Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN EFUSI PLEURA

DISUSUN OLEH :

Annisa

181030100195

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

STIKes WIDYA DHARMA HUSADA TANGERANG

TAHUN 2021
LAPORAN PENDAHULUAN EFUSI PLEURA
A. Definisi Efusi
pleura adalah pengumpulan cairan berlebih didalam rongga pleura, rongga pleura
adalah rongga yang terletak diantara selaput yang melapisi paru-paru dan rongga
dada. Jenis cairan lainnya yang bisa terkumpul didalam rongga pleura adalah darah,
nanah, cairan seperti susu dan cairan mengandung kolestrol tinggi, hemotoraks (darah
di dalam rongga pleura) biasanya terjadi karena cedera di dada. Dalam keadaan
normal cairan pleura dibentuk dalam jumlah kecil untuk melumasi permukaan pleura.
(Irianto, 2015).

Hal ini merupakan adanya penumpukan cairan di ruang pleura. Penyakit ini sering
terjadi karena proses sekunder dari adanya penyakit lain, efusi dapat berupa cairan
jernih, yang mungkin merupakan transudat, eksudat, atau dapat berupa darah atau pus.
(Ketut & Brigitta, 2019).

Penyakit ini merupakan adanya cairan berlebih di dalam rongga pleura, cairannya
dapat berupa darah, cairan jernih dan pus, yang terletak diantara selaput yang melapisi
paru-paru dan rongga dada. Hal ini sering terjadi karena proses sekunder dari adanya
penyakit lain dan cedera di dada, dan penyakit ini bisa membuat terganggunya proses
pernafasan.

B. Etiologi
Efusi pleura diakibatkan oleh kelebihan cairan dapat berupa cairan rendah protein
(transudatif) atau kaya protein (eksudatif). Penyebab paling umum efusi pleura
transudatif (cairan encer) meliputi gagal jantung, emboli paru, sirosis, dan bedah
jantung pascaoperasi. Sementara itu efusi pleura eksudatif (cairan protein) paling
sering disebabkan oleh pneumonia, kanker, emboli paru, penyakit ginjal, dan penyakit
inflamasi.
Selain dua penyebab utama diatas penyebab efusi pleura lain yang kurang umum
antara lain tuberkulosis, penyakit autoimun, perdarahan (karena trauma dada),
chylothorax (karena trauma), infeksi dada dan perut, efusi pleura abses ( karena
paparan asbes), sindrom Meig (karena tumor ovarium jinak), dan sindrom
hiperstimulasi ovarium. Obat-obatan tertentu, operasi perut, dan terapi radiasi juga
dapat menyebabkan efusi pleura. Efusi pleura dapat terjadi pada beberapa jenis kanker
termasuk kanker paru-paru, kanker payudara, dan limfoma. (Boka, 2017).

C. Pathway

D. Tanda dan Gejala


Menurut (Saferi, 2013), tanda dan gejala yang ditimbulkan dari efusi pleura
berdasarkan penyebabnya adalah :
a. Batuk
b. Sesak napas

c. Nyeri pleuritis

d. Rasa berat pada dada

e. Berat badan menurun

f. Adanya gejala-gejala penyakit penyebab seperti demam, mengigil, dam nyeri


dada pleuritis (pneumonia), panas tinggi (kokus), subfebril (tuberkolosis)
banyak keringat, batuk.

g. Deviasi trachea menjauhi tempat yang sakit dapat terjadi jika terjadi
penumpukan cairan pleural yang signifikan.

