Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN

KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN


DIAGNOSIS MEDIS EFUSI PLEURA

Kelompok 5/Kelas A2021


Anggota Kelompok

Falentina Dea Putri Wicaksono 212310101013


Leyla Noorrizqi Humaira 212310101167
Adinda Putri Diyanti 212310101163
Devi Chofifah Santoso 222310101210
ANATOMI
• Pleura visceralis
Pada pleura visceralis permukaan luarnya terdapat selapis sel
metholial yang cukup tipis berukuran < 3 mm. Diantara celah
tersebut terletalk sel limfosit dan pada bagian bawah sel
metholial ada endopleura yang berisi fibrosit dan histiosit. Dan
pada bagian bawahnya ada lapisan tengah yang merupakan
jaringan kolagen dan serat – serat elastik. Pada lapisan bagian
paling bawah ada jaringan interstisial subpleura yang kaya akan
pembuluh darah kapiler dari arteri pulmonalis dan arteri
brakhialis serta pembuluh limfe. Pada paru-paru pleura ini
menempel cukup kuat yang fungsinya sebagai pengabsorpsi
cairan pleura.
Pleura Parietalis
1)Pleura parietalis pars costalis
melapisi dinding dada yaitu costal dan spatium intercostal. Bagian ini
melekat dengan longgar pada dinding thoraks oleh selapis jaringan
ikat longgar yang dikenal sebagai fasia endotoraks.

2)pleura parietalis pars mediastinal


berfungsi melapisi permukaan mediastinal paru paru. pada radix
pulmonalis membentang dan berlanjut sebagai pleura viselaris.
Terletak dibagian medial dan membentuk bagian lateral mediastinum.

3)pleura parietalis pars servikal


Meluas ke atas menuju ke leher sekitar 5cm diatas kartilago kostal
dan 2,5 cm diatas 1/3 medial clavicular.

4)pleura parietalis pars diafragmatik


pleura yang menghadap diafragma permukaan thoracal dipisahkan
oleh fascia endotoraks
FISIOLOGI
Pleura memiliki peran dalam sistem pernapasan
dengan melalui tekanan pleura yang diakibatkan oleh
rongga pleura. Tekanan pleura bersama tekanan jalan
napas dapat menimbulkan tekanan transpulmoner
yang akhirnya akan mempengaruhi pengembangan
paru dalam proses respirasi. Pengembangan paru
terjadi bila kerja otot dan tekanan transpulmoner
berhasil mengatasi recoil transpulmoner. Tekanan
transpulmoner memengaruhi pengembangan paru
sehingga memengaruhi jumlah udara paru saat
respirasi.

DEFINISI

Efusi pleura adalah sebuah akumulasi cairan


abnormal yang berada dalam kavum pleura yang
disebabkan oleh adanya gangguan homeostatik
yangterbentuk oleh produksi cairan berlebih
atau dapat disebabkan karena adanya
penurunan absorpsi cairan. Efusi pleura bisa
disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu
disebabkan dari penyakit yang asalnya dari
pleura,proximal paru ataupun ekstrapulmonal

EPIDEMIOLOGI
Peristiwa kasus dari efusi pleura susah untuk dipastikan karena banyaknya
etiologi penyakit yang mengakibatkan kelainan tersebut. Kasus efusi pleura
yang terjadi di Amerika kira-kira sekitar 1,5 juta kasus pertahunnya.
Umumnya penyebab dari kasus tersebut yaitu karena gagal jantung,
pneumonia karena bakteri serta keganasan. Namun kasus efusi pleura di
international kira-kira sekitar 320 kasus/100.000 penduduk. Di Negara
Indonesia kasus efusi pleura sendiri banyak disebabkan karena penyakit
tuberkulosis paru.

