Anda di halaman 1dari 21

http://one06wee-wee.blogspot.

com/2012/02/askep-persalinan-
normal.html
ASKEP PERSALINAN NORMAL

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dahulu) yang telah cukup bulan
atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan
(kekuatan sendiri).
(Manuaba, 2001)
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang dapat hidup
kedunia luar,dari lahir atau dengan jalan lain (Mochtar.R,MPH,2001). Persalinan adalah suatu
proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina kedunia
luar.
(Sarwono Ilmu kebidanan Edisi 3, 1999)

Adanya hormone estrogen dan progesterone dalam keadaan seimbang sehingga kehamilan
dapat dipertahankan. Perubahan keseimbangan estrogen dan progesterone menyebabkan
oksitosin yang dikeluarkan oleh oleh hipofise parst posterior dapat menimbulkan kontraksi
dalam bentuk Broxton hicks. Broxton hicks akan menjadi kekuatan dominan saat mulainya
persalinan dan oksitosin di duga bekerja sama atau melalui prostaglandin yang makin meningkat
mulai dari umur kehamilan 15 minggu. Disamping itu faktor gizi ibu hamil dan keregangan otot
rahim dapat memberikan pengaruh penting untuk di mulainya kontraksi rahim.

B. Mekanisme persalinan
Mekanisme gerakan bayi memungkinkan ia untuk menyesuaikan diri dengan pelvis ibu
yakni penurunan, fleksi, rotasi dalam, ekstensi, rotasi luar, dan pengeluaran.

a) Engangement, tertangkapnya kepala janin pada PAP


b) Decent, turunnya kepala janin ke PAP
c) Flexion (menekuk), tahanan yang diperoleh dari dasar panggul makin besar maka makin fleksi
kepala janin, dagu menekan dada dan belakang kepala (oksiput) menjadi bagian terbawah janin,
mengakibatkan masuknya kepala janin dengan diameter terkecil melewati jalan lahir terkecil
melewati jalan lahir.
d) Internal rotation
Pemutaran bagian terendah kebawah simpisis menyesuaikan posisi kepala janin dengan bentuk
jalan lahir
e) Extentition
setelah paksi dalam selesai dan kepala sampai vulva, lahir berturut sisiput, dahi, hidung, mulut,
dagu
f) External rotation
putaran kepala mengikuti putaran bahu
g) Expultion
pengeluaran bahu dan badan janin

