Makalah Kelompok 3
Disusun Oleh:
kelompok 3
A. TEORI
1.DEFENISI
Efusi pleura adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak anatara
permukaan visceral dan parietal, proses penyakit primer jarang terjadi tetapi biasanya
merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain (Huda, 2015). Efusi pleura adalah istilah
yang digunakan bagi penimbunan cairan dalam rongga pleura (Price & Wilson, 2006).
1.2 . Etiologi
Efusi pleura adalah akumulasi cairan pleura akibat peningkatan kecepatan produksi
cairan, penurunan kecepatan pengeluaran cairan atau 9 keduanya, ini disebabkan oleh satu dari
lima mekanisme berikut : (Morton,2012)
1. Peningkatan tekanan pada kapiler subpleura atau limfatik
2. Peningkatan permeabilitas kapiler
3. Penurunan tekanan osmotic koloid darah
4. Peningkatan tekanan negative intrapleura
5. Kerusakan drainase limfatik ruang pleura.
Penyebab efusi pleura : Infeksi : tuberculosis,pneumonitis,abses paru perforasi esophagus dan
abses subfrenik. Noninfeksi : karsinoma paru,karsinoma pleura : primer dan
sekunder,karsinoma mediastinum ,tumor ovarium,bendungan jantung : gagal
jantung,perikarditis konstriktiva, gagal hati, gagal ginjal, hipotiroidisme, kilotoraks dan emboli
paru.
Tampilan cairan efusi pleura.
Jernih, kekuningan (tanpa darah) Tumor jinak
Tumor ganas
Tuberculosis
Seperti susu 1 Pascatrauma
1. Tidak berbau (kilus) 2 Empisema
2. Berbau (nanah)
Hemoragik Keganasan
Trauma
3
Anatomi dan Fisiologi Pleura Gambar 1.2 (Sumber : Utama, 2018) Paru-paru terletak
di dalam rongga dada (mediastinum), dilindungi oleh struktur tulang selangka. Rongga dada
dan perut dibatasi oleh suatu sekat disebut diafragma. Masing-masing paruparu dipisahkan satu
sama lain oleh jantung dan pembuluhpembuluh besar serta struktur-struktur lain dalam rongga
dada. 7 Selaput yang membungkus paru-paru disebut pleura. Paruparu terbenam bebas dalam
rongga pleuranya sendiri. Paru-paru dibungkus oleh selaput yang bernama pleura. Pleura
dibagi menjadi dua yaitu :
1. Pleura visceral (selaput dada pembungkus), yaitu selaput paru yang langsung membungkus
paru.
2. Pleura parietal, yaitu selaput yang melapisi rongga dada luar.
Antara kedua pleura ini terdapat rongga (kavum) yang disebut kavum pleura. Pada
keadaan normal, kavum pleura ini hampa udara, sehingga paru-paru dapat berkembang kempis
dan juga terdapat sedikit cairan (eksudat) yang berguna untuk meminyaki permukaan pleura,
menghindari gesekan antara paruparu dan dinding dada sewaktu ada gesekan bernafas.
Normalnya hanya terdapat 10/20 ml cairan dalam rongga pleura. Jumlah cairan di rongga
pleura tetap, karena adanya tekanan hidrostatis sebesar 9 cmH2O. Akumulasi cairan pleura
dapat terjadi apabila tekanan osmotik koloid menurun (misalnya pada penderita
hipoalbuminemia dan bertambahnya permeabilitas kapiler akibat ada proses peradangan atau
neoplasma, bertambahnya tekanan hidrostatis akibat kegagalan jantung) dan tekanan negatif
intrapleura apabila terjadi atelektasis paru.
4
3 Deviasi trachea menjauhi tempat yang sakit dapat terjadi jika terjadi penumpukan
cairan pleural yang signifikan.
4 Pemeriksaan fisik dalam keadaan berbaring dan duduk akan berlainan, karena cairan
akan berpindah tempat. Bagian yang sakit akan kurang bergerak dalam
pernafasan,fremitus melemah (raba dan vocal),pada perkusi didapati daerah
pekak,dalam keadaan duduk permukaan cairan membentuk garis melengkung (garis
Ellis Damoiseu).
5 Didapati segitiga Garland, yaitu daerah yang pada perkusi redup timpani dibagian atas
garis Ellis Domiseu.Segitiga GroccoRochfusz, yaitu daerah pekak karena cairan
mendorong mediastinum kesisi lain, pada auskultasi daerah ini didapati vesikuler
melemah dengan ronkhi.
6 Pada permulaan dan akhir penyakit terdengar krepitasi pleura.4.Anatomi dan Fisiologi
1.5 Patofisiologi
Patofisiologi Patofisiologi terjadinya efusi pleura tergantung pada keseimbangan antara
cairan dan protein dalam rongga 11 pleura.Dalam keadaan normal cairan pleura dibentuk
secara lmbat sebagai filtrasi melalui pembuluh darah kapiler.Filtrasi ini terjadi karena
perbedaan tekanan osmotik plasma dan jaringan interstisial submesotelial,kemudian melalui
sel mesotelial masuk ke dalam rongga pleura.Selain itu cairan pleura dapat melalui pembuluh
limfe sekitar pleura. Proses penumpukan cairan dalam rongga pleura dapat disebabkan oleh
peradangan.Bila proses radang oleh kuman piogenik akan terbentuk pus/nanah,sehingga terjadi
empiema/piotorak.Bila proses ini mengenai pembuluh darah sekitar pleura dapat menyebabkan
hemotorak. Efusi cairan dapat berbentuk transudat,terjadinya karena penyakit lain bukan
primer paru seperti gagal jantung kongestif,sirosis hati,sindroma nefrotik,dialisis peritoneum,
5
2 Efusi pleura eksudat Ini terjadi akibat kebocoran cairan melewati pembuluh kapiler
yang rusak dan masuk kedalam paru yang dilapisi pleura tersebut atau kedalam paru
terdekat.Kriteria efusi pleura eksudat :
b. Rasio cairan pleura dengan dehidrogenase laktat (LDH) lebih dari 0,6.
c. LDH cairan pleura dua pertiga atas batas normal LDH serum.
2. Ultrasonografi
6
1.8 Komplikasi
1. Fibrothoraks Efusi pleura yang berupa eksudat yang tidak ditangani dengan drainase yang
baik akan terjadi perlekatan fibrosa antara pleura parietalis dan pleura viseralis akibat efusi
pleura tidak ditangani dengan drainase yang baik. Jika fibrothoraks meluas dapat menimbulkan
hambatan yang berat pada jaringan-jaringan yang berada dibawahnya. Pembedahan
pengupasan (dekortikasi) perlu dilakukan untuk memisahkan membran pleura tersebut.
2. Atelektasis Pengembangan paru yang tidak sempurna yang disebabkan oleh penekanan
akibat efusi pleura disebut juga atelektasis.
3. Fibrosis Pada fibrosis paru merupakan keadaan patologis dimana terdapat jaringan ikat paru
dalam jumlah yang berlebihan. Fibrosis timbul akibat cara perbaikan jaringan sebagai lanjutan
suatu proses penyakit paru yang menimbulkan peradangan. Pada 15 efusi pleura, atelektasis
yang berkepanjangan dapat mengakibatkan penggantian jaringan baru yang terserang dengan
jaringan fibrosis.
1.9 Penatalaksanaan
1 Tirah baring Tirah baring bertujuan untuk menurunkan kebutuhan oksigen karena
peningkatan aktivitas akan meningkatkan kebutuhan oksigen sehingga dispneu akan
semakin meningkat pula.
7
1. Format Pengkajian
NO REG : 09.91.30
Nama : Tn. K
Umur : 51 Tahun
Agama : Islam
Pasien dengan mula-mula sesak pada bulan Januari 2012. Sesak hilang
timbul, di sertai nyeri dada terutama saat beraktifitas dan terkadang juga pada
malam hari sesak timbul kembali, ketika pasien sesak, pasien mencoba tidur
sesak pasien mengeluh batuk selama kurang lebih selama satu bulan. Batuk tanpa
disertai dahak, dan mengkonsumsi obat batuk namun tidak sembuh. Karena sesak
yang mengalami sakit seperti pasien. Keluarga mengatakan tidak ada riwayat
keganasan, batuk lama, batuk berdarah, keringat dingin, DM, HT, asma, alergi.
