Anda di halaman 1dari 23

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ANAK

RHD (Rematoid heart disease)

DISUSUN OLEH :

Kelompok 5

1. JULFIANI SAMPURNA 1701033


2. MAISSY MAHMUD 1701093
3. ROSITA DOLO 170191

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) MUHAMMADIYAH MANADO


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
SEMESTER V
T.A 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapakan pada Allah SWT karena dengan ridhon-Nya kami dapat
menyusun serta dapat meyelesaikan makalah ini. Salawat serta salam tak lupa pula kami ucapkan
kepada nabi besar Muhammad SAW beserta pengikut beliau dari dahulu, sekarang, dan hingga
hari akhir nanti.

Ucapan terima kasih tak lupa juga kami ucapkan pada dosen mata kuliah Keperawatan Anak
1 yang telah memberikan kami bimbingan serta pengajaran kepada kami sehingga kami dapat
menyelesaikan hasil makalah kami ini.

Kami menyadari, meskipun kami telah berusaha dengan sebaik-baiknya dalam


menyelesaikan makalah ini tapi kami mengetahui makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Karena itu kami mohon kritik serta saran yang kira nya dapat membangun bagi kami sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini menjadi lebih baik.

Kami berharap selain untuk memenuhi nilai kami harap dalam Makalah ini juga dapat
bermanfaat bagi teman-teman  dan seluruh pembacanya.

Manado, 24 oktober 2019

Kelompok 2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................i

DAFTAR ISI........................................................................................................ii

BAB I (PENDAHULUAN)

A. Latar Belakang ............................................................................................ 1


B. Rumusan masalah………………………………………………………... 1
C. Tujuan.......................................................................................................... 1

BAB II (TINJAUAN TEORI)

A. Pengertian..................................................................................................... 2
B. Eteologi ....................................................................................................... 2
C. Patofisiologi ................................................................................................ 4
D. Manifestasi Klinik ....................................................................................... 5
E. Penatalaksanaan........................................................................................... 6
F. Komplikasi................................................................................................... 6
G. Pathway ....................................................................................................... 7

BAB III (ASKEP TEORI)

A. Pengkajian ................................................................................................... 8
B. Diagnosa....................................................................................................... 10
C. Rencanaan keperawatan .............................................................................. 13
D. Implementasi................................................................................................ 17
E. Evaluasi ....................................................................................................... 17

BAB IV (PENUTUP)

A. Kesimpulan ................................................................................................. 18

DAFTAR PUSTAKA
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar bealakang

Rematoid heart disease (RHD) merupakan penyebab terpenting dari penyakit jantung
yang didapat,baik pada anak maupun pada dewasa. Rematoid fever adalah peradangan akut
yang sering diawali oleh peradangan pada farings. Sedangkan RHD adalah penyakit
berulang dan kronis. Pada umumnya seseorang menderita penyakit rematoid fever akut kira-
kira dua minggu sebelumnya pernah menderita radang tenggorokan.

Reumatoid heart disease (RHD) adalah suatu proses peradangan yang mengenai jaringan-
jaringan penyokong tubuh, terutama persendian, jantung dan pembuluh darah oleh
organisme streptococcus hemolitic-b grup A (Pusdiknakes, 1993).RHD adalah suatu
penyakit peradangan autoimun yang mengenai jaringan konektif seperti pada jantung,tulang,
jaringan subcutan pembuluh darah dan pada sistem pernapasan yang diakibatkan oleh
infeksi streptococcus hemolitic-b grup A.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Rematoid Heart Disease ?

2. Apa penyebab Rematoid Heart Disease ?

3. Bagaimana Asuhan Keperawatan dari Rematoid Heart Disease ?

C. Tujuan

1. Mahasiswa mampu mengetahui definisi Rematoid Heart Disease.


2. Mahasiswa mampu mengetahui penyebab Rematoid Heart Disease.
3. Mahasiswa mampu mengulas tentang Asuhan Keperawatan dari Rematoid Heart
Disease.
BAB 2

PEMBAHASAN

A. Definisi

Penyakit jantung reumatik merupakan proses imun sistemik sebagai reaksi terhadap
infeksi streptokokus hemolitikus di faring (Brunner & Suddarth, 2001).Penyakit jantung
reumatik adalah penyakit peradangan sistemik akut atau kronik yang merupakan suatu
reaksi autoimun oleh infeksi Beta Streptococcus Hemolyticus Grup A yang mekanisme
perjalanannya belum diketahui, dengan satu atau lebih gejala mayor yaitu Poliarthritis
migrans akut, Karditis, Koreaminor, Nodul subkutan dan Eritema marginatum (Lawrence
M. Tierney, 2002).

Penyakit jantung rematik adalah penyakit yang ditandai dengan kerusakan pada
katup jantung akibat serangan karditis rematik akut yang berulang kali (Arif Mansjoer,
2002).Penyakit jantung rematik (RHD) adalah suatu proses peradangan yang mengenai
jaringan-jaringan penyokong tubuh, terutama persendian, jantung dan pembuluh darah oleh
organisme streptococcus hemolitic-β grup A (Sunoto Pratanu, 2000).

Rheumatic Heart Disease (RHD) adalah suatu kondisi dimana terjadi kerusakan
pada katup jantung yang bisa berupa penyempitan atau kebocoran, terutama katup mitral
(stenosis katup mitral) sebagai akibat adanya gejala sisa dari Demam Rematik (DR).

B. Etiologi

Demam reumatik, seperti halnya dengan penyakit lain merupakan akibat interaksi
individu, penyebab penyakit dan faktor lingkungan. Penyakit ini berhubungan erat dengan
infeksi saluran nafas bagian atas oleh Beta Streptococcus Hemolyticus Grup A berbeda
dengan glomerulonefritis yang berhubungan dengan infeksi streptococcus di kulit maupun
disaluran nafas, demam reumatik agaknya tidak berhubungan dengan infeksi streptococcus
dikulit.
Faktor-faktor predisposisi yang berpengaruh pada timbulnya demam reumatik dan
penyakit jantung reumatik terdapat pada individunya sendiri serta pada keadaan lingkungan.
1. Faktor-faktor pada individu :
a. Faktor genetic
Adanya antigen limfosit manusia (HLA) yang tinggi.HLA terhadap demam
rematik menunjukkan hubungan dengan aloantigen sel B spesifik dikenal dengan
antibodymonoklonal dengan status reumatikus.
b. Jenis kelamin
Demam reumatik sering didapatkan pada anak wanita dibandingkan dengan anak laki-
laki.Tetapi data yang lebih besar menunjukkan tidak ada perbedaan jeniskelamin, meskipun
manifestasi tertentu mungkin lebih sering ditemukan pada satujenis kelamin.
c. Golongan etnik dan ras
Data di Amerika Utara menunjukkan bahwa serangan pertama maupun ulang demam
reumatik lebih sering didapatkan pada orang kulit hitam dibanding dengan orang kulit putih.
Tetapi data ini harus dinilai hati-hati, sebab mungkin berbagai faktor lingkungan yang berbeda
pada kedua golongan tersebut ikut berperan atau bahkanmerupakan sebab yang sebenarnya.
d. Umur
Umur agaknya merupakan faktor predisposisi terpenting pada timbulnya
demamreumatik/penyakit jantung reumatik. Penyakit ini paling sering mengenai anak
umur antara 5-15 tahun dengan puncak sekitar umur 8 tahun.Tidak biasa ditemukan padaanak
antara umur 3-5 tahun dan sangat jarang sebelum anak berumur 3 tahun atau setelah 20 tahun.
Distribusi umur ini dikatakan sesuai dengan insidens infeksistreptococcus pada anak
usia sekolah. Tetapi Markowitz menemukan bahwapenderita infeksi streptococcus adalah
mereka yang berumur 2-6 tahun.
e. Keadaan gizi dan lain-lain
Keadaan gizi serta adanya penyakit-penyakit lain belum dapat ditentukan
apakahmerupakan faktor predisposisi untuk timbulnya demam reumatik.
f. Reaksi autoimun
Dari penelitian ditemukan adanya kesamaan antara polisakarida bagian dinding
selstreptokokus beta hemolitikus group A dengan glikoprotein dalam katub mungkin ini
mendukung terjadinya miokarditis dan valvulitis pada reumatik fever.
2. Faktor-faktor lingkungan :
a. Keadaan sosial ekonomi yang buruk
Merupakan faktor lingkungan yang terpenting sebagai predisposisiuntuk terjadinya
demam reumatik.Insidens demam reumatik di negara-negara yangsudah maju, jelas menurun
sebelum era antibiotik termasuk dalam keadaan sosialekonomi yang buruk, sanitasi lingkungan
yang buruk, rumah-rumah denganpenghuni padat, rendahnya pendidikan.
Sehingga pengertian untuk segera mengobatianak yang menderita sakit sangat kurang
pendapatan yang rendah sehingga biayauntuk perawatan kesehatan kurang dan lain-lain. Semua
hal ini merupakan faktor-faktor yang memudahkan timbulnya demam reumatik.
b. Iklim dan geografi
Demam reumatik merupakan penyakit kosmopolit. Penyakit terbanyak
didapatkandidaerah yang beriklim sedang, tetapi data akhir-akhir ini menunjukkan bahwadaerah
tropis pun mempunyai insidens yang tinggi, lebih tinggi dari yang didugasemula. Didaerah yang
letaknya agak tinggi agaknya insidens demam reumatik lebihtinggi daripada didataran rendah.
c. Cuaca
Perubahan cuaca yang mendadak sering mengakibatkan insidens infeksi saluran nafas
bagian atas meningkat, sehingga insidens demam reumatik juga meningkat.

C. Patofisiologi

Demam reumatik adalah suatu hasil respon imunologi abnormal yang disebabkan oleh
kelompok kuman A beta-hemolitic treptococcus yang menyerang pada pharynx.Streptococcus
diketahui dapat menghasilkan tidak kurang dari 20 produk ekstrasel yang terpenting diantaranya
ialah streptolisin O, streptolisin S, hialuronidase, streptokinase, difosforidin nukleotidase,
deoksiribonuklease serta streptococca erythrogenic toxin. Produk-produk tersebut merangsang
timbulnya antibodi.
Demam reumatik yang terjadi diduga akibat kepekaan tubuh yang berlebihan terhadap
beberapa produk tersebut.Sensitivitas sel B antibodi memproduksi antistreptococcus yang
membentuk imun kompleks. Reaksi silang imun kompleks tersebut dengan sarcolema kardiak
menimbulkan respon peradangan myocardial dan valvular. Peradangan biasanya terjadi pada
katup mitral, yang mana akan menjadi skar dan kerusakan permanen.
Demam reumatik terjadi 2-6 minggu setelah tidak ada pengobatan atau pengobatan yang
tidak tuntas karena infeksi saluran nafas atas oleh kelompok kuman A betahemolytic.Mungkin
ada predisposisi genetik, dan ruangan yang sesak khususnya di ruang kelas atau tempat tinggal
yang dapat meningkatkan risiko. Penyebab utama morbiditas dan mortalitas adalah fase akut dan
kronik dengan karditis.

D. Manifestasi Klinis

Gejala jantung yang muncul tergantung pada bagian jantung yang terkena. Katup mitral
adalah yang sering terkena, menimbulkan gejala gagal jantung kiri sesak napas dengan krekels
dan wheezing pada paru. Beratnya gejala tergantung pada ukuran dan lokasi lesi.
Gejala sistemik yang terjadi akan sesuai dengan virulensi organisme yang menyerang. Bila
ditemukan murmur pada seseorang yang menderita infeksi sistemik, maka harus dicurigai adanya
infeksi endocarditis.
Penderita umumnya megalami sesak nafas yang disebabkan jantungnya sudah mengalami
gangguan, nyeri sendi yang berpindah- pindah, bercak kemerahan di kulit yang berbatas, gerakan
tangan yang tak beraturan dan tak terkendali (korea), atau benjolan kecil-kecil dibawah kulit.
Selain itu tanda yang juga turut menyertainya adalah nyeri perut, kehilangan berat badan, cepat
lelah dan tentu saja demam. Berikut ini ialah tanda-tandanya dan kriteria diagnosis :
1. Kriteria Mayor
a. Carditis
b. Polyarthritis
c. Khorea Syndenham
d. Eritema Marginatum
e. Nodul Subcutan
2. Kriteria Minor
a. Memang mempunyai riwayat RHD
b. Nyeri sendi tanpa adanya tanda obyektif pada sendi, klien kadang-kadang sulit
menggerakkan tungkainya
c. Demam namun tidak lebih dari 39 derajat celcius dan pola tidak tentu
d. Leukositosis
e. Peningkatan laju endap darah (LED)
f. C- reaktif Protein (CRP) positif
g. P-R interval memanjang
h. Peningkatan pulse/denyut jantung saat tidur (sleeping pulse)
i. Peningkatan Anti Streptolisin O (ASTO)
E. Penatalaksanaan

Penderita dianjurkan untuk tirah baring dirumah sakit, selain itu Tim Medis akan terpikir
tentang penanganan kemungkinan terjadinya komplikasi seperti gagal jantung, endokarditis
bakteri atau trombo-emboli. Pasien akan diberikan diet bergizi tinggi yang mengandung cukup
vitamin.
Penderita Penyakit Jantung Rematik (PJR) tanpa gejala tidak memerlukan terapi. Penderita
dengan gejala gagal jantung yang ringan memerlukan terapi medik untuk mengatasi keluhannya.
Penderita yang simtomatis memerlukan terapi surgikal atau intervensi invasif. Tetapi terapi
surgikal dan intervensi ini masih terbatas tersedia serta memerlukan biaya yang relatif mahal
dan memerlukan follow up jangka panjang.

F. Komplikasi

Penyakit jantung rematik merupakan komplikasi dari demam rematik dan biasanya terjadi
setelah serangan demam rematik. Insiden penyakit jantung rematik telah dikurangi dengan luas
penggunaan antibiotic efektif terhadap streptokokal bakteri yang menyebabakan demam rematik.
G. PATHWEY
BA
B3

ASUHAN KEPERAWATAN RHD PADA ANAK


A. Kasus

An R seorang laki-laki berusia 8 tahun dibawa oleh orangtuanya ke rumah sakit dengan
keluhan sesak napas sejak sebulan yang lalu dan baru memberat sejak seminggu yang lalu, batuk
berdahak, demam hilang timbul, nafsu makan menurun dan nyeri sendi sekitaran lutut dan paha.
Klien tampak meringgis, gelisah, dan takut. TD:110/70, N:110x/m, SB: 36,6C. BB 28kg,
TB:130cm

B. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian dilakukan dengan melakukan anamnesis pada pasien. Data-data yang


dikumpulkan atau dikaji meliputi :
1. Identitas Pasien
Pada tahap ini perlu mengetahui tentang nama, umur, jenis kelamin, alamat
rumah, agama, suku bangsa, status perkawinan, pendidikan terakhir, nomor registrasi,
tanggal MRS, pekerjaan pasien, dan nama penanggungjawab.
2. Riwayat Keperawatan.
a. Awalan Serangan
Asal mula perkembangan suatu penyakit.
b. Keluhan Utama
Yang menjadi keluhan utama saat ini di derita oleh pasien.
3. Riwayat Kesehatan Masa Lalu.
Riwayat penyakit yang pernah diderita pasien.
4. Riwayat Psikososial Keluarga.
Hospitalisasi akan menjadi stressor bagi anak itu sendiri maupun bagi keluarga,
kecemasan meningkat jika orang tua tidak mengetahui prosedur dan pengobatan anak,
setelah menyadari penyakit anaknya, mereka akan bereaksi dengan marah dan merasa
bersalah.
5. Pengkajian Pola Gordon (Pola Fungsi Kesehatan).
a. Pola eliminasi akan mengalami perubahan yaitu BAB lebih dari 4 kali sehari, BAK
sedikit atau jarang.
b. Pola nutrisi diawali dengan mual, muntah, anoreksia, menyebabkan penurunan berat
badan dan hemoglobin pasien.
c. Pola tidur dan istirahat akan terganggu adanya takikardia karena riwayat infeksi
saluran nafas yang akan menimbulkan rasa tidak nyaman.
d. Aktivitas akan terganggu karena kondisi tubuh yang lemah dan adanya nyeri
akibatgangguan fungsi sendi dan kelemahan otot yakni dibantu oleh orang lain.
e. Persepsi kesehatan pasien tidak mengetahui penyebab penyakitnya, higienitas pasien
sehari-sehari kurang baik.
f. Kognitif atau perceptual pasien masih dapat menerima informasi namun kurang
berkonsentrasi karena tekanan darah menurun, denyut nadi meningkat, dada
berdebar-debar.
g. Persepsi diri atau konsep diri pasien mengalami gangguan konsep diri karena
kebutuhan fisiologisnya terganggu sehingga aktualisasi diri tidak tercapai pada fase
sakit.
h. Peran hubunganpasien memiliki hubungan yang baik dengan keluarga dan peran
pasien pada kehidupan sehari-hari mengalami gangguan.
i. Manajemen koping atau stress pasien mengalami kecemasan yang berangsur-angsur
dapat menjadi pencetus stress. Pasien memiliki koping yang adekuat.
j. Keyakinan atau nilai pasien memiliki kepercayaan, pasien masih tahap belajar
beribadah.
6. Pengkajian ADL (Activity Dailiy Living)
7. Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan Psikologis yakni keadaan umum yang tampak lemah, kesadaran
composmentis sampai koma, suhu tubuh tinggi, nadi cepat dan lemah, adanya sesak
nafas, nyeri abdomen, mual, anoreksia, penurunan hemoglobin, kelemahan otot,
akral dingin.     
b. Pemeriksaan Sistematik
a) Inspeksi : Mata cekung, ubun-ubun besar, selaput lendir, mulut dan bibir
kering, berat badan menurun, dada berdebar-debar.
b) Perkusi : Adanya distensi abdomen dan nyeri tekan sendi.
c) Palpasi : Turgor kulit kurang elastis, denyut nadi meningkat.
d) Auskultasi : Terdengarnya suara bising katup, perubahan suara jantung.
8. Pemeriksaan Tingkat Tumbuh Kembang.
Pada anak RHD akan mengalami gangguan karena anak malnutrisi sehingga berat
badan menurun.
9. Pemeriksaan Penunjang.

Pemeriksaan penunjang yang diperlukan adalah sebagai berikut :

1. Pemeriksaan laboratorium
Dari pemeriksaan laboratorium darah didapatkan peningkatan ASTO,
peningkatan laju endap darah (LED), terjadi leukositosis, dan dapat terjadi
penurunan hemoglobin.
2. Radiologi
Pada pemeriksaan foto thoraks menunjukan terjadinya pembesaran pada jantung.
3. Pemeriksaan Echokardiogram
Menunjukan pembesaran pada jantung dan terdapat lesi.
4. Pemeriksaan Elektrokardiogram
Menunjukan interval P-R memanjang. Hapusan tenggorokan ditemukan
streptococcus hemolitikus β grup A.

C. Diagnosa Keperawatan

1. Resiko kerusakan pertukaran gas b/d gangguan fungsi pada alveoli


2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d intake dan ouput yang tidak
seimbang.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan otot, tirah baring atau imobilisasi.

Tabel Analisa Data


N Data Etiologi Masalah
o
1 DS: - ibu klien mengatakan klien Jantung Resiko kerusakan
sesak napas pertukaran gas
- Ibu klien mengatakan pengisian atrium kanan
klien mengalami demam
hilang timbul penumpukan darah diparu
- Ibu klien mengatakan
mual dan muntah. gangguan fungsi alveoli
- Klien mengatakan Nyeri
pada sendi sekitar paha resiko kerusakan
dan lutut pertukaran gas
DO:
- Klien tampak susah
bernapas
- Klien tampak gelisah
- Klien tampak takut
Ttv
TD: 110/70
N: 110x/m
RR: 30x/m
SB: 36,6 C

2 DS: - ibu klien mengatakan klien Merangsang medulla Ketidakseimbangan


sesak napas obligate nutrisi kurang dari
- Ibu klien mengatakan kebutuhan
klien mengalami demam Kompinsasi saraf simpatis
hilang timbul
- Ibu klien mengatakan
mual dan muntah. GI Tract
- Klien mengatakan Nyeri
pada sendi sekitar paha Kerja lambung meningkat
dan lutut
DO: Hcl meningkat
- Klien tampak susah
bernapas Mual, anoreksia
- Klien tampak gelisah
- Klien tampak takut Ketidakseimbangan nutrisi
Ttv kurang dari kebutuhan
TD: 110/70
N: 110x/m
RR: 30x/m
SB: 36,6 C

3 DS: - ibu klien mengatakan klien RHD Intoleransi aktivitas


sesak napas
- Ibu klien mengatakan Gerakan involunter,
klien mengalami demam iriguler,cepat dan
hilang timbul kelemahan otot
- Ibu klien mengatakan
mual dan muntah. Intoleransi aktivitas
- Klien mengatakan Nyeri
pada sendi sekitar paha
dan lutut
DO:
- Klien tampak susah
bernapas
- Klien tampak gelisah
- Klien tampak takut
Ttv
TD: 110/70
N: 110x/m
RR: 30x/m
SB: 36,6 C

D. Intervensi Keperawatan

N Dx Tujuan/KH Intervensi Rasional


o
Resiko kerusakan Setelah diberikan a. Kaji a. Dengan
pertukaran gas b/d asuhan kualitas, mengkaji
gangguan fungsi pada keperawatan frekuensi kualitas,
alveoli yang ditandai diharapkan dan frekuensi dan
dengan ketidakefektifan kedalaman kedalaman
DS: - ibu klien pola nafas pasien pernafasan pernafasan, kita
mengatakan klien dapat teratasi. ,laporkan dapat
sesak napas Dengan setiap mengetahui
- Ibu klien memenuhi KH: perubahan sejauh mana
mengatakan - Irama, yang perubahan
klien frekuensi terjadi. kondisi anak.
mengalami dan b. Baringkan b. Penurunan
demam hilang kedalaman anak diafragma
timbul pernafasan dalam memperluas
- Ibu klien dalam posisi daerah dada
mengatakan batas yang sehingga
mual dan normal. nyaman, ekspansi paru
muntah. - Bunyi dalam bisa maksimal.
- Klien nafas posisi c. Peningkatan
mengatakan terdengar duduk, RR dan
Nyeri pada jelas. dengan tachcardi
sendi sekitar kepala merupakan
paha dan lutut tempat indikasi adanya
DO: tidur penurunan
- Klien tampak ditinggika fungsi paru.
susah bernapas n 60-90 d.
- Klien tampak derajat. Pemberian
gelisah c. Observasi oksigen dapat
- Klien tampak tanda- menurunkan
takut tanda vital beban
Ttv (suhu, pernafasan dan
TD: 110/70 nadi, mencegah
N: 110x/m tekanan terjadinya
RR: 30x/m darah, RR sianosis akibat
SB: 36,6 C dan respon hiponia.
anak).
d. Kolaborasi
dengan
tim medis
lain untuk
pemberian
O2 dan
obat-
obatan.

2 Ketidakseimbangan Setelah diberikan a. Kaji faktor-faktor a. Penentuan faktor


nutrisi kurang dari asuhan penyebab. penyebab, akan
kebutuhan b/d intake keperawatan b. Anjurkan anak menentukan intervensi/
dan ouput yang tidak diharapkan dapat untuk makan dalam tindakan selanjutnya
seimbang yang teratasi. Dengan porsi kecil dan
b. Menghindari mual dan
ditandai dengan: memenuhi KH: sering, jika tidak
muntah dan distensi perut
DS: - ibu klien muntah teruskan.
- Anak yang berlebihan.
mengatakan klien c. edukasikan
mampu c. Meningkatkan
sesak napas pentingnya nutrisi
menghabis pengetahuan anak dan
- Ibu klien yang cukup.
kan keluarga anak termotivasi
mengatakan d. Catat jumlah porsi
makanan untuk mengkonsumsi
klien yang dihabiskan.
yang telah makanan.
mengalami
disediakan d. Mengetahui jumlah
demam hilang
- Anak asupan / pemenuhan
timbul
tidak mual nutrisi anak.
- Ibu klien
dan
mengatakan
muntah
mual dan
muntah.
DO:
- Klien tampak
susah bernapas
- Klien tampak
gelisah
- Klien tampak
takut
Ttv
TD: 110/70
N: 110x/m
RR: 30x/m
SB: 36,6 C
3 Intoleransi aktivitas Setelah diberikan a. Catat a.
berhubungan dengan asuhan respon Penurunan atau
kelemahan otot, tirah keperawatan kardiopu ketidakmampu
baring atau diharapkan lmonal an miokardium
imobilisasi. keluhan pasien terhadap untuk
dapat teratasi. aktifitas, meningkatkan
Dengan catat volume
memenuhi KH: takikardi, sekuncup
- Anak disritmia, selama
tidak dispnea, aktivitas, dapat
mudah berkerin menyebabkan
lelah. gat, peningkatan
- Anak pucat. segera pada
dapat b. Evaluasi frekuensi
melakuka peningka jantung dan
n aktivitas tan kebutuhan
sesuai intoleran oksigen, juga
batas aktivitas. peningkatan
toleransi. c. Periksa kelelahan dan
tanda kelemahan.
vital b. Dapat
sebelum menunjukkan
dan peningkatan
segera dekompensasi
setelah jantung
aktivitas, daripada
khususn kelebihan
aktivitas.
c.
Hipertensi
ortostatik dapat
terjadidengan
aktivitas
karena efek
obat
(vasodilasi),
perpindahan
cairan
(diuretik) atau
pengaruh
fungsi jantung.

E. Implementasi Keperawatan

Implementasi merupakan pelaksanaan rencana keperawatan oleh perawat terhadap pasien.


Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan rencana keperawatan diantaranya
yakni intervensi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi, keterampilan
interpersonal, teknikal dan intelektual dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi yang
tepat, keamanan fisik dan psikologis klien dilindungi serta dokumentasi intervensi dan respon
pasien.
Pada tahap implementasi ini merupakan aplikasi secara kongkrit dari rencana intervensi yang
telah dibuat untuk mengatasi masalah kesehatan dan perawatan yang muncul pada pasien
(Budianna Keliat, 1994,4).

F. Evaluasi

Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan, dimana evaluasi adalah
kegiatan yang dilakukan secara terus menerus dengan melibatkan pasien, perawat dan anggota
tim kesehatan lainnya.
Tujuan dari evaluasi ini adalah untuk menilai apakah tujuan dalam rencana keperawatan
tercapai dengan baik atau tidak dan untuk melakukan pengkajian ulang (US. Midar H, dkk,
1989).
BAB 4

PENUTUP

A. Kesimpulan

Rematoid heart disease (RHD) merupakan penyebab terpenting dari penyakit jantung
yang didapat,baik pada anak maupun pada dewasa. Rematoid fever adalah peradangan akut
yang sering diawali oleh peradangan pada farings. Sedangkan RHD adalah penyakit
berulang dan kronis. Pada umumnya seseorang menderita penyakit rematoid fever akut kira-
kira dua minggu sebelumnya pernah menderita radang tenggorokan. Ada faktor mayor dan
minor dalam penyakit RHD.

RHD merupakan komplikasi dari demam rematik dan biasanya terjadi setelah serangan
demam rematik. Insiden penyakit jantung rematik telah dikurangi dengan luas penggunaan
antibiotic efektif terhadap streptokokal bakteri yang menyebabakan demam rematik.
DAFTAR PUSTAKA
1. Carpenito, Lynda Juall, Diagnosa keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinik Edisi 6,
Penerbit Buku Kedokteran EGC,;1995

2. Doenges, E. Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC


3. Price, Sylvia A. Dkk.2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6
Volume 1. EGC, Jakarta
4. Smeltzer, Suzanna C. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Brunner dan
Suddarth Edisi 8 Volume 2. EGC, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai