Anda di halaman 1dari 21

PATOFISIOLOGI DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN

PERADANGAN : RHD

DISUSUN OLEH :
1. Alri Lestari
2. Putri Finka Novia
3. Wahyu Pratama

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG

PROGRAM STUDI NERS

2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-Nya
kami bisa menyelesaikan tugas Keperawatan Anak tentang “Patofisiologis Dan Asuhan
Keperawatan Reumatoid Heart Disease Pada Anak”.Makalah ini di ajukan guna memenuhi tugas
mata kuliah keperawatan Anak. Pada kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih
kepada rekan-rekan dan semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.

Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penyusun harapkan demi kesempurnaan
makalah ini dimasa mendatang. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan dapat
dijadikan sebagai bahan untuk menambah pengetahuan para pembaca.
Demikianlah alasan penyusunan dari makalah ini, Atas kekurangan yang nampak pada
penulisan ini, baik itu tersirat ataupun tersurat kami mohon maaf, dan selebihannya semoga
mendatangkan manfaat kepada kita semua, penyusun atau pembaca.

Bandar Lampung, Agustus 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL......................................................................................... i

KATA PENGANTAR...................................................................................... ii

DAFTAR ISI.................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang........................................................................ 1
B. Rumusan Masalah................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan................................................................... 1
D. Manfaat Penulisan.................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi RHD................................................................................ 2
B. Etiologi RHD................................................................................ 3
C. Manifestasi Klinis RHD............................................................... 5
D. Patofisiologi RHD....................................................................... 6
E. Asuhan Keperawatan RHD pada anak..................................... 7

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan................................................................................ 16
B. Saran........................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rematoid heart disease (RHD) merupakan penyebab terpenting dari penyakit jantung
yang didapat,baik pada anak maupun pada dewasa. Rematoid fever adalah peradangan akut
yang sering diawali oleh peradangan pada farings. Sedangkan RHD adalah penyakit
berulang dan kronis. Pada umumnya seseorang menderita penyakit rematoid fever akut kira-
kira dua minggu sebelumnya pernah menderita radang tenggorokan.

Reumatoid heart disease (RHD) adalah suatu proses peradangan yang mengenai jaringan-
jaringan penyokong tubuh, terutama persendian, jantung dan pembuluh darah oleh
organisme streptococcus hemolitic-b grup A (Pusdiknakes, 1993).RHD adalah suatu
penyakit peradangan autoimun yang mengenai jaringan konektif seperti pada jantung,tulang,
jaringan subcutan pembuluh darah dan pada sistem pernapasan yang diakibatkan oleh
infeksi streptococcus hemolitic-b grup A.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Rematoid Heart Disease ?

2. Apa penyebab Rematoid Heart Disease ?

3. Bagaimana Asuhan Keperawatan dari Rematoid Heart Disease ?

C. Tujuan

1. Mahasiswa mampu mengetahui definisi Rematoid Heart Disease.


2. Mahasiswa mampu mengetahui penyebab Rematoid Heart Disease.
3. Mahasiswa mampu mengulas tentang Asuhan Keperawatan dari Rematoid Heart Disease.

1
BAB 2

PEMBAHASAN

A. Definisi RHD

Penyakit jantung reumatik merupakan proses imun sistemik sebagai reaksi terhadap
infeksi streptokokus hemolitikus di faring (Brunner & Suddarth, 2001).Penyakit jantung
reumatik adalah penyakit peradangan sistemik akut atau kronik yang merupakan suatu
reaksi autoimun oleh infeksi Beta Streptococcus Hemolyticus Grup A yang mekanisme
perjalanannya belum diketahui, dengan satu atau lebih gejala mayor yaitu Poliarthritis
migrans akut, Karditis, Koreaminor, Nodul subkutan dan Eritema marginatum (Lawrence
M. Tierney, 2002).