Pasien tidak mengkonsumsi alcohol, tetapi pasien adalah perokok berat
dimana dapat mengkonsumsi satu bungkus dalam sehari dan hal itu sudah
dilakukan lebih dari 10 tahun. Dalam sehari pasien mampu manghabiskan rokok 1
bungkus bahkan lebih. Pekerjaan pasien sebagai Pegawai Negeri Sipil. Saat
Tanda-tanda vital:
– Suhu: 37,5˚C
– RR:32x/menit
– TD:130/90mmHg
1. Sistem Pernafasan
bertambah setelah beraktifitas dan terdapat nyeri. Tidak ada pernafasan cuping hidung
dan tidak ada retraksi otot bantu nafas. Gerak dada kiri dan kanan simetris, terdapat suara
nafas tambahan berupa ronki di bagian dekstra apeks. Adanya secret dan batuk produktif
tetapi batuk tidak efektif. Irama nafas teratur terdapat dispnoe, pasien tidak menggunakan
alat bantu nafas, suara nafas vesikuler. Terdapat hasil torakosintesis yang dilakukan pada
pukul 11.30,dan ternyata masih terdapat cairan di kavum pleura sebanyak 500 cc.
1. Sistem Kardiovaskuler
2. Sistem Persyarafan
Pasien tidak merasa pusing, tidak terdapat gangguan pendengaran, dan tidak
mengalami gangguan penciuman. Istirahat pasien 8 jam/ hari. Dan pasien mengaku tidak
mengalami gangguan tidur. Namun setelah bangun tidur sering sesak nafas.
3. Sistem Perkemihan
Menurut pasien, alat genetalia nya dalam kondisi bersih, dan tidak mengalami
keluhan kencing. Volume urin pasien normal, dan tidak terpasang kateter.
4. Sistem Pencernaan
Mulut pasien tampak bersih, lembab dan tidak ada stomatitis, tidak bau mulut,
gigi sempurna (tidak terdapat karies gigi), lidah merah, kelainan tidak ada, pasien tidak
mengalami gangguan menelan. Tidak terdapat luka operasi, peristaltic 9x/ menit dengan
dengan konsistensi lunak warna kecoklatan, dan bau khas, nafsu makan menurun.
5. Sistem Muskoleskeletal
kelainan tulang belakang, tidak menggunakan traksi gips spalk, permukaaan kulit terlihat
mengkilat, dan tekstur halus. Rambut putih hitam bersih, tidak terdapat dekubitus. Pasien
mengalami intoleransi aktifitas dikarenakan jika terlalu banyak bergerak, akan timbul
sesak napas.
6.Sistem Endokrin
Leher pasien tidak terlihat membesar, saat pemeriksaan Pasien tidak mengalami
pembesaran kelenjar tiroid dan tidak mengalami pembesaran kelenjar betah bening,
7. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL
medis.
Klien mengatakan mandi sehari 2x dan keramas 1-2 kali seminggu. Kuku
terlihat bersih dan pendek, memakai arloji di tangan sebelah kanan pasien untuk
melihat waktu kapan dia harus menjalani pengobatan, membersihkan diri, jam
istirahat, dan makan. Semua nya terlihat bersih dan rapi, pakaian ganti sehari 2x,
menggosok gigi 2x sehari, tidak lupa untuk membersihkan telinga serta lubang
9. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Foto Thorax
Hasil torakosintesis pada tanggal 20-10-2010 sebesar 500cc Hasil
torakosintesis 17-01-2012 pukul 10.30 sebesar 500ccFoto Thorak 17-01-2012:
efusi pleura dekstra
2.CT-SCAN
CT Scan 17-01-2012: ca paru dextra
ANALISA DATA
3. S: Pasien tampak susah Batuk yang menetap Gangguan pola tidur dan
tidur istirahat
O: -Nyeri pada dada
-sesak napas
4. S : Pasien merasa Adanya ancaman kematian Kecemasan
ketakutan
O:-Pasien tampak pucat
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa Utama :
1.Ketidak efektifan pola pernapasan b/d menurunnya ekspansi paru sekunder d/d pasien
