Anda di halaman 1dari 7

C.

Keterkaitan Pelatihan Simulasi BHD covid Terahadap ketermapilan

menolong pasien kegawat daruratan dimasa padeni covid pada mahasiswa.

Pelatihan merupakan proses pendidikan jangka pendek yang menyatukan

pembelajaran secara teori dan praktek, sehingga pelatihan merupakan faktor yang

dapat meningkatkan pengetahuan seseorang (Larasati, 2018). Pelatihan dapat

mempengaruhi pengetahuan secara signifikan karena memiliki faktor-faktor

pendukung. Salah satu faktor yang menjadikan pelatihan dengan metode simulasi

dapat meningkatkan pengetahuan yaitu karena peserta dibimbing langsung oleh

pelatih yang telah memiliki sertifikat provider. Hal ini sejalan dengan penelitian

(Sutono dkk, 2015) yang menyatakan pelatihan dengan umpan balik pelatih dapat

langsung memberikan koreksi dan perintah jika dalam melakukan prosedur kurang

tepat. Selain itu, peserta dapat secara langsung bertanya, sehingga peserta akan lebih

paham dalam proses pelatihan. Faktor lain yang dapat meningkatkan pengetahuan

peserta pelatihan yaitu dengan pemberian simulasi . Hal ini didukung oleh penelitian

Somantri (2015) yang menyatakan pemberian simulasi dapat menambah paparan

responden terkait bantuan hidup dasar. Simulasi dapat bermanfaat bagi peserta untuk

belajar secara mandiri dan responden dapat mempelajarinya diluar waktu pelatihan.

Selain edukasi melalui pelatihan melalui konsep simulasi terdapat beberapa metode

lain dalam meningkatkan pengetahuan, diantaranya yaitu melalui video. Pelatihan

menggunakan video memiliki kelebihan tersendiri yaitu peserta dapat belajar secara

mandiri menggunakan video dimana saja dan kapan saja. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Metrikayanto, dkk (2019) edukasi melalui video merupakan inovasi

dalam pelatihan bantuan hidup dasar. Penelitian ini menjelaskan bahwa pelatihan

melalui video merupakan metode yang efektif dalam mengajarkan masyarakat awam

terkait bantuan hidup dasar.

Menurut Young dalam Ningsih (2011) menjelaskan bahwa presentase

peningkatan kemampuan seseorang 90% didapatkan dari melihat langsung,

mempraktikkan serta memperagakan pengetahuan dan keterampilan yang diajarkan.

Pendidikan kesehatan dengan metode simulasi merupakan salah satu metode untuk

memberikan pengetahuan, pengalaman dan keterampilan kepada mahasiswa. Menurut

Notoatmodjo (2010), keunggulan dari metode simulasi ini adalah perhatian responden

dapat dipusatkan kepada hal-hal yang dianggap penting oleh pendidik dan mencoba

mempraktikkan secara langsung proses pendidikan yang telah diberikan sehingga hal

yang penting itu dapat diamati secara teliti. Bantuan Hidup Dasar atau Basic Life

Support merupakan sekumpulan intervensi yang bertujuan untuk mengembalikan dan

mempertahankan fungsi vital organ pada korban henti jantung dan henti nafas.

Intervensi ini terdiri dari pemberian kompresi dada dan bantuan nafas (Hadisman,

2014). Bantuan Hidup Dasar dilakukan sampai bantuan atau pertolongan lanjutan

datang. Bantuan hidup dasar merupakan bagian dari pengelolaan gawat darurat medik

yang bertujuan untuk mencegah berhentinya sirkulasi atau berhentinya respirasi

(Frame, 2010). Mahasiswa harus memiliki keterampilan yang profesional,

keterampilan (kompetensi) khusus tersebut bisa didapatkan melalui pendidikan dan


pelatihan tentang kegawatdaruratan. Keterampilan tersebut harus selalu ditingkatkan

atau dikembangkan dan dipelihara sehingga menjamin perawat dapat melaksanakan

peran dan fungsinya secara professional (Fatmawati, 2019) .

Pandemi virus korona baru (Covid-19) yang menyebar cepat membuat orang

tak lagi berani menolong sesamanya melalui sentuhan fisik meski ada yang sakit

mendadak dan tiba-tiba jatuh di ruang terbuka, maka pada kondisi tersebut, peran

serta masyarakat untuk membantu korban sebelum ditemukan oleh petugas kesehatan

menjadi sangat penting dengan adanya pelatihan BHD pada saat Pandemi Covid-19.

Wabah infeksi SARS-CoV2 yang terus meningkat dan menyebar luas tentu

berdampak pada upaya resusitasi dan memunculkan kebutuhan untuk memodifikasi

praktik resusitasi yang telah ada. Tantangan yang dihadapi adalah bagaimana

memastikan pasien dengan atau tanpa COVID-19 yang mengalami henti jantung

mendapatkan kesempatan untuk selamat tanpa membahayakan keselamatan penolong

– yang tentunya akan dibutuhkan untuk merawat pasien-pasien berikutnya. Ditambah

dengan COVID-19 yang sangat menular, hal ini tentunya menimbulkan tantangan

tersendiri dalam hal respon emergensi dan mungkin mempengaruhi angka morbiditas

maupun mortalitas. Sekitar 12-19% pasien yang positif COVID-19 membutuhkan

perawatan di rumah sakit, dan 3-6% berada pada kondisi kritis. Komplikasi seperti

hipoksemia akibat gagal nafas akut, jejas miokard, aritmia ventrikular, dan syok

banyak dijumpai pada pasien kritis dan menyebabkan pasien tersebut lebih berisiko

mengalami henti jantung. Penggunaan obat-obatan seperti hidroklorokuin dan


azitromisin yang memiliki efek samping memperpanjang interval QT juga berpotensi

meningkatkan risiko aritmia lethal. Dengan angka infeksi yang masih bertambah

secara eksponensial di berbagai belahan dunia, angka henti jantung pada pasien

COVID-19 juga kemungkinan besar akan bertambah. Tenaga kesehatan merupakan

profesi dengan risiko tertinggi tertular penyakit ini. Risiko ini semakin nyata seiring

maraknya kelangkaan Alat Pelindung Diri (APD) di seluruh dunia. Upaya resusitasi

meningkatkan risiko penularan terhadap tenaga kesehatan karena berbagai alasan.

Pertama, RJP meliputi berbagai prosedur yang menghasilkan aerosol, termasuk di

dalamnya kompresi dada, ventilasi tekanan positif, dan pemasangan alat bantu nafas

lanjut (advanced airway). Selama prosedur ini, partikel virus dapat tersuspensi di

udara dengan waktu paruh kurang-lebih 1 jam dan dihirup oleh orang-orang yang ada

di sekitarnya. Kedua, upaya resusitasi mengharuskan sejumlah penolong untuk

bekerja dalam jarak dekat baik satu sama lain maupun dengan pasien. Terakhir, henti

jantung merupakan kegawatdaruratan dimana kebutuhan pasien untuk mendapat

resusitasi dalam waktu cepat dan hal ini berpotensi menyebabkan kemerosotan

praktik kewaspadaan standar untuk mengontrol infeksi.

D. Penelitian Terkait

1. (Yusrin,dkk 2021). Peningkatan Pengetahuan dan Keterampilan Karang Taruna


melalui Pelatihan Bantuan Hidup Dasar (CPR) pada Masa Pandemi Covid-19 di
Kecamatan Kota Utara, Kota Gorontalo.

Pengetahuan dalam menanggulangi penderita gawat darurat merupakan faktor yang


sangat penting dalam menentukan keberhasilan pertolongan. Pandemi virus korona
baru (Covid-19) yang menyebar cepat membuat orang tak lagi berani menolong
sesamanya melalui sentuhan fisik meski ada yang sakit mendadak dan tiba-tiba jatuh
di ruang terbuka, maka pada kondisi tersebut, peran serta masyarakat untuk
membantu korban sebelum ditemukan oleh petugas kesehatan menjadi sangat penting
dengan adanya pelatihan BHD pada saat Pandemi Covid-19. Tujuan kegiatan ini
adalah agar meningkatnya pengetahuan dan keterampilan karang taruna melalui
pelatihan bantuan hidup dasar pada masa pandemi Covid-19 di Kecamatan Kota
Utara, Kota Gorontalo. Metode yang digunakan yaitu ceramah dan demostrasi,
sasaran pengabdian adalah karang taruna Kec. Kota Utara dan analisa menggunakan
analisis statistik pengetahuan dan keterampilan. Hasil dari kegiatan ini, adanya
perubahan pengetahuan tentang BHD (CPR) dari kurang menjadi baik dan ada
perubahan Keterampilan tentang BHD (CPR) dari kurang menjadi baik dengan
analisis statistik analisis statistik menunjukkan bahwa nilai α sebesar 0,000.
Pentingnya dilakukan peningkatan pengetahuan CPR karena pada konsep CPR lama
AHA 2015 masih menggunakan Bantuan Napas atau ventiklasi “mout to mout”
sehingga penolong beresiko terpapar Covid-19, pada AHA 2020 untuk bantuan napas
ventilasi sudah dihilangkan sehingga memperkecil kemungkinan terpapar.

2. (Apriani Dan Abdu, 2021). PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG


BANTUAN HIDUP DASAR DENGAN METODE SIMULASI TERHADAP
KETERAMPILAN MAHASISWA

Kondisi kegawatdaruratan dapat terjadi di mana saja, kapan saja dan sudah menjadi
tugas dari petugas kesehatan untuk menangani masalah tersebut. Serangan jantung
mendadak menjadi penyebab utama kematian di luar rumah sakit dan di rumah sakit.
Kematian terjadi biasanya karena ketidakmampuan petugas kesehatan untuk
menangani penderita pada fase gawat darurat (Golden Period). Ketika pasien segera
menerima Bantuan Hidup Dasar, pasien tersebut memiliki kesempatan hidup yang
lebih mungkin terjadi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
pendidikan kesehatan tentang Bantuan Hidup Dasar dengan metode simulasi terhadap
keterampilan mahasiswa STIK Siti Khadijah Palembang. Desain penelitian ini
menggunakan pre eksperiment dengan pendekatan one group pre-test and post-test
design. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 11 – 16 November 2019. Sampel pada
penelitian ini berjumlah 68 responden dengan tehnik pengambilan sampel purposive
sampling. Instrumen yang digunakan yaitu lembar checklist dari American Heart
Association tahun 2015. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh
pendidikan kesehatan tentang Bantuan Hidup Dasar dengan metode simulasi terhadap
keterampilan mahasiswa dengan p value = 0.000. Diharapkan mahasiswa mampu
mengaplikasikan pertolongan pertama pada pasien dengan henti nafas dan henti
jantung dengan tindakan Bantuan Hidup Dasar ketika menemukan korban dalam
kondisitersebut.

3. (Vina dan Wiwin 2020). PENGARUH PELATIHAN (BHD) TERHADAP


PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN MAHASISWA KESEHATAN
MASYARAKAT,

Out-of-Hospital Cardiac Arrest (OHCA) merupakan keadaan hilangnya fungsi


jantung secara tibatiba yang terjadi di luar rumah sakit dan membutuhkan pertolongan
cepat. Bantuan Hidup Dasar (BHD) merupakan pertolongan pertama kepada korban
OHCA yang dapat meningkatkan angka keberlangsungan hidup pasien henti jantung.
Setiap lapisan masyarakat khususnya mahasiswa kesehatan harus memiliki
pengetahuan dan keterampilan BHD. Pelatihan dapat meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan mahasiswa jurusan kesehatan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui pengaruh pelatihan bantuan hidup dasar terhadap pengetahuan dan
keterampilan pada Himpunan Mahasiswa Kesehatan Masyarakat (HMKM) di UPN
“Veteran” Jakarta. Penelitian ini menggunakan desain Quasi Experiment Design
(Eksperimental Semu) dengan Pre-Post Without Control Group. Teknik Consecutive
sampling digunakan untuk merekrut 23 mahasiswa sebagai responden penelitian.
Hasil analisis menggunakan Paired t-test menunjukkan terdapat pengaruh yang
signifikan antara pelatihan BHD dengan pengetahuan (p=0,000) dan keterampilan
(p=0,000). Hal tersebut menunjukkan terdapat pengaruh yang signifikan antara
pelatihan BHD dengan pengetahuan dan keterampilan HMKM UPN “Veteran”
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai