Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

EFUSI PLEURA

Angga purnama
5020031007

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS FALETEHAN
TAHUN 2021
A. Definisi

 Efusi pleura adalah penumpukan cairan di dalam ruang pleural, proses


penyakit primer jarang terjadi namun biasanya terjadi sekunder akibat
penyakit lain. Efusi dapat berupa cairan jernih, yang mungkin merupakan
transudat, eksudat, atau dapat berupa darah atau pus. (Baughman C Diane,
2000)

 Efusi pleural adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak
diantara permukaan visceral dan parietal, proses penyakit primer jarang
terjadi tetapi biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain.
Secara normal, ruang pleural mengandung sejumlah kecil cairan (5 sampai
15ml) berfungsi sebagai pelumas yang memungkinkan permukaan pleural
bergerak tanpa adanya friksi (Smeltzer C Suzanne, 2002).

 Efusi pleura adalah penumpukan cairan dalam rongga pleura yang disebakan
oleh banyak faktor seperti penyakit dan tekanan abnormal dalamparu-paru.

B. Etiologi

Menurut jenis cairan yang terakumulasi efusi pleura dapat dibedakan menjadi :
1. Transudat ( filtrat plasma yang mengalir menembus dinding kapiler yang
utuh). Penyakit yang menyertai transudat :
 Gagal jantung kiri.
 Sindrom nefrotik.
 Obstruksi vena kava superior
 Asites pada serosis hati
 Sindrom meig’s (asites dengan tumor ovarium).
2. Eksudat ( ekstravasasi cairan kedalam
jaringan ). Cairan ini dapat terjadi karena
adanya :
 Infeksi
 Neoplasma/tumor
 Infark paru

C. Tanda dan Gejala


1. Adanya timbunan cairan mengakibatkan perasaan sakit karena pergesekan,
setelah cairan cukup banyak rasa sakit hilang. Bila cairan banyak, penderita
akan sesak napas.
2. Adanya gejala-gejala penyakit penyebab seperti demam, menggigil, dan nyeri
dada pleuritis (pneumonia), panas tinggi (kokus), subfebril (tuberkulosis),
banyak keringat, batuk.
3. Pemeriksaan fisik dalam keadaan berbaring dan duduk akan berlainan, karena
cairan akan berpindah tempat. Bagian yang sakit akan kurang bergerak dalam
pernapasan, fremitus melemah (raba dan vocal), pada perkusi didapati daerah
pekak, dalam keadaan duduk permukaan cairan membentuk garis melengkung
(garis Ellis Damoiseu).
Gejala yang paling sering ditemukan (tanpa menghiraukan jenis cairan yang
terkumpul ataupun penyebabnya) adalah sesak nafas dan nyeri dada (biasanya
bersifat tajam dan semakin memburuk jika penderita batuk atau bernafas dalam).
Kadang beberapa penderita tidak menunjukkan gejala sama sekali.
Gejala lainnya yang mungkin ditemukan:
- Batuk
- Pernafasan yang cepat
- Demam
- Cegukan

D. Patofisiologi

Dalam keadaan normal hanya terdapat 10-20 ml cairan di dalam rongga


pleura.Jumlah cairan di rongga pleura tetap, karena adanya tekanan hidrostatis
pleura parietalis sebesar 9 cm H2O. Cairan ini dihasilkan oleh kapiler pleura
parietalis karena adanya tekanan hodrostatik, tekanan koloid dan daya tarik elastis.
Sebagian cairan ini diserap kembali oleh kapiler paru dan pleura viseralis, sebagian
kecil lainnya (10-20%) mengalir ke dalam pembuluh limfe sehingga pasase cairan
disini mencapai 1 liter per hari.
Terkumpulnya cairan di rongga pleura disebut efusi pleura, ini terjadi bila
keseimbangan antara produksi dan absorbsi terganggu misalnya pada hyperemia
akibat inflamasi, perubahan tekanan osmotic (hipoalbuminemia), peningkatan
tekanan vena (gagal jantung).
Atas dasar kejadiannya efusi dapat dibedakan atas transudat dan eksudat
pleura.Transudat misalnya terjadi pada gagal jantung karena bendungan vena
disertai peningkatan tekanan hidrostatik, dan sirosis hepatic karena tekanan osmotic
koloid yang menurun. Eksudat dapat disebabkan antara lain oleh keganasan dan
infeksi. Cairan keluar langsung dari kapiler sehingga kaya akan protein dan berat
jenisnya tinggi cairan ini juga mengandung banyak sel darah putih. Sebaliknya
transudate kadar proteinnya rendah sekali atau nihil sehingga berat jenisnya rendah.
(Guytondan Hall , 1997)