Efusi pleura tidak ditemukan perbedaan jenis kelamin yang signifikan antara
pria dan wanita. Namun pada usia ,efusi pleura lebih banyak ditemukan
pada usia dewasa muda dan orang tua. Efusi pleura ini lebih sering
ditemukan pada anak-anak dengan pneumonia.
ETIOLOGI
Jenis cairannya :
1.Efiusi Pleura Transudatif : disebabkan lokasi terbentuknya
oleh kegagalan jantung kongestif (gagal
jantung kiri), sindrom nefrotik, asites
1.Efusi pleura unilateral yaitu tidak
yang disebabkan oleh sirosis hepatis,
memiliki hubungan yang spesifik dengan
sindrom vena cava superior, tumor dan
penyebab penyakit.
juga sindrom meid.
2.Efusi pleura bilateral dapat
2. Efusi pleura eksudatif : infeksi, TB,
ditemukan pada penyakit gagal jantung
pneumonia, tumor, infark paru, dan
kongestif, asites, sindrom nefrotik,
radiasi penyakit kolagen
infark paru, tumor dan tuberculosis.
3. Efusi cairan hemorargis : tumor,
trauma, infark paru dan tuberculosis.
KLASIFIKASI

Klasifikasi Efusi pleura di bagi menjadi 2 yaitu:


a. Efusi pleura transudat adalah ultra filtrat plasma, yang


menandakan bahwa pada membran pleura tidak terkena penyakit.
Akumulasi cairan ini di sebabkan karena adanya faktor sistemik yang
mempengaruhi absorbsi dan produksi cairan pleura.

b. Efusi pleura eksudat, Efusi pleura ini akan terjadi akibat adanyaa
kebocoran cairan melewati pembuluh kapiler yang rusak dan akan
masuk kedalam paru terdekat (Morton, 2012).

PATOFISIOLOGI
Beberapa pasien dengan tumor yang bemetastasis ke pleura akan
mengakibatkan peningkatan permeabilitas permukaan pleura sehingga
volume cairan yang masuk ke rongga pleura akan lebih banyak daripada
volume cairan yang dapat dikeluarkan. Sebaliknya, penurunan kemampuan
untuk mengeluarkan cairan dari rongga pleura juga dapat menyebabkan
terjadinya efusi pleura. Penurunan drainase limfatik ini disebabkan oleh dua
mekanisme yang berbeda. Mekanisme pertama, karena cairan yang
meninggalkan rongga pleura menuju daerah pembuluh limfe di pleura parietal
sehingga menyebabkan berkurangnya kemampuan untuk mengeluarkan
cairan dari rongga pleura dan pada akhirnya akan terjadi penumpukan cairan
pleura. Mekanisme kedua karena pembuluh limfe dari pleura parietal
terutama mengalir menuju kelenjar getah bening mediastinal sehingga
kemampuan drainase cairan pleura berkurang.
MANIFESTASI KLINIS
Manifiestasi klinis efusi pleura diakibatkan oleh penyakit
pneumonia yang menyebabkan demam menggigil dan nyeri
pada pleuritis:

1.Sesak napas saat adanya perluasan dalam


lokasi efusi pleura, ditimbulkan jika permulaan
pleuritic yang disebabkan nyeri dada dan jumlah Pemeriksaan fisik didapatkan (pada sisi yang sakit) :
cairan efusi meningkat saat cairan pleura penuh.

2.Adanya rasa berat pada dada a. Dinding dada berbentuk cebung dan gerakan tertinggal
3.Batuk ringan dan non produktif disertai dengan b. Terdapat penurunan pada vocal fremitus
tuberkolosis pada paru dan batuk berdarah
c. Perkusi dull sampai flat
4.Adanya demam subfebris pada penyakit TBC
d. Penurunan bunyi napas sampai menghilang
dan demam pada penyakit empyema
e. Pendorongan mediastinum ke sisi yang sehat, diketahui dengan

diraba dan dilihat pada trakea


f. Adanya nyeri dada pada pleuritis

PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. Pemeriksaan radiologik B. Biopsi Pleura c. Torakosentesis
(rontgen dada)
Pemeriksaan foto thoraks ini Mengetahui adanya warna,
mengambil specimen jaringan pleura
diperlukan sebagai monitor atas
melalui biopsy jalur perkutaneus kejernihan, berat jenis dan
intervensi yang telah diberikan pada
untuk mengetahui adanya sel-sel sitologi.
keadaan keluhan klinis yang
ganas atau kuman-kuman penyakit.
membalik.