C. Tahap- tahap persalinan


Terdapat empat tahap persalinan
a. kala I : Dimulai dari permulaan persalinan sampai dilatasi serviks secara
lengkap
b. kala II : dari dilatasi serviks lengkap sampai kelahiran bayi
c. kala III : dari kelahiran bayi sampai kelahiran plasenta
d. kala IV : dari kelahiran plasenta sampai stabilisasi keadaan pasien, biasanya
pada sekitar 1 jam masa nifas
● Kala 1 :
Proses membukanya servik sebagai akibat his di bagi dalam 2 fase.
1. Fase laten: kurang lebih selama 8 jam. Pembukaan terjadi sangat lambat sampai mencapai
ukuran diameter 3 cm
2. Fase aktif: dibagi dalam 3 fase lagi yaitu:
- Fase akselerasi: dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm menjadi 4 cm
- Fase dilatasi maksimal: dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat cepat dari 4 cm
menjadi 9 cm
- Fase deselarisasi: pembukaan menjadi lambat kembali. Dalam waktu 2 jam pembukaan dari 9
cm menjadi lengkap
Fase-fase tersebut pada primigravida. Pada multigravida pun terjadi demikian, akan tetapi
fase laten, fase aktif, fase deselarisasi terjadi lebih pendek.
Mekanisme pembukaan serviks berbeda antara primigravida dan multigravida. Pada yang
pertama ostium uteri internum akan membuka lebih dahulu, sehingga serviks akan mendatar dan
menipis. Baru kemudian ostium uteri eksternum membuka. Pada multigravida ostium uteri
internum sudah sedikit terbuka.ostium uteri internum dan eksternum serta penipisan dan
pendataran serviks terjadi dalam saat yang sama.
Ketuban akan pecah sendiri ketika pembukaan hampir atau telah lengkap. Bila ketuban
telah pecah sebelum mencapai pembukaan 5 cm, disebut ketuban pecah dini. Kala 1 selesai
apabila pembukaan serviks uteri telah lengkap. Pada primigravida kala 1 berlangsung kira-kira
13 jam , sedangkan pada multipara kira-kira 7 jam.
● Kala II.
Pada kala II his menjadi lebih kuat dan lebih cepat, kira-kira 2 sampai 3 menit sekali.
Karena biasanya dalam hal ini kepala janin sudah masuk ruang panggul, maka pada his dirasakan
tekanan pada otot-otot dasar pangggul, yang secara reflektoris menimbulkan rasa mengedan.
Wanita merasa pula tekanan pada rektum dan hendak buang air besar. Kemudian perineum mulai
menonjol dan menjadi lebar dengan anus membuka. Labia mulai membuka dan tidak lama
kemudian kepala janin tampak dalam vulva pada waktu his. Bila dasar panggul sudah lebih
berelaksasi kepala janin tidak masuk lagi diluar his, dan dengan his dan kekuatan mengedan
maksimal kepala janin dilahirkan dengan suboksiput dibawah simfisis dan dahi, muka dan dagu
melewati perineum. Setelah istirahat sebentar, his mulai lagi untuk mengeluarkan badan, dan
anggota bayi. Pada primigravida kala II berlangsung rata-rata 1,5 jam dan pada multipara rata-
rata 0,5 jam.
● Kala III
Setelah bayi lahir, uterus teraba keras dengan fundus uteri agak di atas pusat beberapa menit
kemudian uterus berkontraksi lagi untuk melepaskan plasenta dari dindingnya. Biasanya plasenta
lepas dalam 6 sampai 15 menit setelah bayi lahir dan keluar spontan atau dengan tekanan pada
fundus uteri. Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran darah.
● Kala IV
Seperti diterangkan di atas, kala ini dianggap perlu untuk mengamat-amati apakah ada
perdarahan postpartum.
D. Faktor- faktor yang mempengeruhi persalinan
Ada 5 faktor yang penting dalam persalinan yaitu;
a. Power
Tenaga, his, kontraksi otot dinding uterus, kontraksi diafragma pelvis / kekuatan mengejan,
ketegangan / kontraksi ligamentum rotundum.
b. Passanger
Faktor yang berasal dari janin dan plasenta.
c. Passage
Faktor yang berasal dari jalan lahir lunak ataupun jalan lahir keras.
d. Persiapan penolong
e. Psikis
Apabila ke 5 faktor di atas berjalan dengan baik tanpa adanya alasan intervensi maka
persalinan tersebut berjalan normal, tetapi apabila terjadi penyimpangan pada kelima faktor
diatas sehingga memerlukan bantuan dari luar.

E. Perubahan fisik setelah post partum

a. Kembalinya rahim kebentuk asalnya

Pada waktu hamil dapat terjadi perubahan besar pada otot rahim, yang mengalami
pembesaran ukuran karena pembesaran selnya (hipertrofi) dan pembesaran ukuran karena
pertambahan jumlah selnya (hiperplasia). Sehingga dapat menampung pertumbuhan dan
perkembangan janin sampai cukup bulan dengan berat lebih dari 2500 gram. Berta rahim
menjadi sekitar 1 kg, yang semula hanya 30 gram. Stelah persalinan terjadi proses baliknya
disebut “involusi” (kembalinya rahim keukuran semula) dimana secara berangsur otot rahim
mengecil kembali, sampai seberat semula pada minggu ketujuh (42 hari). Proses ini berlansung
cepat dengan perkiraan urutan setelah persalinan : tempat implantasi plasenta segera tertutup
epitel sebagai proses penyembuhan, sehingga tidak terjadi sumber perdarahan dan tempat
masuknya infeksi. Liang senggama yang meregang karena proses persalinan akan mengecil,
sehingga seminggu setelah persalinan hanya dapat di lalui satu jari. Robekan pada liang
senggama, menyembuh dengan sensirinya. Hanya robekan yang terdapat dalam mulut rahim
memerlukan perhatian, karena mungkin sukar sembuh dan dapat menjadi luka menahun (kronis)
sebagai sumber infeksi atau mengalami degenerasi ganas.