Penyakit jantung rematik adalah penyakit yang ditandai dengan kerusakan pada katup
jantung akibat serangan karditis rematik akut yang berulang kali (Arif Mansjoer,
2002).Penyakit jantung rematik (RHD) adalah suatu proses peradangan yang mengenai
jaringan-jaringan penyokong tubuh, terutama persendian, jantung dan pembuluh darah oleh
organisme streptococcus hemolitic-β grup A (Sunoto Pratanu, 2000).

Rheumatic Heart Disease (RHD) adalah suatu kondisi dimana terjadi kerusakan pada
katup jantung yang bisa berupa penyempitan atau kebocoran, terutama katup mitral
(stenosis katup mitral) sebagai akibat adanya gejala sisa dari Demam Rematik (DR).

2
B. Etiologi RHD

Demam reumatik, seperti halnya dengan penyakit lain merupakan akibat interaksi
individu, penyebab penyakit dan faktor lingkungan. Penyakit ini berhubungan erat dengan
infeksi saluran nafas bagian atas oleh Beta Streptococcus Hemolyticus Grup A berbeda
dengan glomerulonefritis yang berhubungan dengan infeksi streptococcus di kulit maupun
disaluran nafas, demam reumatik agaknya tidak berhubungan dengan infeksi streptococcus
dikulit.
Faktor-faktor predisposisi yang berpengaruh pada timbulnya demam reumatik dan
penyakit jantung reumatik terdapat pada individunya sendiri serta pada keadaan lingkungan.
1. Faktor-faktor pada individu :
a. Faktor genetic
Adanya antigen limfosit manusia (HLA) yang tinggi.HLA terhadap demam
rematik menunjukkan hubungan dengan aloantigen sel B spesifik dikenal dengan
antibodymonoklonal dengan status reumatikus.
b. Jenis kelamin
Demam reumatik sering didapatkan pada anak wanita dibandingkan dengan
anak laki-laki.Tetapi data yang lebih besar menunjukkan tidak ada perbedaan
jeniskelamin, meskipun manifestasi tertentu mungkin lebih sering ditemukan pada
satujenis kelamin.
c. Golongan etnik dan ras
Data di Amerika Utara menunjukkan bahwa serangan pertama maupun ulang
demam reumatik lebih sering didapatkan pada orang kulit hitam dibanding dengan
orang kulit putih. Tetapi data ini harus dinilai hati-hati, sebab mungkin berbagai

3
faktor lingkungan yang berbeda pada kedua golongan tersebut ikut berperan atau
bahkanmerupakan sebab yang sebenarnya.
d. Umur
Umur agaknya merupakan faktor predisposisi terpenting pada timbulnya
demamreumatik/penyakit jantung reumatik. Penyakit ini paling sering mengenai
anak umur antara 5-15 tahun dengan puncak sekitar umur 8 tahun.Tidak biasa
ditemukan padaanak antara umur 3-5 tahun dan sangat jarang sebelum anak
berumur 3 tahun atausetelah 20 tahun.
Distribusi umur ini dikatakan sesuai dengan insidens infeksistreptococcus pada
anak usia sekolah. Tetapi Markowitz menemukan bahwapenderita infeksi
streptococcus adalah mereka yang berumur 2-6 tahun.
e. Keadaan gizi dan lain-lain
Keadaan gizi serta adanya penyakit-penyakit lain belum dapat ditentukan
apakahmerupakan faktor predisposisi untuk timbulnya demam reumatik.

f. Reaksi autoimun
Dari penelitian ditemukan adanya kesamaan antara polisakarida bagian dinding
selstreptokokus beta hemolitikus group A dengan glikoprotein dalam katub
mungkin ini mendukung terjadinya miokarditis dan valvulitis pada reumatik
fever.
2. Faktor-faktor lingkungan :
a. Keadaan sosial ekonomi yang buruk
Merupakan faktor lingkungan yang terpenting sebagai predisposisiuntuk
terjadinya demam reumatik.Insidens demam reumatik di negara-negara
yangsudah maju, jelas menurun sebelum era antibiotik termasuk dalam keadaan
sosialekonomi yang buruk, sanitasi lingkungan yang buruk, rumah-rumah
denganpenghuni padat, rendahnya pendidikan.
Sehingga pengertian untuk segera mengobatianak yang menderita sakit sangat
kurang pendapatan yang rendah sehingga biayauntuk perawatan kesehatan kurang
dan lain-lain. Semua hal ini merupakan faktor-faktor yang memudahkan
timbulnya demam reumatik.