D. Pemeriksaan Kimia Ph E. Ultrasonografi

Pemeriksaan kimia Ph yaitu Mendeteksi adanya efusi pleura


memeriksa glukosa, amylase, yang minimal dan memandu
dan enzim-enzim lainnya tindakan torakosentesis
PEMERIKSAAN MEDIS
Tujuan pengobatan, yaitu untuk menemukan penyebab dasar dalam mencegah penumpukan
kembali cairan dan juga dalam menghilangkan ketidaknyamanan serta dispneu. Yang mana
pengobatan spesifik ditujukan pada penyebab dasar seperti gagal jantungkongestif, sirosis,
pneumonia).Jika penyebab dasar malignansi, efusi akan terjadi kembali dalam beberapa hari atau
minggu kedepan, torasentesis akan mengakibatkan nyeri, pneumothoraks, penipisan protein dan
elektrolit.

Secara kimiawi mengiritasi, yaitu seperti tetrasiklin yang dimasukkan kedalam ruang pleura untuk
mengobliterasi ruang pleura dan mencegah akulmulasi· cairan lebih lanjut. Untuk pengobatan lainnya
efusi pleura malignan ini termasuk radiasi pada dinding dada, terapi diuretic dan bedah plerektomi.
PATHWAY
KONSEP
ASUHAN KEPERAWATAN
Konsep Asuhan Keperawatan Efusi Pleura

Pengkajian Keperawatan

Langkah awal tahapan dari proses keperawatan yang kemudian dalam


pengkajiannya harus memperhatikan data dasar pasien, untuk adanya informasi
yang diharapkandari pasien. Dengan pengkajian dari tiga tingkat analisis
(individu, keluarga, komunitas) yang mana datanya terdiri atas data objektif
dari pemeriksaan diagnose dan sumber-sumber lain. Pengkajian yang dilakukan
bertujuan dalam menghasilkan diagnosis keperawatan yang akurat,
komprehensif dan fokus (Hidayah, 2012).

Identitas Klien
Dalam tahap ini perawat perlu mengetahui mengenai nama,
umur, jenis kelamin, agama/kepercayaan, alamat rumah, status
pendidikan, pekerjaan pasien, No RM, hingga status klien
Riwayat Kesehatan yang terdiri dari :

1. Diagnosa Medis
Efusi Pleura 4. Riwayat kesehatan terdahulu
a. Penyakit yang pernah dialami
2. Keluhan Utama
Menanyakan pada pasien apakah pernah menderita
Faktor utama yang mendorong pasien dalam
penyakit TBC paru, gagal jantung, pneumonia, asites,
mencari pertolongan (berobat) kerumah sakit.
trauma dsb. Hal ini diperlukan agar mengetahui adanya
Biasanya pada pasien efusi pleura didapatkan
faktor predisposisi pasien.
keluhan sesak nafas, rasa berat pada dada, nyeri
b. Kebiasaan/pola hidup/life style
pleuritik akibat adanya iritasi pada pleura.
Meliputi bagaimana perasaan pasien terhadap
3. Riwayat kesehatan sekarang penyakitnya, serta bagaimana cara mengatasinya serta
Biasanya pada pasien efusi pleura dapat dilihat dari bagaimana perilaku pasien mengenai tindakan yang
tanda-tanda awalnya yaitu seperti sesak nafas, dilakukan terhadap dirinya
batuk, nyeri pleuritik, BB menurun, rasa berat pada c. Riwayat kesehatan keluarga
dada dsb. Tanya pada pasien kapan keluhan Menanyakan apakah ada keluarga yang menderita
tersebut muncul, apa tindakan yang telah dilakukan penyakit yang disinyalir sebagai penyebab efusi pleura
dalam menurunkan atau menghilangkan keluhan- yaitu seperti asma, TB paru, kanker paru dsb.
keluhan tersebut.
Pengkajian Keperawatan Pola Gordon