merasa sesak
Diagnosa yang mungkin muncul :
2. Intoleransi aktivitas b/d keadaan fisik yang lemah d/d nyeri pada dada
3. Gangguan pola tidur dan istirahat b/d batuk yang menetap d/d Klien susah tidur
4. Kecemasan b/d adanya ancaman kematian yang dibayangkan d/d os merasa ketakutan
ASUHAN KEPERAWATAN EFUSI PLEURA
SDKI
Intervensi Rasional Implementasi Evaluasi
- - Identifikasi faktor - Dengan -Mengidentifikasikan S: Pasien mengatakan
penyebab mengidentifikasikan faktor penyebab tidak sesak lagi
penyebab, kita dpat O: Pasien menunjukkan
memantukan jenis pola napas normal
-Kaji kualitas, frekuensi, efusi pleura sehingga -Mengkaji kualitas, A: Intervensi berhasil
kedalaman pernapasan dapat mengambil ferkuensi, kedalaman P: Intervensi dihentikan
tindakan yang tepat pernapasan T: Pasien mampu
-Intoleransi -Dengan mengkaji mempertahankan fungsi
aktivitas b/d -Baringkan pasien dengan kualitas, frekuensi, paru secara normal
keadaan fisik yang posisi yang nyaman dan kedalaman -Membaringkan pasien
lemah d/d nyri
pernapasan, kita dengan posisi semi
pada dada -Kolaborasi dengan tim
dapat mengetahui fowler
T: Pasien mampu medis lain dalam pemberian
sejauh mana kondisi -Berkolaborasi dengan
melaksanakan obat-obatan dan O2
aktivitas seoptimal pasien tim medis lain dalam S: Pasien mengatakan
mungkin - Evaluasi respon pasien saat -Penurunan pemberian obat- sudah bisa beraktivitas
beraktivitas diafragma daerah obatan dan oksigen sebagaimana mestinya
dada sehingga -Mengevaluasi respon O: Pasien terlihat sudah
-Gangguan pola -Bantu klien memenuhi ekspansi paru bisa pasien saat beraktifitas aktif melakukan aktivitas
tidur dan istirahat kebutuhannya maksimal A: Intervensi berhasil
b/d batuk yang -Pemberian oksigen -Membantu klien P: Intervensi berhasil
menetap d/d klien dapat menurunkan memenuhi S: Pasien mengatakan
susah tidur -Motivasi dan awasi pasien beban pernapasan bahwa nyeri sudah
T: Tidak terjadi untuk melakukan aktivitas dan mencegah kebutuhannya berkurang dan sudah bisa
gangguan pola secara bertahap terjadinya sianosis tidur nyeyak tanpa sesak
tidur dan -Memotivasi dan napas
kebutuhan istirahat -Mengetahui sejauh mengawasi pasien O: Pasien terlihat nyaman
terpenuhi -Beri posisi senyaman mana kemampuan untuk melakukan dalam bernapas
mungkin bagi pasien pasien dalam aktivitas secara A: Intervensi berhasil
melakukan aktivitas bertahap P: Intervensi dihentikan
-Memacu pasien
Kecemasan b/d -Tentukan kebiasaan pasien untuk berlatih secara -Memberi posisi S: Pasien mengatakan
adanya ancaman sebelum tidur malam aktif dan mandiri senyaman mungkin tidak cemas lagi
kematian yang
bagi pasien O: Pasien terlihat sudah
dibayangkan
-Aktivitas yang tidak takut lagi akan
T: Pasien mampu -Anjurkan pasien untuk
teratur dan bertahap penyakitnya
memahami dan relaksasi sebelum tidur
menerima akan membantu -Menentukan A: Intervensi berhasil
keadaannya mengembalikn kebiasaan pasien P: Intervensi di hentikan
sehingga tidak pasien pada kondisi sebelum tidur malam
terjadi kecemasan -Berikan posisi yang normal
nyaman bagi pasien -Menganjurkan pasien
-Posisi semi fowler untuk relaksasi
akan memperlancar sebelum tidur
O2 dan CO2
-Relaksasi akan
membantu mengatasi
gangguan tidur
-Pasien mampu
menerima keadaan
dan mengerti
sehingga dapat diajak
kerja sama dalam
perawatan
18