4
b. Iklim dan geografi
Demam reumatik merupakan penyakit kosmopolit. Penyakit terbanyak
didapatkandidaerah yang beriklim sedang, tetapi data akhir-akhir ini
menunjukkan bahwadaerah tropis pun mempunyai insidens yang tinggi, lebih
tinggi dari yang didugasemula. Didaerah yang letaknya agak tinggi agaknya
insidens demam reumatik lebihtinggi daripada didataran rendah.
c. Cuaca
Perubahan cuaca yang mendadak sering mengakibatkan insidens infeksi saluran
nafas bagian atas meningkat, sehingga insidens demam reumatik juga meningkat.

C. Manifestasi Klinis RHD

Gejala jantung yang muncul tergantung pada bagian jantung yang terkena.Katup
mitral adalah yang sering terkena, menimbulkan gejala gagal jantung kirisesak napas

5
dengan krekels dan wheezing pada paru.Beratnya gejala tergantung pada ukuran dan
lokasi lesi.
Gejala sistemik yang terjadi akan sesuai dengan virulensi organisme yang
menyerang. Bila ditemukan murmur pada seseorang yang menderita infeksi sistemik,
maka harus dicurigai adanya infeksi endocarditis.

Penderita umumnya megalami sesak nafas yang disebabkan jantungnya sudah


mengalami gangguan, nyeri sendi yang berpindah- pindah, bercak kemerahan di kulit
yang berbatas, gerakan tangan yang tak beraturan dan tak terkendali (korea), atau
benjolan kecil-kecil dibawah kulit. Selain itu tanda yang juga turut menyertainya adalah
nyeri perut, kehilangan berat badan, cepat lelah dan tentu saja demam. Berikut ini ialah
tanda-tandanya dan kriteria diagnosis :
1. Kriteria Mayor
a. Carditis
b. Polyarthritis
c. Khorea Syndenham
d. Eritema Marginatum
e. Nodul Subcutan
2. Kriteria Minor
a. Memang mempunyai riwayat RHD
b. Nyeri sendi tanpa adanya tanda obyektif pada sendi, klien kadang-kadang sulit
menggerakkan tungkainya
c. Demam namun tidak lebih dari 39 derajat celcius dan pola tidak tentu
d. Leukositosis
e. Peningkatan laju endap darah (LED)
f. C- reaktif Protein (CRP) positif
g. P-R interval memanjang
h. Peningkatan pulse/denyut jantung saat tidur (sleeping pulse)
i. Peningkatan Anti Streptolisin O (ASTO)

D. Patofisiologi RHD

Demam reumatik adalah suatu hasil respon imunologi abnormal yang disebabkan oleh
kelompok kuman A beta-hemolitic treptococcus yang menyerang pada
pharynx.Streptococcus diketahui dapat menghasilkan tidak kurang dari 20 produk ekstrasel

6
yang terpenting diantaranya ialah streptolisin O, streptolisin S, hialuronidase, streptokinase,
difosforidin nukleotidase, deoksiribonuklease serta streptococca erythrogenic toxin. Produk-
produk tersebut merangsang timbulnya antibodi.

Demam reumatik yang terjadi diduga akibat kepekaan tubuh yang berlebihan terhadap
beberapa produk tersebut.Sensitivitas sel B antibodi memproduksi antistreptococcus yang
membentuk imun kompleks. Reaksi silang imun kompleks tersebut dengan sarcolema
kardiak menimbulkan respon peradangan myocardial dan valvular. Peradangan biasanya
terjadi pada katup mitral, yang mana akan menjadi skar dan kerusakan permanen.
Demam reumatik terjadi 2-6 minggu setelah tidak ada pengobatan atau pengobatan yang
tidak tuntas karena infeksi saluran nafas atas oleh kelompok kuman A
betahemolytic.Mungkin ada predisposisi genetik, dan ruangan yang sesak khususnya di
ruang kelas atau tempat tinggal yang dapat meningkatkan risiko. Penyebab utama morbiditas
dan mortalitas adalah fase akut dan kronik dengan karditis.

E. Asuhan Keperawatan RHD Pada Anak

1. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian dilakukan dengan melakukan anamnesis pada pasien. Data-data yang


dikumpulkan atau dikaji meliputi :
a. Identitas Pasien
Pada tahap ini perlu mengetahui tentang nama, umur, jenis kelamin, alamat rumah,
agama, suku bangsa, status perkawinan, pendidikan terakhir, nomor registrasi, tanggal
MRS, pekerjaan pasien, dan nama penanggungjawab.
b. Riwayat Keperawatan.
a) Awalan Serangan
Asal mula perkembangan suatu penyakit.
b) Keluhan Utama
Yang menjadi keluhan utama saat ini di derita oleh pasien.
c. Riwayat Kesehatan Masa Lalu.

7
Riwayat penyakit yang pernah diderita pasien.

d. Riwayat Psikososial Keluarga.


Hospitalisasi akan menjadi stressor bagi anak itu sendiri maupun bagi keluarga,
kecemasan meningkat jika orang tua tidak mengetahui prosedur dan pengobatan anak,
setelah menyadari penyakit anaknya, mereka akan bereaksi dengan marah dan merasa
bersalah.
e. Pengkajian Pola Gordon (Pola Fungsi Kesehatan).
a) Pola eliminasi akan mengalami perubahan yaitu BAB lebih dari 4 kali sehari,
BAK sedikit atau jarang.
b) Pola nutrisi diawali dengan mual, muntah, anoreksia, menyebabkan penurunan
berat badan dan hemoglobin pasien.
c) Pola tidur dan istirahat akan terganggu adanya takikardia karena riwayat infeksi
saluran nafas yang akan menimbulkan rasa tidak nyaman.
d) Aktivitas akan terganggu karena kondisi tubuh yang lemah dan adanya nyeri
akibatgangguan fungsi sendi dan kelemahan otot yakni dibantu oleh orang lain.
e) Persepsi kesehatan pasien tidak mengetahui penyebab penyakitnya, higienitas
pasien sehari-sehari kurang baik.
f) Kognitif atau perceptual pasien masih dapat menerima informasi namun kurang
berkonsentrasi karena tekanan darah menurun, denyut nadi meningkat, dada
berdebar-debar.
g) Persepsi diri atau konsep diri pasien mengalami gangguan konsep diri karena
kebutuhan fisiologisnya terganggu sehingga aktualisasi diri tidak tercapai pada
fase sakit.
h) Peran hubunganpasien memiliki hubungan yang baik dengan keluarga dan peran
pasien pada kehidupan sehari-hari mengalami gangguan.
i) Manajemen koping atau stress pasien mengalami kecemasan yang berangsur-
angsur dapat menjadi pencetus stress. Pasien memiliki koping yang adekuat.

8
j) Keyakinan atau nilai pasien memiliki kepercayaan, pasien masih tahap belajar
beribadah.

f. Pengkajian ADL (Activity Dailiy Living)


g. Pemeriksaan Fisik
a) Pemeriksaan Psikologis yakni keadaan umum yang tampak lemah, kesadaran
composmentis sampai koma, suhu tubuh tinggi, nadi cepat dan lemah, adanya sesak
nafas, nyeri abdomen, mual, anoreksia, penurunan hemoglobin, kelemahan otot,
akral dingin.     
b) Pemeriksaan Sistematik
 Inspeksi : Mata cekung, ubun-ubun besar, selaput lendir, mulut dan bibir
kering, berat badan menurun, dada berdebar-debar.
 Perkusi : Adanya distensi abdomen dan nyeri tekan sendi.
 Palpasi : Turgor kulit kurang elastis, denyut nadi meningkat.
 Auskultasi : Terdengarnya suara bising katup, perubahan suara jantung.
h. Pemeriksaan Tingkat Tumbuh Kembang.
Pada anak RHDakan mengalami gangguan karena anak malnutrisi sehingga berat badan
menurun.
i. Pemeriksaan Penunjang.

Pemeriksaan penunjang yang diperlukan adalah sebagai berikut :

a) Pemeriksaan laboratorium
Dari pemeriksaan laboratorium darah didapatkan peningkatan ASTO, peningkatan
laju endap darah (LED), terjadi leukositosis, dan dapat terjadi penurunan
hemoglobin.
b) Radiologi
Pada pemeriksaan foto thoraks menunjukan terjadinya pembesaran pada jantung.
c) Pemeriksaan Echokardiogram
Menunjukan pembesaran pada jantung dan terdapat lesi.
9
d) Pemeriksaan Elektrokardiogram
Menunjukan interval P-R memanjang. Hapusan tenggorokan ditemukan
streptococcus hemolitikus β grup A.

2. Diagnosa Keperawatan

a. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual dan
muntah.
b. Nyeri akut berhubungan dengan agen-agens penyebab cedera.
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan otot, tirah baring atau imobilisasi.
d. Kerusakan integritas kulit behubungan dengan peradangan pada kulit dan jaringan
subcutan.

3. Intervensi Keperawatan

a. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual dan
muntah.
Tujuan :
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan ketidakseimbangan nutrisi
dapat teratasi
Kriteria Hasil :
1. Anak mampu menghabiskan makanan yang telah disediakan.
2. Anak tidak mual dan muntah
Intervensi :
1. Kaji faktor-faktor penyebab.
Rasional:
Penentuan faktor penyebab, akan menentukan intervensi/ tindakan selanjutnya.
2. Anjurkan anak untuk makan dalam porsi kecil dan sering, jika tidak muntah
teruskan.
Rasional :
Menghindari mual dan muntah dan distensi perut yang berlebihan.

10
3. Jelaskan pentingnya nutrisi yang cukup.
Rasional :
Meningkatkan pengetahuan anak dan keluarga anak termotivasi untuk
mengkonsumsi makanan.

4. Catat jumlah porsi yang dihabiskan.


Rasional :
Mengetahui jumlah asupan / pemenuhan nutrisi anak.

b. Nyeri akut berhubungan dengan agen-agens penyebab cedera


Tujuan :
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan nyeri pada sendi berkurang atau hilang.
Kriteria hasil :
1. Anak akan mempertahankan tingkat nyeri pada skala 3 atau kurang pada daerah
sendi.
2. Anak memperlihatkan teknik relaksasi secara individual yang efektif untuk mencapai
kenyamanan.
3. Anak akan melaporkan pola tidur yang baik.
Intervensi :
1. Catat lokasi dan intensitas (skala 0-10). Catat faktor-faktor yang mempercepat dan
tanda-tanda rasa sakit nonverbal.
Rasional :
Membantu dalam menentukan kebutuhan manjemen nyeri dan keefektifan dan
keefektifan program.
2. Biarkan anak mengambil posisi yang nyaman pada waktu tidur atau duduk di kursi.
Rasional :
Pada penyakit berat/eksaserbasi, tirah baring mungkin diperlukan untuk membatasi
nyeri atau cedera sendi.
3. Berikan masase yang lembut.
Rasional :

11
Meningkatkan relaksasi/mengurangi tegangan otot.

c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan otot, tirah baring atau imobilisasi
Tujuan :
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan intoleransi aktivitas dapat teratasi.
Kriteria hasil :
1. Anak tidak mudah lelah.
2. Anak dapat melakukan aktivitas sesuai batas toleransi.
Intervensi :
1. Catat respon kardiopulmonal terhadap aktifitas, catat takikardi, disritmia, dispnea,
berkeringat, pucat.
Rasional :
Penurunan atau ketidakmampuan miokardium untuk meningkatkan volume sekuncup
selama aktivitas, dapat menyebabkan peningkatan segera pada frekuensi jantung dan
kebutuhan oksigen, juga peningkatan kelelahan dan kelemahan.
2. Evaluasi peningkatan intoleran aktivitas.
Rasional :
Dapat menunjukkan peningkatan dekompensasi jantung daripada kelebihan aktivitas.
3. Periksa tanda vital sebelum dan segera setelah aktivitas, khususnya bila pasien
menggunakan vasolidator, diuretik, penyekat beta.
Rasional :
Hipertensi ortostatik dapat terjadidengan aktivitas karena efek obat (vasodilasi),
perpindahan cairan (diuretik) atau pengaruh fungsi jantung.

d. Kerusakan integritas kulit behubungan dengan peradangan pada kulit dan jaringan
subcutan.
Tujuan :

12
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan kerusakan integritas kulit dapat teratasi.
Kriteria Hasil :
Mempertahanakan integritas kulit.

13
Intervensi
1. Kaji tingkat kerusakan kulit.
Rasional :
Memberikan pedoman untuk memberikan intervensi yang tepat.
2. Berikan perawatan kulit sering, minimalkan dengan kelembaban/ekskresi.
Rasional :
Terlalu kering dan lembab merusak kulit dan mempercepat kerusakan.
3. Ubah posisi sering di tempat tidur / kursi, bantu latihan rentang gerak pasif/aktif
Rasional :
Memperbaiki sirkulasi/ menurunkan waktu satu area yang mengganggu aliran darah.
4. Berikan bantalan yang lembut pada badan.
Rasional :
Mencegah penekanan pada eritema sehingga tidak meluas.
5. Kolaborasi untuk pemberian obat.
Rasional :
Mempercepat proses kesembuhan.

4. Implementasi Keperawatan

Implementasi merupakan pelaksanaan rencana keperawatan oleh perawat terhadap


pasien. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan rencana keperawatan
diantaranya yakni intervensi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi,
keterampilan interpersonal, teknikal dan intelektual dilakukan dengan cermat dan efisien
pada situasi yang tepat, keamanan fisik dan psikologis klien dilindungi serta dokumentasi
intervensi dan respon pasien.
Pada tahap implementasi ini merupakan aplikasi secara kongkrit dari rencana intervensi
yang telah dibuat untuk mengatasi masalah kesehatan dan perawatan yang muncul pada
pasien (Budianna Keliat, 1994,4).
a. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual dan
muntah.

14
Implementasi :
1. Mengkaji faktor-faktor penyebab.
2. Menganjurkan pasien untuk makan dalam porsi kecil dan sering, jika tidak muntah
teruskan.
3. Menjelaskan pentingnya nutrisi yang cukup.
4. Mencatat jumlah porsi yang dihabiskan.

b. Nyeri akut berhubungan dengan agen-agens penyebab cedera


Implementasi :
1. Mencatat lokasi dan intensitas (skala 0-10). Catat faktor-faktor yang mempercepat
dan tanda-tanda rasa sakit nonverbal.
2. Memberikan kesempatan pasien mengambil posisi yang nyaman pada waktu tidur
atau duduk di kursi.
3. Memberikan masase yang lembut.

c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan otot, tirah baring atau imobilisasi
Implementasi :
1. Mencatat respon kardiopulmonal terhadap aktifitas, catat takikardi, disritmia,
dispnea, berkeringat, pucat.
2. Mengevaluasi peningkatan intoleran aktivitas.
3. Memeriksa tanda vital sebelum dan segera setelah aktivitas, khususnya bila pasien
menggunakan vasolidator, diuretik, penyekat beta.

d. Kerusakan integritas kulit behubungan dengan peradangan pada kulit dan jaringan
subcutan.
Implementasi :
a. Mengkaji tingkat kerusakan kulit.
b. Memberikan perawatan kulit sering, minimalkan dengan kelembaban/ekskresi.
c. Mengubah posisi sering di tempat tidur / kursi, bantu latihan rentang gerak pasif/aktif
d. Memberikan bantalan yang lembut pada badan.
e. Berkolaborasi untuk pemberian obat.

15
5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan, dimana evaluasi


adalah kegiatan yang dilakukan secara terus menerus dengan melibatkan pasien, perawat dan
anggota tim kesehatan lainnya.
Tujuan dari evaluasi ini adalah untuk menilai apakah tujuan dalam rencana keperawatan
tercapai dengan baik atau tidak dan untuk melakukan pengkajian ulang (US. Midar H, dkk,
1989).
Kriteria dalam menentukan tercapainya suatu tujuan pasien yakni :
a. Dx 1 : Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi
b. Dx 2 : Nyeri dapat berkurang atau hilang
c. Dx 3 : Tidak terjadi intoleransi aktivitas
d. Dx 4 : Kerusakan integritas kulit dapat teratasi

16
BAB 4
PENUTUP

A. Kesimpulan

Rematoid heart disease (RHD) merupakan penyebab terpenting dari penyakit jantung
yang didapat,baik pada anak maupun pada dewasa. Rematoid fever adalah peradangan akut
yang sering diawali oleh peradangan pada farings. Sedangkan RHD adalah penyakit
berulang dan kronis. Pada umumnya seseorang menderita penyakit rematoid fever akut kira-
kira dua minggu sebelumnya pernah menderita radang tenggorokan. Ada faktor mayor dan
minor dalam penyakit RHD.

RHD merupakan komplikasi dari demam rematik dan biasanya terjadi setelah serangan
demam rematik. Insiden penyakit jantung rematik telah dikurangi dengan luas penggunaan
antibiotic efektif terhadap streptokokal bakteri yang menyebabakan demam rematik.

4.2 Saran

Jika kita lihat di atas bahwa penyakit RHD sangat mungkin terjadi dengan adanya
kejadian awal yaitu demam rematik (DR).Tentu saja pencegahan yang terbaik adalah
bagaimana upaya kita jangan sampai mengalami demam rematik (terserang infeksi kuman
streptokokus beta hemolyticus). Ada beberapa factor yang dapat mendukung seseorang
terserang kuman tersebut, diantaranya factor lingkungan seperti kondisi kehidupan yang
jelek, kondisi tinggal yang berdesakan dan akses kesehatan yang kurang merupakan
determinan yang signifikan dalam distribusi penyakit ini.

Variasi cuaca juga mempunyai peranan yang besar dalam terjadinya infeksi streptokokus
untuk terjadi DR.Seseorang yang terinfeksi kuman streptokokus beta hemolyticus dan
mengalami demam rematik harus diberikan terapi yang maksimal dengan antibiotiknya.Hal
ini menghindarkan kemungkinan serangan kedua kalinya atau bahkan menyebabkan
penyakit jantung rematik.

17
DAFTAR PUSTAKA

1. Carpenito, Lynda Juall, Diagnosa keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinik Edisi 6,
Penerbit Buku Kedokteran EGC,;1995

2. Doenges, E. Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC


3. Price, Sylvia A. Dkk.2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6
Volume 1. EGC, Jakarta
4. Smeltzer, Suzanna C. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Brunner dan
Suddarth Edisi 8 Volume 2. EGC, Jakarta.

18

Anda mungkin juga menyukai