E. Patofisiologi
Pleura parietalis dan viseralis letaknya berhadapan satusama lain dan hanya
dipisahkan oleh selaput tipis cairan serosa, lapisan cairan ini memperlihatkan adanya
keseimbangan antara transudasi dari kapiler-kapiler pleura dan reabsorbsi oleh vena
visceral dan parietal, dan saluran getah bening. Karena effusi pleura adalah
penumpukan cairan yang berlebih di dalam rongga pleura yaitu di dalam rongga
pleura viseralis dan parientalis, menyebabkan tekanan pleura meningkat maka
masalah itu akan menyebabkan penurunan ekspansi paru sehingga klien akan
berusaha untuk bernapas dengan cepat (takipnea) agar oksigen yang diperoleh
menjadi maksimal dari penjelasan masalah itu maka dapat disimpulkan bahwa klien
dapat terganggu dalam pola bernapasnya, Ketidakefektifan pola napas adalah suatu
kondisi ketika individu mengalami penurunan ventilasi yang aktual atau potensial
yang disebabkan oleh perubahan pola napas, diagnosa ini memiliki manfaat klinis
yang terbatas yaitu pada situasi ketika perawat secara pasti dapat mengatasi masalah.
Umumnya diagnose ini ditegakkan untuk kasus seperti hiperventilasi.
Ketidakefektifan pola napas ditunjukan dengan tanda-tanda dengan adanya perubahan
kedalam pernafasan, dyspnea, takipnea, sianosis, perubahan pergerakan dinding dada
(Somantri,201).

F. Manifestasi Klinis

Efusi pleura beberapa gejalanya disebabkan oleh penyakit dasar pneumonia akan
menyebabkan demam, mengigil, dan nyeri dada pleuritik. Efusi maligna dapat
mengakibatkan dispneu dan batuk. Ukuran efusi akan menentukan keparahan gejala.

1. Efusi luas
sesak napas, bunyi pekak atau datar pada saat perkusi di atas area yang terisi
cairan, bunyi napas minimal atau tak terdengar dan pergeseran trakea
menjauhi tempat yang sakit.

2. Efusi ringan sampai sedang


dispneu bisa tidak terjadi. (Ketut & Brigitta, 2019).

G. Klasifikasi
1. Efusi transudatif
Karakteristik transudat adalah rendahnya konsentrasi protein dan molekul
besar lainnya, terjadi akibat kerusakan/perubahan faktorfaktor sistemik yang
berhubungan dengan pembentukan dan penyerapan cairan pleura. Penyebab
utama biasanya gagal jantung ventrikel kiri dan sirosis hati, penyebab lainnya
diantaranya sindrom nefrotik, hidronefrosis, dialisis peritoneal, efusi pleura
maligna ( atelektasis pada obstruksi bronkial atau limfatik).
2. Efusi eksudatif
Karakteristik eksudat kandungan protein lebih tinggi dibandingkan transudat.
Hal ini karena perubahan faktor lokal sehingga pembentukan dan penyerapan
cairan pleura tidak seimbang. Penyebab utama, yaitu pneumonia bakteri,
keganasan ( ca paru, mamae,limfoma,ovarium), infeksi virus dan emboli paru.
Selain itu juga disebabkan oleh abses intraabdomen, hernia diafragmatika,
sfingter esofagus bawah, trauma, kilotoraks (trauma,tumor mediastinum),
uremia, radiasi, hemotoraks (trauma), tumor, efusi pleura maligna dan
paramaligna. (Aesculapius, 2014).

H. Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan adalah untuk menemukan penyebab yang mendasarinya ; untuk
mencegah reakumulasi cairan; dan untuk meringankan ketidaknyamanan, dispnea,
dan penurunan kerja sistem pernapasan. (Smeltzer, 2010). Pengobatan spesifik,
diarahkan pada penyebab yang mendasarinya :
1. Thoracentesis dilakukan untuk menghilangkan cairan, mengumpulkan
spesimen untuk analisis, dan meredakan dispnea.
2. Pemasangan chest tube dan water-seal drainage mungkin diperlukan untuk
drainase dan re-ekspansi paru-paru.
3. Pleurodesis kimia: Pembentukan adhesi dilakukan saat obat ditanamkan ke
dalam ruang pleura untuk menghilangkan ruang dan mencegah akumulasi
cairan lebih lanjut.
4. Modalitas pengobatan lainnya, termasuk pleurektomi pembedahan
(pemasangan kateter kecil yang menempel pada botol penghisap), atau
implantasi pleuroperitoneal shunt.
5. Tirah Baring, bertujuan untuk menurunkan kebutuhan oksigen karena
peningkatan aktifitas akan meningkatkan kebutuhan oksigen sehingga dispneu
akan semakin meningkat pula

I. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan radiologik ( Rontgen Dada )
2. Ultrasonografi
3. Pungsi pleura (torakosentesis) dan analisis cairan pleura
 Makroskopik: transudat (jernih,agak kuning), eksudat ( warna lebih
gelap,keruh), emplema (opak,kental), efusi kaya kolestrol (berkilau),chylous
(susu).
 Mikroskopik: leukosit <1000/mm, leukosit meningkat, lomfosit matur,
(neoplasma, lomfoma, TBC), leukosit PMN yang mendominasi (pneumonia,
pankrearistis)
4. Biopsi pleura mungkin juga dilakukan. (Amin dan Hardhi, 2015)

J. Komplikasi
1. Fibrothotaks
Effusi pleura yang beruba eksudat yang tidak ditangani dengan drainase yang
baik akan terjadi perlekatan fibrosa antara pleura parientalis dan pleura
viseralis akibat effusi pleura tidak ditangani dengan drainase yang baik. Jika
fibrothoraks meluas dapat menimbulkan hambatan yang berat pada jaringan-
jaringan yang berada dibawahnya.Pembedahan pengupasan (dekortikasi) perlu
dilakukan untuk memisahkan membran pleura tersebut.
2. Atelektasis
Pengembangan paru yang tidak sempurna yang tidak sempurna yang
disebabkan oleh penekanan akibat effusi pleura disebut juga atelektasis.
3. Fibrosis
Pada fibrosis paru merupakankeadaan patologis dimana terdapat jaringan ikat
paru dalam jumlah yang berlebihan. Fibrosis timbul akibat cara perbaikan
jaringan sebagai lanjutan suatu proses penyakit paru yang menimbulkan
peradangan. Pada effusi pleura, atalektasis yang berkepanjangan dapat
mengakibatkan penggantian jaringan baru yang terserang dengan jaringan
fibrosis.

K. Anatomi Paru-Paru
Paru-paru adalah organ yang berbentuk kerucut mengisi rongga dada. Paru-paru
merupakan alat pernapasan utama, jaringan paru-paru elastis, berpori, dan seperti
spons. Paru-paru berada dalam rongga torak, yang terkandung dalam susunan tulang-
tulang iga dan letaknya disisi kiri dan kanan mediastinum yaitu struktur blok padat
yang berada dibelakang tulang dada. Paru-paru menutupi jantung, arteri dan vena
besar, esofagus dan trakea. Paru-paru berbentuk seperti spons dan berisi udara dengan
pembagian ruang paru kanan memiliki tiga lobus dan paru kiri dua lobus, lobus paru
terbagi menjadi beberapa segmen-paru. Paru kanan mempunyai sepuluh segmen-paru
sedangkan paru kiri mempunyai delapan segmen-paru. (Evelyn, 2010).
Pleura Setiap paru-paru dilapisi membran serosa rangkap dua yaitu ; Pleura viseralis
erat melapisi paru-paru, masuk ke dalam fisura, dan dengan demikian memisahkan
lobus satu dari yang lain, membran ini kemudian dilipat kembali di sebelah tampuk
paru-paru dan membentuk pleura parietalis, dan melapisi bagian dalam dinding dada.
Pleura yang melapisi iga-iga adalah pleura kostalis, bagian yang menutupi diafragma
ialah pleura diafragmatika, dan bagian yang terletak di leher ialah pleura servikalis.
Pleura diperkuat oleh membran yang kuat bernama membran suprapleuralis dan di
atas membran ini terletak arteri subklavia. Diantara kedua lapisan pleura itu terdapat
eksudat untuk meminyaki permukaannya dan menghindarkan gesekan antara paru-
paru dan dinding dada yang sewaktu bernapas bergerak. Dalam keadaan sehat kedua
lapisan satu dengan yang lain erat bersentuhan. Ruang atau rongga pleura itu hanyalah
ruang yang tidak nyata, tetapi dalam keadaan tidak normal udara atau cairan
memisahkan kedua pleura itu dan ruang di antaranya menjadi jelas. (Evelyn, 2010).

