Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN NY.

Y
DENGAN SESAK NAPAS

Dosen Pembimbing :

Ns. Satriya Pranata., M.Kep., Ph.D

Disusun Oleh :

Kelompok 2 D

1. Riztu Duwi S (G2A021184)


2. Diyahayu W U (G2A021186)
3. Rakha Ariq F (G2A021188)
4. Moch Ridwan P P (G2A021190)
5. Dinda Rahma Y (G2A021193)
6. Hanik Zahro N (G2A021194)
7. Kris Oktaviyani (G2A021197)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

TAHUN AKADEMIK 2022/2023


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya yang telah
memberikan kita rahmat, taufiq, hidayah dan anugerah-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN NY.
Y DENGAN SESAK NAPAS ”. Sholawat serta salam tetaplah kita curahkan kepada
junjungan dan tauladan kita Nabi Muhammad SAW yang telah membimbing kita pada jalan
lurus yang di ridhai oleh Allah SWT.

Penyusunan makalah ini dimaksudkan untuk menambah dan mengembangkan


pengetahuan tentang “MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN NY. Y DENGAN
SESAK NAPAS ”, Makalah ini disusun dengan urutan penyajian sedemikian rupa sehingga
pembaca akan merasa senang untuk memahaminya.

“Tiada Manusia Yang Sempurna” begitu pula dengan kami yang telah menyelesaikan
makalah ini dengan sebaik mungkin. Akan tetapi, segala kritik dan saran kami perlukan
guna memperbaiki isi dalam makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan turut
andil dalam mencerdaskan para calon perawat Indonesia, dan menjadikan para perawat
Indonesia menjadi perawat yang profesional.

Semarang, 25 Oktober 2022

(Kelompok 2)
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................2

DAFTAR ISI.................................................................................................................3

BAB I.............................................................................................................................5

PENDAHULUAN.........................................................................................................5

A. Latar Belakang....................................................................................................5

B. Tujuan Penulisan................................................................................................6

C. Manfaat penulisan...............................................................................................6

BAB II...........................................................................................................................8

ASUHAN KEPERAWATAN.......................................................................................8

A. Pengertian Asma.................................................................................................8

B. Etiologi Asma.....................................................................................................8

C. Patofisiologi Asma.............................................................................................8

D. Tanda dan gejala Asma.......................................................................................8

E. Komplikasi Asma...............................................................................................8

F. Pemeriksaan penunjang Asma............................................................................8

G. Penatalaksanaan Asma.......................................................................................8

H. Pengkajian fokus asma.......................................................................................8

I. Skenario..............................................................................................................8

J. Analisa Data.......................................................................................................8

K. Data pengkajian yang harus dilengkapi..............................................................8

L. Patways keperawatan..........................................................................................9

M. Diagnosa Keperawatan.......................................................................................8

N. Luaran dan Kriteria hasil Dan Intervensi Keperawatan...................................10

BAB III........................................................................................................................27

TELAAH ARTIKEL RISET ......................................................................................27


A. Judul Peneltian..................................................................................................27

B. Peneliti..............................................................................................................27

C. Latar Belakang..................................................................................................27

D. Review Penelitian.............................................................................................27

E. Hasil Penelitian ................................................................................................27

F. Kemungkinan diterapkan dii klinik..................................................................27

BAB IV........................................................................................................................27

SIMPULAN & SARAN..............................................................................................27

A. KESIMPULAN................................................................................................27

B. SARAN.............................................................................................................27

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................28
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
(Wijaya A, 2018)Asma bronkiale adalah jenis penyakit jangka panjang atau
kronis pada saluran pernapasan ditandai dengan peradangan, penyempitan saluran
napas yang menimbulkan sesak atau sulit bernapas, selain sulit bernapas penderita
asma juga bisa mengalami gejala lain seperti nyeri dada, batuk-batuk, dan mengi.
Asma bisa diderita semua golongan usia baik muda maupun tua. (Astuti,
2018). (Kementerian Kesehatan RI, 2018) melaporkan prevalensi asma di Indonesia
adalah 4,5% dari populasi, dengan jumlah kumulatif kasus asma sekitar 11.179.032.
Asma berpengaruh pada disabilitas dan kematian dini terutama pada anak usia 10-14
tahun dan orang tua usia 75-79 tahun. Diluar usia tersebut kematian dini berkurang,
namun lebih banyak memberikan efek disabilitas.
Saat ini, asma termasuk dalam 14 besar penyakit yang menyebabkan
disabilitas di seluruh dunia. (Ranuh, 2015). Jumlah penderita penyakit asma mencapai
lebih 27% banyak perempuan dari pada laki-laki yang hanya mencapai 14%. Untuk
anak perempuan, penyakit asma yang diderita tidak mengalami penurunan karena
pada saat beranjak dewasa, pada perempuan mengalami penyempitan saluran
pernapasan hingga 20%. Akan tetapi, saat ini kejadian asma lebih banyak pada laki-
laki akibat polusi asap rokok. (Ekarini, 2012) Berdasarkan laporan Riskesdas
Nasional 2018, prevalensi asma di Bali cukup tinggi yaitu menempati peringkat ke-3
di Indonesia setelah provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan provinsi Kalimantan
Timur. Tercatat prevalensi asma di Bali sebesar 3,9 % (Kementerian Kesehatan RI,
2018).