1. Pola persepsi dan pemeliharahaan kesehatan 4. Pola aktivitas dan latihan


Adanya tindakan keperawatan medis di rumah sakit Akibat adanya sesak nafas kebutuhan oksigen
mempengaruhi adanya perubahan persepsi mengenai akan kurang terpenuhi, yang akan terjadi pada
kesehatan. pasien yang mana pasien akan mengalami cepat
2. Pola nutrisi dan metabolisme lelah dalam aktivitasnya. Selain itu pasien akan
Perlu melakukan pengukuran berat badan dan tinggi badan mengurangi aktivitasnya akibat adany nyeri dada.
dalam mengetahui status nutrisi pasien, yang mana pasien Dalam memenuhi ADL nya sebagian kebutuhan
efusi pleura biasanya akan mengalami penurunan nafsu pada pasien akan dibantu oleh perawat dan
makan akibat sesak nafas dan penekanan pada struktur keluarga pasien.
abdomen. 5. Pola tidur dan istirahat
3. Pola eliminasi Pasien mengalami kesulitan tidur dikarenakan sesak
Menanyakan mengenai kebiasaan defekasi dan ilusi napas, dapat dilihat dari pasien yang sering
sebelum dan sesudah MRS. Karena keadaan umum pasien menguap, lemah hingga tidak bisa tidur pada malam
lemah yang mana pasien akan lebih banyak bedrest, hari karena tidak kenyamanan tidur.
sehingga menimbulkan konstipasi.
LANJUTAN . . . . .

6. Pola kognitif dan perseptual


Dungsi proses berfikir dan panca indra tidak mengalami perubahan.
7. Pola persepsi diri
Pasien akan kehilangan gambaran positif terhadap dirinya sendiri akibat penyakit yang
dideritanya.
8. Pola peran dan hubungan
Sakitnya pasien ini tidak dapat menjelaskan tugas dan fungsinya selain itu, peran pasien
dengan lingkungannya mengalami perubahan.
9. Pola seksualitas dan reproduksi
Hubungan seks intercourse ini akan terganggu karena keadaan diri pasien yang sedang
sakit.
10. Pola toleransi koping stress
Pasien yang belum mengenai penyakitnya akan mengalami stress dan kemungkinan
akan banyak bertanya pada dokter, perawat atau seseorang yang dianggap lebih tau
mengenai penyakitnya.
Pemeriksaan fisik

1. Status Kesehatan umum 3. Pemeriksaan Head to toe (data fokus)


Tingkat kesadaran pada diri pasien yang perlu a. Kepala
dikaji mengenai bagaimana penampilan pasien - Inpeksi : bentuk mesochepal
secara umum, sikap dan perilaku pasien - Palpasi : tidak ada nhyeri tekan
terhadap petugas, ekspresi wajah pasien
selama dilakukan anamnesa, bagaimana mood b. Mata
pasien dalam mengetahui tingkat - Inpeksi : konjungtiva anemis
kecemasannya hingga adanya ketegangan - Palpasi : tidak ada nhyeri tekan
pasien ini perlunya dilakukan pengukuran tb
dan bb pada pasien. c. Hidung
2. Tanda-tanda vital - Inpeksi : terlihat sesak nafas, adanya pergerakan
RR : Thakipneu cuping hidung
Nadi : Thakikardia - Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada hidung
Suhu : jika ada infeksi bisa hipertermia
Tekana Darah : bisa Hipotensi
LANJUTAN . . . . .

d. Dada
Paru-paru
1. Inpeksi : adanya peningkatan frekuensi/takipnea, peningkatan kerja napas,penurunan
pengembangan thorax (pada area yang sakit), gerakan dada tidak sama (paradoksik) bila trauma.
2. Palpasi :terjadi ketertinggalan gerak antara area yang sakit dengan area sehat, fremitus menurun
pada sisi yang sudah terkena cairan, pemeriksaan fremitus yang dilakukan dengan meminta pasien
mengatakan “tujuh puluh tujuh” atau“sembilan puluh Sembilan” secara berulang.
3. Perkusi : terdengar bunyi pekak pada area tas yang terpenuhi oleh cairan
4. Aukultasi : bunyi napas tidak terdengar pada bagian yang tidak terkena penumpukan cairan.
Jantung
5. Inpeksi : utidak tampak, ictus cardis pada ics 5 mid clavicula sinista
6. Palpasi : teraba, ictus cardis pada ics 5 mid clavicula sinista
7. Perkusi : dullnes
8. Aukultasi : irama jantung gallop (gagal jantung sekunder, terhadap efusi pleura)
LANJUTAN . . . . .

e. Abdomen
- Inpeksi : tidak adanya asites atau pembesaran
- Palpasi : bising usus terdengar normal
- Perkusi : tidak ada nyeri tekan di daerah abdomen
- Aukultasi : tympani

f. Ekstremitas atas
-inpeksi : apakah ada atropi ataukah tidak, apakah pergerakannya aktif atau tidak
-palpasi : terdapat nyeri tekan atau tidak, adakah edema atau tidak
Pemeriksaan penunjang dan laboratorium

1. Pemeriksaan radiologi 2. Pemeriksaan laboratorium


Pada fluoroskopi maupun foto Secara biokomia effuse pleura terbagi atas transudate dan eksudat, yang
thorax PA pada cairan yang kurang mana perbedaanya yaitu :
dari 300cc ini tidak bisa terlihat,
kemungkinan terdapat kelianan
yang tampak hanya berupa
penumpukan kostofrenikus. Pada
penyakit efusi pleura sub pulmonal
ini meskipun cairan pleura lebih dari
300cc tetapi frenicocostalisnya
tampak tumpul dan diafragma
terlihat meninggi. (Hood Alsagaff,
1990).
Analisis Data

Analisis data yang diperoleh yaitu (setiadi,


2012) : Diagnosis Keperawatan
1. Data Subjektif, pengumpulan data yang
diperoleh berdasarkan deskripsi verbal Diagnosis keperawatan merupakan nilai klinis mengenai
pasien mengenai masalah kesehatan yaitu respon seseorang terhadap gangguan kesehatan atau
seperti riwayat kesehatan pasien, sumber proses kehidupan dengan kerentanan respon dari
data yang diperoleh dari keluarga hingga seorang individu, keluarga, kelompok atau komunitas.
tenaga kesehatan lainnya. Masalah keperawatan pada pasien efusi pleura yaitu :
2. Data Objektif, pengumpulan data a. Pola napas tidak efektif b.d penurunan ekspasi paru.
memlalui pengamatan yang sesuai, b. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d sekresi
mencatat hasil dari observasi secara kusus mucus yang kental.
menganai apa yang telah dirasakan, dilihat c. Gangguan pertukaran gas b.d penurunan kemampuan
dan didengar. ekspansi paru.
Intervensi Keperawatan
Implementasi

Implementasi berdasarkan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia, 2018)


implementasi yang dilakukan sesuai dengan intervensi dan tidak ada implementasi yang
dilakukan diluar intervensi yang telah direncanakan. Implementasi dapat terlaksana dengan
baik dikarenakan adanya dukungan keluarga dan juga pasien kooperatif sehingga
implementasi dapat dilakukan sesuai dengan rencana yang telah disusun.
Terutama pada saat dilakukan tindakan terapi pijat kaki pasien terlihat kooperatif selama
tindakan pijat kaki dilakukan. Menurut Petpichetchian dan Chongchareon (2013), pijat kaki
merupakan gabungan dari beberapa teknik pijat, yaitu effleuarge (gesekan), petrissage
(pijatan), dan gesekan (friction). Tapotement (penyadapan), vibrasi (getaran atau
goyangan), sehingga merangsang otak lebih cepat dari rasa sakit.
Evaluasi

Evaluasi keperawatan dilakukan secara sistematis dan periodik setelah pasien diberikan intervensi . Evaluasi
keperawatan ditulis dengan format SOAP, yaitu :

S (subjektif) merupakan respon pasien setelah dilakukan tindakan keperawatan.


O (objektif) merupakan data pasien yang diperoleh oleh perawat setelah dilakukan tindakan keperawatan.
A (analisis) merupakan masalah keperawatan pada pasien apakah sudah teratasi, teratasi sebagian, belum
teratasi, atau timbul masalah keperawatan baru.
P (planning) merupakan rencana intervensi dihentikan, dilanjutkan, ditambah, atau dimodifikasi.
I (Implementasi) Merupakan implementasi adalah tindakan keperawatan yang dilakuakan sesuai dengan
rencana yang telah di susun pada P (perencanaan) atau intervensi.
E (Evaluasi) merupakan respon klien settelah dilakukan tindakan implementasi.
Discharge planning

Discharge Planning (perencanaan pulang) merupakan suatu proses pengembangan


rencana yang dilakukan untuk pasien dan keluarga sebelum pasienkeluar atau
meninggalkan rumah sakit yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan
pasien secara optimal dan mampu melakukannya secara mandiri di rumah (Rezkiki dan
Velya, 2019).
ANALISIS JURNAL EVIDENCE BASED NURSING
"EFUSI PLEURA"

Penulis : 1.Kurniani Fatma Hardini


2.Gerdha Intan Sari Hartono Putri

Judul :
"Penatalaksanaan Fisioterapi dengan Modalitas Infrared dan Deep Breathing
Exercise terhadap Penurunan Nyeri dan Ekspansi Thoraks pada Pasien Efusi
Pleura Post Water Seal Drainage."

Nama Jurnal dan Tahun :


Physiotherapy Health Science (PhysioHS) 2021
Latar Belakang
Efusi pleura adalah penyakit yang muncul akibat dari penyakit primer seperti gagal jantung kongesif,
sirosis hari dan sindrom nefrotik dengan bertambahnya cairan di dalam cavum pleura, sehingga diperlukan
pemasangan water seal drainage (WSD) agar tekanan udara dalam paru dapat bertahan normal.
Berdasarkan catatan medik Rumah Sakit Dokter Kariadi Semarang, penderita efusi pleura mengalami
peningkatan setiap tahunnya. Terdapat 18 penderita efusi pleura dengan jumlah penderita perempuan 12
orang (66,7%) dan penderita laki-laki 6 orang (33%). Dari sudut pandang fisioterapi penderita efusi pleura
post WSD menimbulkan problematic adanya nyeri terhadap incise post water (WSD), ekspansi sangkar
thoraks menurun, dan penurunan terhadap kemampuan fungsional pasien.
Berdasarkan Hasil penelitian Widowati , et al, (2017) mengatakan dengan diberikan tindakan infrared 4
kali pada pasien efusi pleura post water seal drainage WSD bisa mengurangi nyeri sehingga dapat
meningkatkan ekspansi thoraks. Infrared adalah salah satu modalitas fisioterapi yang mempunyai pancaran
gelombang elektromagnetik dengan panjang gelombang 7.700 A ° – 4 juta A ° yang diberikan diarea bekas
WSD.
Sedangkan pemberian deep breathing selama 8 kali dapat meningkatkan ekspansi thoraks pasien efusi
pleura post water seal drainage (WSD). (Dural 2015) Deep breathing exercise adalah teknik pernapasan
yang menggunakan pernapasan perut dengan tujuan mengatur pernapasan dalam (Gunjal, et al., 2015).
Tujuan

Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengidentifikasikan penatalaksanaan fisioterapi


dengan modalitas intervensi infrared dan deep breathing exercise terhadap nyeri dan
ekspansi thoraks pada penderita efusi pleura post water seal drainage (WSD).

Metode
Jenis penelitian ini menggunakan studi kasus (case study) dengan satu sampel yaitu
penderita efusi pleura post water seal drainage (WSD) menggunakan Infrared dan deep
breathing. Subjek dalam karya tulis ilmiah ini adalah pasien sesak nafas yang diikuti dengan nyeri
dan penurunan ekspansi thoraks. Dengan kriteria subjek dalam karya tulis ilmiah adalah sebagai
berikut : Bersedia menjadi responden, bersedia dilakukan tindakan keperawatan infrared dan
deep breathing exercise, mampu berkomunikasi dengan baik, dan menggunakan Visual Analogue
Scale (VAS) untuk mengukur nyeri dan ekspansi thoraks menggunakan pita ukur setelah
pemberian infraded dan deep breathing.
Hasil

