Y
DENGAN SESAK NAPAS
Dosen Pembimbing :
Disusun Oleh :
Kelompok 2 D
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya yang telah
memberikan kita rahmat, taufiq, hidayah dan anugerah-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN NY.
Y DENGAN SESAK NAPAS ”. Sholawat serta salam tetaplah kita curahkan kepada
junjungan dan tauladan kita Nabi Muhammad SAW yang telah membimbing kita pada jalan
lurus yang di ridhai oleh Allah SWT.
“Tiada Manusia Yang Sempurna” begitu pula dengan kami yang telah menyelesaikan
makalah ini dengan sebaik mungkin. Akan tetapi, segala kritik dan saran kami perlukan
guna memperbaiki isi dalam makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan turut
andil dalam mencerdaskan para calon perawat Indonesia, dan menjadikan para perawat
Indonesia menjadi perawat yang profesional.
(Kelompok 2)
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................2
DAFTAR ISI.................................................................................................................3
BAB I.............................................................................................................................5
PENDAHULUAN.........................................................................................................5
A. Latar Belakang....................................................................................................5
B. Tujuan Penulisan................................................................................................6
C. Manfaat penulisan...............................................................................................6
BAB II...........................................................................................................................8
ASUHAN KEPERAWATAN.......................................................................................8
A. Pengertian Asma.................................................................................................8
B. Etiologi Asma.....................................................................................................8
C. Patofisiologi Asma.............................................................................................8
E. Komplikasi Asma...............................................................................................8
G. Penatalaksanaan Asma.......................................................................................8
I. Skenario..............................................................................................................8
J. Analisa Data.......................................................................................................8
L. Patways keperawatan..........................................................................................9
M. Diagnosa Keperawatan.......................................................................................8
BAB III........................................................................................................................27
B. Peneliti..............................................................................................................27
C. Latar Belakang..................................................................................................27
D. Review Penelitian.............................................................................................27
BAB IV........................................................................................................................27
A. KESIMPULAN................................................................................................27
B. SARAN.............................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................28
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
(Wijaya A, 2018)Asma bronkiale adalah jenis penyakit jangka panjang atau
kronis pada saluran pernapasan ditandai dengan peradangan, penyempitan saluran
napas yang menimbulkan sesak atau sulit bernapas, selain sulit bernapas penderita
asma juga bisa mengalami gejala lain seperti nyeri dada, batuk-batuk, dan mengi.
Asma bisa diderita semua golongan usia baik muda maupun tua. (Astuti,
2018). (Kementerian Kesehatan RI, 2018) melaporkan prevalensi asma di Indonesia
adalah 4,5% dari populasi, dengan jumlah kumulatif kasus asma sekitar 11.179.032.
Asma berpengaruh pada disabilitas dan kematian dini terutama pada anak usia 10-14
tahun dan orang tua usia 75-79 tahun. Diluar usia tersebut kematian dini berkurang,
namun lebih banyak memberikan efek disabilitas.
Saat ini, asma termasuk dalam 14 besar penyakit yang menyebabkan
disabilitas di seluruh dunia. (Ranuh, 2015). Jumlah penderita penyakit asma mencapai
lebih 27% banyak perempuan dari pada laki-laki yang hanya mencapai 14%. Untuk
anak perempuan, penyakit asma yang diderita tidak mengalami penurunan karena
pada saat beranjak dewasa, pada perempuan mengalami penyempitan saluran
pernapasan hingga 20%. Akan tetapi, saat ini kejadian asma lebih banyak pada laki-
laki akibat polusi asap rokok. (Ekarini, 2012) Berdasarkan laporan Riskesdas
Nasional 2018, prevalensi asma di Bali cukup tinggi yaitu menempati peringkat ke-3
di Indonesia setelah provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan provinsi Kalimantan
Timur. Tercatat prevalensi asma di Bali sebesar 3,9 % (Kementerian Kesehatan RI,
2018).
B. TUJUAN PENULISAN
Tujuan umum :
Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan sesuai kasus scenario
yang diberikan serta dapat menganalisa artikel yang bisa diaplikasikan untuk
mengatasi makalah sesuai kasus skenario
Tujuan khusus :
C. MANFAAT PENULISAN
1. Memberi informasi tentang penjelasan mengenai asma
2. Memberikan informasi mengenai asuhan keperawatan yang dapat dirumuskan
pada kasus asma
BAB II
A. DEFINISI
Jadi asma atau reactive air way disease (RAD) adalah penyakit obstruksi pada
jalan napas yang bersifat reversible kronis yang ditandai dengan bronchopasme
dengan karakteristik adanya mengi dimana trakea dan bronchi berespon secara
hiperaktif terhadap stimuli tertentu serta mengalami peradangan atau inflamasi
B. ETIOLOGI
Obstruksi jalan napas pada asma disebabkan oleh :
a. Kontraksi otot sekitar bronkus sehingga terjadi penyempitan napas
b. Pembengkakan membrane bronkus
c. Bronkus berisi mucus yang kental
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tes ini dilakukan pada spirometri internal. Penurunan Fev sebesar 20% atau
lebih setelah tes provokasi dan denyut jantung 80-90% dari maksimum dianggap
bermakna bila menimbulkan penurunan PEFR 105 atau lebih.