B. TUJUAN PENULISAN
Tujuan umum :
Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan sesuai kasus scenario
yang diberikan serta dapat menganalisa artikel yang bisa diaplikasikan untuk
mengatasi makalah sesuai kasus skenario
Tujuan khusus :

a. Melakukan pengkajian keperawatan pola napas tidak efektif pada pasien

b. Mampu mengelompokkan data subyektif dan obyektif

c. Mampu merumuskan patways sesuai kasus pada pasien

d. Merumuskan diagnosis keperawatan pola napas tidak efektif pada pasien

e. Merencanakan intervensi keperawatan pola napas tidak efektif pada pasien

C. MANFAAT PENULISAN
1. Memberi informasi tentang penjelasan mengenai asma
2. Memberikan informasi mengenai asuhan keperawatan yang dapat dirumuskan
pada kasus asma
BAB II

KONSEP DASAR PENYAKIT

A. DEFINISI

Asma adalah peradangan pada jalan nafas yang mengalami penyempitan


dikarakteristikan dengan hiperresponsif, edema mukosa, dan produksi mukus yang
dapat menimbulkan gejala sesak nafas, mengi, dan batuk jika sputum tidak dapat
keluar (Smeltzer, 2017).Asma adalah suatu gangguan pada saluran bronchial dengan
ciri bronkospasme periodic ( kontraksi spasme pada saluran nafas ). Asma merupakan
penyakit kompleks yang dapat diakibatkan oleh factor biokimia, endronkrin, infeksi,
otonomik, dan psikolohi. (somantri, 2012).Menurut Murphy dan Kelly (2013) Asma
merupakan penyakit obstruksi jalan nafas, yang revelsibel dan kronis, dengan
karakteristik adanya mengi. Asma disebabkan oleh spasma saluran bronkial atau
pembengkakan mukosa setelah terpajam berbagai stimulus. Prevelensi, morbiditas
dan martalitas asma meningkat akibat dari peningkatan polusi udara.

Jadi asma atau reactive air way disease (RAD) adalah penyakit obstruksi pada
jalan napas yang bersifat reversible kronis yang ditandai dengan bronchopasme
dengan karakteristik adanya mengi dimana trakea dan bronchi berespon secara
hiperaktif terhadap stimuli tertentu serta mengalami peradangan atau inflamasi

B. ETIOLOGI
Obstruksi jalan napas pada asma disebabkan oleh :
a. Kontraksi otot sekitar bronkus sehingga terjadi penyempitan napas
b. Pembengkakan membrane bronkus
c. Bronkus berisi mucus yang kental

Adapun faktor predisposisi pada asma yaitu :


a. Genetik
Diturunkannya bakat alergi dari keluarga dekat, akibat adanya bakat alergi ini
penderita sangat mudah terkena asma apabila dia terpapar dengan faktor
pencetus.

Adapun faktor pencetus dari asma adalah :


a. Alergen
Merupakan suatu bahan penyebab alergi. Dimana ini dibagi menjadi tiga, yaitu:
1)Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan seperti debu, bulu binatang,
serbuk bunga, bakteri, dan polusi.
2)Ingestan, yang masuk melalui mulut yaitu makanan dan obat-obatan tertentu
seperti penisilin, salisilat, beta blocker, kodein, dan sebagainya.
3)Kontaktan, seperti perhiasan, logam, jam tangan, dan aksesoris lainnya yang
masuk melalui kontak dengan kulit.
b. Infeksi saluran pernapasan
Infeksi saluran pernapasan terutama disebabkan oleh virus. Virus Influenza
merupakan salah satu faktor pencetus yang paling sering menimbulkan asma
bronkhial, diperkirakan dua pertiga penderita asma dewasa serangan asmanya
ditimbulkan oleh infeksi saluran pernapasan (Nurarif, 2015).
c. Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa yang dingin sering mempengaruhi asma, perubahan
cuaca menjadi pemicu serangan asma.
d. Lingkungan kerja
Lingkungan kerja merupakan faktor pencetus yang menyumbang 2-15% klien
asma. Misalnya orang yang bekerja di pabrik kayu, polisi lalu lintas, penyapu
jalanan.
e. Olahraga
f. Sebagian besar penderita asma akan mendapatkan serangan asma bila sedang
bekerja dengan berat/aktivitas berat. Lari cepat paling mudah menimbulkan asma
g. Stress
h. Gangguan emosi dapat menjadi pencetus terjadinya serangan asma, selain itu juga
dapat memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala asma harus
segera diobati penderita asma yang mengalami stres harus diberi nasehat untuk
menyelesaikan masalahnya. (Suprapto, 2013).
C. TANDA DAN GEJALA
Menurut (iwan hadibroto, 2014)Secara umum tanda dan gejala asma akan
didahului dengan adanya batuk dan sesak dan disertai dengan beberapa tanda dan
gejala dibawah ini:
 Tanda tanda:
1. Beberapa contoh tanda peringatan awal adalah:
2. Perubahan dalam pola pernapasan
3. Bersin-bersin
4. Perubahan suasana hati (moodiness)
5. Hidung mampat atau hidung ngocor
6. Batuk
7. Gatal-gatal pada tenggorokan
8. Merasa capai
9. Lingkaran hitam di bawah mata
10. Susah tidar
11. Turunnya toleransi tubuh terhadap kegiatan olahraga
12. Kecenderungan penurunan prestasi dalam penggunaan Peak Flow
Meter
 Gejala gejalanya
1. Napas berat yang berbunyi "ngik-ngik"
2. Batuk-batuk
3. Napas pendek tersengal-sengal
4. Sesak dada
5. Angka performa penggunaan Peak Flow Meter menunjukkan rating
yang termasuk "hati-hati" atau "bahaya" (biasanya antara 50% sampai
80% dari penunjuk performa terbaik individu).
D. KOMPLIKASI
Adapun komplikasi yang dapat ditimbulkan karena penyakit asma menurut (Suprapto,
2013) yaitu :
1. Status Asmatikus : suatu keadaan darurat medis berupa serangan asma akut yang
bersifat refrator terhadap pengobatan yang lazim dipakai.
2. Atelektasis : ketidakmampuan paru berkembang dan mengempis
3. Hipoksemia : kondisi ketika kadar oksigen di dalam darah rendah
4. Pneumothoraks : kondisi ketika udara terkumpul di rongga pleura, yaitu ruang di
antara paru-paru dan dinding dada.
5. Emfisema : penyakit kronis atau jangka panjang akibat kerusakan pada alveolus, yaitu
kantong udara kecil pada paru-paru.
6. Deformitas Thoraks: perubahan bentuk dada yang dibagi menjadi 5 yaitu Pectus
Exavatum/Funnel Chest (Dada Corong), Pectus Carinatum (Dada Burung), Kifoskoliosis
Toraks, Dada tong (Barrel Chest), Flail Chest Traumatik
7. Gagal Jantung : kondisi ketika jantung melemah sehingga tidak mampu
memompa darah yang cukup ke seluruh tubuh

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG

a. Pengukuran Fungsi Paru (spirometri)

Pengukuran ini dilakukan sebelum dan sesudah pemberian bronkodilator


aerososl golongan adrenergik. Peningkatan FEV atau FVC sebanyak lebih dari
20% menunjukkan diagnosis asma.

b. Tes Provokasi Bronkus

Tes ini dilakukan pada spirometri internal. Penurunan Fev sebesar 20% atau
lebih setelah tes provokasi dan denyut jantung 80-90% dari maksimum dianggap
bermakna bila menimbulkan penurunan PEFR 105 atau lebih.

c. Pemeriksaan Kulit

Untuk menunjukkan antibody IgE hipersensitif yang spesifik dalam tubuh.

d. Pemeriksaan Laboratorium

1) Analisa Gas Darah (AGD/Astrup) : hanya dilakukan pada serangan asma berat
karena terdapat hipoksemia, hiperkapnea, dan asidosis respiratorik.

2) Sputum: adanya badan kreola adalah karakteristik untuk serangan asma yang
berat, karena hanya reaksi yang hebat saja yang menyebabkan trensudasi dari
edema mukosa, sehingga terlepaslah sekelompok sel-sel epitelnya dari
perlekatannya. Pewarnaan gram penting untuk melihat adanya bakteri, cara
tersebut kemudian diikuti kultur dan uji resistensi terhadap antibiotik. Sel
eosinofil: pada klien dengan status asmatikus dapat mencapai 1000-1500/mm3
baik asma instrinsik maupun ekstrinsik, sedangkan hitung sel eosinosil normal
antara 100-200/mm3.

3) Pemeriksaan darah rutin dan kimia: jumlah sel leukosit yang lebih dari
15.000/mm3terjadi karena adanya infeksi SGOT dan SGPT meningkat
disebabkan kerusakan hati akibat hipoksia dan hiperkapnea.

e. Pemeriksaan radiologi: hasil pemeriksaan radiologi pada klien asma biasanya


normal, tetapi prosedur ini harus tetap dilakukan untuk menyingkirkan
kemungkinan adanya proses patologi di paru atau komplikasi asma seperti
pneumothoraks, pneumomediastinum, atelektasis. (Muttaqin, 2012).

F. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan medis :
a. Oksigen 4-6 liter / menit
b. Pemenuhan hidrasi via infus
c. Terbutalin 0,25 mg / 6 jam secara subkutan (SC)
d. Bronkodilator / antibronkospasme dengan cara :
1. Nebulizer (via inhalsi) dengan golongan terbutaline 0,25 mg (Bricasma),
fenoterol HBr 0,1 % solution (berotec), orciprenaline sulfur 0,75 mg
(Allupent)
2. Intravena dengan golongan theophyline ethilenediamine (Aminophillin) bolus
IV 5-6 mg/ kg BB
3. Peroral dengan aminofillin 3x150 mg tablet, agonis B2 (salbutamol 5 mg atau
feneterol 2,5 mg atau terbutaline 10 mg)
4. Antiedema mukosa dan dinding bronkus dengan golongan kortikosteroid,
deksamethasone 4 mg IV setiap 8 jam (Nugroho, 2016)
2. Penatalaksanaan keperawatan :
Adapun penatalaksanaan yang dapat dilakukan untuk pasien asma yaitu :
a. Prinsip umum dalam pengobatan asma :
1. Menghilangkan obstruksi jalan napas.
2. Menghindari faktor yang bisa menimbulkan serangan asma.
3. Menjelaskan kepada penderita dan keluarga mengenai penyakit asma dan
pengobatannya.
b. Pengobatan pada asma
Pengobatan farmakologi
1) Bronkodilator : obat yang melebarkan saluran napas. Terbagi menjadi dua
golongan, yaitu :
- Adrenergik (Adrenalin dan Efedrin), misalnya terbutalin/bricasama.
- Santin/teofilin (Aminofilin)
2) Kromalin
Bukan bronkhodilator tetapi obat pencegah seranga asma pada penderita anak.
Kromalin
biasanya diberikan bersama obat anti asma dan efeknya baru terlihat setelah satu
bulan.
3) Ketolifen
Mempunyai efek pencegahan terhadap asma dan diberikan dalam dosis dua kali
1mg/hari. Keuntungannya adalah obat diberikan secara oral.
4) Kortikosteroid hidrokortison 100-200 mg jika tidak ada respon maka segera
penderita diberi steroid oral.
Pengobatan non farmakologi
1) Memberikan penyuluhan
2) Menghindari faktor pencetus
3) Pemberian cairan
4) Fisioterapi napas (senam asma)
5) Pemberian oksigen jika perlu (Suprapto, 2013).

Pengobatan selama status asmathikus

1) Infus D5:RL = 1 : 3 tiap 24 jam


2) Pemberian oksigen nasal kanul 4 L permenit
3) Aminophilin bolus 5mg/ KgBB diberikan pelan-pelan selama 20 menit dilanjutkan
drip RL atau D5 mentenence (20 tpm) dengan dosis 20 mg/kg bb per 24 jam
4) Terbutalin 0.25 mg per 6 jam secara sub kutan.
5) Dexametason 10-2- mg per 6 jam secara IV
6) Antibiotik spektrum luas (padila, 2013)
G. PENGKAJIAN FOKUS
Fokus pengkajian keperawatan adalah head to toe, Hal-hal perlu dikaji pada pasien
asma meliputi (Musliha, 2013)
a. Riwayat kesehatan yang lalu : Kaji riwayat pribadi atau keluarga tentang
penyakit paru
sebelumnya. Apakan ada anggota keluarga yang mempunyai penyakit serupa.
1) Kaji riwayat reaksi alergi atau sensitifitas terhadap zat atau faktor lingkungan
mungkin terdapat alergi debu, bulu binatang ataupun juga makanan
2) Kaji riwayat pekerjaan pasien. Apakah setiap hari berhubungan dengan zat
allegen, jika berhubungan sarankan pada penderita untuk memproteksi dirinya
misalnya dengan menggunakan masker.
b. Pernafasan
1) Dipnea pada saat istirahat atau respon terhadap aktivitas atau latihan.
2) Nafas memburuk ketika pasien berbaring terlentang ditempat tidur.
3) Menggunakan obat alat bantu pernafasan, misalnya : meninggikan bahu,
melebarkan hidung atau posisi penderita misalnya dengan posisi semi fowler.
4) Kaji suara nafas apakah ada bunyi nafas mengi (wheezing).
5) Adanya batuk berulang.
c. Hubungan sosial
1) Keterbatasan mobilitas fisik.
2) Susah bicara atau bicara terbata-bata.
3) Adanya ketergantungan pada orang lain.
d. Aktivitas
1) Ketidakmampuan melakukan aktivitas karena sulit bernafas.
2) Adanya penurunan melakukan aktivitas sehari-hari.
3) Tidur dalam posisi duduk tinggi modifikasi dengan semi fowler.
e. Sirkulasi
1) Adanya peningkatan tekanan darah.
2) Adanya peningkatan frekuensi jantung.
3) Warna kulit atau membran mukosa normal atau sianosis.
4) Kemerahan atau keringetan.
f. Asupan nutrisi
1) Ketidakmampuan untuk makan karena distres pernafasan.
2) Penurunan berat badan karena anoreksia

H. SKENARIO
Seorang perempuan 23 tahun dibawa ke RS karena mengalami sesak nafas, pasien
mengatakan sering mengalami sesak nafas pada 2 minggu terakhir karena setelah
pulang dari berkemah. Ibu pasien mengatakan pasien biasanya sesak nafas timbul saat
udara sangat dingin dan menghirup debu. Saat dilakukan pengkajian dan pemeriksaan
fisik didapat data; terdengar suara wheezing, Tekanan darah 100/70 mmHg, Nadi
90X/mnt,RR 30X/mnt, Suhu 37,40 C. Ibu pasien mengatakan sesak nafas biasanya
mereda dengan menghisap obat hisap inhaler, tapi saat ini tidak bisa reda.

I. ANALISA DATA

NO ANALISIS DATA ETIOLOGI PROBLEM


1 DS hambatan upaya Pola nafas tidak
 Pasien mengatakan sesak nafas efektif
nafas pada 2 minggu terakhir D. 0005

setelah pulang berkemah


 Ibu pasien mengatakan sesak
nafas timbul saat udara saat
dingin dan menghirup debu
 Ibu pasien mengatakan sesak
nafas mereda dengan
menghisap obat hisap
inhaler,tapi saat ini tidak
bias reda
DO
 Terdengar suara wheezing
 TTV
Td: 100/70 mm/hg
N: 90x/menit
RR:30x/menit
S: 37,4 C

J. DATA PENGKAJIAN YANG HARUS DILENGKAPI


1. Status terkini atau status masa lalu riwayat pasien
2. pemeriksaan saturasi oksigen
3. Status psikologi spiritual fisiologis dan social
4. Riwayat kesehatan keluarga
5. Riwayat kesehatan dahulu
K. PATWAY

Polusi Alergi

Masuk saluran pernfasan

Iritasi mukosa pernafasan

Reaksi inflamasi

Metaplasia sel globet

Penyempitan saluran pernafasan

Munculnya wheezing

Nafas terasa sesak

Pola nafas tidak efektif

L. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Pola nafas tidak efektif b.d hambatan upaya nafas
M. LUARAN, KRITERIA HASIL DAN INTERVENSI KEPERAWATAN

No Tujuan dan Intervensi Rasional


dx kriteria hasil
1 Setelah Tindakan Edukasi
dilakukan Manajemen jalan nafas  Untuk
tindakan Observesi mengetahui
keperawatan  Monitor pola napas pola nafas
selama 3x24 (frekuensi,kedalaman,usaha napas) pasien
jam, pola nafas  Monitor bunyi napas tambahan (mis,  Untuk
membaik dengan gurgling, mangl, wheezing, ronki mengetahui
kriteria hasil kering) bunyi nafas
sebagai berikut:  Monitor sputum jumlah, warna, tambahan
 Tekanan aroma) seperti
ekspirasi Terapeutik wheezing
meningka  Pasiskan semi-Fowler atau Fowter  Untuk
t  Berikan minum hangat mengetahu
 Tekanan Edukasi jumlah,warna,d
inspirasi  Anjurkan asupan cairan 2000 an aroma
meningka ml/hari,jika tidak kontraindikasi sputum
t Kolaborasi Terapeutik
 Dyspnea  Pemberian  Agar pasien
membaik bronkodilator,ekspektoran,mukolitik, merasa relaks
 Frekuensi jika perlu dan sesak nafas
nafas menurun
membaik  Agar pasien
 Kdalama tetap dalam
n nafas keadaan tenang
membaik Edukasi
 Agar pasien
(L.01004) tidak dehidrasi
Kolaborasi
 Mempercepat
peredaan gejala
gejala akibat
penyempitan
saluran
pernafasan atau
sesak nafas
BAB III
TELAAH ARTIKEL RISET

A. JUDUL PENELITIAN
“PERBEDAAN POSISI TRIPOD DAN POSISI SEMI FOWLER TERHADAP
PENINGKATAN SATURASI OKSIGEN PADA PASIEN ASMA DI RS PARU dr.
ARIO WIRAWAN SALATIGA”
B. PENELITI
Dwi Istiyani,Sri Puguh Kristiyawati dan Supriyadi
C. LATAR BELAKANG
Paru-paru merupakan salah satu organ penting dalam tubuh. Paru-paru
bertugas memenuhi salah satu kebutuhan manusia yaitu bernafas, menyediakan
oksigen yang dibutuhkan dan mengeluarkan karbondioksida yang tidak diperlukan.
Akhir-akhir ini banyak faktor yang menyebabkan masalah kesehatan di masyarakat
termasuk masalah kesehatan yang berhubungan dengan paru-paru (respirasi). Salah
satu penyakit yang menyerang sistem respirasi ini adalah asma. Asma merupakan
penyakit jalan nafas obstruktif intermitten, reversible di mana trakhea dan bronkhi
berespon secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu. Asma dimanifestasikan dengan
penyempitan jalan nafas, yang mengakibatkan dispnea, batuk, dan mengi (Somantri,
2013)
Posisi semi fowler atau posisi setengah duduk adalah posisi di tempat tidur
dengan kepala dan tubuh ditinggikan dan lutut dapat fleksi atau tidak fleksi. Posisi
semi fowler dapat bermanfaat membantu memusatkan diafragma dan ekspansi paru.
Caranya dengan mengatur posisi setengah duduk kepala diberi bantal atau mengatur
tempat tidur pasien dengan meninggikan bagian atas kepala
D. REVIEW PENELITIAN
1. Tujuan penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan posisi tripod
dan posisi semifowler terhadap peningkatan saturasi oksigen pada pasien asma di
Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan Salatiga.
2. Metode penelitian
Desain penelitian yang digunakan peneliti adalah rancangan eksperimen semu
(Quasi Eksperiment) yaitu dengan menggunakan rancangan separate sampel pretest
posttest
3. Sampel

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik total


sampling atau sampling jenuh. Sampling jenuh yaitu teknik penentuan sampel bila
semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini dilakukan jika jumlah
sampel relatif kecil (Setiadi 2012, ).

4. Tempat penelitian
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan Salatiga yang
dimulai dari 28 November – 25 Mei 2015
5. Prosedur intervensi
Analisis univariat dalam penelitian ini dilakukan untuk menggambarkan tiap-
tiap variabel penelitian, yaitu variabel saturasi oksigen untuk responden sebelum
dan sesudah diberikan intervensi posisi tripod dan variabel saturasi oksigen untuk
responden sebelum dan sesudah diberikan intervensi posisi semi fowler. Analisis
univariat ini dalam penelitian ini adalah karakteristik responden dan nilai saturasi
oksigen
E. HASIL PENELITIAN
1. Sebelum Diberikan Posisi Tripod dan Semifowler
sebelum diberikan perlakuan sebagian besar responden mengalami hipoksemia
sedang. Pada kelompok tripod sebanyak 9 (81,8%) responden mengalami hipoksemia
sedang (SaO2 75-89%) dan 2 (18,2%) responden mengalami hipoksemia ringan
(SaO2 90- 95%). Begitu juga pada kelompok perlakuan semifowler, sebelum
diberikan posisi semifowler diketahui 9 (81,8%) responden mengalami hipoksemia
sedang (SaO2 75- 89%) dan 2 (18,2%) responden mengalami hipoksemia ringan
(SaO2 90-94%).

2. Sesudah Diberikan Posisi Tripod dan Semifowler

sesudah diberikan intervensi pada masing-masing kelompok diketahui bahwa


pada kelompok posisi tripod sebanyak 10 (90,9%) responden nilai saturasi oksigen
mencapai normal (95-100%) dan 1 (9,1%) responden mengalami hipoksemia ringan.
Sedangkan pada kelompok semifowler 11 (100%) responden mengalami hipoksemia
ringan
F. KEMUNGKINAN DITERAPKAN DIKLINIK

Pengaplikasian posisi tripod dan semi fowler memungkinkan diterapkan pada


klinik dikarenakan tindakan itu dilakukan oleh pasien. Pemberian posisi tripod dan
semifowler dapat membantu pasien asma dalam meningkatkan saturasi oksigen,
sehingga sangat disarankan dalam penanganan pasien asma dapat diberikan posisi
tripod ataupun posisi semifowler. Namun penerapan tindakan ini sulit dilakukan pada
orang yang menderita imobilitas fisik dan gangguan gerak sendi. Imobilitas fisik
sendiri merupakan pembatasan untuk bergerak secara fisik dengan tujuan mencegah
terjadinya gangguan komplikasi, seperti pada pasien dengan hemiplegia yang tidak
mampu mempertahankan tekanan di daerah paralisis sehingga tidak dapat mengubah
posisi tubuhnya untuk mengurangi tekanan pergerakan, sehingga tidak
memungkinkan ketika diberikan perubahan posisi tubuh menjadi tripod ataupun
semifowler.
A. JUDUL PENELITIAN

‘’EFEKTIFITAS TERAPI SLOW DEEP BREATHING TERHADAP TINGKAT


KEPARAHAN ASMA DI RUANG MAWAR RSUD. dr. R. KOESMA TUBAN’’

B. PENELITI

Kusno Ferianto, Dwi Ariani

C. LATAR BELAKANG

Kegawat daruratan pernafasan akan penyakit asma salah satu bentuk


peradangan kronis jalan napas yang menyebabkan penurunan kualitas
hidup bahkan jika tidak langsung ditangani akan menyebabkan kematian. Penyakit
ini memiliki beberapa gejala seperti nafas tersenggal-senggal, nafas pendek,
dada sesak, dan batuk dengan intensitas yang bervariasi, bersamaan dengan
keterbatasan kemampuan dalam ekspirasi. Penyakit asma adalah peradangan
pada paru-paru kronis yang bereaksi pada berbagai rangsangan yangditandai
dengan gejala berulang berupa batuk, sesak nafas, atau rasa berat didada yang
bersifat tidak menentu saat penyerangannya. Serangan asma yang terjadi pada
umumnya memiliki pola yang tidak menentu, baik dari sisi waktu, kondisi,
derajat asma, dan faktor-faktor penyebabnya. Hal tersebut bila terus terjadi dapat
mengakibatkan penurunan kualitas hidup penderita dan pada kasus-kasus yang
lebih serius dapat menyebabkan kematian. ( GINA, 2016 ). Asma merupakan
penyakit misterius yang sukar disembuhkan dancenderung kambuh meski
berobat secara teratur, pemberian terapi obat-obatan hanya memberikan efek
sementara dan selanjutnya akan terjadi serangan ataukah kegawatan pada
pasien asma.
Meskipun asma tidak bisa disembuhkan, diagnosis sangat penting
agar asma dapat ditangani serangannya. Tujuan diagnosis asma adalah untuk
mengurangi serangan asma. Terapi penyakit asma dapat dibagi menjadi dua
yaitu dengan terapi non farmakologi (tanpa menggunakan obat) dan
terapi farmakologi (menggunakan obat) (Abdul Muchid, 2007). Namun sesak
pada pasien asmadi ruang Mawar RSUD dr. R Koesma Tuban belum
dapatdiatasidenganbaik,dan pasien tetapmengalamisesaksehingga dapat mengganggu
kenyamanan pasien.Hal ini dibuktikan bahwa masalah keperawatan utama pada
pasien asma sampai dengan hari diperbolehkan pulang yaitu masih
mengeluhsesak(Berdasarkan Rekam Medik RSUD dr. R. Koesma
Tuban2018/2019).

D. REVIEW PENELITIAN
1. Tujuan penelitian

menurunkan tingkat keparahan asma pada penderita asma bronkial persisten


berat di Ruang Mawar RSUD dr. R KoesmaTuban.

2. Metode Penelitian

Penelitianini termasuk jenis penelitian yang di gunakan adalah jenis


penelitian analitik eksperimental dengan desain eksperimental semu
(quasi eksperimen).

3. Sampel

Sampel diambil menggunakan systematic random sampling dengan jumlah


28 responden meliputi 14 responden kelompok eksperimen dan 14
responden kelompok kontrol. Pengumpulan data dilakukan dengan dengan
menggunakan lembar observasi. Analisa data penelitian menggunakan Uji
Mann Whitney.

4. Tempat penelitian

Ruang Mawar RSUD dr. R KoesmaTuban

5. Prosedur Intervensi pada pasien

pemberian terapi napas slow deep breathing sebagai terapi tambahan asma
dengan menggunakan alat peak flow meter.
Penelitian ini dilakukan dengan mengkaji yang diberikan slow
deep breathing terhadap tingkat kontrol asma antara kelompok eksperimen
dan kelompok kontrol yang diberikan pretest danposttest untuk mengetahui
perbedaan dari kedua kelompok tersebut sebelum dan sesudah
penelitian. Penelitian dilakukan selama 4-5 hari dan menggunakan alat
peak flow meter yang akan digunakan untuk mengukur fungus faal paru
pasien. Dalam penelitian ini sampel yang digunakan ada 2 kelompok, yaitu
sebagai kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol yaitu penderita asma bronkial
persisten sedang yang berusia 21-65 tahun.

E. Hasil Penelitian Dan Analisis

Tingkat keparahan asma pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol


sebelum mendapatakan intervensi, dapat diketahui bahwa dari 14 responden
pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sebelum diberikan intervensi
seluruhnya (100%) mengalami tingkat keparahan asma berat.

Responden pada kelompok eksperimen sesudah diberikan intervensi hampir


seluruhnya (85,7%) mengalami tingkat keparahan asma ringan , sedangkan responden
pada kelompok kontrol sebagian kecil (28,6%) mengalami tingkat
keparahan asma ringan, responden pada kelompok eksperimen sebagian kecil
(14,3%) mengalami tingkat keparahan sedang atau tetap, sedangkan
responden pada kelompok kontrol hampir seluruhnya (50,0%) mengalami tingkat
keparahan asma sedang atau tetap, responden pada kelompok eksperimen tidak
satupun (0,0%) mengalami tingkat keparahan asma berat sedangkan responden
pada kelompok kontrol sebagian kecil (21,4%) mengalami tingkat keparahan
asma berat

Analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah uji Mann
Whitney. Uji dua sampel bebas Uji Mann Whitney pada statistik non
parametrik mempunyai tujuan yang samadengan uji t pada statistik
parametrik, yakni ingin mengetahui apakah 2 buah sampel yang bebas berasal
dari populasi yang sama. ‘bebas’ atau independen berarti 2 sampel tersebut tidak
tergantung satu dengan yang lain
Data yang diperoleh dengan cara menggunakan lembar observasi
kemudian dilakukan editing dengan cara menyeleksi data yang masuk dari
pengumpulan data melalui alat peak flow meter. Selanjutnya
dilakukancodingpada masing masing variabel sesuai dengan yang tercantum
dalam definisi operasional, selanjutnya ditabulasi kedalam tabel yang
kemudian dianalisis dengan uji Mann Whitneymenggunakan SPSS dngan
tingkat kemaknaan α=0,05 diperoleh nilai Asymp.sig.(2-tailed) = 0,002 dimana
0,002 < 0,05, maka H1diterima H0 ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa
terdapat pengaruh terapi slow deep breathing terhadap tingkat keparahan pada
pasien asma.

Dapat disimpulkan bahwa, tingkat keparahan asma pada pasien asma di


ruang mawar RSUD dr. R Koesma Tuban sebelum diberikan terapi slow deep
breathing pada kelompok eksperimen dalam kategori berat. Sedangkan sesudah
diberikan intervensi hampir seluruhnya mengalami tingkat keparahan sedang,
Tingkat keparahan asma pada pasien asma di ruang mawar RSUD dr. R
Koesma Tuban pada kelompok kontrol sebelum diberikan intervensi
standart rumah sakit seluruhnya mengalami tingkat keparahan asma berat,
sedangak sesudah diberikan intervensi sebagian besar mengalami tingkat
keparahan asma sedang dan ringan, Terdapat pengaruh pemberian terapi slow deep
breathing terhadap tingkat keparahan asma pada pasien asma di ruang mawar
RSUD dr. R Koesma Tuban. Ditunjukkan dengan hasil analisa data yang digun
akan pada penelitian ini adalah Uji Mann Whitney dengan tingkat
kemaknaan α=0,05 diperoleh nilai Asymp. Sig.(2-tailed)= 0,002 dimana 0,002 <
0,05 maka H1diterima H0ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat
pengaruh terapi slow deep breathing terhadap tingkat keparahan asma pada
pasien asma

G. Kemungkinan diterapkan di Klinik

Terapi slow deep breathing ini memungkinkan untuk diterapkan pada klinik
dikarenakan terapi ini mudah dilakukan oleh penderita asma. Peberian terapi slow
deep breathing dapat membantu menurunkan tingkat keparahan komplikasi asma pada
penderita asma
BAB IV

SIMPULAN & SARAN

A. KESIMPULAN

Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan langsung pada pasien asma yang
mengalami masalah keperawatan pola nafas tidak efektif penulis memperoleh
pengalaman dan gambaran secara nyata tentang bagaimana pemenuhan pola nafas tidak
efektif pada pasien asma. Dimana proses perawatan pola nafas tidak efektif tersebut
melalui suatu proses asuhan keperawatan yang meliputi kegiatan pengkajian fokus,analisa
data,perumusan diagnose,patofisiologi keperawatan,dan perencanaan keperawatan,. Dari
hasil pembahasan antara tinjauan teori dan tinjauan kasus diperoleh suatu kesimpulan
yaitu :

1. Pengkajian pada klien asma dengan masalah pola nafas tidak efektif ditemukan
beberapa data subyektif dan data obyektif,antara lain data subyektif meliputi Pasien
mengatakan sesak nafas pada 2 minggu terakhir setelah pulang berkemah,Ibu pasien
mengatakan sesak nafas timbul saat udara saat dingin dan menghirup debu,Ibu pasien
mengatakan sesak nafas mereda dengan menghisap obat hisap inhaler,tapi saat ini
tidak bisa reda. Dengan data obyektif Terdengar suara wheezing,Tekanan darah
100/70 mm/hg,Nadi 90x/menit,RR 30x/menit,Suhu 37,4 C
2. Diagnose yang di ambil pada klien asma ini yaitu masalah keperawatan pola nafas
tidak efektif
3. Diagnose pola nafas tidak efektif diambil karena pasien terpapar polutan dan
merasakan kedinginan selama berkemah,yang mengakibatkan polutan ini masuk ke
dalam saluran pernafasan,sehingga membuat iritasi mukosa pernafasan yang
menimbulkan reaksi inflamasi dan metaplasia sel globet,lalu terjadi penyempitan
saluran pernafasan. Akibat dari penyempitan jalan nafas tersebut timbulnya suara
wheezing yang bikin pasien merasa sesak sehingga didapatkan diagnose pola nafas
pasien tidak efektif
4. Intervensi keperawatan disusun sesuai dengan prioritas masalah, dalam hal ini di
fokuskan pada manajemen pola nafas. Dalam penyusunannya tidak semua intervensi
dalam tinjauan pustaka dapat diaplikasikan, karena menyesuaikan dengan keadaan
klien, keluarga dan fasilitas kesehatan yang tersedia.

B. SARAN
Berdasarkan berdasarkan kesimpulan di atas maka beberapa upaya perlu di perhatikan
yaitu :
1. klien
Bagi klien asma dengan masalah pola nafas tidak efektif, diharapkan mau
menghindari factor yang memungkinkan menyebabkan asma kambuh. Seperti ,
debu dan suhu dingin.
2. keluarga pasien
Keluarga diharapakan berpartisipasi untuk mengingatkan tentang hal yang harus
dipatuhi oleh klien seperti menganjurkan klien untuk mengurangi dan mengontrol
aktivitas berlebihan.
DAFTAR PUSTAKA

Astuti, R. &. (2018). HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN UPAYA PENCEGAHAN


KEKAMBUHAN ASMA BRONKHIAL. The Reletionship Between Patients ’
Knowledge and Their Effort to Prevent the Bronchial Asthma, IX(1), 9–15.
Ekarini, N. L. (2012). Analisis Faktor-Faktor Pemicu Dominan Terjadinya Serangan Asma
Pada Pasien Asma. Tesis. Program Magister Keperawatan Universitas Indonesia, 36-
40.
iwan hadibroto, s. a. (2014). ASMA. jakarta: gramedia pustaka utama.
Nugroho, T. &. (2016). teori asuhan keperawatan gawat darurat. Yogyakarta: Nuha Medika.
Nurarif, A. H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa dan Nanda NIC
NOC jilid 1. yogyakarta: Mediaction.
padila. (2013). Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika.
PPNI. (2018). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik,
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
Ranuh, S. &. (2015). Tumbuh Kembang Anak, Ed. 2. Jakarta: EGC.
Smeltzer, S. (2017). keperawatan medikal bedah. jakarta: EGC.
somantri, i. (2012). keperawatan medikal bedah asuhan keperawatan pada pasien pada
gangguan sistem pernafasan. jl. wijaya 2, jakarta 12160: salemba medika.
Suprapto, W. d. (2013). Keperawatan Medikal Bedah Asuhan Keperawatan Pada Gangguan
Sistem Respirasi. Jakarta: CV.Trans Info Media.
Wijaya A, T. R. (2018). Sistem Pakar Diagnosis Penyakit Asma Dengan menggunakan
algoritme genetik (studi kasus RSUD kabupaten Kepahiang). pseudocode, 5 (2) :1-11.

Anda mungkin juga menyukai