Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

KONSEP KEPERAWATAN ANAK

DENGAN REUMATOID HEART DESEASE

Disusun Oleh :

Afifah Salsabila 20010022

Alma Tiana 20010020

Aulia Safitri 20010007

Ayi Andila 20010006

Dosen Pembimbing : Ns.Novita Sari .,S.Kep

STIKES MEDIKA NURUL ISLAM SIGLI

TAHUN AJARAN 2022


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat-Nyakami bisa menyelesaikan tugas Keperawatan Anak II “Asuhan
Keperawatan Pada Anak dengan Rheumatoid Heart Desease “tentang .

Makalah ini di ajukan gunamemenuhi tugas mata kuliah.Kami mengucapkan


terima kasih kepada Ibu Dosen yang telah membimbing Ibu Ns.Novita Sari .,S.Kep
dan semua pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat di selesaikan tepat
pada waktunya.

Makalah ini masih jauh dari sempurna oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat
membangunsangat kami harapkan demi sempurnanya makalah ini. Semoga makalah
ini memberikaninformasi bagi semua dan bermanfaat untuk pengembangan wawasan
dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................i

DAFTAR ISI ......................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................1

A. LATAR BELAKANG ............................................................................................1


B. RUMUSAN MASALAH .......................................................................................1
C. TUJUAN..................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................................2

A. PENGERTIAN .......................................................................................................2
B. ETIOLOGI...............................................................................................................2
C. EPIDEMOLOGI......................................................................................................5
D. PATOFISIOLOGI...................................................................................................5
E. PATHWAY.............................................................................................................6
F. MANIFESTASI KLINIS ........................................................................................7
G. KOMPLIKASI.........................................................................................................7
H. PENATALAKSANAAN ........................................................................................7

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN ..............................................................................8

A. PENGKAJIAN .......................................................................................................8
B. DIAGNOSA ...........................................................................................................10
C. INTERVENSI .........................................................................................................10
D. IMPLEMENTASI ..................................................................................................12
E. EVALUASI ............................................................................................................13

BAB IV PENUTUP.............................................................................................................14

A. KESIMPULAN....................................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................................15


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rematoid heart disease (RHD) merupakan penyebab terpenting dari
penyakit jantung yang di dapat, baik pada anak maupun pada dewasa.
Rematoid fever adalah peradangan akut yang sering diawali oleh peradangan
pada farings. Sedangkan RHD adalah penyakit berulang dan kronis. Pada
umumnya seseorang menderita penyakit rematoid fever akut kirakira dua
minggu sebelumnya pernah menderita radang tenggorokan.

Reumatoid heart disease (RHD) adalah suatu proses peradangan yang


mengenai jaringan-jaringan penyokong tubuh, terutama persendian, jantung
dan pembuluh darah oleh organisme streptococcus hemolitic-b grup A
(Pusdiknakes, 1993). RHD adalah suatu penyakit peradangan autoimun yang
mengenai jaringan konektif seperti pada jantung,tulang, jaringan subcutan
pembuluh darah dan pada sistem pernapasan yang diakibatkan oleh infeksi
streptococcus hemolitic-b grup A.

B. Rumusan Masalah
a. Apa yang di maksud dengan Reumatoid Heart Desease ?
b. Bagaimana Asuhan Keperawatan dari Rematoid Heart Desease ?

C. Tujuan
a. Mengetahui konsep dasar dari Reumatoid heart desease .
b. Mengetahui Asuhan Keperawatan dari Rematoid Heart Desease .

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian
Penyakit jantung reumatik merupakan proses imun sistemik sebagai
reaksi terhadap infeksi streptokokus hemolitikus di faring (Brunner &
Suddarth, 2001). Penyakit jantung reumatik adalah penyakit peradangan
sistemik akut atau kronik yang merupakan suatu reaksi autoimun oleh infeksi
Beta Streptococcus Hemolyticus Grup A yang mekanisme perjalanannya
belum diketahui, dengan satu atau lebih gejala mayor yaitu Poliarthritis
migrans akut, Karditis, Koreaminor, Nodul subkutan dan Eritema marginatum
(Lawrence M. Tierney, 2002)
Penyakit jantung rematik adalah penyakit yang ditandai dengan
kerusakan pada katup jantung akibat serangan karditis rematik akut yang
berulang kali (Arif Mansjoer, 2002). Penyakit jantung rematik (RHD) adalah
suatu proses peradangan yang mengenai jaringan-jaringan penyokong tubuh,
terutama persendian, jantung dan pembuluh darah oleh organisme
streptococcus hemolitic-β grup A (Sunoto Pratanu, 2000). Rheumatic Heart
Disease (RHD) adalah suatu kondisi dimana terjadi kerusakan pada katup
jantung yang bisa berupa penyempitan atau kebocoran, terutama katup mitral
(stenosis katup mitral) sebagai akibat adanya gejala sisa dari Demam Rematik
(DR).
Rheumatic Heart Disease (RHD) adalah suatu kondisi dimana terjadi
kerusakan pada katup jantung yang bisa berupa penyempitan atau kebocoran,
terutama katup mitral (stenosis katup mitral) sebagai akibat adanya gejala sisa
dari Demam Rematik (DR).

B. Etiologi
Demam reumatik, seperti halnya dengan penyakit lain merupakan
akibat interaksi individu, penyebab penyakit dan faktor lingkungan. Penyakit
ini berhubungan erat dengan infeksi saluran nafas bagian atas oleh Beta
Streptococcus Hemolyticus Grup A berbeda dengan glomerulonefritis yang
berhubungan dengan infeksi streptococcus di kulit maupun di

2
saluran nafas, demam reumatik agaknya tidak berhubungan dengan infeksi
streptococcus di kulit.
1. Faktor-faktor pada individu

a. Faktor genetic
Adanya antigen limfosit manusia (HLA) yang tinggi. HLA
terhadap demam rematik menunjukkan hubungan dengan aloantigen
sel B spesifik dikenal dengan antibody monoklonal dengan status
reumatikus.

b. Jenis kelamin
Demam reumatik sering didapatkan pada anak wanita
dibandingkan dengan anak laki-laki. Tetapi data yang lebih besar
menunjukkan tidak ada perbedaan jenis kelamin, meskipun
manifestasi tertentu mungkin lebih sering ditemukan pada satu jenis
kelamin.

c. Golongan etnik dan ras


Data di Amerika Utara menunjukkan bahwa serangan pertama
maupun
ulang demam reumatik lebih sering di dapatkan pada orang kulit hitam
disbanding dengan orang kulit putih. Tetapi data ini harus dinilai hati-
hati, sebab mungkin berbagai faktor lingkungan yang berbeda pada
kedua golongan tersebut ikut berperan atau bahkan merupakan sebab
yang sebenarnya.

d. Umur
Umur agaknya merupakan faktor predisposisi terpenting pada
timbulnya demam reumatik/penyakit jantung reumatik. Penyakit ini
paling sering mengenai anak umur antara 5-15 tahun dengan puncak
sekitar umur 8 tahun. Tidak biasa ditemukan pada anak antara umur 3-
5 tahun dan sangat jarang sebelum anak berumur 3 tahun atau setelah
20 tahun.Distribusi umur ini dikatakan sesuai dengan insidens infeksi
streptococcus pada anak usia sekolah. Tetapi Markowitz menemukan
bahwa penderita infeksi streptococcus adalah mereka yang berumur 2-
6 tahun.

3
e. Keadaan gizi dan lain-lain
Keadaan gizi serta adanya penyakit-penyakit lain belum dapat
ditentukan apakah merupakan faktor predisposisi untuk timbulnya
demam reumatik.

f. Reaksi autoimun
Dari penelitian ditemukan adanya kesamaan antara
polisakarida bagian dinding selstreptokokus beta hemolitikus group A
dengan glikoprotein dalam katub mungkin ini mendukung terjadinya
miokarditis dan valvulitis pada reumatik
fever.

