com/2012/02/askep-persalinan-
normal.html
ASKEP PERSALINAN NORMAL
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dahulu) yang telah cukup bulan
atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan
(kekuatan sendiri).
(Manuaba, 2001)
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang dapat hidup
kedunia luar,dari lahir atau dengan jalan lain (Mochtar.R,MPH,2001). Persalinan adalah suatu
proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina kedunia
luar.
(Sarwono Ilmu kebidanan Edisi 3, 1999)
Adanya hormone estrogen dan progesterone dalam keadaan seimbang sehingga kehamilan
dapat dipertahankan. Perubahan keseimbangan estrogen dan progesterone menyebabkan
oksitosin yang dikeluarkan oleh oleh hipofise parst posterior dapat menimbulkan kontraksi
dalam bentuk Broxton hicks. Broxton hicks akan menjadi kekuatan dominan saat mulainya
persalinan dan oksitosin di duga bekerja sama atau melalui prostaglandin yang makin meningkat
mulai dari umur kehamilan 15 minggu. Disamping itu faktor gizi ibu hamil dan keregangan otot
rahim dapat memberikan pengaruh penting untuk di mulainya kontraksi rahim.
B. Mekanisme persalinan
Mekanisme gerakan bayi memungkinkan ia untuk menyesuaikan diri dengan pelvis ibu
yakni penurunan, fleksi, rotasi dalam, ekstensi, rotasi luar, dan pengeluaran.
Pada waktu hamil dapat terjadi perubahan besar pada otot rahim, yang mengalami
pembesaran ukuran karena pembesaran selnya (hipertrofi) dan pembesaran ukuran karena
pertambahan jumlah selnya (hiperplasia). Sehingga dapat menampung pertumbuhan dan
perkembangan janin sampai cukup bulan dengan berat lebih dari 2500 gram. Berta rahim
menjadi sekitar 1 kg, yang semula hanya 30 gram. Stelah persalinan terjadi proses baliknya
disebut “involusi” (kembalinya rahim keukuran semula) dimana secara berangsur otot rahim
mengecil kembali, sampai seberat semula pada minggu ketujuh (42 hari). Proses ini berlansung
cepat dengan perkiraan urutan setelah persalinan : tempat implantasi plasenta segera tertutup
epitel sebagai proses penyembuhan, sehingga tidak terjadi sumber perdarahan dan tempat
masuknya infeksi. Liang senggama yang meregang karena proses persalinan akan mengecil,
sehingga seminggu setelah persalinan hanya dapat di lalui satu jari. Robekan pada liang
senggama, menyembuh dengan sensirinya. Hanya robekan yang terdapat dalam mulut rahim
memerlukan perhatian, karena mungkin sukar sembuh dan dapat menjadi luka menahun (kronis)
sebagai sumber infeksi atau mengalami degenerasi ganas.
b. Perubahan lokea
Lokea adalah cairan yang keluar dari liang senggama pada masa nifas. Cairan ini dapat
berupa darah atau sisa lapisan rahim. Urutan pengeluaran lokea ini terjadi dimulai oleh keluarnya
lokea rubra, berupa darah, agak gelap, mungkin ada gumpalan darah terjadi antara 2 sampai 5
hari.
Macam- macam lokea :
1) Lokea rubra (hari 1-4): Jumlahnya sedang, berwarna merah, dan terutama darah.
2) Lokea serosa (hari 4-8): Jumlahnya berkurang dan berwarna merah muda (hemoserosa).
3) Lokea alba (hari 8-14): Jumlahnya sedikit, berwarna putih atau hampir tidak berwarna.
c. Perubahan kulit
Pada waktu hamil terjadi pigmentasi kulit pada beberapa tempat karena proses hormonal.
Pigmentasi ini berupa kloasma gravidarum pada pipi, hiperpigmentasi kulit sekitar payudara,
hiperpigmentasi dinding perut (striae gravidarum). Setelah persalinan, hormonal berkurang dan
hiperpigmentasi menghilang. Pada dinding perut akan menjadi putih mengkilap yaitu ”striae
albican”
Otot dinding perut memanjang sesuai dengan besarnya pertumbuhan hamil. Setelah
persalinan dinding perut kendor, dan lebih kendor sesuai dengan jumlah kehamilan. Tetapi
kendornya dinding perut dapat dikurangai dengan jalan melakukan latihan dinding perut melalui
senam kesegaran jasmani.
Pada persalinan normal masalah berkemih dan buang air besar tidak mengalami hambatan
apapun. Buang air besar akan biasa setelah sehari, kecuali ibu takut pada luka episiotomi. Bila
sampai 3 hari belum buang air besar sebaiknya dilakukan “ klisma” untuk merangsang buang air
besar sehingga tidak mengalami sembelit dan mengakibatkan jahitan terbuka. Tentang berkemih,
sebagian besar mengalami pertambahan air seni, karena terjadi pengeluaran air tubuh berlebih,
yang disebabkan oleh pengenceran (hemodilusi) darah pada waktu hamil. Keadaan demikian
adalah normal bila air seni seret, perlu dilakukan evaluasi penyebabnya.
F. Perubahan psikologis ibu post partum
a. Dependent : taking in
c. Interdependent : letting go
Fokus : perubahan ke keluarga sebagai kesatuan dan interaksi dengan anggota keluarga lain.
Penyesuaian diri dengan ketergantungan bayi
Keinginan merawat diri dan pasangan peran
Memulai hubungan dengan pasangan/suami
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
Persalinan normal adalah pervaginam tanpa bantuan apapun tidak kurang dari 18 jam,
tanpa adanya gangguan jalannya persalinan.
Tanda- tanda persalinan normal:
1. Timbulnya his persalinan ialah his pembukaan dengan sifatnya sebagai berikut :
- Nyeri melingkar dari punggung memancar ke perut bagian depan.
- Teratur
- Makin lama makin pendek intervalnya dan makin kuat intensitasnya.
- Kalau di bawa berjalan bertambah kuat.
- Mempunyai pengaruh pada pendataran dan atau pembukaan cervix.
3. Keluarnya lendir berdarah dari jalan lahir (show).
- Dengan pendataran dan pebukaan, lendir dari canalis cervikalis keluar disertai dngan sedikit
darah.
- Perdarahan yang sedikit ini disebabkan karena lepasnya selaput ajnin pada bagian bawah
segmen bawah rahim hingga beberapa kapilair terputus.
Hal ini terjadi kalau ketuban pecah atau selaput janin robek. Ketuban itu biasanya pecah,
kalau pembukaan lengkap atau hampir lengkap dan dalam hal ini keluarnya cairan merupakan
tanda yang lambat sekali.
Tetapi kadang-kadang ketuban itu pecah pada pembukaan kecil, malahan kadang-kadang
selaput janin robek sebelum persalinan.
Walaupun selaput robek sebelum persalinan, kita boleh mengharapkan bahwa persalinan
akan mulai dalam 24 jam setelah air ketuban keluar.
Ketuban dinyatakan pecah dini bila terjadi sebelum proses persalinan berlangsung. Ketuban
pecah dini disebabkan oleh karena berkurangnya kekuatan nmembran atau meningkatnya
tekanan intra uteri atau oleh kedua faktor tersebut. Berkurangnya kekuatan membrane
disebabkan adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina serviks.
(Sarwono Prawiro, 2002)
Ketuban pecah dini merupakan pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan dan
ditunggu satu jam sebelum dimulainya tanda persalina, waktu sejak pecah ketuban sampai terjadi
kontrasi rahim disebut kejadian ketuban pecah dini (periode laten ).
(Ida Bagus Manuaba EGC, 1998)
Ketuban pecah dini merupakan masalah penting dalam obstetric terkaitan dengan penyulit
kelahiran premature dan terjadinya infeksi khorioamnionitis sampai sepsis yang meningkatkan
morbiditas dan mortalitas perinata, dan menyebabkan infeksi ibu.
(Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, 2001)
Ketuban pecah dini atau sponkaneous/early/premature rupture of the membrane (PROM)
adalah pecahnya ketuban sebelum partus yaitu bila pembukaan pada premi dari 3 cm dan pada
multipara kurang dari 5 cm.
(Rustam Mochtar, 1998)
2. Etiologi
Penyebab ketuban pecah dini mempunyai dimensi multifaktorial yang dapat dijabarkan sebagai
berikut:
- Serviks inkompeten.
- Ketegangan rahim berlebihan: kehamilan ganda, hidramnion.
- Kelainan letak janin dalam rahim: letak sungsang, letak lintang.
- Kemungkinan kesempitan panggul: bagian terendah belum masuk PAP.
- Infeksi yang menyebabkan terjadinya proses biomekanik pada selaput ketuban dalam bentuk
proleolitik sel sehingga memudahkan ketuban pecah.
-
5. Patofisiologi
a. Terjadi penbukaan premature serviks.
b. Membrane terkait dengan pembukaan terjadi: selaput ketuban tidak kuat sebagai akibat
kurangnya jaringan ikat dan vaskularisasi.
c. Bila terjadi pembukaan serviks maka selaput ketuban sangat lemah dan mudah pecah dengan
mengeluarkan air ketuban.
d. Melemahnya daya tahan ketuban dipercepat dengan infeksi yang mengeluarkan enzim: enzim
proteolitik dan enzim kolagenase.
6. Manifestasi klinis
a. Keluar air ketuban warna putih keruh, jernih, kuning, hijau atau kecoklatan sedikit-sedikit atau
skaligus banyak.
b. Dapat disertai demam bila sudah ada infeksi.
c. Janin mudah diraba.
d. Pada pemeriksaan dalam, selaput dalam sudah tidak ada air ketuban, sudah kering.
e. Inspekulo: tampak air ketuban mengalir atau selaput ketuban tidak ada dan air ketuban sudah
kering.
8. Pemeriksaan diagnostic
1. Ultrasonografi
ultrasonografi dapat mengidentifikasikan kehamilan ganda, anomaly janin, atau melokalisai
kantong amnion pada amniosintesis.
2. Amniosintesis
cairan amnion dapat dikirim ke laboratorium untuk evaluasi kematangan paru janin.
3. Pemantauan janin
membantu dalam mengevaluasi janin.
4. Protein C-reaktif
peningkatan protein C-reaktif serum menunjukkan peningkatan korioamnionitis.
5. Histopatologi
cairan ditampung dalam tabung reaksi kemudian dibakar sampai tertinggal endapan tersebut
dilihat dibawah mikroskop dan bila air ketuban mengalami kelainan maka akan terlihat seperti
daun pakis.
6. Kertas lakmus
bila merah menunjukkan cairan mengandung urine yang bersifat asam, bila biru menunjukkan
cairan mengandung air ketuban yang bersifat basa.
9. Penatalaksanaan
a. Penanganan umum:
Konfirmasi usia kehamilan,kalau ada dengan USG
Lakikan pemeriksaan inspekulo untuk menilai cairan yang keluar (jumlah, warna, bau) dan
membedakannya dengan urin. Dengan pemeriksaan tes lakmus,bila kertas lakmus biru
menunjukkan air ketuban (basa), dan bila kertas lakmus merah menunjukkan cairan urine (asam)
Jika ibu mengeluh perdarahan pada akhir kehamilan (setelah 32 minggu), jangan melakukan
menit pemeriksaan dalam secara digital
Tentukan ada tidaknya infeksi
Tentukan tanda-tanda inpartus
b. Penanganan khusus:
Konfirmasi diagnosis:
Bau cairan ketuban yang khas
Jika keluarnya cairan ketuban sedikit-sedikit, tampung cairan yang keluar dan nilai 1 jam
kemudian
Dengan speculum DTT, lakukan pemeriksaan inspekulo, nilai apakah cairan keluar melalui
ostium uteri atau terkumpul di forniks posterior
(Prawirohardjo, 2002)
c. Penanganan konservatif:
Rawat di rumah sakit
Berikan antibiotic (ampisilin 4 x 500 mg atau erittromisin bila tidak tahan ampisilin) dan
metronidazol 2 x 500 mg selama 7 hari
Jika umur kehamilan < 32 – 34 minggu, dirawat selama air ketuban masih keluar atau sampai air
ketuban tidak keluar lagi
Jika usia kehamilan 32 -37 minggu, belum inpartu, tidak ada infeksi,tes busa negative; beri
deksametason, observasi tanda-tanda infeksi dan kkesejahteraan janin, terminasi pada kehamilan
37 minggu
Jika usia kehamilan 32 – 37 minggu, sudah inpartu,tidak ada infeksi, berikan tokolitik
(salbutamol), deksametason dan induksi sesudah 24 jam
Jika usia kehamilan 32 -37minggu, ada infeksi, beri antibiotic dan lakukan induksi
Nilai tanda-tanda infeksi (suhu, lekosit, tanda-tanda infeksi intra uterin). Klien dianjurkan pada
posisi trendelenburg untuk menghindari prolap tali pusat.
d. Penanganan aktif:
Kehamilan >37 minggu, induksi dengan oksitosin, bila gagal seksio sesarea. Dapat pula diberikan
misoprotal 50 μg intravaginal tiap 6 jam maksimal 4 kali
Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotic dosis tinggi dan persalinan diakhiri:
a. Bila skor pelvic < 5, lakukan pematangan serviks kemudian induksi, jika tidak berhasil, akhiri
persalinan dengan seksio sesarea
b. Bila skor pelvic > 5, induksi persalinan, partus pervaginam
(prawirohardjo, 2002)
Kasus 24:
Ny. Y 24 tahun GI Po Ao usia gestasi 40 minggu. Masuk RS 21 juni 2005 jam 09:45 WIB. Dan
anda melakukan pengkajian pada jam 10:00 WIB. Dx medis PROM dari pemeriksan lab darah
positif terdapat gambaran seperti pakis dari cairan yang diambil pervaginam. Pemeriksaan VT
pembukaan I ketuban telah pecah warna jernih. Blood slym (negatif) kien mengeluh mulas-
mulas sejak tadi malam setelah sholat magrib. Klien mengaku cemas dengan keaadaannya. Klien
menyatakan agar bayinya dapat lahir dengan selamat. His 1X10 menit durasi 20 menit. TD
100/70 mmHg. Nadi kuat teratur 80x/menit.T 37,0 oC. Tampak klien berkeringat banyak, baju
klien basah dan lembab.
Soal A:
pada siang harinya sebelum berganti dinas, anda melakukan evaluasi dari intervensi yang anda
lakukan pukul 13:30 WIB didapatkan data, tampak klien semakin lemah TD 100/70 mmHg,
Nadi kuat 86x/mnt, RR 24x/mnt, T 37,0o C, pemeriksaan leokosit 13000 mm3. klien cemas
dengan persalinannya. Anda memberikan penjelasan tentang cara nafas dalam bila nyeri timbul,
tetapi klien tidak dapat berkonsentrasi karena cemasnya. Klien dipasang IV FD Nacl 0,9 % 20
tetes per menit. His 2x / 10 mnt, durasi 20 menit pembukaan 2.
A. Pengkajian
1. Identitas pasien
# Nama : Ny. Y
# Umur : 24 tahun
2. Keluhan utama
# Ny.Y mengeluh mulas-mulas sejak tadi malam setelah solat maghrib
# Ny.Y mengeluh c emas dengan keadaannya
# Ny.Y menanyakan apakah bayinya dapat lahir dengan selamat.
3. Riwayat obstetric
a) Riwayat haid
- Menarche : 16 tahun
- Siklus : 28 hari
- Durasi : 1 minggu
b) Riwayat kehamilan sekarang
c) Kehamilan ke : I
d) HPHT : 05 September 2004
e) HPL :21 Juni 2005
4. Pemeriksaan umum:
- tinggi badan
- berat badan
- TTV :-TD :100/70 mmHg
-N : 80x/mnt
-RR : 20x/mnt
-T : 37,0 c
5. Pemerisaan penunjang :
- leokosit : 13 ribu mm3 (13.30)
- pemeriksaan air ketuban : tampak gambaran seperti pakis dari cairan ketuban
B. Analisa Data :
No. Data yang di dapat Masalah keperawatan
1. Ds :- klien memengaku cemas dengan cemas
keadaannya
- klien menyatakan agar bayinya dapat lahir
dengan selamat.
Do ; -
2. Ds : - Kekurangan volume cairan
Do :-klien tampak berkeringat banyak
-baju klien basah dan lembab
3. Ds: klien mengeluh mulas-mulas sejak tadi nyeri
malem setelah sholat magrib.
Do: pemeriksaan VT pembukaan 1, ketuban
telah pecah, warna jernih
B. Diagnosa Keperawatan:
II. Evaluasi
Manuaba, Ida Bagus Gde. 1998. Ilmu kebidanan, penyakit kandun gan dan keluarga berencana
untuk pendidikan bidan. Jakarta: EGC
Prawirohardjo, S. 2002. buku acuan nasional pelayanan kesehatan maternal dan neonatal,
Jakarta: Bina Pustaka FKUI
Prawirohardjo, S, 2002. buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal dan neonatal.
Jakarta: Bina Pustaka FKUI
Taber, M.D, 1994, Kedaruratan obstetric dan ginekologi. Jakarta: EGC