Anda di halaman 1dari 13

Skenario kasus

Ny. R (27 tahun)suku jawa, pendidikan SMU, sudah 2 tahun menikah, G2P0A1 hamil 12
minggu. Saat ini pasien dirawat di Ruang Ayub 1 karena mengalami kontraksi. Pasien
mengeluh mules tidak ada perdarahan bercak (spoting). Pasien bertanya tentang dampak
berhubungan seksual saat hamil.

Step 1.

1. G2P0A1? (heni)
2. spoting? (Laila)
3. kontraksi? (navisa)
4. perdarahan? (ovi)
5. abortus? (cindy)

Step 2.

1. mengapa ny. R bisa mengalami kontraksi sedangkan usia kehamilan masih 12


minggu? (agil)

Jawaban (devi) : karena meregangnya jaringan ikat disekitar rahim sehingga perut Ny.
R terasa kencang

2. dampak hub. Seksual pada saat hamil? (laila)

Jawaban : dapat menimbulkan kontraksi pada bumil trimester 1 (windi)

3. apa yang menyebabkan pasien mengeluh mulas, tetapi tidak terdapat bercak
perdarahan? (zaky)

Jawab : karena rahim terus membesar untuk memberi ruang untuk janin semakin
tumbuh (laila)

4. apakah diperbolehkan berhub. Seksual pada saat hamil? (devi)

Jawab : tergantung dari kondisi bumil (cindy)

5. apa yang menyebabkan Ny.r pernah mengalami abortus ? (heni)

Jawab : karena kurang pengetahuan mengenai kehmilan (zaky)


6. sejak kapan bumil terjadi kontraksi? (ovi)

Jawab : sejak 7 mnggu kehamilan/pada trimester 1 (heni)

7. berapa lama kontraksi berlangsung? (windi)

Jawab : tergantung pada usia kehamilan (navisa)

8. mengapa hub. Seksual saat hamil dapat mempercepat proses kontraksi pada bumil?
(adib)

Jawab : karena adanya rangsangan dan hormon sehngga meningkatkan hormon


prostaglandin pada bumil ( Ovi)

9. bagaimana proses kontraksi pada bumil?(navisa)

Jawab : terjadi karena otot rahim merenggang dan mengerut sehingga terjadi
dorongan bayi ke leher rahim kemudian tahap persalinan dimulai atau disebut
kontraksi ( adib)

10. bagaimana tanda-tanda ketika kontraksi terjadi ditrimester 1? (devi)

Jawab: ada denyutan pada janin dan masih jarang (cindy)

11. pengkajian apa saja yang perlu dilengkapi oleh perawat dalam mengkaji ibu yang
terjadi abortus? (laila)

Jawab : sejak mulai terjadinya kontraksi, status masalalu riwayat penyakit pasien,
status psikologis, spiritual, fisiologis dan sosial. Respon terapi pasien, pemeriksaan
fisik dan TTV (windi)

12. apakah kotraksi pada trimester 1 timbul saat berhub. Seksual saat hamil? (adib)

Jawab : bisa terjadi kontraksi walaupun ringan (heni)

13. bagaimana penatalaksanaan dan pencegahan abortus ?(agil)

Jawab : penatalaksanaan dengan mengurangi mobilitas fisik, perbanyak istirahat dan


memenuhii kebutuhan nutrisi (zaky).

14. diagnosa kep. Apa yang ditemukan pada kasus abortus bumil? (heni)
Jawab : 1. Nyeri akut , 2. mobilitas fisik (agil)

15. bagaimana manifestasi klinis terjadinya abortus? (zaky)

Jawab: disebabkan adanya perdarahan hebat yang mengakibatkan nyeri akut pada
uterus atau disekitar perut ( devi)

16. apa data DO dan DS pada kasus tersebut ? (Ovi)

Jawab: DS pasien mengeluh mulas, tidak ada perdarahan bercak atau spoting

DO: G2P0A1 kehamilan kedua belum melahirkan, keguguran 1 kali , usia kehamilan
12 mngg (laila)

17. data penunjang apa yang dapat dilakukan pada ibu hamil di trimester 1?(cindy)

Jawab : USG, rontgen, tes urine. (zaky)

Step 3

1. G2P0A1

Merupakan kehamilan ke 2 yang belum pernah melahirkan dan mengalami abortus 1


kali (agil).

2. spoting

Merupakan perdarahan diluar haid atau bercak coklat maupun kemerahan diluar
periode menstruasi (adib)

3. kontraksi

Merupakan keadaan perut saat hamil mengalami kencang (devi)

4. perdarahan

Merupakan kejadian ketika pecahnya pembuluh darah ( zaky)

5. abortus

Merupakan kematian janin dalam kandungan sbelum usia kehamilan 20 minggu


( windi)
Step 4

1. terjadi karena kondisi otot dasar dan jaringan ikat atau ligmen dari garis melemah
dan merenggang sehngga tidak bisa menyangga rahi (navisa)
2. karena kondisi janin pada trmester 1 belum sempurna, shngga jika terdapat benda
asing masuk dan tubuh mengalami penyesuaian karena adanya reseptor oksitosin
yang sudah terbentuk (ovi)
3. karena pembesaran rahim menyebabkan tekanan otot sendi dan pemdar disekitar
rahim, sehingga hal tersebut dapat mengakibatkan rasa sakit yang hebat pada
perut. (devi)
4. boleh , tetapi harus memperhatikan kondisi kesehatan ibu dan janin , karena pada
triester . pertama janin masih sangat lemah dan bumil masih dalam fase
penyesuaian (zaky)
5. karena pada kehamilan 1 ny. R kurang memperhatikan kondisi pada dirinya
shngga berakibat pada kesehatan janin dan mengalami abortus. (windi)
6. kontrksi terjadi ketika rahim telah engalami usia kehamilan 7 mngg, tetapi uk,
rahim belum terlalu besar sehingga ibu hamil belum terlalu merasakannya
walaupun dimulai saat awal kehamilan ada juga yng dinamakan kontraksi palsu
yang umumnya baru mulai dirasakan pada kehamilan 16 mngg (heni)
7. pada umumnya kontraksi ringan berlangsung 40-60 dtk tetapi pada umumnya
kontrkasi berlangsung selama 30-40 detik. Lalu ada jeda waktu istirahat kontraksi
5-10 mnt. Kontraksi ringan awalnya tidak teratur tetapi semakin lama kontraksi
semakin sering dan kuat misalnya 5 menit sekali (laila)
8. karena adanya semen pada pria yang mengakibatkan gairah pada ibu hamil
sehingga terjadi peningkatan hormon dan merenggangnya otot pada uterus (cindy)
10. tanda biasanya bumil nyeri perut yang terasa semakin kuat, dan juga merasakan
kontraksi selama 45 dtk/1 mnt dg jeda 5-30 mnt (adib)
13. biasanya bumil mengkonsumsi 400 MCG asam folat selama program kehamilan,
mengkonsumsi susu pada bumil, tablet tambah darah untuk menabah asupan zat
besi bumil(adib, heni, devi)
Step 5

 Tujuan Umum :
Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan kasus
abortus

 Tujuan Khusus :
1. Mahasiswa mampu menjelaskan definisi dari abortus
2. Mahasiswa mampu menjelaskan penyebab/etiologi terjadinya abortus
3. Mahasiswa mampu menjelaskan tanda dan gejala abortus
4. Mahasiswa mampu menjelaskan klasifikasi abortus
5. Mahasiswa mampu menjelaskan komplikasi abortus
6. mahasiswa mampu menjelaskan penatalaksanaan pada kasus abortus
7. Mahasiswa mampu menjelaskan mengenai patofisiologi dan pathway abortus
8. Mahasiswa mampu mengelompokkan data objektif dan subjektif pada kasus
abortus
9. Mahasiswa mampu menjelaskan pemeriksaan penunjang pada masalah abortus
10. Mahasiswa mampu menjelaskan diagnosa keperawatan yang muncul pada ibu
hamil trimester 1 (aktual, resiko atau wellness)
11. Mahasiswa mampu menjelaskan intervensi secara umum
Step 6

1. DEFINISI ABORTUS
Kata abortus (abortus, abortion) berasal dari Bahasa Latin aboriri - keguguran (to
miscarry). Menurut New Shorter Oxford Dictionary (2002), abortus adalah persalinan
kurang bulan sebelum janin yang memungkinkan untuk hidup. Dan dalam hal ini kata
ini bersinonim dengan keguguran. Abortus juga berarti induksi penghentian
kehamilan untuk menghancurkan janin.
Abortus adalah fetus dengan berat kurang dari 500 gram atau umur kehamilan kurang
dari 20 minggu pada saat keluar dari uterus, yang tidak mempunyai kemungkinan
hidup. (nur fadillah, 2018).
2. ETIOLOGI ABORTUS
Menurut (Walyani dan Purwoastuti, 2015) abortus pada Wanita hamil bisa terjadi
karena beberapa sebab diantaranya :
a. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi. Kelainan inilah yang paling umum
menyebabkan abortus pada kehamilan sebelum umur kehamilan 8 minggu.
Beberapa faktor yang menyebabkan kelainan ini antara lain:
o kelainan kromosom/genetic,
o lingkungan tempat menempelnya hasil pembuahan yang tidak bagus atau
kurang sempurna, dan
o pengaruh zat-zat yang berbahaya bagi janin seperti radiasi, obat-obatan,
tembakau, alcohol dan infeksi virus.
b. Kelainan pada plasenta. Kelainan ini berupa gangguan pembentukan pembuluh
darah pada plasenta yang disebabkan oleh karena penyakit darah tinggi yang
menahan.
o Faktor ibu seperti penyakit-penyakit kronis yang diderita oleh sang ibu
seperti radang paru-paru, tifus, anemia berat, keracunan, dan infeksi virus
toxoplasma.
o Kelainan yang terjadi pada organ kelamin ibu seperti gangguan pada mulut
Rahim, kelainan bentuk Rahim, mioma uteri, dan kelainan bawaan pada
Rahim. (febri yulianti purba, 2021)
3. TANDA DAN GEJALA ABORTUS
a. Abortus Iminens
Abortus imenens biasanya diawali dengan keluhan perdarahan pervaginam pada
usia kehamilan kurang dari 20 minggu. Penderita mengeluh mulas sedikit atau
tidak ada keluhan sama sekali kecuali perdarahan pervagina. Ostium uteri masih
tertutup besarnya uterus sesuai dengan usia kehamilan dan tes kehamilan urin
masih positif.
b. Abortus Insipiens
Penderita akan merasa mulas karena kontraksi yang sering dan kuat,
perdarahannya bertambah sesuai dengan pembukaan serviks uterus dan usia
kehamilan. Besr uterus masih sesuai dengan usia kehamilan dengan tes urin
kehamilan masih positif. Pada pemeriksaan USG akan didapati pembesaran uterus
yang masih sesuai dengan usia kehamilan, gerak janin, dan gerak jantung masih
jelas walau mungkin sudah mulai tidak normal, biasanya terlihat penipisan serviks
uterus atau pembukannya. Perhatikan pula ada tidaknya pelepasan plasenta dari
dinding uterus.
c. Abortus Kompletus
Semua hasil konsepsi telah dikeluarkan, osteum uteri telah menutup, uterus sudah
mengecil sehingga perdarahan sedikit. Besar uterus tidak sesuai dengan usia
kehamilan. Pemeriksaan USG tidak perlu dilakukan bila pemeriksan secara klinis
sudah memadai. Pada pemeriksaan tes urin biasanya masih positif sampai 7-10
hari setelah abortus. Pengelolaan penderita tidak memerlukam Tindakan khusu
ataupun pengobatan. Biasanya hanya diberi roboransia atau hematenik bila
keadaan pasien memerlukan. Uterotonika tidak diberikan.
d. Abortus Inkompletus
Sebagian jaringan hasil konsepsi masih tertinggal di dalam uterus dimana pada
pemeriksaan vagina, kanalis servikalis masih terbuka dan teraba jaringan dalam
kavumuteri/menonjol pada ostium uteri eksternum. Perdarahan biasanya masih
terjadi jumlahnya pun bisa banyak atau sedikit bergantung pada jaringan yang
tersisa, yang menyebabkan sebagian placental site masih terbuka sehingga
perdarahan berjalan terus. Pasien dapat jatuh dalam keadaan anemia/syok
hemoragik sebelum sisa jaringan konsepsi dikeluarkan.
e. Missed Abortion
Penderita missed abortion biasanya tidak merasakan keluhan apa pun kecuali
merasakan pertumbuhan kehamilannya tidak seperti yang diharapkan. Bila
kehamilan di atas 14 minggu sampai 20 minggu penderita justru merasakan
rahimnya semakin mengecil dengan tanda-tanda kehamilan sekunder pada
payudara mulai menghilang. Kadangkala missed abortion juga diawali dengan
abortus iminens yang kemudian merasa sembuh, tetapi pertumbuhan janin
terhenti. Pada pemeriksaan tes urin kehamilan biasanya negatif setelah satu
minggu dari terhentinya pertumbuhan kehamilan. Pada pemeriksaan USG akan
didapatkan uterus yang mengecil, kantong gestasi yang mengecil, dan bentuknya
tidak beraturan disertai gambaran fetus yang tidak ada tanda-tanda kehidupan.
Bila missed abortion berlangsung lebih dari 4 minggu harus diperhatikan
kemungkinan terjadinya gangguan penjedalan darah oleh karena
hipofibrinogenemia sehingga perlu diperiksa koagulasi sebelum Tindakan
evakuasi dan kuretase.
f. Abortus Infeksiosus, Abortus Septik
gejala dan tanda panas tinggi, tampak sakit dan lelah, takikardia, perdarahan
pervaginam yang berbau, uterus yang membesar dan lembut, serta nyeri tekan.
Pada laboratorium didapatkan tanda infeksi dengan leukositosis. Bila sampai
terjadi sepsis dan syok, penderita akan tampak lelah, panas tinggi, menggigil, dan
tekanan darah turun. (Rahmani, 2013)

4. KLASIFIKASI ABORTUS
Menurut (Fadlun dan Feryanto, 2012) abortus dapat diklasifikasikan berdasarkan
kejadian dan gambaran klinis yaitu :
a. Berdasarkan kejadiannya
 Abortus spontan
Keluarnya hasil konsepsi tanpa intervensi medis maupun mekanis, atau
terjadi tanpa ada unsur tindakan dari luar dan dengan kekuatan sendiri.
 Abortus buatan atau abortus provokatus (disengaja, digugurkan), dibagi
menjadi berikut ini :
 Abortus buatan menurut indikasi medis (abortus provokatus
artifialis atau theraupeticus). Abortus ini sengaja dilakukan
sehingga kehamilan dapat diakhiri. Upaya menhilangkan hasil
konsepsi dilakukan atas indikasi untuk menyelamatkan jiwa ibu,
misalnya: penyakit jantung, hipertensi esensial, dan karsinoma
serviks. Keputusan ini ditentukan oleh tim ahli yang terdiri atas
dokter ahli kebidanan, penyakit dalam, dak psikiatri atau psikolog.
 Abortus buatan kriminal (abortus provacatus criminalis) adalah
pengguguran kehamilan tanpa alasan medis yang sah atau oleh
orang tidak berwenang dan dilarang oleh hukum.
b. Berdasarkan gambaran klinis
 Abortus Iminens (keguguran mengancam)
Abortus ini baru mengancam dan masih ada harapan untuk
mempertahankannya. Ostium uteri tertutup, uterus sesuai umur kehamilan.
Didiagnosis bila seorang wanita hamil <20 minggu mengeluarkan darah
sedikit per vaginam. Perdarahan dapat berlanjut beberapa hari atau dapat
berulang. Dapat disertai rasa nyeri perut bawah atau punggung bawah.
 Abortus Insipiens (keguguran berlangsung)
Abortus ini sedang berlangsung dan tidak dapat dicegah lagi. Ostium
terbuka, terba ketuban, dan berlangsung hanya beberapa jam saja. Abortus
insipiens didiagnosis apabila pada wanita hamil ditemukan perdarahan
banyak, kadang-kadang keluar gumpalan darah yang disertai nyeri karena
kontraksi rahim kuat dan ditemukan adanya dilatasi serviks sehingga jari
pemeriksa dapat masuk dan ketuban dapat teraba,. Kadang-kadang
perdarahan dapat menyebabkan infeksi, oleh karena itu, evakuasi harus
segera dilakukan. Janin biasanya sudah mati dan mempertahankan pada
keadaan ini merupakan kontraindikasi.
 Abortus Inkomplit (keguguran tidak lengkap)
Abortus inkomplit didiagnosis apabila sebagian dari hasil konsepsi telah
lahir atau pada vagina, tetapi sebagian tertinggal (biasanya jaringan
plasenta) masi tertinggal di dalam rahim. Perdarahan terus berlangsung,
banyak dan membahayakan ibu. Serviks sering terbuka karena masih ada
benda di dalam rahim yang dianggap sebagai benda asing (corpus
alienum). Oleh karena itu, uterus akan berusaha mengeluarkannya dengan
mengadakan kontraksi sehingga ibu merasa nyeri.
 Abortus Kompletus (keguguran lengkap)
Seluruh bayi telah dilahirkan dengan lengkap, ostium tertutup, uteru lebih
kecil dari umur kehamilan atau ostium terbuka, dan kavum uteri kososng.
pada abortus ini, perdarahan segera berkurang setelah isi rahim
dikeluarkan dan selambat-lambatnya perdarahan berhenti sama sekali
karena dalam masa ini luka rahim telah sembuh. Serviks juga dengan
segera menutup kembali.
 Abortus Tertunda(missed abortion)
Keadaaan di mana janin telah mati sebelum minggu ke-2, tetapi tertanam
di dalam rahim selama beberapa minggu (8 minggu atau lebih) setelah
janin mati. Saat terjadi kematian janin kadang-kadang ada perdarahan per
vaginam sedikit sehingga menimbulkan gambaran abortus iminens.
Selanjutnya rahim tidak membesar bahkan mengecil karena absorpsi air
ketuban dan maserasi janin.
 Abortus Habitualis (kefufuran berulang)
Abortus yang telah berulang dan berturut-turut terjadi, sekurang-
kurangnya 3 kali berturut-turut. Kejadiannya jauh lebih dari pada abortus
spontan (kurang dari 1%). (febri yulianti purba, 2021)

5. KOMPLIKASI ABORTUS
Menurut (Norma dan Dwi, 2013) komplikasi yang serius kebanyakan terjadi pada fase
abortus yang tidak aman (unsafe abortion) walaupun kadang-kadang dijumpai juga
pada abrtus spontan. Komplikasi dapat berupa perdarahan, kegagalan ginjal, infeksi,
syok akibat perdarahan, dan infeksi sepsis.
a. Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil konsepsi
dan jika perlu pemberian transfuse darah. Kematian karena perdarahan dapat
terjadi apabila pertolongan tidak diberikan pada waktunya.
b. Perforasi
Perforasi uterus [ada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi
hipperretrofleksi. Jika terjadi peristiwa ini penderita perlu diamati dengan teliti
jika asa tanda bahaya, perlu segara dilakukan laparatomi, dan tergantung dari luas
dan betuk perforasi, penjahitan luka perforasi atau perlu histerektomi.
c. Infeksi
Infeksi dalam uterus dan adneksia dapat terjadi dalam setiap abortus, tetapi
biasanya didapatkan pada abortus inkomplit yang berkaitan erat dengan suatu
abortus yang tidak aman (unsafe abortion).
d. Syok
Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dan karena
infeksi berat (syok endoseptik). (febri yulianti purba, 2021)

6. PENATALAKSANAAN PADA KASUS ABORTUS


1. Istirahat baring
Tidur berbaring merupakan unsur penting dalam pengobatan karena cara ini
menyebabkan bertambahnya aliran darah ke uterus dan berkurangnya
rangsang mekanis.
2. Diet tinggi protein dan tambahan vitamin C.
3. Periksa denyut nadi dan suhu badan dua kali sehari bila klien tidak panas dan
empat jam bila pasien panas.
4. Bersihkan vulva minimal dua kali sehari dengan cairan antiseptic untuk
mencegah infeksi terutama saat masih mengeluarkan cairan coklat.
(Nisak, 2021)
7. PATOFISIOLOGI DAN PATHWAY ABORTUS
Pada awal abortus terjadi dalam desidua basalis, diikuti nekrosis jaringan yang
menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing dalam uterus
Sehingga menyebabkan uterus berkonsentrasi untuk mengeluarkan benda asing
tersebut. Apabila pada kehamilan kurang dari 8 minggu, nilai khorialis belum
menembus desidua serta mendalam sehingga hasil konsempsi dapat dikeluarkan
seluruhnya. Apabila kehamilan 8 sampai 4 minggu villi khorialis sudah menembus
terlalu dalam sehingga plasenta tidak dapat dilepaskan sempurna dan menimbulkan
banyak pendarahdan daripada plasenta. Perdarahan tidak banyak jika plasenta tidak
lengkap. Peristiwa ini menyerupai persalinan dalam bentuk miniature.
Hasil konsepsi pada abortus dapat dikeluarkan dalam berbagai bentuk,
adakalanya kantung amnion kosong atau tampak didalamnya benda kecil tanpa bentuk
yang jelas (missed aborted). Apabila mudigah yang mati tidak dikelurakan dalam
waktu singkat, maka ia dapat diliputi oleh lapisan bekuan darah. Ini uterus dinamakan
mola krenta Bentuk ini menjadi mola karnosa apabila pigmen darah telah diserap
dalam sisinya terjadi organisasi, sehingga semuanya tampak seperti daging. Bentuk
lain adalah mola tuberose dalam hal ini amnion tampak berbenjol-benjol karena
terjadi hematom antara amnion dan khorion.
Pada janin yang telah meninggal dan tidak dikeluarkan dapat terjadi proses
modifikasi janin mengering dan karena cairan amnion menjadi kurang oleh sebab
diserap. Ia menjadi agak gepeng (fetus kompresus). Dalam tingkat lebih lanjut ia
menjadi tipis seperti kertas pigmenperkamen.
Kemungkinan lain pada janin mati yang tidak lekas dikeluarkan ialah
terjadinya maserasi, kulterklapas, tengkorak menjadi lembek, perut membesar karena
terasa cairan dan seluruh janin berwarna kemerah-merahan. (Nisak, 2021)
8. DATA SUBJEKTIF DAN DATA OBYEKTIF PADA KASUS
DS : pasien mengeluh mulas, tidak ada perdarahan bercak (spoting)
DO : G2P0A1 hamil 12 minggu, mengalami kontraksi

9. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Tes kehamilan dengan hasil positif bila janin masih hidup, bahkan 2-3minggu
setelah kehamilan.
2. Pemeriksaan doppler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup
3. Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed abortion
(Nisak, 2021)
10. DIAGNOSA KEPERAWATAN

11. INTERVENSI KEPERAWATAN


DAFTAR PUSTAKA

febri yulianti purba, 2021. FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN


KEJADIAN ABORTUS INKOMPLIT DI RUMAH SAKIT HARAPAN DAN DOA
KOTA BENGKULU [WWW Document]. URL
http://repository.poltekkesbengkulu.ac.id/1367/1/SKRIPSI FEBRI YULIANTI
PURBA.pdf (accessed 11.9.22).

Nisak, L.N., 2021. LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASKEP ABORTUS.

nur fadillah, 2018. THE RELATIONSHIP KNOWLEDGE LEVEL AND ATTITUDE


WOMEN OF PRODUCTIVE AGE TOWARD ABORTUS PROVOCATUS IN GOWA
REGENCY.

Rahmani, S. L. (2013). FAKTOR FAKTOR RISIKO KEJADIAN ABORTUS DI RS PRIKASIH JAKARTA SELATAN
PADA TAHUN 2013.

Bibliography
Rahmani, S. L. (2013). FAKTOR FAKTOR RISIKO KEJADIAN ABORTUS DI RS PRIKASIH JAKARTA SELATAN
PADA TAHUN 2013.

Anda mungkin juga menyukai