2. Faktor – Faktor lingkungan


a. keadaan sosial ekonomi yang buruk
Merupakan faktor lingkungan yang terpenting sebagai
predisposisi untuk terjadinya demam reumatik. Insidens demam
reumatik di negara-negara yang sudah maju, jelas menurun sebelum
era antibiotik termasuk dalam keadaan sosial ekonomi yang buruk,
sanitasi lingkungan yang buruk, rumah-rumah dengan penghuni padat,
rendahnya pendidikan
.Sehingga pengertian untuk segera mengobati anak yang
menderita sakit sangat kurang pendapatan yang rendah sehingga biaya
untuk perawatan kesehatan kurang dan lain-lain. Semua hal ini
merupakan faktor-faktor yang memudahkan timbulnya demam
reumatik.

b. Iklim dan geografi


Demam reumatik merupakan penyakit kosmopolit. Penyakit
terbanyak di dapatkan di daerah yang beriklim sedang, tetapi data
akhir-akhir ini menunjukkan bahwa daerah tropis pun mempunyai
insidens yang tinggi, lebih tinggi dari yang di duga semula. Didaerah
yang letaknya agak tinggi agaknya insidens demam reumatik lebih
tinggi daripada di dataran rendah.

c. Cuaca

4
Perubahan cuaca yang mendadak sering mengakibatkan insidens
infeksi saluran nafas bagian atas meningkat, sehingga insidens demam
reumatik juga meningkat.

C. Epidemologi
RHD terdapat diseluruh dunia. Lebih dari 100.000 kasus baru demam
rematik di diagnosa setiap tahunnya, khususnya pada kelompok anak usia 6-
15 tahun. Cenderung terjangkit pada daerah dengan udara dingin, lembab,
lingkungan yang kondisi kebersihan dan gizinya kurang memadai. Sementara
di negara maju insiden penyakit ini mulai menurun karena tingkat
perekonomian lebih baik dan upaya pencegahan penyakit lebih sempurna.
Dari data 8 rumah sakit di Indonesia tahun 1983-1985 menunjukan kasus
RHD rata-rata 3,44 ℅ dari seluruh jumlah penderita yang dirawat. Secara
Nasional mortalitas akibat RHD cukup tinggi dan ini merupakan penyebab
kematian utama penyakit jantung sebelum usia 40 tahun.

D. Patofisiologi
Demam reumatik adalah suatu hasil respon imunologi abnormal yang
disebabkan oleh kelompok kuman A beta-hemolitic treptococcus yang
menyerang pada pharynx. Streptococcus diketahui dapat menghasilkan tidak
kurang dari 20 produk ekstrasel yang terpenting diantaranya ialah streptolisin
O, streptolisin S, hialuronidase, streptokinase, di fosforidin nukleotidase,
deoksiribonuklease serta streptococca erythrogenic toxin. Produk- produk
tersebut merangsang timbulnya antibodi.
Demam reumatik yang terjadi diduga akibat kepekaan tubuh yang
berlebihan terhadap beberapa produk tersebut. Sensitivitas sel B antibodi
memproduksi antistreptococcus yang membentuk imun kompleks. Reaksi
silang imun kompleks tersebut dengan sarcolema kardiak menimbulkan
respon peradangan myocardial dan valvular. Peradangan biasanya terjadi pada
katup mitral, yang mana akan menjadi skar dan kerusakan permanen.
Demam reumatik terjadi 2-6 minggu setelah tidak ada pengobatan atau
pengobatan yang tidak tuntas karena infeksi saluran nafas atas oleh kelompok
kuman A betahemolytic. Mungkin ada predisposisi genetik, dan ruangan yang
sesak khususnya di ruang kelas atau tempat tinggal yang dapat meningkatkan
risiko. Penyebab utama morbiditas dan mortalitas adalah fase akut dan kronik
dengan karditis.