b)Berdasarkan gambar 2 diperoleh mengalami


a)Berdasarkan gambar 1 diperoleh data berupa
peningkatan selama 8 kali terapi. Sebelum terapi
penurunan nyeri pada pasien efusi pleura post
(T0) nilai ekspansi thoraks pada axilla 1cm sesudah
water seal drainage (WSD) selama 8 kali terapi.
terapi (T8) 2cm, nilai ekspansi sangkar thoraks atas
Sebelum terapi (T0) dengan nilai: nyeri diam 6
pada intercostal 4 (ICS4) sebelum terapi (T0) 0,5cm
cm (sedang), nyeri gerak 9 cm dan nyeri tekan
meningkat menjadi 2,5 cm (T8), sedangkan nilai
9cm (berat). Setelah terapi (T8) mendapatkan
ekspansi sangkar thoraks bawah pada proc sebelum
penurunan: nyeri diam 1 cm (ringan), nyeri
terapi (T0) 1cm meningkat menjadi 2,4 cm pada
gerak 2 cm (ringan), nyeri tekan 3cm (ringan).
terapi akhir (T8).
Pembahasan
Berdasarkan hasil data pemberian terapi infrared dan Deep breathing exercise selama 8
kali dalam 9 hari dapat meningkatkan ekspansi thoraks dan aktivitas fungsional pada efusi
pleura post water seal drainage (WSD). Pemberian infrared dengan jarak lampu dengan area
terapi 35 cm dengan waktu 15 menit selama 4 kali dapat mengurangi nyeri dibagian bekas
incisipost water seal drainage (WSD).
Pemberian deep breathing exercise atau teknik pernafasan yang diberikan untuk
meningkatkan ventilisasi dan oksigenisasi. Latihan ini diberikan 15 menit supaya 6
hari dalam seminggu selama 2 minggu dengan sebanyak 18-20 kali dalam 15 menit
dapat mengurangi derajat sesak nafas, meningkatkan ekspansi thoraks sehingga
dapat meningkatkan aktivitas fungsional pasien efusi pleura post water seal drainage
(WSD).
Dengan hasil penelitian yang dilakukan memperoleh hasil yaitu meningkatnya
ekspansi thoraks sebesar 2cm setelah diberikan deep breathing exercise selama 8x
terapi. Penurunan ekspansi thoraks dapat dipengaruhi oleh faktor usia, atau keadaan
yang mengganggu penyakit paru. Pasien dengan rentan usia 15-75 tahun memiliki
dampak penurunan ekspansi thoraks hingga 50-60%.
Implikasi dalam
Keperawatan
Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat
dikaitkan dengan implikasi dalam bidang
keperawatan, khususnya perawat sebagai care
giver dengan memberikan teknik infrared untuk
mengurangi nyeri dan deep breathing exercise aplikasi di
dapat meningkatkan ekspansi thoraks sehingga
dapat membantu memudahkan dalam proses
Indonesia
penyembuhan pasien penderita efusi pleura post
water seal drainage (WSD).
Teknik infrared dan deep breathing exercise
telah digunakan di Indonesia. Hal ini juga
membuktikan bahwa intervensi tersebut dapat
memberikan kesembuhan pada pasien dengan
terjadinya efek ini akan menyebabkan penurunan
skala nyeri dan meningkatnya ekspansi thoraks
pada pasien penderita efusi pleura post water seal
drainage.
DAFTAR PUSTAKA

1. Pribadi, A.S.E., 2021. Gambaran Efusi Pleura Malignancy yang menyertai karsinoma paru pada
lansia berdasarkan jenis kelamin (Doctoral dissertation, Wijaya Kusuma Surabaya University).
2. Hardini, K.F. and Putri, G.I.S.H., 2021. Penatalaksanaan Fisioterapi dengan Modalitas Infrared
dan Deep Breathing Exercise terhadap Penurunan Nyeri dan Ekspansi Thoraks pada Pasien Efusi
Pleura Post Water Seal Drainage. Physiotherapy Health Science (PhysioHS), 3(2), pp.108-112.
3. Tampubolon, H. and Sipahutar, D.M., 2021. Pemeriksaan Radiografi Thorax dengan Sangkaan
Efusi Pleura di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan. Jurnal Medika Radiologi, 3(1),
pp.24-29.
4. Pramesthi., N. Setiyawan. 2022. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PENYAKIT EFUSI
PLEURA DENGAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI. Jurnal keperawatan. Fakultas Ilmu
Kesehatan.
5. Umara, A.F., Wulandari, I.S.M., Supriadi, E., Rukmi, D.K., Silalahi, L.E., Malisa, N., Damayanti, D.,
Sinaga, R.R., Siagian, E., Faridah, U. and Mataputun, D.R., 2021. Keperawatan Medikal Bedah
Sistem Respirasi. Yayasan Kita Menulis.

TERIMA KASIH!!!

Anda mungkin juga menyukai