b. Perubahan lokea

Lokea adalah cairan yang keluar dari liang senggama pada masa nifas. Cairan ini dapat
berupa darah atau sisa lapisan rahim. Urutan pengeluaran lokea ini terjadi dimulai oleh keluarnya
lokea rubra, berupa darah, agak gelap, mungkin ada gumpalan darah terjadi antara 2 sampai 5
hari.
Macam- macam lokea :
1) Lokea rubra (hari 1-4): Jumlahnya sedang, berwarna merah, dan terutama darah.
2) Lokea serosa (hari 4-8): Jumlahnya berkurang dan berwarna merah muda (hemoserosa).
3) Lokea alba (hari 8-14): Jumlahnya sedikit, berwarna putih atau hampir tidak berwarna.

c. Perubahan kulit

Pada waktu hamil terjadi pigmentasi kulit pada beberapa tempat karena proses hormonal.
Pigmentasi ini berupa kloasma gravidarum pada pipi, hiperpigmentasi kulit sekitar payudara,
hiperpigmentasi dinding perut (striae gravidarum). Setelah persalinan, hormonal berkurang dan
hiperpigmentasi menghilang. Pada dinding perut akan menjadi putih mengkilap yaitu ”striae
albican”

d. Perubahan dinding perut

Otot dinding perut memanjang sesuai dengan besarnya pertumbuhan hamil. Setelah
persalinan dinding perut kendor, dan lebih kendor sesuai dengan jumlah kehamilan. Tetapi
kendornya dinding perut dapat dikurangai dengan jalan melakukan latihan dinding perut melalui
senam kesegaran jasmani.

e. Buang air besar dan berkemih

Pada persalinan normal masalah berkemih dan buang air besar tidak mengalami hambatan
apapun. Buang air besar akan biasa setelah sehari, kecuali ibu takut pada luka episiotomi. Bila
sampai 3 hari belum buang air besar sebaiknya dilakukan “ klisma” untuk merangsang buang air
besar sehingga tidak mengalami sembelit dan mengakibatkan jahitan terbuka. Tentang berkemih,
sebagian besar mengalami pertambahan air seni, karena terjadi pengeluaran air tubuh berlebih,
yang disebabkan oleh pengenceran (hemodilusi) darah pada waktu hamil. Keadaan demikian
adalah normal bila air seni seret, perlu dilakukan evaluasi penyebabnya.
F. Perubahan psikologis ibu post partum

a. Dependent : taking in

 Fokus kediri ibu: pemenuhan kebutuhan


 24 jam pertama(1-2 hari)
 Gembira dan banyak bicara dengan pengalaman persalinannya
 Ingin menceritakan pengalaman bersalin

b. Dependent- independent : taking hold

 Mulai hari 2-3,berakhir hari ke 10/ beberapa minggu


 Ibu fokus pada perawatan bayi dan kemampuan menjadi seorang ibu
 Mengatasi ketidaknyamanan fisik dan perubahan emosional

c. Interdependent : letting go

 Fokus : perubahan ke keluarga sebagai kesatuan dan interaksi dengan anggota keluarga lain.
 Penyesuaian diri dengan ketergantungan bayi
 Keinginan merawat diri dan pasangan peran
 Memulai hubungan dengan pasangan/suami
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi
Persalinan normal adalah pervaginam tanpa bantuan apapun tidak kurang dari 18 jam,
tanpa adanya gangguan jalannya persalinan.
Tanda- tanda persalinan normal:
1. Timbulnya his persalinan ialah his pembukaan dengan sifatnya sebagai berikut :
- Nyeri melingkar dari punggung memancar ke perut bagian depan.
- Teratur
- Makin lama makin pendek intervalnya dan makin kuat intensitasnya.
- Kalau di bawa berjalan bertambah kuat.
- Mempunyai pengaruh pada pendataran dan atau pembukaan cervix.
3. Keluarnya lendir berdarah dari jalan lahir (show).
- Dengan pendataran dan pebukaan, lendir dari canalis cervikalis keluar disertai dngan sedikit
darah.
- Perdarahan yang sedikit ini disebabkan karena lepasnya selaput ajnin pada bagian bawah
segmen bawah rahim hingga beberapa kapilair terputus.

4. Keluarnya cairan banyak dengan sekonyong-konyong dari jalan lahir

Hal ini terjadi kalau ketuban pecah atau selaput janin robek. Ketuban itu biasanya pecah,
kalau pembukaan lengkap atau hampir lengkap dan dalam hal ini keluarnya cairan merupakan
tanda yang lambat sekali.
Tetapi kadang-kadang ketuban itu pecah pada pembukaan kecil, malahan kadang-kadang
selaput janin robek sebelum persalinan.
Walaupun selaput robek sebelum persalinan, kita boleh mengharapkan bahwa persalinan
akan mulai dalam 24 jam setelah air ketuban keluar.
Ketuban dinyatakan pecah dini bila terjadi sebelum proses persalinan berlangsung. Ketuban
pecah dini disebabkan oleh karena berkurangnya kekuatan nmembran atau meningkatnya
tekanan intra uteri atau oleh kedua faktor tersebut. Berkurangnya kekuatan membrane
disebabkan adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina serviks.
(Sarwono Prawiro, 2002)
Ketuban pecah dini merupakan pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan dan
ditunggu satu jam sebelum dimulainya tanda persalina, waktu sejak pecah ketuban sampai terjadi
kontrasi rahim disebut kejadian ketuban pecah dini (periode laten ).
(Ida Bagus Manuaba EGC, 1998)
Ketuban pecah dini merupakan masalah penting dalam obstetric terkaitan dengan penyulit
kelahiran premature dan terjadinya infeksi khorioamnionitis sampai sepsis yang meningkatkan
morbiditas dan mortalitas perinata, dan menyebabkan infeksi ibu.
(Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, 2001)
Ketuban pecah dini atau sponkaneous/early/premature rupture of the membrane (PROM)
adalah pecahnya ketuban sebelum partus yaitu bila pembukaan pada premi dari 3 cm dan pada
multipara kurang dari 5 cm.
(Rustam Mochtar, 1998)

2. Etiologi
Penyebab ketuban pecah dini mempunyai dimensi multifaktorial yang dapat dijabarkan sebagai
berikut:
- Serviks inkompeten.
- Ketegangan rahim berlebihan: kehamilan ganda, hidramnion.
- Kelainan letak janin dalam rahim: letak sungsang, letak lintang.
- Kemungkinan kesempitan panggul: bagian terendah belum masuk PAP.
- Infeksi yang menyebabkan terjadinya proses biomekanik pada selaput ketuban dalam bentuk
proleolitik sel sehingga memudahkan ketuban pecah.
-
5. Patofisiologi
a. Terjadi penbukaan premature serviks.
b. Membrane terkait dengan pembukaan terjadi: selaput ketuban tidak kuat sebagai akibat
kurangnya jaringan ikat dan vaskularisasi.
c. Bila terjadi pembukaan serviks maka selaput ketuban sangat lemah dan mudah pecah dengan
mengeluarkan air ketuban.
d. Melemahnya daya tahan ketuban dipercepat dengan infeksi yang mengeluarkan enzim: enzim
proteolitik dan enzim kolagenase.

6. Manifestasi klinis
a. Keluar air ketuban warna putih keruh, jernih, kuning, hijau atau kecoklatan sedikit-sedikit atau
skaligus banyak.
b. Dapat disertai demam bila sudah ada infeksi.
c. Janin mudah diraba.
d. Pada pemeriksaan dalam, selaput dalam sudah tidak ada air ketuban, sudah kering.
e. Inspekulo: tampak air ketuban mengalir atau selaput ketuban tidak ada dan air ketuban sudah
kering.

7. Komplikasi ketuban pecah dini


a. Infeksi intrapartum (korioamnionitis)
b. Persalinan preterm, jika terjadi pada usia kehamilan preterm
c. Prolaps tali pusat
d. Oligohidamnion
(www.google.com.”ketuban pecah dini”)

8. Pemeriksaan diagnostic
1. Ultrasonografi
ultrasonografi dapat mengidentifikasikan kehamilan ganda, anomaly janin, atau melokalisai
kantong amnion pada amniosintesis.
2. Amniosintesis
cairan amnion dapat dikirim ke laboratorium untuk evaluasi kematangan paru janin.
3. Pemantauan janin
membantu dalam mengevaluasi janin.
4. Protein C-reaktif
peningkatan protein C-reaktif serum menunjukkan peningkatan korioamnionitis.
5. Histopatologi
cairan ditampung dalam tabung reaksi kemudian dibakar sampai tertinggal endapan tersebut
dilihat dibawah mikroskop dan bila air ketuban mengalami kelainan maka akan terlihat seperti
daun pakis.
6. Kertas lakmus
bila merah menunjukkan cairan mengandung urine yang bersifat asam, bila biru menunjukkan
cairan mengandung air ketuban yang bersifat basa.

9. Penatalaksanaan
a. Penanganan umum:
 Konfirmasi usia kehamilan,kalau ada dengan USG
 Lakikan pemeriksaan inspekulo untuk menilai cairan yang keluar (jumlah, warna, bau) dan
membedakannya dengan urin. Dengan pemeriksaan tes lakmus,bila kertas lakmus biru
menunjukkan air ketuban (basa), dan bila kertas lakmus merah menunjukkan cairan urine (asam)
 Jika ibu mengeluh perdarahan pada akhir kehamilan (setelah 32 minggu), jangan melakukan
menit pemeriksaan dalam secara digital
 Tentukan ada tidaknya infeksi
 Tentukan tanda-tanda inpartus
b. Penanganan khusus:
Konfirmasi diagnosis:
 Bau cairan ketuban yang khas
 Jika keluarnya cairan ketuban sedikit-sedikit, tampung cairan yang keluar dan nilai 1 jam
kemudian
 Dengan speculum DTT, lakukan pemeriksaan inspekulo, nilai apakah cairan keluar melalui
ostium uteri atau terkumpul di forniks posterior
(Prawirohardjo, 2002)
c. Penanganan konservatif:
 Rawat di rumah sakit
 Berikan antibiotic (ampisilin 4 x 500 mg atau erittromisin bila tidak tahan ampisilin) dan
metronidazol 2 x 500 mg selama 7 hari
 Jika umur kehamilan < 32 – 34 minggu, dirawat selama air ketuban masih keluar atau sampai air
ketuban tidak keluar lagi
 Jika usia kehamilan 32 -37 minggu, belum inpartu, tidak ada infeksi,tes busa negative; beri
deksametason, observasi tanda-tanda infeksi dan kkesejahteraan janin, terminasi pada kehamilan
37 minggu
 Jika usia kehamilan 32 – 37 minggu, sudah inpartu,tidak ada infeksi, berikan tokolitik
(salbutamol), deksametason dan induksi sesudah 24 jam
 Jika usia kehamilan 32 -37minggu, ada infeksi, beri antibiotic dan lakukan induksi
 Nilai tanda-tanda infeksi (suhu, lekosit, tanda-tanda infeksi intra uterin). Klien dianjurkan pada
posisi trendelenburg untuk menghindari prolap tali pusat.

d. Penanganan aktif:
 Kehamilan >37 minggu, induksi dengan oksitosin, bila gagal seksio sesarea. Dapat pula diberikan
misoprotal 50 μg intravaginal tiap 6 jam maksimal 4 kali
 Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotic dosis tinggi dan persalinan diakhiri:
a. Bila skor pelvic < 5, lakukan pematangan serviks kemudian induksi, jika tidak berhasil, akhiri
persalinan dengan seksio sesarea
b. Bila skor pelvic > 5, induksi persalinan, partus pervaginam
(prawirohardjo, 2002)

Implikasi keperwatan/ diagnosa keperawatan

Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


keperawatan
Resti infeksi Mencapai 1.Informasikan pada klien 1. Mencegah terpajan
berhubungan penyembuhan tentang pentingnya mikroorganisme infeksius
dengan luka tepat personal hygine
peningkatan waktu 2.ajarkan teknik cuci 2. Mencegah kontaminasi
paparan tangan yang benar silang menurunkan resiko
terhadap tinggi infeksi
organisme,
penurunan daya
tahan terhadap
mikroorganisme
penyebab
infeksi
Cemas Cemas dapat 1. Menggali bahwa individu 1. Selain cemas ekspresikan
berhubungan berkurang cemas dan menyadari kemarahan juga adalah
dengan adanya secara efektif situasi yang secara reaksi yang sering
ancaman potensial dapt terhadap suatu penyakit
bahaya mencetuskan cemas, 2. Ekspresinya dapt berupa
seperti yang ditunjukan agresi, suatu reaksi
sarat secara fisiologis, kompleks perasaan dan
emosional dan perilaku perilaku dengan intensitas,
2. Mendorong individu durasi dan ekspresi yang
menggali cemas dan berbeda
ekspresikan segala
kecemasannya
Resiko 1.Input dan 1. Observasi dan catat 1. Mengawasi masukan
kekurangan output masukan volume cairan kebutuhan cairan
volume cairan volume 2. Pantau berat badan setiap2. Mengetahui berat badan
berhubungan cairan hari atau aktifitas intervensi
dengan seimbang
peningkatan 2.Berat badan
aktifitas, bertambah
metabolisme
tubuh

Kasus 24:
Ny. Y 24 tahun GI Po Ao usia gestasi 40 minggu. Masuk RS 21 juni 2005 jam 09:45 WIB. Dan
anda melakukan pengkajian pada jam 10:00 WIB. Dx medis PROM dari pemeriksan lab darah
positif terdapat gambaran seperti pakis dari cairan yang diambil pervaginam. Pemeriksaan VT
pembukaan I ketuban telah pecah warna jernih. Blood slym (negatif) kien mengeluh mulas-
mulas sejak tadi malam setelah sholat magrib. Klien mengaku cemas dengan keaadaannya. Klien
menyatakan agar bayinya dapat lahir dengan selamat. His 1X10 menit durasi 20 menit. TD
100/70 mmHg. Nadi kuat teratur 80x/menit.T 37,0 oC. Tampak klien berkeringat banyak, baju
klien basah dan lembab.
Soal A:

1. buat NCP sesuai dengan data yang ada


2. bagaimana dengan implementasi dan evaluasi terkait dengan data berikut

pada siang harinya sebelum berganti dinas, anda melakukan evaluasi dari intervensi yang anda
lakukan pukul 13:30 WIB didapatkan data, tampak klien semakin lemah TD 100/70 mmHg,
Nadi kuat 86x/mnt, RR 24x/mnt, T 37,0o C, pemeriksaan leokosit 13000 mm3. klien cemas
dengan persalinannya. Anda memberikan penjelasan tentang cara nafas dalam bila nyeri timbul,
tetapi klien tidak dapat berkonsentrasi karena cemasnya. Klien dipasang IV FD Nacl 0,9 % 20
tetes per menit. His 2x / 10 mnt, durasi 20 menit pembukaan 2.

A. Pengkajian
1. Identitas pasien
# Nama : Ny. Y
# Umur : 24 tahun

2. Keluhan utama
# Ny.Y mengeluh mulas-mulas sejak tadi malam setelah solat maghrib
# Ny.Y mengeluh c emas dengan keadaannya
# Ny.Y menanyakan apakah bayinya dapat lahir dengan selamat.

3. Riwayat obstetric
a) Riwayat haid
- Menarche : 16 tahun
- Siklus : 28 hari
- Durasi : 1 minggu
b) Riwayat kehamilan sekarang
c) Kehamilan ke : I
d) HPHT : 05 September 2004
e) HPL :21 Juni 2005

4. Pemeriksaan umum:
- tinggi badan
- berat badan
- TTV :-TD :100/70 mmHg
-N : 80x/mnt
-RR : 20x/mnt
-T : 37,0 c
5. Pemerisaan penunjang :
- leokosit : 13 ribu mm3 (13.30)
- pemeriksaan air ketuban : tampak gambaran seperti pakis dari cairan ketuban

B. Analisa Data :
No. Data yang di dapat Masalah keperawatan
1. Ds :- klien memengaku cemas dengan cemas
keadaannya
- klien menyatakan agar bayinya dapat lahir
dengan selamat.
Do ; -
2. Ds : - Kekurangan volume cairan
Do :-klien tampak berkeringat banyak
-baju klien basah dan lembab
3. Ds: klien mengeluh mulas-mulas sejak tadi nyeri
malem setelah sholat magrib.
Do: pemeriksaan VT pembukaan 1, ketuban
telah pecah, warna jernih

B. Diagnosa Keperawatan:

a. Cemas berhubungan dengan kurang informasi tentang kehamilan


b. Resti infeksi berhubungan dengan peningkatan pemajanan mikroorganisme
c. Kekurangn volume cairan berhubungan dengan diaforesis meningkat
Diagnosa Tujuan/ criteria
NO Intervensi Rasional
Keperawatan hasil
1 Cemas b/d Setelah dilakukan 1. Jelaskan prosedur 1. Pengetahuan tentang
kurangnya asuhan keperawatan intervensi alas an untuk aktifitas
informasi 1x30 menit klien keperawatan dan ini dapat menurunkan
tentang mampu menunjukkan tindakan.pertahankan rasa takut dari
kehamilannya. berkurangnya rasa komunikasi ketidaktahuan
cemas dan mampu terbuk;diskusikan
mengatasi koping dengn klien
dengan criteria hasil: kemungkinan efek
 Menggunakan teknik samping dan hasil
pernafasan dan pertahankan sikap
relaksasi dengan optimistic
efektif 2. Orientasikan klien
 Mengungkapkan dengan pasangan 2. Membantu klien dan
pemahaman situasi pada lingkungan orang terdekat merasa
individu dan persalinan mudah dan lebih
kemungkinan hasil 3. Anjurkan teknik nyaman disekitar kita
lahir relaksasi 3. Memungkinkan klien
 Tampak rileks; TTV mendapatkan
ibu dalam batas kemungkinan
normal: maksimum dari periode
TD:120/90mmHg istirahat: mencegah
Nadi: 70-100x/menit kelelahan otot dan
RR: 20x/menit memperbaiki aliran
uterus
Diagnosa Tujuan/ criteria
NO Intervensi Rasional
Keperawatan hasil
4. Anjurkan 4. Dapat membantu
pengungkapan rasa menurunkan ansietas
takut atau masalah dan merangsang
identifikasi perilaku
koping
5. Pantau tanda vital ibu
5. Tanda vital klien dan
dan janin janin dapat berubah
karena ansietas.
Stabilisasi dapat
menunjukkan
penurunan tingkat
ansietas/
2 Resti infeksi Setelah dilakukan 1. Lakukan 1. Pengulangan
b/d asuhan keperawatan pemeriksaan vagina pemeriksaan vagina
peningkatan 1x 30 menit awal: ulangi bila berperan dalam insisen
pemajanan diharapkan klien kontraksi atau infeksi asenden
mikro dapat terbebas dari perilaku klien
organisme infeksi dengan menandakan
criteria hasil: kemajuan persalinan
 suhu tubuh normal: bermakna
370 C 2. Tekankan pentingnya
 jumlah leukosit cuci tangan yang baik2. Menurunkan resiko
normal (5000- dan tepat yang memerlukan atau
10000/mm3) 3. Gunakan teknik menyebar agen

 cairan amniotic aseptic selama 3. Membantu mencegah

jernih, hampir tidak pemeriksaan vagina pertummbuhan bakteri:

berwarna dan berbau membatasi kontaminasi


dari pencapaian
kevagina
Diagnosa Tujuan/ criteria
NO Intervensi Rasional
Keperawatan hasil
4. Pantau suhu, nadi, 4. Dalam 4 jam
pernafasan. SDP membrane rupture,
sesuai indikasi insiden karioamnionitis
meningkat secara
progresif, ditunjukkan
dengan meningkatkan
TTV dan SDP
5. Pada infeksi cairan
amniotic menjadi lebih
5. Pantau dan kental dan kuning pekat
gambarkan karakter dan bau kuat dan dapat
cairan amniotik dideteksi
CATATAN PERKEMBANGGAN/PROGRES NOTE
I. Implementasi

NO Tanggal Implementasi Respon Ttd


Dx jam
1 21 juni 1. Ajarkan pada klien tentang 1. Klien mengerti dan mampu
2005 pentingnya personal hygiene melakukan personal hygiene
jam dengan baik
13.30 2. Berikan anti biotik dan anti 2. Klien mampu di ajak bekerja
wib infektikum sama
3. Kaji pada daerah vagina 3. Klien bebas dari infeksi
2 21 juni 1. Mengukur tingkat 1. Klien tampak tenang dalam
2005 kecemasan denagn melihat pemeriksaan
jam tanda fisik pada ibu serta
13.30 mengukur TTV
wib 2. Memberikan suport yang 2. Pasangan (suami)
adekuat dengan cara mendampingi klien saat
meminta pasangan berada pemeriksaan dan ibu tampak
disamping ibu selama lebih nyaman
pemeriksaan
3. Mengajarkan teknik nafas 3. Klien mampu menggunakan
dalam dan teknik relaksasi teknik nafas dalam sehingga
cemas dapat diminimalkan
4. Psikologis ibu tampak
4. Mengurangi kecemasan ibu kembali lebih normal dan ibu
dengan memberi informasi tampak lebih tenang
yang adekuat tentang proses
persalinan yang dihadapi
5. Mengurangi kecemasan ibu 5. Klien mengatakan merasa
ndengan memberikan tenang setelah mendapatkan
informasai tentang prosedur informasi yang telah
penatalaksanaan selama diberikan
persalinan
3 21 juni 1. Mengukur intake dan output1. Kebutuhan cairan pada klien
2005 cairan sesuai dengan tampak terpenuhi
jam kebutuhan tubuh
13.30
2. Menimbang BB 2. Klien mau bekerjasama
wib 3. Mengukur tingkay 3. Klien mampu
pengetahuan ibu tentang mengungkapkan kebutuhan
pentingnya cairan tubuh cairan bagi dirinya sendiri
dalam persalinan
4.

II. Evaluasi

ÿÿtrpaddfl3ÿÿÿÿÿdctlÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ Eval Ttd


asÿÿlphaÿÿnumÿÿÿÿarsid107655 uasi
62 No. Dxÿÿÿÿl Tanggal
1. 21 S:
juni  Klien mengatakan nyaman
2005 ketika di lakukan
pemeriksaan didaerah
vagina serta klien
mengatakan mau menjaga
kebersihan di daerah
vagina tersebut
O:
 Klien tidak tampak tanda-
tanda infeksi pada daerah
vagina
 Pemeriksaan TTV dalam
batas normal
Nadi: 80x/menit
TD: 120/70 mmHg
RR: 24x/menit
T: 37oC
A:
 Resiko infeksi belum
teratasai atau belum dapat
diminimalkan
P:
 Ulangi intervensi yang
telah dilakukan
 Ulangu pengukuran TTV
2 21 S:
juni  Klien mengatakan lebih
2005 tenang
O:
 Pemeriksaan TTV dengan
hasil
Nadi: 80x/menit
TD: 120/70 mmHg
RR: 24x/menit
A:
 Cemas teratasi atau hilang
P:
 Berikan intervensi yang telah
diberikan
3 21 S:
juni  Klien mengatkan mau minum
2005 banyak
O:
 Menimbang BB
 Turgor kulit normal
 Elastisitas kulit normal
A:
 Resti kebutuhan volume
cairan dapat teratasi
P:
 Pertahankan hasil yang dapat
dicapai
 Anjurkan pada kilen untuk
mempertahankan volume
cairan setiap hari
 Berikan informasi tentang
status kebutuhan cairan
DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, M. 1996. Rencana Asuhan perawatan maternal bayi. Jakarta: EGC

Manuaba, Ida Bagus Gde. 1998. Ilmu kebidanan, penyakit kandun gan dan keluarga berencana
untuk pendidikan bidan. Jakarta: EGC

Mochtar, R, 1998. sinopsis obstetric, jilid I. Jakarta: EGC

Prawirohardjo, S. 2002. buku acuan nasional pelayanan kesehatan maternal dan neonatal,
Jakarta: Bina Pustaka FKUI

Prawirohardjo, S, 2002. buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal dan neonatal.
Jakarta: Bina Pustaka FKUI
Taber, M.D, 1994, Kedaruratan obstetric dan ginekologi. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai