan
pneumotorks
4. Mempertahankan agar paru tetap mengembang dengan jalan mempertahankan tekanan
negative pada intra pleura.
Prinsip kerja
1. WSD gravitasi : udara dan cairan mengalir dari tekanan yang tinggi ke tekanan yang
rendah.
2. Tekanan positif : udara dan cairan dalam kavum pleura ( + 763 mmHg atau lebih ).akhir
pipa WSD menghasilkan tekanan WSD sedikit (+761 mmHg)
3. Suction.
Perawatan setelah pemasangan WSD antara lain :
1. Perhatikan undulasi pada selang WSD
2. Observasi tanda-tanda vital : pernafasan,nadi setiap 15 menit pada 1 jam pertama
3. Monitor perdarahan atau empisema sibkutan pada luka operasi
4. Anjurkan pasien untuk memilih posisi yang nyaman dengan memperhatikan jangan
sampai selang terlipat
5. Anjurkan pasien untuk memasang selang apabila akan mengubah posisi
6. Beri tanda pada batas cairan setiap hari ,catat tanggal dan waktu
7. Ganti botol WSD setiap hari dan bila sudah penuh,catat jumlah cairan yang di buang
8. Lakukan pemijatan pada selang untuk melancarkan aliran
9. Observasi dengan ketat tanda-tanda kesulitan bernafas,cynosi,empisema
10. Anjurkan pasien untuk menarik nafas dalam dan bombing cara batuk yang efektif
11. Botol WSD harus selalu lebih rendah dari tubuh
Medikasi
Terapi medikasi merupakan alternative tindakan medis untuk menangani efusi
pleura.terapi medikasi yang di berikan di sesuaikan dengan penyebab terjadinya efusi
pleura.misalnya terapi diuretic akan di berikan kepada pasien dengan efusi pleura yang di
sebabkan oleh gagal jantung (celli,2011).efusi pleura yang di sebabkan oleh infeksi bakteri
akan di terapai dengan pemberian antibiotic.sedangkan pada kasus –kasus efusi pleura yang
terjadi akibat rendahnya proitein serum misalnya pada penyakit sirosis hati,maka medikasi
akan di fokuskan pada penambhann albumin serum melalui transfuse ( Mcgrath &
Anderson,2011).
Medikasi pada kasus keganasan
Terapi medikasi juga merupakan alternative pelihan tindakan medis untuk kasus efusi pleura
akibat keganasan atau makignasi.pada kasus pleura akibat malignansi ,akumulasi cairan di
pleura cendrung akan berulang dalam beberapa hari atau minggu thoracentesis akan
berulang akan di ikuti oleh tarapi untuk manajeman keganasan seperti
kemoterapi,radioterapi,dan presedur operasi seperti pleuroectomy (Medford & maskell
2005) .
I ASUHAN KEPERAWATAN
ANAMNESI
Pengkajian
1. Identitas klien
2. Keluhan utama
Klien mengatakan sesak berat,nyeri pada trauma saat batuk dan bernafas
3. Riwayat penyakit saat ini
Untuk mengetahui keluha yang di rasakan sudah beberapa lama keluahan di rasakan,dan
tindakan apa saja yang sudah di lakukan untuk mengurangi keluhan
4. Riwayat penyakit masa lalu
Klien pernah menderita TB paru pneumonia asites gagal jantung,dan keganasan
5. Riwayat keluarga
6. Pola persepsi dan tatalaksanaan kesehatan
7. Pola nutrisi
8. Pola eliminasi
9. Pola aktifitas
10. Pola istirahat dan tidur
11. Pola konsep diri
12. Pemeriksaan fisik
- Kepala struktur kepala simetris,rambut lurus bersih tidak berbau,kulit kepala tidak
ada lesi
- Leher : tidak ada edema atau pembengkakan lesi
Pemerikasaan efusi pleura ada 5 sistem yang di singkat menjadi 5B yaitu :
1. Breathing ( B1)
Pemerikasaan terkait system pernafasan,pemeriksaan system pernafasan di
lakukan melalui teknik inspeksi,palpasi perkusi dan frekuensi pernafasan yang di
sertai penggunaan otot-otot bantu pernafasan.gerakan pernafasan atau ekpansi
dada yang tidak simetris (pergerakan dada yang tetinggal pada sisi yang
sakit.temuan umum lainnya saat inspeksi adalah iga melebar,rongga dada
asimetris (cembung pada sisi yang sakit) dan peningkatan batuk yang
produktifdan sputum yang purulent.
2. Blood ( B2)
Berfokus pada pemeriksaan terkait system kardiovaskuker.pada saat di lakukan
inpeksi perlu di perhatikan letak ictus kordis normal yaitu pada ICS 5 linia media
calvicularis kiri selebar 1 cm,berguna untuk mengetahui ada tidaknya pergeseran
jantung.
3. Brain (B3)
Untuk melihat kelainan pada system saraf pusat.sistem utama saraf adalah tingkat
kesadaran.pada saat di lakukan inspeksi,tingkat kesadaran perlu di
kaji.pemeriksaan dapat di lakukan melalui pemeriksaan secara kualitatif dan
kuantitatif .tingkat kesadaran secara kuantitatif di nilai melalui Glasgow coma
scale (GCS) terdiri dari respon buka mata (E/Eye) respon motoric (M) dan
respon verbal (V) selain itu perlu juga di kaji respon sensorik seperti
penglihatan,pendengaran,pengecapan ,penciuman,dan perabaan .
4. Bladder (B4)
Adalah pengkajiann yang befokus pada keseimbangan cairan.B4 di kaji melalui
pengukuran urin output dan pencatatan cairan yang masuk baik secara oral
maupun parental.pengukuran urin ouput di lakukan untuk melihat hubungan
dengan intake cairan.
5. Bowel (B5)
Bertujuan untuk mengetahui fungsi system pencernaan.pengkajian B5 di lakukan
pada sekitar wilayah abdomen melauli inspeksi,palpasi perkusi,dan auskultasi
.palpasi yang perl di perhatikan adalah apakah abdomen membuncit atau
mendata,tepi perut menonjol atau tidak,umbilicus menonjol atau tidak ,selain itu
perlu diinspeksi apakah ada massa atau tidak.biasanya pasien efusi pleura
biasnya di dapatkan adanya indiksi mual atau muntah dan penurunan nafsu
makan .
J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. pola nafas tidak efektif
2. bersihan jalan nafas
3. nyeri akut
4. intioleransi aktivitas
5. resiko infeksi
K. INTERVENSI
1. pola nafas tidakefektif berhubungan dengan pengembangan paru yang menurun.
a. tujuan : setelah di lakukan tindakan keperawatan pola nafas kembali efektif.
b. kriteria hasil
1) RR = 16-24 x /menit
2) tidak ada dyspnea
3) pengembengan paru maksimal
c. Intervensi :
1. aturlah posisi dengan memungkinkan ekspansi paru maksimum dengan semi fowler
atau kepala agak tinggi kurang lebih 30 derajat.
Rasional : posisi semi fowler akan meningkat ekpansi paru.
2.kaji pernafasan,irama kedalaman atau gunakan oksimetri nadi untuk memantau
saturasi oksigen
Rasional : tachypnea,pernafasan dangkal dan gerakan dada tak simetris dering tejadi
karena ketidaknyamanan gerakan dinding dada.
3.biarkan bantal atau sokongan agar jalan nafas memungkinkan tetap terbuka.
Rasional : sokongan bantal akan membantu membuka jalan nafas
4.ajarkan teknik relaksasi
Rasional : relaksasi akan membantu menurunkan kecemasan sehingga kebutuhan O2
tidak meningkat.
5.kolaborasi oksigen sesuai kebutuhan
Rasional : pemberian O2 akan membantu memenuhi kebutuhan O2 tubuh.
2.bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi saluran pernafasan
akibat peningkatan mucus yang berlebihan.
a. Tujuan : Setelah di lakukan tindakan keperawatan bersihan jalan nafas efektif.
b. Kriteria hasil : tidak ada dyspnea,perkusi paru sonor,tidak ada penggunaan otot bantu
nafas tidak ada batuk produktif.
c. Intervensi :
1. Auskultasi area paru catat area penurunan / tidak ada aliran udara dan bunyi nafas lain
Rasional : penurunan aliran udara terjadi pada area konolidasi dengan cairan.bunyi nafas
bronchial (normal pada bronchus) dapat juga terjadi pada area konsolidasi .krekels
terdengar pada inspirasi.
2.Kaji frekuensi/kedalaman pernafasan dan gerakan dada.
Rasional : tachypnea,pernafasan dangkal dan gerakan dada tak simetris sering terjadi
karena ketidaknyamanan gerakan dinding dada/ atau cairan paru
3.atur posisi semi fowler atau fowker.
Rasional : posisi duduk memungkinkan upaya nafas lebih dalam dan lebih kuat.
4.berikan obat sesuai indikasi : mukoitik,ekspektoran,bronkodilator,analgetik
Rasional : alat untuk menurunkan spasme bronkus dengan mobilisasi secret.analgetik di
berikan untuk memperbaiki batuk dengan menurunkan ketidaknyamanan tetapi harus
digunakan hati-hati.
5.berikan cairan tamabahan IV atau oksigen
Rasional : cairan di perlukan untuk menggantikan kehilangan (termasuk tak tampak) dan
memobilisasi secret.
3.nyeri akut berhubungan dengan ageb cidera fisik (insersi jarum/ selang WSD)
a. tujuan setelah di lakukan tindakan keperawatan klien dapat mengontrol nyeri
b. kriteria hasil :
1. melaporkan nyeri
2.frekuensi nyeri
3. lamanya episode nyeri
4. ekspresi nyeri : wajah
5. perubahan tekanan darah
6. perubahan respirasi rate
7. kehilangan nafsu makan klien tidak tampak kelemahan
c.Intervensi
1. kaji keluhan nyeri,lokasi,karakteristik,onset/durasi,frekuensi,kualitas dan beratnya
nyeri.
2. Observasi respon ketidaknyamanan secara verbal dan non verbal.
3. Pastikan klien menerima perawatan analgetik dengan tepat.
4.gunakan strategi komunikasi yang efektif untuk mengetahui respon penerimaan klien
terhadap nyeri.
5.evaluasi keefktifan penggunaan control nyeri
6. memonitoring perubahan nyeri baik actual maupun potensial.
7. sediakan lingkungan yang nyaman
8. kurngi factor-faktor yang dapat menambah ungkapan nyeri.
9. ajarkan penggunaan teknik relaksasi sebelum atau sesudah nyeri berlangsung.
10. kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk memilih tindakan selain obat untuk
meringankan nyeri.
11. tingkat istirahat yang adekuat untuk meringankan nyeri.
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan
O2,kelemahan umum.
a. tujuan : setelah di lakukan tindakan keperawatan klien toleran terhadap aktivitas
b. kriteria hasil :
1. klien tampak kelemahan
2. dyspnea berkurang
3. tidak ada sianosis setelah aktivitas
4. dapat beraktivitas optimal
e. Intervensi :
1. evaluasi respon pasien terhadap aktivitas,catat laporan dyspnea,peningkatan
kelemaha/kelelahan dan perubahan tanda vital selama dan setelah aktivitas
Rasional : menetapkan kemampuan /kebutuhan pasien dan memudahkan pilihan
intervensi.
2.berikan lingkungan yang tenang dan batasi pengunjung selama fase akut sesuai indiksi
Rasional menurunkan stress dan rangsangan berlebihan,mengkatnya istirahat.
3.jelaskan pentingnya istirahat dalam rencana pengobatan dan perlunya keseimbangan
aktivutas dan istirahat.
Rasional : tirah baring di pertahankan selama fase akut untuk menurunkan kebuthan
metabolic,menghemat energy untuk penyembuhan.
4.bantu aktivitas perawatan diri yang di perlukan
Rasional : meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan
oksigen.
5.Resiko infeksi berhubungan dengan pembedahan,adanya saluran invasive
a. tujuan : setelah di lakukan tindakan keperaswatan pasien tidak mengalami infeksi
b.kriteria hasil : memperlihatkan pengetahuan tentang factor resiko yang berkaitan
dengan infeksi dan melakukan pencegahan yang tepat untuk mencegah infeksi.
Intervensi :
1. Kaji status,kondisi penyakit yang mendasari
Rasional : mengidentifikasi individu terhadap infeksi nosocomial
2. Cuci tangan dengan cermat.
Rasional : kurangi organisme yang masuk ke dalam individu
3. Rawat luka dengan teknik aseptic/ antiseptic
Rasional : kurangi organisme yang masuk kedalam inividu
4. Obeservasi terhadap manifestasi klinis infeksi ( demam,drainase,purulent).
Rasional : deteksi dini proses infeksi.
DAFTAR PUSTAKA
Garrido et. (2005).Diagnosis and treatment for Pleura Effusion.Arch
Bronconeumol.2006;42(7):349-72 Diakses pada 3 Mei 2019 pada
ww.archbronconeumol.org/pdf/3090862/s300/
Herfdman,T.Heater.2018.NANDA-1 diagnosis kepefrawatan : definisi dan
klasifikasi 2018 – 2020.Jakarta: EGC
Lyyn,P.(2011).taylor’s Handbook Of Clinical Nursing Skills.Lippincott: Willliams
and Wilkins.
Muttaqin,A.(2010).Buku Ajr Asuhan Keperawatan Klien Dengan Masalah
Pernafasan Jakarta : Salemba Medika
https://www.academia.edu/40938255/LP_EFUSI_PLEURA

Anda mungkin juga menyukai