E. Patologi + Pathway Adanya kebocoran antar alveoli dengan rongga pleura

Udara pindah dari alveoli ke rongga

pleura Paru kolaps (menguncup)

Pneumotoraks (udara terdapat didalam rongga pleura)

Infeksi masuk ke menghambat drainase tekanan osmotik


rongga pleura limfatik plasma

peradangan permukaan tekanan kapiler paru transudasi


cairan pleua meningkat
intravaskuler

permeabilitas vaskuler tekanan hidrostatik edema


transudasi cavum pleura
Efusi pleura

Penumpukan cairan dalam rongga


pleura

Ekspansi paru menurun peningkatan O2 &

CO2 Frekuensi paru menurunnya

suplai O2

Pola nafas tidak efektif Sesak nafas Ggn. Pertukaran gas

Nyeri dada Nafsu makan menurun

Ggn. Pemenuhan kebutuhan nutrisi

F. Pemeriksaan penunjang

 Pemeriksaan radiologik (Rontgen dada), pada permulaan di dapati


menghilangnya sudut kostofrenik. Bila cairan lebih 300 ml, akan tampak
cairan dengan permukaan melengkung. Mungkin terdapat pergeseran di
mediatinum.
 Ultrasonografi
 Torakosentesis / fungsi pleura untuk mengetahui kejernihan, warna, sitologi,
berat jenis. fungsi pleura diantara linea aksilaris anterior dan posterior, pada
sela iga ke-8 terdapat cairan yang mungkin serosa (serotorak),berdarah
(hemotoraks), pus (piotoraks) atau kilus (kilotoraks). Bila cairan serosa
mungkin berupa transudat (hasil bendungan) atau eksudat (hasil radang).
 Cairan pleural dianalisis dengan kultur bakteri, pewarnaan gram, basil tahan
asam (untuk TBC), hitung sel darah merah dan putih, pemeriksaan kimiawi
(glukosa,amylase, laktat dehidrogenase (LDH), protein), analisis sitologi
untuk sel-sel malignan, dan pH.
 Biopsi pleura mungkin juga dilakukan
G. Prognosis

Prognosis sangat bervariasi dan tergantung pada faktor penyebab dan ciri efusi
pleura. Pasien yang mencari pertolongan medis lebih dini karena penyakitnya dan
dengan diagnosis yang tepat serta penatalaksanaan yang tepat pula memiliki angka
komplikasi yang lebih rendah.

H. Penatalaksanaan

Pada pemeriksaan fisik, dengan bantuan stetoskop akan terdengar adanya penurunan
suara pernafasan.
Untuk membantu memperkuat diagnosis, dilakukan pemeriksaan berikut:

1. Rontgen dada
Rontgen dada biasanya merupakan langkah pertama yang dilakukan untuk
mendiagnosis efusi pleura, yang hasilnya menunjukkan adanya cairan.

2. CT scan dada
CT scan dengan jelas menggambarkan paru-paru dan cairan dan

bisa menunjukkan adanya pneumonia, abses paru atau tumor

3. USG dada
USG bisa membantu menentukan lokasi dari pengumpulan cairan yang
jumlahnya sedikit, sehingga bisa dilakukan pengeluaran cairan.

4. Torakosentesis
Penyebab dan jenis dari efusi pleura biasanya dapat diketahui dengan
melakukan pemeriksaan terhadap contoh cairan yang diperoleh melalui
torakosentesis (pengambilan cairan melalui sebuah jarum yang dimasukkan
diantara sela iga ke dalam rongga dada dibawah pengaruh pembiusan lokal).