L. Pleura
Setiap paru-paru dilapisi membran serosa rangkap dua yaitu ; Pleura viseralis erat
melapisi paru-paru, masuk ke dalam fisura, dan dengan demikian memisahkan lobus
satu dari yang lain, membran ini kemudian dilipat kembali di sebelah tampuk paru-
paru dan membentuk pleura parietalis, dan melapisi bagian dalam dinding dada.
Pleura yang melapisi iga-iga adalah pleura kostalis, bagian yang menutupi diafragma
ialah pleura diafragmatika, dan bagian yang terletak di leher ialah pleura servikalis.
Pleura diperkuat oleh membran yang kuat bernama membran suprapleuralis dan di
atas membran ini terletak arteri subklavia. Diantara kedua lapisan pleura itu terdapat
eksudat untuk meminyaki permukaannya dan menghindarkan gesekan antara paru-
paru dan dinding dada yang sewaktu bernapas bergerak. Dalam keadaan sehat kedua
lapisan 30 satu dengan yang lain erat bersentuhan. Ruang atau rongga pleura itu
hanyalah ruang yang tidak nyata, tetapi dalam keadaan tidak normal udara atau cairan
memisahkan kedua pleura itu dan ruang di antaranya menjadi jelas. (Evelyn, 2010).
FORMAT PENGKAJIAN

A. PENGKAJIAN
Jam :
Pengkajian tgl : 01 April 2019 NO. RM : 1451994
Tanggal MRS : 25 Maret 2019 Dx. Masuk : Efusi Pleura dextra
Ruang/Kelas : 522 Dokter :
Nama : Tn.R Jenis Kelamin : Laki-Laki
Umur : 60 Tahun Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam Penanggung Biaya : BPJS
Identitas

Pendidikan : Sekolah Dasar


Pekerjaan : Wiraswasta
Suku/Bangsa : Indonesia
Alamat :
Keluhan utama :
Sesak sejak 3 bulan yg lalu dan 2 hari yg lalu sesak semakin memberat
Riwayat Sakit dan Kesehatan

Riwayat penyakit saat ini :


Sesak yang semakin memberat dan tidak dapat BAB maupun BAK, mual dan badan lemas

Penyakit yang pernah diderita :


Sakit jantung, gula darah, sesak napas

Riwayat penyakit keluarga :


Ayah dari klien mengalami Diabetes Melitus

Riwayat alergi:  ya tidak Jelaskan :


Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum:  baik  sedang lemah Kesadaran:
Tanda vital Nadi: Suhu : RR:
Pola nafas irama:  Teratur  Tidak teratur
Jenis Dispnoe  Kusmaul  Ceyne Stokes Lain-lain:
Pernafasan

Suara nafas: verikuler  Stridor  Wheezing  Ronchi Lain-lain:


Sesak nafas Ya  Tidak  Batuk  Ya  Tidak
Masalah:

Irama jantung:  Reguler  Ireguler S1/S2 tunggal  Ya  Tidak


Kardiovask

Nyeri dada:  Ya Tidak


Bunyi jantung: Normal  Murmur  Gallop lain-lain
CRT: < 3 dt > 3 dt
Akral:  Hangat  Panas  Dingin kering  Dingin basah
uler Masalah:

GCS Eye: Verbal: Motorik: Total:


Refleks fisiologis: patella  triceps  biceps lain-lain:
Persyarafan

Refleks patologis:  babinsky  budzinsky  kernig lain-lain:


Lain-lain:
Istirahat / tidur: jam/hari Gangguan tidur:
Masalah:

Penglihatan (mata)
Pupil :  Isokor  Anisokor  Lain-lain:
Sclera/Konjungtiva : Anemis  Ikterus  Lain-lain:
Lain-lain :
Pendengaran/Telinga :
Penginderaan

Gangguan pendengaran :  Ya Tidak Jelaskan:


Lain-lain :
Penciuman (Hidung)
Bentuk :  Normal  Tidak Jelaskan:
Gangguan Penciuman :  Ya Tidak Jelaskan:
Lain-lain
Masalah:

Kebersihan:  Bersih Kotor


Urin: Jumlah: 1400 cc/hr Warna: kuning Bau: khas
Perkemihan

Alat bantu (kateter, dan lain-lain): Kateter


Kandung kencing: Membesar  Ya Tidak
Nyeri tekan  Ya Tidak
Gangguan:  Anuria  Oliguri  Retensi
 Nokturia  Inkontinensia  Lain-lain:
Masalah:
Nafsu makan:  Baik Menurun Frekuensi:3x/hari
Porsi makan:  Habis  Tidak Ket:
Diet :-
Minum: 200 cc/hari Jenis: minum
Mulut dan Tenggorokan
Mulut:  Bersih  Kotor  Berbau
Mukosa  Lembab  Kering  Stomatitis
Tenggorokan Nyeri telan  Kesulitan menelan
 Pembesaran tonsil  Lain-lain:
Pencernaan

Abdomen  Tegang  Kembung  Ascites  Nyeri tekan, lokasi:


Peristaltik x/mnt
Pembesaran hepar  Ya Tidak
Pembesaran lien  Ya Tidak
Buang air besar x/hari Teratur: Ya  Tidak
Konsistensi Bau: khas Warna: kuning
Lain-lain:

Masalah:

Kemampuan pergerakan sendi: Bebas  Terbatas


Kekuatan otot: 5 5
5 5
Muskuloskeletal/ Integumen

Kulit
Warna kulit:  Ikterus  Sianotik  Kemerahan  Pucat  Hiperpigmentasi
Turgor: Baik  Sedang  Jelek
Odema: Ada  Tidak ada Lokasi
Luka  Ada Tidak ada Lokasi
Tanda infeksi luka  Ada Tidak ada Yang ditemukan :
kalor/dolor/tumor/Nyeri/Fungsiolesa
Lain-lain :

Masalah:

Pembesaran Tyroid  Ya Tidak


Endokrin

Hiperglikemia  Ya Tidak Hipoglikemia  Ya  Tidak


Luka gangren  Ya Tidak Pus  Ya  Tidak
Masalah:

Mandi : 1x/hari Sikat gigi : -


Personal
Higiene

Keramas : - Memotong kuku: -


Ganti pakaian : 1x/hari
Masalah:
Orang yang paling dekat: istri & keluarga
Psiko-sosio-

Hubungan dengan teman dan lingkungan sekitar: -


spiritual

Kegiatan ibadah: 1x/hari dengan pendeta


Lain-lain :
Masalah:
Pemeriksaan penunjang Laboratorium

Terapi Obat
- Furosemide 2 x 1 ampl - Ondansentron 3 x 1 ampl
- Levofiocacin 1 x 500 - IUFD : NS 3% / 24jam
- Omz 2 x 400 mg

1. HASIL PEMERIKSAAN LABORATURIUM


Tanggal 25 Maret 2019 Pukul 13:34:59
PEMERIKSAAN METODE HASIL SATUAN NILAI
RUJUKAN
Analisa Gas
Darah
pH ISE 7.507 mmHg 7.370 - 7.440
PCO2 ISE 26.6 mmHg 35.0 - 45.0
PO2 ISE 223.3 mmol/L 83.0 - 108.0
HCO2 ISE 20.6 % 21.0 - 28.0
O2 saturasi ISE 99.6 mmol/L 95.0-99.0
BE (Base Excess) ISE -0.8 mmol/L -2.5 – 2.5
Total CO2 ISE 21.4 19.0 – 24.0

