Disusun Oleh :
Riska Nur Rahmawati (NIM: 20201316)
KEPERAWATAN
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan YME atas limpahan rahmat dan karunia-Nya
kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ASUHAN
KEPERAWATAN EMFISEMA” ini dengan lancar. Penulisan makalah ini bertujuan untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah I Semester III, program
diploma III jurusan perawat yang diberikan oleh dosen mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah
Dian Novita K. S.Kep., Ns. M. Kep.
Makalah ini ditulis dari literature dari beberapa sumber yang berkaitan dengan asuhan
keperawatan emfisema, tak lupa saya ucapkan terima kasih kepada :
1. Diri saya sendiri, karena saya telah mampu menyelesaikan makalah asuhan keperawatan
ini walaupun belum sempurna.
2. Dian Novita K. S. Kep., Ns. M. Kep selaku dosen mata kuliah Keperawatan Medikal
Bedah atas segala bimbingan dan saran yang telah diberikan selama penyusunan makalah ini.
3. Orang tua dan keluarga yang telah mendoakan dan mendukung saya, sehingga makalah
ini dapat terselesaikan.
Dalam penyusunan makalah ini saya menemui beberapa kesulitan dan hambatan, namun
berkat bimbingan, bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, saya dapat menyelesaikan makalah
ini.
Saya harap, dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua, dalam hal ini
dapat menambah wawasan kita mengenai perencanaan strategic dan rencana oprasional dalam
keperawatan, khususnya bagi saya. Memang makalah ini masih jauh dari sempurna, maka
penulis harapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan menuju arah yang lebih baik.
Riska N
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
.................................................................................................................................iii
A. Pengertian ...................................................................................................................... 3
B. Klasifikasi ...................................................................................................................... 4
C. Tanda Dan Gejala .......................................................................................................... 5
D. Patofisiologi ................................................................................................................... 6
E. Pathways ........................................................................................................................ 7
F. Pemeriksaan Penunjang ................................................................................................. 8
G. Penatalaksanan Medis ................................................................................................... 9
H. Komplikasi .................................................................................................................. 10
I. Prognosis ..................................................................................................................... 11
A. Pengkajian ................................................................................................................... 14
B. Diagnosa Keperawatan ................................................................................................ 15
C. Intervensi Keperawatan ............................................................................................... 16
D. Implementasi ............................................................................................................... 17
E. Evaluasi ....................................................................................................................... 18
A. Kesimpulan ................................................................................................................. 20
B. Saran ............................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Penyakit Paru Emfisema atau sering disebut Obstruktif Kronik (PPOK) ditujukan
untuk mengelompokkan penyakit-penyakit yang mempunyai gejala berupa terhambatnya
arus udara pernapasan (Djojodibroto, 2009). Keterbatasan aliran udara ini biasanya
bersifat progresif dan terkait dengan respon inflamasi dari paru akibat dari gas atau
partikel berbahaya (GOLD, 2007). Berbagai akibat yang ditimbulkan karena adanya
respon inflamasi tersebut yaitu gejala utama sesak napas, batuk, dan produksi sputum
yang meningkat (PDPI, 2011).
PPOK saat ini merupakan penyakit pernapasan yang merupakan penyebab utama
angka kesakitan dan kematian di dunia (Russell, 2002). Perkembangan gejala dari
penyakit ini progresif sehingga menimbulkan kerugian yang besar terhadap kualitas
hidup penderita dan menjadi beban ekonomi bagi bangsa dan negara (IPCRG, 2006).
Data yang dikeluarkan oleh World Health Organization (WHO) mengemukakan bahwa
pada tahun 2010 PPOK telah menempati peringkat keempat sebagai penyakit penyebab
kematian, dan penyakit paru ini semakin menarik untuk dibicarakan oleh karena
prevalensi dan angka mortalitas yang terus meningkat (Sudoyo et al, 2007). PPOK
merupakan penyebab morbiditas dan kematian ke-4 terbesar didunia. WHO memprediksi
pada tahun 2020, PPOK akan meningkat dari peringkat 12 menjadi peringkat 5 penyakit
terbanyak dan dari peringkat 6 menjadi peringkat 3 penyebab kematian diseluruh dunia
(PDPI, 2011).
B. TUJUAN
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. PENGERTIAN
Emfisema adalah jenis penyakit paru obstruktif kronik yang melibatkan kerusakan
pada kantung udara (alveoli) di paru-paru. Emfisema disebabkan karena hilangnya
elastisitas alveolus. Asap rokok dan kekurangan enzim alfa-1-antitripsin adalah penyebab
kehilangan elastisitas ini.1 Pada penderita emfisema, volume paru-paru lebih besar
dibandingkan dengan orang yang sehat karena karbondioksida yang seharusnya
dikeluarkan dari paru-paru terperangkap didalamnya.2,5 Akibatnya, tubuh tidak
mendapatkan oksigen yang diperlukan. Emfisema membuat penderita sulit bernafas.
Penderita mengalami batuk kronis dan sesak napas.
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah istilah yang digunakan untuk
menggambarkan penyakit paru-paru progresif termasuk emfisema, bronkitis kronis, dan
asma refaktor (non-reversibel). Penyakit ini ditandai dengan meningkatnya sesak napas
dan adanya obstruksi pada jalan nafas yang menahun (Foundation, 2018).
B. KLASIFIKASI
Menurut LeMone (2012) klasifikasi PPOK berdasarkan keparahan dibagi menjadi lima
tahap yaitu :
1. Tahap 0 : Beresiko. Fungsi paru normal, tetapi batuk kronik dan produksi sputum
ada.
2. Tahap 1 : PPOK ringan. Keterbatasan aliran udara ringan, biasanya dengan batuk
kronik dan produksi sputum.
3. Tahap 2 : PPOK sedang. Perburukan keterbatasan aliran udara, biasanya dengan
kemajuan manifestasi termasuk dispnea saat eksersi.
4. Tahap 3 : PPOK berat. Perburukan keterbatasan aliran udara lebih lanjut,
peningkatan sesak napas, dan eksaserbasi berulang berdaampak pada kualitass
hidup.
5. Tahap 4 : PPOK sangatt berat. Keterbatasan aliiran udara berat dengan penurunan
kualitas hidup yang parah dan kemungkinan eksaserbasi mengancam jiwa.
Berikut ini adalah beberapa gejala yang umum dialami penderita emfisema:
Jika emfisema sudah semakin parah, gejala yang dapat ditimbulkan, yaitu:
D. PATHOFISIOLOGI
1. Hilangnya elastisitas paru yang menyebabkan jalan napas kecil menjadi kolabs
atau menyempit, posisi istirahat normal selama ekspirasi.
2. Terbentuknya bullae, yaitu dinding aveolar juga beberapa merusak alveoli
yang menjadikannya membesar dan sulit kembali normal.
3. Hiperinflasi paru, yaitu besarnya alveoli yang hanya bisa dilihat pada
pemeriksaan sinar-X (Somantri, 2009).
Terdapat dua tipe dari emfisema yaitu Centri Lobuler Emphysema dan Panlobuler
Emphysema. Centri Lobuler Emphysema terjadi akibat dari kerusakan pada bronkiolus
respiratiorius, didinding akan berlubang semakin besar, emfisema jenis ini dikaitkan
dengan bronkitis kronis atau perokok. Panlobuler Emphysema disebabkan akibat dari
alveolus distal dari bronkiolus terminalis mengalami pembesaran serta kerusakan secara
merata tersebar diseluruh bagian paru-paru, yang merupakan emfisema primer dan
berkaitan dengan usia tua sebab elastisitas paru menurun (Bachrudin, 2016). Beberapa
penyebab terjadinya mal nutrisi seperti pengurangan elastisitas paru dan fungsi paru,
kehilangan pernapasan otot massa, kekuatan dan resistensi juga sebagai penyebab
terjadinya perubahan pada pasien PPOK. Mekanisme pada kekebalan paru dan kontrol
napas adalah hal paling penting penyebab terjadinya kasus malnutrisi pada sistem
pernapasan seperti pada pasien PPOK (Grigorakos L. , 2018) Pada PPOK tahap lanjut
aktivitas akan menjadi minimal, antara lain makan yang dapan menyebabkan kelelahan
dan dispnea. Pasien dapat tidak mampu mengonsumsi makanan penuh, pada saat yang
sama peningkatan kerja napas (8 hingga 10 kali dari normal) meningkatkan kebutuhan
metabolik dan lebih banyak kalori yang dibutuhkan. Pasien 16 akan tampak kahektik
(kurus dan sia-sia), status nutrisi yang buruk kemudian menurunkan fungsi imun dan
meningkatkan resiko infeksi yang menyulitkan (LeMone, 2012).
E. PATHWAYS
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang diperlukan pada pasien emfisema adalah
pemeriksaan laboratorium, radiologi, dan spirometri.
1. Pemeriksaan Laboratorium
2. Radiologi
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada pasien dengan emfisema paru
adalah rontgen dada atau CT scan dada. Hasil yang dapat ditemukan pada pemeriksaan
rontgen dada adalah hiperinflasi paru, yang ditandai dengan diafragma mendatar,
peningkatan radiolusensi, sela iga melebar, dan peningkatan diameter anteroposterior
rongga dada.
3. CT Scan
Pemeriksaan CT scan thoraks dapat mendeteksi emfisema secara dini dan menilai
jenis serta derajat emfisema atau bula yang tidak terdeteksi oleh rontgen dada.
4. Spirometri
G. PENATALAKSANAAN MEDIS
Tujuan pengobatan adalah untuk mengalirkan cairan dalam kavitas pleura dan
mencapai ekspansi paru yang sempurna.
Cairan dialirkan dan diberikan antibiotik yang sesuai berdasarkan organisme penyebab.
Untuk drainase cairan pleura tergantung pada tahap penyakit dan dilakukan dengan:
1. Aspirasi jarum (terosintesis) dengan kateter perkutan yang kecil, jika cairan tidak
terlalu banyak.
2. Drainase dada tertutup mengunakan selang inter kosta dengan diameter besar
yang disambungkan ke drainase water seal.
3. Darinase terbuka dengan cara reseksi iga untuk mengangkat pleura yang
mengalami penebalan, pus dan debris serta unuk mengangkat jaringan paru yang
sakit dibawahnya.
1. Terapi Farmakologi
Bronkodilator
Kortikosteroid
Kortikosteroid berfungsi untuk menekan proses inflamasi yang terjadi di dalam
paru-paru dan digunakan apabila terjadi eksaserbasi akut. Kortikosteroid dapat diberikan
dalam bentuk oral, injeksi intravena, ataupun inhalasi. Contoh kortikosteroid yang dapat
digunakan peroral adalah golongan metilprednisolon atau prednison, sedangkan untuk
sediaan inhalasi dapat digunakan budesonide dan flutikason.
Antibiotika
Antibiotik pada pasien dengan emfisema hanya diberikan apabila terdapat infeksi.
Antibiotik lini pertama adalah amoxicillin atau makrolida. Sedangkan antibiotik lini
kedua adalah amoxicilin klavulanat, sefalosporin, dan kuinolon.
Suportif
Terapi Oksigen
Nutrisi
Pasien dengan emfisema dapat juga mengalami malnutrisi karena peningkatan
kebutuhan energi (hipermetabolisme). Hal ini disebabkan oleh peningkatan kerja otot
pernapasan karena hipoksemia kronik dan hiperkapnia. Asupan yang disarankan untuk
pasien emfisema adalah yang mengandung komposisi nutrisi seimbang, dapat berupa
asupan tinggi lemak dan rendah karbohidrat.
Rehabilitasi
Pembedahan
H. KOMPLIKASI
Penyakit ini juga memengaruhi aktivitas sehari-hari secara bertahap. Si pengidap akan
mengalami mengi (keluar suara saat bernapas), nyeri pada bagian dada, batuk, dan
mengalami penurunan berat badan.
Pneumothorax
Komplikasi kedua biasa juga disebut Giant Bullae, yang ditandai dengan
terbentuknya balon besar pada paru-paru. Emfisema dapat berkembang dan menyebabkan
munculnya ruang kosong pada paru-paru. Ukurannya bahkan bisa sebesar paru itu sendiri
dan memenuhi rongga dada. Kondisi ini dapat menimbulkan tekanan pada paru dan
pengidap akan mengalami gangguan pernapasan yang berakibat fatal.
I. PROGNOSIS
Saat ini terdapat alat untuk menentukan prognosis bagi penderita emfisema yang
bernama indeks BODE (body mass index, airflow obstruction, dyspnea, dan exercise).
Indeks BODE dinilai berdasarkan IMT, VEP1, dyspnea, dan kapasitas olahraga.
Variabel 0 1 2 3
VEP1 > 65% 50-64% 36-49% < 35%
Kapasitas olahraga (jarak yang
ditempuh dalam waktu 6 menit) > 350m 250-349 150-249 <149
dalam satuan meter
Medical research council
0-1 2 3 4
dyspnea scale
IMT >21 <21
Indeks BODE dapat memprediksi kesintasan 4 tahun atau 4-years survival rate.
Berikut ini adalah interpretasi dari hasil yang didapatkan.
BAB III
TINJAUAN KASUS
1. Identitas Klien
Nama : Tuan A
TTL : 17/11/1970
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 40 tahun,
5 hari Pekerjaan : Buruh bangunan
Nama Ayah/ Ibu : Tn. M (Alm) / Ny.M
Pekerjaan Istri : Ibu rumah tangga
Alamat : Jl. Kedinding 78, Surabaya
Agama : Islam
Suku bangsa : Jawa
Pendidikan terakhir : SD
Pendidikan terakhir Istri : SD
2. Diagnosa : Emfisema
Analisa Data :
Defisiensi enzim
alfa-1-antitripsin,
enzim protease
Destruksi jaringan
paru.
Pelebaran ruang
udara di dalam paru
(bronkus terminal
menggembung)
CO2 meningkat /
udara terperangkap
dalam paru
-
2. DS : Klien mengeluh adanya rasa Pola napas tidak Bersihan jalan
penuh di tenggorokan efektif napas tidak efektif
DO : - Produksi sekret meningkat
karena klien tidak bisa batuk efektif.
- Ditemukan suara napas ronchi
3. Diagnosa Prioritas
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan alveoli yangreversible
2. Pola pernapasan berhubungan dengan ventilasi alveoli.
3. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan adanya sekret.
4. Intervensi
1. Kerusakan pertukaran gas yang berhubungan dengan ketidaksamaan ventilasi-
perfusi. Tujuan: Perbaikan dalam pertukaran gas.
Rencana Tindakan:
Berikan bronkodilator sesuai yang diresepkan.
Berikan bronkodilator sesuai yang diresepkan.
Evaluasi tindakan nebuliser, inhaler dosis terukur, atau IPPB.
Instruksikan dan berikan dorongan pada pasien pada pernapasan diafragmatik
dan batuk efektif.
Berikan oksigen dengan metode yang diharuskan.
Rasional:
Evaluasi:
2. Pola pernapasan tidak efektif yang berhubungan dengan napas pendek, lendir,
bronkokonstriksi, dan iritan jalan napas.
Tujuan : perbaikan dalam pola pernapasan.
Rencana Tindakan :
Diagnosa 2:
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat kami ambil dari penjelasan isi makalah diatas adalah sebagai
berikut :
Emphysema (emfisema) adalah penyakit paru kronis yang dicirikan oleh
kerusakan pada jaringan paru, sehingga paru kehilangan keelastisannya.
Gejala utamanya adalah penyempitan (obstruksi) saluran napas, karena
kantung udara di paru menggelembung secara berlebihan dan mengalami
kerusakan yang luas.
Terdapat 3 (tiga) jenis emfisema utama, yang diklasifikasikan berdasarkan
perubahan yang terjadi dalam paru-paru : PLE (Panlobular
Emphysema/panacinar), CLE (Sentrilobular Emphysema/sentroacinar),
Emfisema Paraseptal.
Asuhan keperawatan pada penderita emfisema secara garis besar adalah
membantu menjaga keseimbangan antara kebutuhan dan suplai oksigen klien.
Saran
DAFTAR PUSTAKA