5. Biopsi
Jika dengan torakosentesis tidak dapat ditentukan penyebabnya, maka
dilakukan biopsi, dimana contoh lapisan pleura sebelah luar diambil untuk
dianalisa.
Pada sekitar 20% penderita, meskipun telah dilakukan pemeriksaan
menyeluruh, penyebab dari efusi pleura tetap tidak dapat ditentukan.
6. Bronkoskopi
Bronkoskopi kadang dilakukan untuk membantu menemukan sumber cairan
yang terkumpul.

I. Komplikasi

a. Fibrotoraks
Efusi pleura yang berupa eksudat yang tidak ditangani dengan drainase yang
baik akan terjadi perlekatan fibrosa antara pleura parietalis dan viseralis.
Keadaan ini disebut dengan fibrotoraks. Jika fibrotoraks meluas dapat
menimbulkan hambatan mekanis yang berat pada jaringan-jaringan yang berada
dibawahnya. Pembedahan pengupasan (dekortikasi) perlu dilakukan untuk
memisahkan membran-membran pleura tersebut.
b. Atalektasis
Atalektasis adalah pengembahan paru yang tidak sempurna yang disebabkan
oleh penekanan akibat efusi pleura.
c. Fibrosis
Paru fibrosis paru merupakan keadaan patologis dimana terdapat jaringan ikat
paru dalam jumlah yang berlebihan. Fibrosis timbul akibat cara perbaikan
jaringan sebagai lanjutan suatu proses penyakit paru yang menimbulkan
peradangan. Pada efusi pleura, atalektasis yang berkepanjangan dapat
menyebabkan penggantian jaringan baru yang terserang dengan jaringan
fibrosis.

J. Proses Keperawatan
a. Pengkajian
Data-data yang dikumpulkan atau dikaji meliputi :
 Identitas Pasien
Pada tahap ini perawat perlu mengetahui tentang nama, umur, jenis kelamin,
alamat rumah, agama atau kepercayaan, suku bangsa, bahasa yang dipakai,
status pendidikan dan pekerjaan pasien.

 Keluhan Utama
Keluhan utama merupakan faktor utama yang mendorong pasien mencari
pertolongan atau berobat ke rumah sakit. Biasanya pada pasien dengan efusi
pleura didapatkan keluhan berupa sesak nafas, rasa berat pada dada, nyeri
pleuritik akibat iritasi pleura yang bersifat tajam dan terlokasilir terutama pada
saat batuk dan bernafas serta batuk non produktif.

 Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien dengan effusi pleura biasanya akan diawali dengan adanya tanda-tanda
seperti batuk, sesak nafas, nyeri pleuritik, rasa berat pada dada, berat badan
menurun dan sebagainya. Perlu juga ditanyakan mulai kapan keluhan itu
muncul. Apa tindakan yang telah dilakukan untuk menurunkan atau
menghilangkan keluhan-keluhannya tersebut.
 Riwayat Penyakit Dahulu
Perlu ditanyakan apakah pasien pernah menderita penyakit seperti TBC paru,
pneumoni, gagal jantung, trauma, asites dan sebagainya. Hal ini diperlukan
untuk mengetahui kemungkinan adanya faktor predisposisi.
 Riwayat Penyakit Keluarga
Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit-
penyakit sebagai penyebab efusi pleura seperti Ca paru, asma, TB paru dan lain
sebagainya.

 Riwayat Psikososial
Meliputi perasaan pasien terhadap penyakitnya, bagaimana cara mengatasinya
serta bagaimana perilaku pasien terhadap tindakan yang dilakukan terhadap
dirinya.

 Pengkajian Pola Fungsi

1) Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat  Adanya tindakan medis danperawatan
di rumah sakit mempengaruhi perubahan persepsi tentang kesehatan, tapi
kadang juga memunculkan persepsi yang salah terhadap pemeliharaan
kesehatan.

2) Kemungkinan adanya riwayat kebiasaan merokok, minum alcohol dan


penggunaan obat-obatan bias menjadi faktor predisposisi timbulnya penyakit.

 Pola nutrisi dan metabolism

1) Dalam pengkajian pola nutrisi dan metabolisme, kita perlu melakukan


pengukuran tinggi badan dan berat badan untuk mengetahui status nutrisi pasien,

2) Perlu ditanyakan kebiasaan makan dan minum sebelum dan selama MRS pasien
dengan effusi pleura akan mengalami penurunan nafsu makan akibat dari sesak
nafas dan penekanan pada struktur abdomen.

3) Peningkatan metabolisme akan terjadi akibat proses penyakit. pasien dengan


effusi pleura keadaan umumnyalemah.

 Pola eliminasi

1) Dalam pengkajian pola eliminasi perlu ditanyakan mengenai kebiasaan defekasi


sebelum dan sesudah MRS.

2) Karena keadaan umum pasien yang lemah, pasien akan lebih banyak bed rest
sehingga akan menimbulkan konstipasi, selain akibat pencernaan pada struktur
abdomen menyebabkan penurunan peristaltik otot-otot tractus degestivus.

 Pola aktivitas dan latihan

1) Akibat sesak nafas, kebutuhan O2 jaringan akan kurang terpenuhi

2) Pasien akan cepat mengalami kelelahan pada aktivitas minimal.

3) Disamping itu pasien juga akan mengurangi aktivitasnya akibat adanya nyeri
dada.

4) Untuk memenuhi kebutuhan ADL nya sebagian kebutuhan pasien dibantu oleh
perawat dan keluarganya.

 Pola tidur dan istirahat

1) Adanya nyeri dada, sesak nafas dan peningkatan suhu tubuh akan berpengaruh
terhadap pemenuhan kebutuhan tidur dan istitahat.

2) Selain itu akibat perubahan kondisi lingkungan dari lingkungan rumah yang
tenang ke lingkungan rumah sakit, dimana banyak orang yang mondar-mandir,
berisik dan lain sebagainya.

 Pemeriksaan Fisik

1) Status Kesehatan Umum Tingkat kesadaran pasien perlu dikaji, bagaimana


penampilan pasien secara umum, ekspresi wajah pasien selama dilakukan
anamnesa, sikap dan perilaku pasien terhadap petugas, bagaimana mood pasien
untuk mengetahui tingkat kecemasan dan ketegangan pasien.

2) Sistem Respirasi
a. Inspeksi Pada pasien effusi pleura bentuk hemithorax yang sakit
mencembung, iga mendatar, ruang antar iga melebar, pergerakan pernafasan
menurun. Pendorongan mediastinum ke arah hemithorax kontra lateral yang
diketahui dari posisi trakhea dan ictus kordis. RR cenderung meningkat dan
pasien biasanya dyspneu.

b. Fremitus tokal menurun terutama untuk effusi pleura yang jumlah cairannya
> 250 cc. Disamping itu pada palpasi juga ditemukan pergerakan dinding
dada yang tertinggal pada dada yang sakit.

c. Suara perkusi redup sampai pekak tegantung jumlah cairannya. Bila


cairannya tidak mengisi penuh rongga pleura, maka akan terdapat batas atas
cairan berupa garis lengkung dengan ujung lateral atas ke medical penderita
dalam posisi duduk. Garis ini disebut garis Ellis-Damoisseaux. Garis ini
paling  jelas di bagian depan dada, kurang jelas di punggung.

d. Auskultasi Suara nafas menurun sampai menghilang. Pada posisi duduk


cairan makin ke atas makin tipis, dan dibaliknya ada kompresi atelektasis
dari parenkian paru, mungkin saja akan ditemukan tanda tanda auskultasi
dari atelektasis kompresi di sekitar batas atas cairan.