ELEKTROLIT
DARAH
Natrium (Darah) ISE 131 mmol/L 135 – 147
Kalium (Darah) ISE 3.38 mmol/L 3.10 – 5.10
Klorida (Darah) ISE 114 mmol/L 95 – 108
Tanggal 25 Maret 2019 Pukul 13:34:59
PEMERIKSAAN METODE HASIL SATUAN NILAI
RUJUKAN
HEMATOLOGI
Hemoglobin Automatic 14.4 g/dL 13.2 – 17.3
Hematocrit Automatic 4.7 % 33 – 45
Lekosit Automatic 4.2 Ribu/ul 5.0 10.0
Trombosit Automatic 213 Ribu/ul 150 – 440
Eritrosit Automatic 4.92 Juta.uL 4.40 – 5.90

VER/HER/KHER/RDW
VER Automatic 96.2 Fl 80.0 – 100.0
HER Automatic 29.2 Pg 26.0 – 34.0
KHER Automatic 30.4 g/dl 32.0 – 36.0
RDW Automatic 16.7 % 11.5 – 14.5

HITUNG JENIS
Basophil Automatic 0 % 0–1
Eosinophil Automatic 3 % 1–3
Netrofil Automatic 65 % 50 – 70
Limfosit Automatic 23 % 20 – 40
Monosit Automatic 7 % 2–8
Luc Automatic 1 % <5

KIMIA KLINIK
FUNGSI HATI
SGOT IFCC, 37℃ 47 U/l 0 – 34
SGPT IFCC, 37℃ 9 U/l 0 – 40
Albumin BCG 3.00 g/dl 3.40 – 4.80

FUNGSI GINJAL
Ureum Darah Urease 34 mg/dl 20 – 40
Keratin Darah Jaffe No 0.8 mg/dl 0.6 – 1.5
Deprot
DIABETES
Glukosa Darah Sewaktu Hexokinase
Glukosa Darah Sewaktu 141 mg/dl 70 - 140

Tanggal 25 Maret 2019 Pukul 17:43:28


PEMERIKSAAN METODE HASIL SATUAN NILAI
RUJUKAN
SERO –
IMUNOLOGI Imunochromat <0.07 ng/mL < 0.5 : normal
PCT Kuantitatif ografi 0.5 - , 2 ng/mL :
sepsis systemic
2 - < 10 ng/mL :
sepsis berat
>= 10 ng/mL :
syok sepsis

Tanggal 26 Maret 2019 Pukul 14:06:34


PEMERIKSAAN METODE HASIL SATUAN NILAI
RUJUK
AN
ANALISA CAIRAN
MAKROSKOPI Kuning Kuning
Warna Jernih Jernih
Kejernihan Negatif Negatif
Tes Rivalita

MIKROSKOPI 60 /ul
Jumlah sel 30 %
PMN 70 %
MN

KIMIA 1.60 g/dl


Protein Total (Cairan) 4.8 g/dL
Protein Total (Serum) 126 U/L
LDH (Cairan) 443 U/L
LDH (Serum) 112 mg/dl
Glukosa (Cairan) 0.33
Rasio Protein Cairan/Serum 0.28
Rasio LDH Cairan/Serum Tidak ditemukan
Pewarnaa BTA Tidak ditemukan
Pewarnaan Gram Tansudat
Kesan
ANALISA DATA

No. Data Problem Etiologi

1. DS : Pola napas tidak efektif Hambatan upaya


- Pasien mengatakan sesak sejak 3 bulan napas
yang lalu
- Pasien mengatakan sesak semakin
memberat sejak 2 hari yg lalu
DO:
- Pasien terlihat kesadaran CM
- Pasien terlihat lemas
R : 22 x/mnit

2. DS :
- Pasien mengatakan tidak bisa BAB Resiko konstipasi Ketidakcukupan
asupan serat
DO :
-

3. DS :

- Pasien mengatakan tidak bisa BAK Penurunan kapasitas


Gangguan eliminasi urin kandung kemih
DO :

-
4. DS : Resiko defisit nutrisi Ketidakmampuan
- Pasien mengatakan mual mencerna makanan
- Pasien mengatakan badan terasa lemas

DO :
- Pasien tampak tidak nyaman
- Pasien tampak gelisah

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Pola napas tidak efektif b/d hambatan upaya napas
2. Resiko konstipasi b/d ketidakcukupan asupan serat
3. Gangguan eliminasi urin b/d penurunan kapasitas kandung kemih
4. Resiko defisit nutrisi b/d ketidakmampuan mencerna makanan

C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


Nama pasien : Tn. R Nama Mahasiswa : Annisa
Ruang : 522 NPM : 181030100195
No.M.R. : 1451994a

No Tanggal Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


dan jam Keperawatan

1. Pola napas tidak Setelah dilakukan Dukungan Ventilasi


efektif b/d
hambatan upaya tindakan keperawatan observasi :
napas selama 1x24 jam - Identifikasi adanya
diharapkan bersihan kelelahan otot bantu
jalan nafas dapat teratasi napas
dengan kriteria hasil: - Identifikasi efek
1. Dyspea menurun perubahan posisi
2. Frekuensi napas terhadap status
membaik pernapasan
3. Pola napas membaik - Monitor status
respirasi dan
oksigenasi
Teraupetik :
- Pertahankan
kepatenan jalan napas
- Berikan posisi semi
fowler
- Berikan oksigen
sesuai kebutuhan
Edukasi :
- Ajarkan melakukan
teknik relaksasi napas
dalam
- Ajarkan mengubah
posisi secara mandiri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
bronkhodilator
2. Setelah dilakukan Manajemen Eliminasi
Resiko konstipasi Fekal
b/d tindakan keperawatan Observasi :
ketidakcukupan selama 1x24 jam - Identifikasi pengobatan
asupan serat yang berefek pada
diharapkan resiko
kondisi gastrointestinal
konstipasi fekal dapat
- Identifikasi masalah
teratasi dengan kriteria
usus
hasil:
- Monitor tanda dan
1. Defekasi membaik gejala konstipasi
2. Frekuensi buang Teraupetik :
airbesar membaik - Jadwal waktu defekasi
3. Pengontrolan bersama pasien
pengeluaran feses - Sediakan makanan
tinggi serat
Edukasi :
- Jelaskan jenis makanan
yang membanty
meningkatkan
keteraturan peristaltik
usus meningkatkan
asupan cairan
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian
obat supositoria anal

3. Gangguan Setelah dilakukan Manajemen Eliminasi


eliminasi urine b/d Urine
penurunan tindakan keperawatan Observasi :
kapasitas kandung selama 1x24 jam - Identifikasi faktor yang
kemih menyebabkan retensi
diharpkan eliminasi urine
- identifikasi tanda dan
urine dapat teratasi gejala retensi urine
dengan kriteria hasil: Teraupetik :
- Catat waktu-waktu dan
1. Distensi kandung haluaran kemih
kemih meningkat
2. Anuria menurun Edukasi :
- Anjurkan minum yang
3. Frekuensi BAK cukup
membaik
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian
obat supositoria uretra

4. Resiko defisit Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi


nutrisi b/d (l.03119)
ketidakmampuan tindakan keperawatan Observasi :
mencerna selama 1x24 jam - Identifikasi status
makanan nutrisi
diharapkan mual dapat - Monitor asupan
makanan
teratasi dengan kriteria - Monitor berat badan
hasil: - Monitor hasil
pemeriksaan
1. Mual menurun laboratorium
Teraupetik :
2. Dispnea menurun - Lakukan oral hygiene
3. Muntah menurun sebelum makan
- Sajikan makanan secara
menarik dan suhu yang
sesuai
- Berikan makanan tinggi
serat untuk mencegah
konstipasi
- Berikan suplemen
makanan