c. Pemeriksaan Kulit
d. Pemeriksaan Laboratorium
1) Analisa Gas Darah (AGD/Astrup) : hanya dilakukan pada serangan asma berat
karena terdapat hipoksemia, hiperkapnea, dan asidosis respiratorik.
2) Sputum: adanya badan kreola adalah karakteristik untuk serangan asma yang
berat, karena hanya reaksi yang hebat saja yang menyebabkan trensudasi dari
edema mukosa, sehingga terlepaslah sekelompok sel-sel epitelnya dari
perlekatannya. Pewarnaan gram penting untuk melihat adanya bakteri, cara
tersebut kemudian diikuti kultur dan uji resistensi terhadap antibiotik. Sel
eosinofil: pada klien dengan status asmatikus dapat mencapai 1000-1500/mm3
baik asma instrinsik maupun ekstrinsik, sedangkan hitung sel eosinosil normal
antara 100-200/mm3.
3) Pemeriksaan darah rutin dan kimia: jumlah sel leukosit yang lebih dari
15.000/mm3terjadi karena adanya infeksi SGOT dan SGPT meningkat
disebabkan kerusakan hati akibat hipoksia dan hiperkapnea.
F. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan medis :
a. Oksigen 4-6 liter / menit
b. Pemenuhan hidrasi via infus
c. Terbutalin 0,25 mg / 6 jam secara subkutan (SC)
d. Bronkodilator / antibronkospasme dengan cara :
1. Nebulizer (via inhalsi) dengan golongan terbutaline 0,25 mg (Bricasma),
fenoterol HBr 0,1 % solution (berotec), orciprenaline sulfur 0,75 mg
(Allupent)
2. Intravena dengan golongan theophyline ethilenediamine (Aminophillin) bolus
IV 5-6 mg/ kg BB
3. Peroral dengan aminofillin 3x150 mg tablet, agonis B2 (salbutamol 5 mg atau
feneterol 2,5 mg atau terbutaline 10 mg)
4. Antiedema mukosa dan dinding bronkus dengan golongan kortikosteroid,
deksamethasone 4 mg IV setiap 8 jam (Nugroho, 2016)
2. Penatalaksanaan keperawatan :
Adapun penatalaksanaan yang dapat dilakukan untuk pasien asma yaitu :
a. Prinsip umum dalam pengobatan asma :
1. Menghilangkan obstruksi jalan napas.
2. Menghindari faktor yang bisa menimbulkan serangan asma.
3. Menjelaskan kepada penderita dan keluarga mengenai penyakit asma dan
pengobatannya.
b. Pengobatan pada asma
Pengobatan farmakologi
1) Bronkodilator : obat yang melebarkan saluran napas. Terbagi menjadi dua
golongan, yaitu :
- Adrenergik (Adrenalin dan Efedrin), misalnya terbutalin/bricasama.
- Santin/teofilin (Aminofilin)
2) Kromalin
Bukan bronkhodilator tetapi obat pencegah seranga asma pada penderita anak.
Kromalin
biasanya diberikan bersama obat anti asma dan efeknya baru terlihat setelah satu
bulan.
3) Ketolifen
Mempunyai efek pencegahan terhadap asma dan diberikan dalam dosis dua kali
1mg/hari. Keuntungannya adalah obat diberikan secara oral.
4) Kortikosteroid hidrokortison 100-200 mg jika tidak ada respon maka segera
penderita diberi steroid oral.
Pengobatan non farmakologi
1) Memberikan penyuluhan
2) Menghindari faktor pencetus
3) Pemberian cairan
4) Fisioterapi napas (senam asma)
5) Pemberian oksigen jika perlu (Suprapto, 2013).
H. SKENARIO
Seorang perempuan 23 tahun dibawa ke RS karena mengalami sesak nafas, pasien
mengatakan sering mengalami sesak nafas pada 2 minggu terakhir karena setelah
pulang dari berkemah. Ibu pasien mengatakan pasien biasanya sesak nafas timbul saat
udara sangat dingin dan menghirup debu. Saat dilakukan pengkajian dan pemeriksaan
fisik didapat data; terdengar suara wheezing, Tekanan darah 100/70 mmHg, Nadi
90X/mnt,RR 30X/mnt, Suhu 37,40 C. Ibu pasien mengatakan sesak nafas biasanya
mereda dengan menghisap obat hisap inhaler, tapi saat ini tidak bisa reda.
I. ANALISA DATA
Polusi Alergi
Reaksi inflamasi
Munculnya wheezing
L. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Pola nafas tidak efektif b.d hambatan upaya nafas
M. LUARAN, KRITERIA HASIL DAN INTERVENSI KEPERAWATAN
A. JUDUL PENELITIAN
“PERBEDAAN POSISI TRIPOD DAN POSISI SEMI FOWLER TERHADAP
PENINGKATAN SATURASI OKSIGEN PADA PASIEN ASMA DI RS PARU dr.
ARIO WIRAWAN SALATIGA”
B. PENELITI
Dwi Istiyani,Sri Puguh Kristiyawati dan Supriyadi
C. LATAR BELAKANG
Paru-paru merupakan salah satu organ penting dalam tubuh. Paru-paru
bertugas memenuhi salah satu kebutuhan manusia yaitu bernafas, menyediakan
oksigen yang dibutuhkan dan mengeluarkan karbondioksida yang tidak diperlukan.
Akhir-akhir ini banyak faktor yang menyebabkan masalah kesehatan di masyarakat
termasuk masalah kesehatan yang berhubungan dengan paru-paru (respirasi). Salah
satu penyakit yang menyerang sistem respirasi ini adalah asma. Asma merupakan
penyakit jalan nafas obstruktif intermitten, reversible di mana trakhea dan bronkhi
berespon secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu. Asma dimanifestasikan dengan
penyempitan jalan nafas, yang mengakibatkan dispnea, batuk, dan mengi (Somantri,
2013)
Posisi semi fowler atau posisi setengah duduk adalah posisi di tempat tidur
dengan kepala dan tubuh ditinggikan dan lutut dapat fleksi atau tidak fleksi. Posisi
semi fowler dapat bermanfaat membantu memusatkan diafragma dan ekspansi paru.
Caranya dengan mengatur posisi setengah duduk kepala diberi bantal atau mengatur
tempat tidur pasien dengan meninggikan bagian atas kepala
D. REVIEW PENELITIAN
1. Tujuan penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan posisi tripod
dan posisi semifowler terhadap peningkatan saturasi oksigen pada pasien asma di
Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan Salatiga.
2. Metode penelitian
Desain penelitian yang digunakan peneliti adalah rancangan eksperimen semu
(Quasi Eksperiment) yaitu dengan menggunakan rancangan separate sampel pretest
posttest
3. Sampel
4. Tempat penelitian
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan Salatiga yang
dimulai dari 28 November – 25 Mei 2015
5. Prosedur intervensi
Analisis univariat dalam penelitian ini dilakukan untuk menggambarkan tiap-
tiap variabel penelitian, yaitu variabel saturasi oksigen untuk responden sebelum
dan sesudah diberikan intervensi posisi tripod dan variabel saturasi oksigen untuk
responden sebelum dan sesudah diberikan intervensi posisi semi fowler. Analisis
univariat ini dalam penelitian ini adalah karakteristik responden dan nilai saturasi
oksigen
E. HASIL PENELITIAN
1. Sebelum Diberikan Posisi Tripod dan Semifowler
sebelum diberikan perlakuan sebagian besar responden mengalami hipoksemia
sedang. Pada kelompok tripod sebanyak 9 (81,8%) responden mengalami hipoksemia
sedang (SaO2 75-89%) dan 2 (18,2%) responden mengalami hipoksemia ringan
(SaO2 90- 95%). Begitu juga pada kelompok perlakuan semifowler, sebelum
diberikan posisi semifowler diketahui 9 (81,8%) responden mengalami hipoksemia
sedang (SaO2 75- 89%) dan 2 (18,2%) responden mengalami hipoksemia ringan
(SaO2 90-94%).
B. PENELITI
C. LATAR BELAKANG
D. REVIEW PENELITIAN
1. Tujuan penelitian
2. Metode Penelitian
3. Sampel
4. Tempat penelitian
pemberian terapi napas slow deep breathing sebagai terapi tambahan asma
dengan menggunakan alat peak flow meter.
Penelitian ini dilakukan dengan mengkaji yang diberikan slow
deep breathing terhadap tingkat kontrol asma antara kelompok eksperimen
dan kelompok kontrol yang diberikan pretest danposttest untuk mengetahui
perbedaan dari kedua kelompok tersebut sebelum dan sesudah
penelitian. Penelitian dilakukan selama 4-5 hari dan menggunakan alat
peak flow meter yang akan digunakan untuk mengukur fungus faal paru
pasien. Dalam penelitian ini sampel yang digunakan ada 2 kelompok, yaitu
sebagai kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol yaitu penderita asma bronkial
persisten sedang yang berusia 21-65 tahun.
Analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah uji Mann
Whitney. Uji dua sampel bebas Uji Mann Whitney pada statistik non
parametrik mempunyai tujuan yang samadengan uji t pada statistik
parametrik, yakni ingin mengetahui apakah 2 buah sampel yang bebas berasal
dari populasi yang sama. ‘bebas’ atau independen berarti 2 sampel tersebut tidak
tergantung satu dengan yang lain
Data yang diperoleh dengan cara menggunakan lembar observasi
kemudian dilakukan editing dengan cara menyeleksi data yang masuk dari
pengumpulan data melalui alat peak flow meter. Selanjutnya
dilakukancodingpada masing masing variabel sesuai dengan yang tercantum
dalam definisi operasional, selanjutnya ditabulasi kedalam tabel yang
kemudian dianalisis dengan uji Mann Whitneymenggunakan SPSS dngan
tingkat kemaknaan α=0,05 diperoleh nilai Asymp.sig.(2-tailed) = 0,002 dimana
0,002 < 0,05, maka H1diterima H0 ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa
terdapat pengaruh terapi slow deep breathing terhadap tingkat keparahan pada
pasien asma.
Terapi slow deep breathing ini memungkinkan untuk diterapkan pada klinik
dikarenakan terapi ini mudah dilakukan oleh penderita asma. Peberian terapi slow
deep breathing dapat membantu menurunkan tingkat keparahan komplikasi asma pada
penderita asma
BAB IV
A. KESIMPULAN
Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan langsung pada pasien asma yang
mengalami masalah keperawatan pola nafas tidak efektif penulis memperoleh
pengalaman dan gambaran secara nyata tentang bagaimana pemenuhan pola nafas tidak
efektif pada pasien asma. Dimana proses perawatan pola nafas tidak efektif tersebut
melalui suatu proses asuhan keperawatan yang meliputi kegiatan pengkajian fokus,analisa
data,perumusan diagnose,patofisiologi keperawatan,dan perencanaan keperawatan,. Dari
hasil pembahasan antara tinjauan teori dan tinjauan kasus diperoleh suatu kesimpulan
yaitu :
1. Pengkajian pada klien asma dengan masalah pola nafas tidak efektif ditemukan
beberapa data subyektif dan data obyektif,antara lain data subyektif meliputi Pasien
mengatakan sesak nafas pada 2 minggu terakhir setelah pulang berkemah,Ibu pasien
mengatakan sesak nafas timbul saat udara saat dingin dan menghirup debu,Ibu pasien
mengatakan sesak nafas mereda dengan menghisap obat hisap inhaler,tapi saat ini
tidak bisa reda. Dengan data obyektif Terdengar suara wheezing,Tekanan darah
100/70 mm/hg,Nadi 90x/menit,RR 30x/menit,Suhu 37,4 C
2. Diagnose yang di ambil pada klien asma ini yaitu masalah keperawatan pola nafas
tidak efektif
3. Diagnose pola nafas tidak efektif diambil karena pasien terpapar polutan dan
merasakan kedinginan selama berkemah,yang mengakibatkan polutan ini masuk ke
dalam saluran pernafasan,sehingga membuat iritasi mukosa pernafasan yang
menimbulkan reaksi inflamasi dan metaplasia sel globet,lalu terjadi penyempitan
saluran pernafasan. Akibat dari penyempitan jalan nafas tersebut timbulnya suara
wheezing yang bikin pasien merasa sesak sehingga didapatkan diagnose pola nafas
pasien tidak efektif
4. Intervensi keperawatan disusun sesuai dengan prioritas masalah, dalam hal ini di
fokuskan pada manajemen pola nafas. Dalam penyusunannya tidak semua intervensi
dalam tinjauan pustaka dapat diaplikasikan, karena menyesuaikan dengan keadaan
klien, keluarga dan fasilitas kesehatan yang tersedia.
B. SARAN
Berdasarkan berdasarkan kesimpulan di atas maka beberapa upaya perlu di perhatikan
yaitu :
1. klien
Bagi klien asma dengan masalah pola nafas tidak efektif, diharapkan mau
menghindari factor yang memungkinkan menyebabkan asma kambuh. Seperti ,
debu dan suhu dingin.
2. keluarga pasien
Keluarga diharapakan berpartisipasi untuk mengingatkan tentang hal yang harus
dipatuhi oleh klien seperti menganjurkan klien untuk mengurangi dan mengontrol
aktivitas berlebihan.
DAFTAR PUSTAKA