3) Sistem Cardiovasculer

a. Pada inspeksi perlu diperhatikan letak ictus cordis, normal berada pada ICS
5 pada linea medio claviculaus kiri selebar 1 cm. Pemeriksaan ini bertujuan
untuk mengetahui ada tidaknya pembesaran jantung.

b. Palpasi untuk menghitung frekuensi jantung (health rate) dan harus


diperhatikan kedalaman dan teratur tidaknya denyut jantung, perlu juga
memeriksa adanya thrill yaitu getaran ictuscordis.

c. Perkusi untuk menentukan batas jantung dimana daerah jantung terdengar


pekak. Hal ini bertujuan untuk menentukan adakah pembesaran jantung atau
ventrikel kiri.

d. Auskultasi untuk menentukan suara jantung I dan II tunggal atau gallop dan
adakah bunyi jantung III yang merupakan gejala payah jantung serta adakah
murmur yang menunjukkan adanya peningkatan arus turbulensi darah.
4) Sistem Pencernaan
a. Pada inspeksi perlu diperhatikan, apakah abdomen membuncit atau datar, tepi
perut menonjol atau tidak, umbilicus menonjol atau tidak, selain itu juga perlu
di inspeksi ada tidaknya benjolan-benjolan atau massa.
b. Auskultasi untuk mendengarkan suara peristaltik usus dimana nilai normalnya
5-35kali per menit.
c. Pada palpasi perlu juga diperhatikan, adakah nyeri tekan abdomen, adakah
massa (tumor, feces), turgor kulit perut untuk mengetahui derajat hidrasi
pasien, apakah hepar teraba.
d. Perkusi abdomen normal tympani, adanya massa padat atau cairan akan
menimbulkan suara pekak (hepar, asites, vesikaurinarta, tumor).
5) Sistem Neurologis
a. Pada inspeksi tingkat kesadaran perlu dikaji Disamping juga diperlukan
pemeriksaan GCS. Adakah composmentis atau somnolen atau comma
b. Pemeriksaan refleks patologis dan refleks fisiologisnya
c. Selain itu fungsi-fungsi sensoris juga perlu dikaji seperti pendengaran,
penglihatan, penciuman, perabaan dan pengecapan.
6) Sistem Muskuloskeletal
a. Pada inspeksi perlu diperhatikan adakah edema peritibial
b. Palpasi pada kedua ekstremetas untuk mengetahui tingkat perfusi perifer serta
dengan pemerikasaan capillary refiltime.
c. Dengan inspeksi dan palpasi dilakukan pemeriksaan kekuatan otot kemudian
dibandingkan antara kiri dan kanan.
7) Sistem Integumen
a. Inspeksi mengenai keadaan umum kulit higiene, warna ada tidaknya lesi pada
kulit, pada pasien dengan efusi biasanya akan tampak cyanosis akibat adanya
kegagalan sistem transport O2.
b. Pada palpasi perlu diperiksa mengenai kehangatan kulit (dingin, hangat,
demam). Kemudian texture kulit (halus-lunak-kasar) serta turgor kulit untuk
mengetahui derajat hidrasi seseorang,
b. Analisa Data

Data Etiologi Problem


DS : Adanya kebocoran antar pola nafas tidak
- Dispnea alveoli dengan rongga efektif
pleura
DO :
|
- Penggunaan otot bantu
Udara pindah dari alveoli ke
pernpasa
rongga pleura
- Pola nafas abnormal |

- Bradipnea/takipnea Paru kolaps (menguncup)


|
- Pernapasan cuping
Pneumotoraks (udara
hidung
terdapat didalam rongga
pleura)
|
menghambat drainase
limfatik
|
tekanan kapiler paru
meningkat
|
tekanan hidrostatik
|
efusi pleura
|
Penumpukan cairan dalam
rongga pleura
|
Ekspansi paru menurun
|
Pola nafas tidak efektif
DS pertukaran O2 dan CO2 Gangguan
- Dispnea
terganggu pertukaran gas
- Pusing
DO |
- Hipoksemia
- Hiperkapnia/hiperka Menurunnya suplai
rbia oksigen
- Takikardi |
- Bunyi nafas
tambahan Gangguan pertukaran gas
- Sianosis
- Pernapasan cuping
hidung

DS Nyeri akut
efusi pleura
- Mengeluh nyeri
|
DO
- Tampak meringis Penumpukan cairan dalam
- Bersikap protektif rongga pleura
- Sulit tidur |
- TD meningkat
- Pola nafas berubah Ekspansi paru menurun
|
Sesak nafas
|
Nyeri akut

DS Defisit nutrisi
efusi pleura
- Nafsu makan
menurun |
- Cepat kenyang
setelah makan Penumpukan cairan dalam
rongga pleura
DO |
- BB menurun
- Otot menelan Ekspansi paru menurun
melemah |
- Membran mukosa Sesak nafas
pucat
|
Nafus mkan menurun

Defisit nutrisi
c. Diagnosa Keperawatan

1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru


(akumulasi udara/cairan).
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan pertukaran O2 dan CO2 terganggu
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia.

4. Nyeri dada berhubungan dengan peradangan pada rongga pleura.

d. Rencana Tindakan Keperawatan

NO Dx Keperawatan Tujuan (SLKI) Intervensi (SIKI)


(SDKI)
1 Pola napas tidak Setelah dilakukan Manajemen Jalan Nafas
efektif asuhan keperawatan 1. Monitor pola nafas
berhubungan
dengan penurunan selama 2x24 jam maka 2. Monitor bunyi nafas
ekspansi paru pola nafas dapat teratasi 3. Posisikan semi fowlwe atau fowler
(akumulasi
udara/cairan) dengan kriteria hasil: 4. Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
- Dyspnea berkurang Berikan oksigen, jika perlu
- Tidak ada PCH
- Frekuensi nafas
normal
2 Gangguan Setelah dilakukan Pemantauan Respirasi
pertukaran gas asuhan keperawatan 1. Kaji frekuensi, kedalaman, dan
berhubungan
dengan perubahan selama 2x24 jam maka kemudahan bernafas.
membran alveolus- pola nafas dapat teratasi 2. Observasi warna kulit, membrane
kapiler
dengan kriteria hasil: mukosa, dan kuku, catat adanya
- Dyspnea berkurang sianosis perifer (kuku) atau
- Tidak ada PCH sianosis sentral (sirkumoral).
- Frekuensi nafas 3. Awasi frekuensi jantung/irama.
normal 4. Pertahankan istirahat dan tidur.
Dorong menggunakan teknik
relaksasi dan aktivitas senggang.
5. Tinggikan kepala dan dorong
sering mengubah posisi, nafas
dalam , dan batuk efektif.
6. Berikan terapi oksigen dengan
benar.
7. Awasi GDA,nadi oksimetri
3 Nyeri Akut Setelah dilakukan Manajemen nyeri
berhubungan asuhan keperawatan 1. Observasi karakteristik, lokasi,
dengan agen
waktu, dan perjalanan rasa nyeri
pencedera fisiologis selama 2x24 jam maka
tingkat nyeri dapat dada Tersebut
teratasi dengan kriteria 2. Bantu
hasil: klien melakukan tehnik relaksasi

- Tidak meringis 3. Berikan analgetik sesuai indikasi


- Tidak gelisah
- Pola nafas
normal

4 Defisit Nutrisi b.d Setelah dilakukan Manajemen nutrisi


ketidakmampuan asuhan keperawatan 1. Identifikasi status nutrisi
menelan makanan selama 2x24 jam maka 2. Monitor berat badan
status nutrisi dapat 3. Sajikan makanan secara menarik
teratasi dengan kriteria dan suhu yang sesuai
hasil: 4. Catat intake dan output.
- Berat badan 5. Anjurkan makan dalam porsi
meningkat kecil tapi sering.
- Nafsu makan 6. Ajurkan untuk menghindari
meningkat makanan yang berlemak.

Daftar Pustaka

Brunner & Suddart, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Vol 3, Edisi 8, Penerbit
RGC, Jakarta.
Muttaqin, Arif (2012). Buku Ajar Asuhan Keperawatan klien dengan gangguan system
kardiovaskular dan hematologi. Jakarta : Salemba Medika

Sjamsuhidajat R, de Jong W (2005). Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2 Penerbit Buku
kedokteran. Jakarta : EGC
 
Smeltzer C Suzanne. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah, Brunner and Suddarth’s,
Ed 8 Vol 1 Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai