pembelajaran secara teori dan praktek, sehingga pelatihan merupakan faktor yang
pendukung. Salah satu faktor yang menjadikan pelatihan dengan metode simulasi
pelatih yang telah memiliki sertifikat provider. Hal ini sejalan dengan penelitian
(Sutono dkk, 2015) yang menyatakan pelatihan dengan umpan balik pelatih dapat
langsung memberikan koreksi dan perintah jika dalam melakukan prosedur kurang
tepat. Selain itu, peserta dapat secara langsung bertanya, sehingga peserta akan lebih
paham dalam proses pelatihan. Faktor lain yang dapat meningkatkan pengetahuan
peserta pelatihan yaitu dengan pemberian simulasi . Hal ini didukung oleh penelitian
responden terkait bantuan hidup dasar. Simulasi dapat bermanfaat bagi peserta untuk
belajar secara mandiri dan responden dapat mempelajarinya diluar waktu pelatihan.
Selain edukasi melalui pelatihan melalui konsep simulasi terdapat beberapa metode
menggunakan video memiliki kelebihan tersendiri yaitu peserta dapat belajar secara
mandiri menggunakan video dimana saja dan kapan saja. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Metrikayanto, dkk (2019) edukasi melalui video merupakan inovasi
dalam pelatihan bantuan hidup dasar. Penelitian ini menjelaskan bahwa pelatihan
melalui video merupakan metode yang efektif dalam mengajarkan masyarakat awam
Pendidikan kesehatan dengan metode simulasi merupakan salah satu metode untuk
Notoatmodjo (2010), keunggulan dari metode simulasi ini adalah perhatian responden
dapat dipusatkan kepada hal-hal yang dianggap penting oleh pendidik dan mencoba
mempraktikkan secara langsung proses pendidikan yang telah diberikan sehingga hal
yang penting itu dapat diamati secara teliti. Bantuan Hidup Dasar atau Basic Life
mempertahankan fungsi vital organ pada korban henti jantung dan henti nafas.
Intervensi ini terdiri dari pemberian kompresi dada dan bantuan nafas (Hadisman,
2014). Bantuan Hidup Dasar dilakukan sampai bantuan atau pertolongan lanjutan
datang. Bantuan hidup dasar merupakan bagian dari pengelolaan gawat darurat medik
Pandemi virus korona baru (Covid-19) yang menyebar cepat membuat orang
tak lagi berani menolong sesamanya melalui sentuhan fisik meski ada yang sakit
mendadak dan tiba-tiba jatuh di ruang terbuka, maka pada kondisi tersebut, peran
serta masyarakat untuk membantu korban sebelum ditemukan oleh petugas kesehatan
menjadi sangat penting dengan adanya pelatihan BHD pada saat Pandemi Covid-19.
Wabah infeksi SARS-CoV2 yang terus meningkat dan menyebar luas tentu
praktik resusitasi yang telah ada. Tantangan yang dihadapi adalah bagaimana
memastikan pasien dengan atau tanpa COVID-19 yang mengalami henti jantung
dengan COVID-19 yang sangat menular, hal ini tentunya menimbulkan tantangan
tersendiri dalam hal respon emergensi dan mungkin mempengaruhi angka morbiditas
perawatan di rumah sakit, dan 3-6% berada pada kondisi kritis. Komplikasi seperti
hipoksemia akibat gagal nafas akut, jejas miokard, aritmia ventrikular, dan syok
banyak dijumpai pada pasien kritis dan menyebabkan pasien tersebut lebih berisiko
meningkatkan risiko aritmia lethal. Dengan angka infeksi yang masih bertambah
secara eksponensial di berbagai belahan dunia, angka henti jantung pada pasien
profesi dengan risiko tertinggi tertular penyakit ini. Risiko ini semakin nyata seiring
maraknya kelangkaan Alat Pelindung Diri (APD) di seluruh dunia. Upaya resusitasi
dalamnya kompresi dada, ventilasi tekanan positif, dan pemasangan alat bantu nafas
lanjut (advanced airway). Selama prosedur ini, partikel virus dapat tersuspensi di
udara dengan waktu paruh kurang-lebih 1 jam dan dihirup oleh orang-orang yang ada
bekerja dalam jarak dekat baik satu sama lain maupun dengan pasien. Terakhir, henti
resusitasi dalam waktu cepat dan hal ini berpotensi menyebabkan kemerosotan
D. Penelitian Terkait
Kondisi kegawatdaruratan dapat terjadi di mana saja, kapan saja dan sudah menjadi
tugas dari petugas kesehatan untuk menangani masalah tersebut. Serangan jantung
mendadak menjadi penyebab utama kematian di luar rumah sakit dan di rumah sakit.
Kematian terjadi biasanya karena ketidakmampuan petugas kesehatan untuk
menangani penderita pada fase gawat darurat (Golden Period). Ketika pasien segera
menerima Bantuan Hidup Dasar, pasien tersebut memiliki kesempatan hidup yang
lebih mungkin terjadi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
pendidikan kesehatan tentang Bantuan Hidup Dasar dengan metode simulasi terhadap
keterampilan mahasiswa STIK Siti Khadijah Palembang. Desain penelitian ini
menggunakan pre eksperiment dengan pendekatan one group pre-test and post-test
design. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 11 – 16 November 2019. Sampel pada
penelitian ini berjumlah 68 responden dengan tehnik pengambilan sampel purposive
sampling. Instrumen yang digunakan yaitu lembar checklist dari American Heart
Association tahun 2015. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh
pendidikan kesehatan tentang Bantuan Hidup Dasar dengan metode simulasi terhadap
keterampilan mahasiswa dengan p value = 0.000. Diharapkan mahasiswa mampu
mengaplikasikan pertolongan pertama pada pasien dengan henti nafas dan henti
jantung dengan tindakan Bantuan Hidup Dasar ketika menemukan korban dalam
kondisitersebut.