Anda di halaman 1dari 14

ASUHAN KEPERAWATAN

PLEURITIS

OLEH :

KELOMPOK 8:

1. Meylin Wulansari ImpaL


2. Sismawati Kango
3. Nur’Ain Kango
4. Firamita Ahyar
5. Novia Mokodongan

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH MANADO

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

T.A 2018/2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penyakit saluran pernapasan adalah salah satu penyebab kesakitan dan kematian yang
paling sering. Pleuritis adalah suatu kondisi medis yang ditandai dengan nyeri dada yang tajam
sewaktu menarik dan menghembus nafas karena adanya peradangan pada lapisan membran di
sepanjang paru dan dada (pleura). Pleura adalah kantung yang terdiri dari dua lapisan yang
meliputi paru-paru dan memisahkannya dari dinding dada dan struktur-struktur di sekitarnya.
Biasanya, sejumlah kecil cairan yang ada diantara dua lapisan tersebut berfungsi sebagai pelicin,
mencegah gesekan ketika paru-paru mengembang dan menguncup ketika bernafas.

Pada pleuritis, peradangan dari pleura menyebabkan nyeri yang tajam dan akumulasi
cairan, yang mengakibatkan pernafasan menjadi pendek. Kondisi ini umumnya terjadi pada
infeksi pernafasan baik oleh virus maupun bakteri, seperti tuberkulosis atau pneumonia. Cedera
pada dada, seperti fraktur iga, juga dapat menyebabkan peradangan pada pleura. Pleurisy dapat
bersifat akut (gejala timbul tiba-tiba dan menghilang dengan sendirinya) atau kronis (gejalanya
terus berlanjut dan berulang-ulang).
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Definisi

Pleuritis mengacu pada inflamasi kedua lapisan pleura, pleura parietalis, yang menutupi
permukaan dinding dada, mediastinum, dan permukaan atas diafragma, dan pleura viseralis,
yang menutupi seluruh permukaan kedua paru (Suzanne , 2001).

Pleuritis adalah peradangan pada pleura disebabkan penumpukan cairan dalam rongga
pleura, selain cairan dapat pula terjadi karena penumpukan pus atau darah. Pleuritis juga dapat
disebut sebagai komplikasi dari efusi pleura atau penyakit pada pleura.

Pleuritis adalah terjadinya suatu peradangan pada selaput dada/paru yang disebabkan oleh
kuman (Anita Mirwani, S.kep).

Menurut Handrosmk dalam wordpress 2011, Pleuritis atau radang pleura (Pleurisy/
Pleuritis/ Pleuritic chest pain) adalah suatu peradangan pada pleura (selaput yang menyelubungi
permukaan paru-paru). Pleuritis adalah terjadinya suatu peradangan pada selaput dada/paru yang
disebabkan oleh kuman.

2.2. Etiologi

Penyebab - penyebab dari timbulnya pleuritis adalah:

1. Virus dan Mikoplasma


Efusi pleura karena virus atau mikroplasma agak jarang. Bila terjadi jumlahnya tidak
banyak dan kejadiannya hanya selintas saja. Jenis - jenis virusnya adalah echovirus,
Coxsackie group, chlamidia, rivkettsia, dan mikroplasma.
2. Bakteri Piogenik
Bakteri yang sering ditemukan adalah: aerob dan anaerob. Bakteri - bakteri aerob
meliputi Streptucocus pneumonia, Streptucocus mileri, Stafilococus aureus, Hemofilus
spp, E.koli, Klebsiela, Pseudomonas spp. Bakteri - bakteri anaerob meliputi Bakteroides
spp, Peptostreptococus, Fusobakterium.
3. Tuberkulosis
Selain komplikasi tuberkulosa, dapat juga disebabkan oleh robeknya rongga pleura atau
melalui aliran getah bening.
4. Fungi
Pleuritis karena fungi amat jarang. Biasanya terjadi karena penjalaran infeksi fungi dari
jaringan paru. Jenis fungi penyebab pleuritis adalah Aktinomikosis, Koksidiomikosis,
Aspergillus, Kriptokokus, Histoplasmolisis, Blastomikosis, dan lain - lain.
5. Parasit
Parasit yang menginvasi ke dalam rongga pleura hanyalah amoeba dalam bentuk
tropozoit.
6. Sindrom nefrotik asites
Akumulasi cairan dalam rongga peritoneal. Kondisi ini juga dikenal sebagai penumpukan
cairan rongga peritoneal hidroperitenium atau lebih serinng dikenal sebagai kondisi basal
perut.

2.3. Manifestasi Klinis

a. Nyeri pada dada yang diperburuk oleh bernapas.


b. Sesak Napas
c. Perasaan “ditikam”.

Gejala yang paling umum dari pleuritis adalah nyeri yang umumnya diperburuk oleh
penghisapan (menarik napas). Meskipun paru-paru sendiri tidak mengandung syaraf-syaraf nyeri
apa saja, pleura mengandung berlimpah-limpah ujung-ujung syaraf. Ketika cairan ekstra
berakumulasi dalam ruang antara lapisan-lapisan dari pleura, nyeri biasanya dalam bentuk
pleurisy yang kurang parah. Dengan jumlah-jumlah akumulasi cairan yang sangat besar,
ekspansi dari paru-paru dapat dibatasi, dan sesak napas dapat memburuk.

2.4. Patofisiologi

Ketika kedua membran yang mengalami inflamasi atau bergesekan selama respirasi
(terutama inspirasi), akibatnya nyeri hebat, tersa tajam seperti tusukan pisau. Nyeri dapat
menjadi minimal atau tidak terasa ketika nafas ditahan atau dapat menjalar ke bahu audomen
kemudian sejalan dengan terbentuknya cairan pleura, nyeri akan berkurang pada periode dini
ketika terkumpul sedikit cairan, esekan, fiksi pleura dapat terdengar dengan steteskop, hanya
akan menghilang kemudian bila telah berkumpul cairan dan memisahkan pleura yang mengalami
inflamasi.

Pleuritis dapat terjadi dengan pneumonia atau infeksi traktus resfiratori atas tuberkulosis,
penyakit kolagen, infrak paru atau embolisme paru, pada kanker primer metastatik dan setela
torakatomi.

2.5. Klasifikasi

1. Pleuritis kering (fibrosa)


Peradangan pada pleura tanpa atau hanya sedikit pengeluaran cairan.
2. Pleuritis basah (setofirosa)
Terjadinya penimbunan cairan pleura disebut juga efusi pleura.

2.6. Komplikasi

Adapun komplikasi dari pleuritis ialah :

a. Efusi pleura/ empyema, Efusi pleura sendiri adalah suatu keadaan dimana terdapat
penumpukan cairan alam pleura berupa transudat atau eksudat yang diakibatkan
terjadinya ketidakseimbangan antara produksi dan absorpsi dikapiler dan pleura viseralis.
b. Pneumotorax (pengumpulan udara dalam rongga dada/thorax).
c. Piopneumotoraks (penumpukan nanah pada rongga pleura).

2.7. Pemeriksaan Diagnostik

a. Ronsen dada (rontgen dada biasanya merupakan langkah pertama yang dilakukan untuk
mendiagnosis efusi pleura, yang hasilnya menunjukkan adanya cairan).
b. Pemeriksaan sputum.
c. Pleura punksi (pengambilan/penyedotan cairan dari lapisan pembungkus paru (pleura).
d. Biopsi pleura (yaitu pengambilan sebagian jaringan pleura (pembungkus paru) jika ada
ruang yang cukup sehingga jarum biopsi tidak menembus sampai ke paru).
e. Laboratorium darah (leukosit meningkat).
2.8. Penatalaksanaan

Tujuan pengobatan adalah untuk menemukan kondisi dasar yang menyebabkan pleuritis
dan untuk menghilangkan nyeri dengan diatasinya penyakit dasar (Pnemonia, dan infeksi),
imflamasi pleuritis biasanya menghilang. Pada waktu yang sama, penting artinya untuk
memantau tanda - tanda dan gejala - gejala efusi pleura, seperti sesak nafas, nyeri dan penurunan
ekstruksi dinding dada.

Analgesik yang diresepkan dan aplikator topikal panas atau dingin akan memberikan
peredaan simptomatik. Indomestasin, obat anti imflamasi non steroidal, dapat memberikan
peredaan nyeri sambil memungkinkan pasien batuk secara efektif. Jika nyeri sangat hebat,
diberikan blok intercostal prokain.