Edukasi :
- Anjurkan posisi duduk

Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian
obat sebelum makan

D. CATATAN PERKEMBANGAN
Nama Klien : TN. R
Diagnosis Medis : EFUSI PLEURA
Ruang Rawat : 522

Tgl/ No. DK Implementasi SOAP


Jam
16-12- Pola napas tidak Dukungan Ventilasi S:
2021 efektif b/d - Pasien
08.30 hambatan upaya - Mengidentifikasi adanya kelelahan mengatakan
napas otot bantu napas sesak sejak 3
bulan yang lalu
- Mengidentifikasi efek perubahan - Pasien
posisi terhadap status pernapasan mengatakan
08.35 sesak semakin
- Memonitor status respirasi dan memberat
oksigenasi sejak 2 hari yg
08.40 lalu
- Mempertahankan kepatenan jalan
napas O:
09.00 - Pasien terlihat
- Memberikan posisi semi fowler kesadaran CM
- Memberikan oksigen sesuai - Pasien terlihat
lemas
kebutuhan R : 22 x/mnit
09.30
- Mengajarkan melakukan teknik
A:
09.35 relaksasi napas dalam - Masalah pola
09.40 - Mengajarkan mengubah posisi napas tidak
efektif sudah
secara mandiri teratasi
09.45 - Mengkolaborasi pemberian P :
bronkhodilator - Intervensi
dihentikan

11.00
Resiko konstipasi Manajemen Eliminasi Fekal S:
11.10 b/d - Mengidentifikasi pengobatan yang - Pasien
ketidakcukupan berefek pada kondisi gastrointestinal mengatakan
asupan serat tidak bisa BAB
- Mengidentifikasi masalah usus
- Memonitor tanda dan gejala O:
-
11.15 konstipasi
- Menjadwal waktu defekasi bersama A:
- Masalah resiko
pasien
- Menyediakan makanan tinggi serat konstipasi

11.30 - Menjelaskan jenis makanan yang belum teratasi


membantu meningkatkan P:
keteraturan peristaltik usus - Intervensi
meningkatkan asupan cairan dilanjjutkan
11.40
11.50 - Mengkolaborasi pemberian obat
supositoria anal

Manajemen Eliminasi Fekal S:


12.50 - Mengidentifikasi pengobatan yang - Pasien
berefek pada kondisi gastrointestinal mengatakan
13.00
- Memonitor tanda dan gejala tidak bisa BAB
O:
konstipasi
13.10 A:
- Menyediakan makanan tinggi serat - Masalah
- Menjelaskan jenis makanan yang resiko
13.15 membantu meningkatkan konstipasi
keteraturan peristaltik usus
belum teratasi
P:
13.25 meningkatkan asupan cairan
- Intervensi
- Mengkolaborasi pemberian obat
dihentikan
13.30 supositoria anal

Gangguan eliminasi Manajemen Eliminasi Urine S:


urine b/d penurunan - Mengidentifikasi faktor yang - Pasien
mengatakan
kepasitas kandung menyebabkan retensi urine
tidak bisa BAK
kemih - Mengidentifikasi tanda dan gejala O:
retensi urine A:
- Mencatat waktu-waktu dan haluaran - Masalah
kemih
gangguan
eliminasi
- Menganjurkan minum yang cukup
urine belum
- Mengkolaborasi pemberian obat teratasi
supositoria uretra P:
Intervensi
dilanjutkan
Manajemen Eliminasi Urine S:
- Mencatat waktu-waktu dan haluaran - Pasien
mengatakan
kemih
tidak bisa BAK
- Menganjurkan minum yang cukup O:
- Mengkolaborasi pemberian obat A:
supositoria uretra - Masalah
gangguan
eliminasi
urine sudah
teratasi
P:
Intervensi
dihentikan
Resiko defisit Manajemen Nutrisi S:
- Mengidentifikasi status nutrisi - Pasien
nutrisi
- Monitor asupan makanan
mengatakan
b/dketidakmampua - Memonitor berat badan
- Memonitor hasil pemeriksaan mual
n mencerna
laboratorium - Pasien
makanan - Melakukan oral hygiene sebelum mengatakan
makan
lemas
- Menyajikan makanan secara
menarik dan suhu yang sesuai O:
- Memberikan makanan tinggi serat A:
untuk mencegah konstipasi - Masalah
- Memberikan suplemen makanan gangguan
- Menganjurkan posisi duduk
- Mengkolaborasi pemberian obat
eliminasi
sebelum makan urine sudah
teratasi
P:
Intervensi
dihentikan

Anda mungkin juga menyukai