Adapun obat - obat yang dapat digunakan pada penderita dengan masalah pleuritis adalah
sebagai berikut :

1. Analgesik
2. Antibiotik
3. Antidiuretik
4. Pemasangan WSD untuk mengeluarkan cairan
BAB 3

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian

A. Anamnesis: Identitas klien meliputi nama, usia, jenis kelamin, pendidikan, alamat,
pekerjaan, suku dan agama.
B. Keluhan utama: nyeri dada yang diperburuk saat bernapas, sesak napas yang ditandai
dengan pernapasan yang cepat dan dangkal.
C. Riwayat penyakit sekarang: pasien mengeluh batuk, sesak napas, nyeri pleuritis, rasa
berat pada dada, dan berat badan menurun.
D. Riwayat penyakit dahulu: Pleuritis sering kali timbul setelah infeksi saluran napas atas
(infeksi pada hidung dan tenggorokan). Resiko tinggi timbul pada klien dengan riwayat
post - operasi, infeksi pernapasan, dan klien dengan imunosupresi (kelemahan dalam
sistem imun).
E. Pemeriksaan fisik:
1. B1 (Breathing)
Penurunan batuk efektif, produksi sputum, sesak nafas,penggunaan otot bantu
nafas, dan peningkatan frekuensi pernafasan. Adanya bunyi nafas tambahan
seperti ronchi atau stidor.
2. B2 (Blood)
Peningkatan denyut nadi dan adanya gangguan pertukaran gas.
3. B3 (Brain)
klien tampak gelisah, peka terhadap rangsangan, ketakutan, dan nyeri dada.
4. B4 (Bladder)
tidak ditemukan masalah dan tidak ditemukan adanya kelainan.
5. B5 (Bowel)
Mual sampai muntah akibat penekanan gasfer sehingga merangsang hipotalamus
lateral. Pemenuhan nutrisi menjadi berkurang.
6. B6 (Bone)
Terjadi kelemahan pada otot diafragma akibat penyesuaian tubuh terhadap
penurunan ekstansi paru. Nyeri yang ditimbulkan pada dada mengakibatkan
intoleransi gerakan.

1.3 Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan dilatasi alveoli akibat dekompresi.


2. Nyeri dada berhubungan dengan peradangan pada selaput pleura.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen.
4. ketidakefektifan jalan nafas b/d menurunnya ekspansi paru sekunder terhadap
menumpuknya cairan dalam rongga pleura.

3.2 Rencana Keperawatan

1. Diagnosa : Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan dilatasi alveoli akibat


dekompresi.
Tujuan : Pasien menunjukkan pola napas efektif
kriteria hasil : Klien kooperatif dengan tindakan yang diberikan, Klien tidak sesak,
Pengembangan dada simetris, Bunyi napas normal atau bersih, dan Tidak adanya
sianosis.

Intervensi Rasional
Jelaskan pada klien mengenai keadaan Dengan menjelaskan kepada klien tindakan
klien dan tindakan yang akan dilakukan yang akan diberikan, maka klien akan
pada klien. kooperatif.
Monitor frekuensi pernapasan dan ekspansi Untuk menentukan derajat ketidakefektifan
dada pola napas.
Observasi warna kulit, membrane mukosa Untuk mengetahui adanya kekurangan
dan kuku. oksigen akibat sianosis baik perifer atau
sentral.
Informasikan kepada keluarga pasien agar Asap rokok dapat membuat klien lebih
tidak merokok di dalam ruangan. sesak.
2. Diagnosa : Nyeri dada berhubungan dengan peradangan pada selaput pleura.
Tujuan: diharapkan nyeri berkurang hingga hilang.
Kriteria hasil : Klien tidak mengeluh nyeri, Klien tampak rileks dan TTV dalam batas
normal.

Intervensi Rasional
Observasi tingkat nyeri klien. Mengetahui skala nyeri dan kualitas nyeri
klien.
Observasi tanda vital klien. Mengetahui keadaan umum klien
Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi. Memberikan rasa nyaman pada klien dan
mengurangi rasa sakit.
Kolaborasi dengan dokter dalam Analgesik dapat mengurangi nyeri dan
pemberian analgesik dan antibiotik. antibiotik dapat menghilangkan infeksi.

3. Diagnosa : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai


dan kebutuhan oksigen.
Tujuan : klien dapat melakukan aktivitas.
Kriteria hasil : Klien tidak mengeluh lemah dan kelelahan, Klien tidak pucat, Klien dapat
berpartisipasi dalam aktivitas yang di inginkan dan Melaporkan peningkatan dalam
toleransi aktivitas yang dapat diukur.

Intervensi Rasional
Observasi respon Individu terhadap Agar dapat dinilai tingkat intoleran
aktivitas. aktifitas.
Ajarkan klien metode penghematan energi Meminimalkan kelelahan dan membantu
untuk aktivitas. keseimbangan suplai dan kebutuhan
oksigen.
4. Diagnosa : ketidakefektifan jalan nafas b/d menurunnya ekspansi paru sekunder terhadap
menumpuknya cairan dalam rongga pleura.
Tujuan : Pola nafas efektif
Kriteria hasil : Sesak nafas berkurang hingga hilang, Batuk berkurang hingga hilang dan
Auskultasi bunyi nafas vesikuler.

Intervensi Rasional
Kaji frekuensi, kedalaman dan kualitas Meningkatkan frekuensi pernapasan
pernapasan. merupakan indicator sesak yang dialami
oleh pasien.
Berikan posisi semi fowler Posisi ini dapat memaksimalkan ekspansi
paru.
Observasi TTV tiap 4 jam Mengetahui keadaan umum pasien dan
memberi gambaran mekanisme jantung dan
pernapasan.
Kolaborasi dengan dokter pemberian Memenuhi kebutuhan suplai oksigen
oksigen

3.3 Penyimpangan KDM

Miobacterium
saluran pernapasan ( Droplet,
airbone, infection

jaringan paru dan alveoli

infiltrasi sel radang

inflamasi/reaksi
radang

lesi parenkim paru

infiltran, konsolidasi, eksudatif, tiuberkuloma

penumpukan secret atau


kerusakan parenkim
eksudat

Ganguan pertukaran Gas

pleuritis dan penebalan


penurunan ekspansi paru pleura
gesekan pleura dengan
batuk sesak dinding paru

nyeri pleuritik
bersihan jalan napas
tidak efektif

gangguan rasa nyaman dan


nyeri

penurunan suplai O2

Intoleransi Aktifitas

BAB IV

PENUTUP
4.1.Kesimpulan

Pleuritis adalah terjadinya suatu peradangan pada selaput dada/paru yang disebabkan oleh
kuman (Anita Mirwani, S.kep). Penyebab-penyebab dari timbulnya pleuritis adalah virus dan
mikoplasma, bakteri Pogenik¸ tuberkulosis, fungi, parasit.

Diketahui bahwa cairan masuk ke dalam rongga kosong antara kedua pleura tersebut,
karena biasanya di sana hanya terdapat sedikit (10-20 cc) cairan yang merupakan lapisan tipis
serosa dan selalu bergerak secara teratur. Terjadinya infeksi pada pleura menyebabkan
peradangan sehingga menimbulkan besarnya permeabilitas pada lapisan pleura, dan
menyebabkan masuknya cairan ke dalam rongga pleura. Pada Pleuritis yang disebabkan fungi
dan tuberkulosa terjadi karena adanya reaksi hipersensitivitas.

Pengobatan pleuritis tergantung kepada penyebabnya. Jika penyebabnya adalah infeksi


bakteri, diberikan antibiotik. Jika penyebabnya adalah virus, tidak diperlukan pengobatan. Jika
penyebabnya adalah penyakit autoimun, dilakukan pengobatan terhadap penyakit yang
mendasarinya. Tujuan pengobatan adalah untuk menemukan kondisi dasar yang menyebabkan
pleuritis dan untuk menghilangkan nyeri dengan diatasinya penyakit dasar (Pnemonia, dan
infeksi), imflamasi pleuritis biasanya menghilang. Pada waktu yang sama, penting artinya untuk
memantau tanda-tanda dan gejala-gejala efusi pleura, seperti sesak nafas, nyeri dan penurunan
ekskruksi dinding dada.

DAFTAR PUSTAKA
Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, K Marcellus S, Setiati S. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Edisi V jilid III. Jakarta

Carpentino-Moyet, Lynda Juall. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta EGC

Dave, P. & Jane. 2005. Rencana Asuhan Keperwatan Onkoogi. Jakarta. EGC

Price, S.A. & Willson, L.M. 2006. Patofisiologis: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit (E/6.
Vol 2). Jakarta. EGC

Wong, D.L, Eaton, M.H, Wilson, D, Winkelstein, M.L, Schwartz, P. 2009. Buku Ajar
Keperawatan Pediatrik. Jakarta. EGC

Anda mungkin juga menyukai