5
E. Phatway

6
F. Manifestasi Klinis
Gejala jantung yang muncul tergantung pada bagian jantung yang
terkena. Katup mitral adalah yang sering terkena, menimbulkan gejala gagal
jantung kiri sesak napas dengan krekels dan wheezing pada paru. Beratnya
gejala tergantung pada ukuran dan lokasi lesi. Gejala sistemik yang terjadi
akan sesuai dengan virulensi organisme yang menyerang. Bila ditemukan
murmur pada seseorang yang menderita infeksi sistemik, maka harus dicurigai
adanya infeksi endocarditis.
Penderita umumnya megalami sesak nafas yang disebabkan
jantungnya sudah mengalami gangguan, nyeri sendi yang berpindah- pindah,
bercak kemerahan di kulit yang berbatas, gerakan tangan yang tak beraturan
dan tak terkendali (korea), atau benjolan kecilkecil dibawah kulit. Selain itu
tanda yang juga turut menyertainya adalah nyeri perut, kehilangan berat
badan, cepat lelah dan tentu saja demam.

G. Komplikasi
Penyakit jantung rematik merupakan komplikasi dari demam rematik
dan biasanya terjadi setelah serangan demam rematik. Insiden penyakit
jantung rematik telah dikurangi dengan luas penggunaan antibiotic efektif
terhadap streptokokal bakteri yang menyebabakan demam rematik.

H. Penatalaksanaan
Penderita dianjurkan untuk tirah baring dirumah sakit, selain itu Tim
Medis akan terpikir tentang penanganan kemungkinan terjadinya komplikasi
seperti gagal jantung, endokarditis bakteri atau trombo-emboli. Pasien akan
diberikan diet bergizi tinggi yang mengandung cukup vitamin. Penderita
Penyakit Jantung Rematik (PJR) tanpa gejala tidak memerlukan terapi.
Penderita dengan gejala gagal jantung yang ringan memerlukan terapi medik
untuk mengatasi keluhannya.
Penderita yang simtomatis memerlukan terapi surgikal atau intervensi
invasif. Tetapi terapi surgikal dan intervensi ini masih terbatas tersedia serta
memerlukan biaya yang relatif mahal dan memerlukan follow up jangka
panjang.

7
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
Pada tahap ini perlu mengetahui tentang nama, umur, jenis kelamin,
alamat rumah, agama, suku bangsa, status perkawinan, pendidikan
terakhir, nomor registrasi, tanggal MRS, pekerjaan pasien, dan nama
penanggungjawab.

2. Riwayat Keperawatan
a. Awalan serangan
Asal mula perkembabangan suatu penyakit
b. Keluhan Utama
Yang menjdi keluhan utama yang saat ini di derita si pasien

3. Riwayat kesehatan masa lalu


Riwayat penyakit yang di derita pasien

4. Riwayat Psikososial Keluarga.


Hospitalisasi akan menjadi stressor bagi anak itu sendiri maupun bagi
keluarga, kecemasan meningkat jika orang tua tidak mengetahui prosedur
dan pengobatan anak, setelah menyadari penyakit anaknya, mereka akan
bereaksi dengan marah dan merasa bersalah.

5. Pengkajian pola hidup


a. Pola eliminasi akan mengalami perubahan yaitu BAB lebih dari 4 kali
sehari, BAK sedikit atau jarang.
b. Pola nutrisi diawali dengan mual, muntah, anoreksia, menyebabkan
penurunan berat badan dan hemoglobin pasien.
c. Pola tidur dan istirahat akan terganggu adanya takikardia karena
riwayat infeksi saluran nafas yang akan menimbulkan rasa tidak
nyaman.
d. Aktivitas akan terganggu karena kondisi tubuh yang lemah dan adanya
nyeri akibat gangguan fungsi sendi dan kelemahan otot yakni dibantu
oleh orang lain.

8
e. Persepsi kesehatan pasien tidak mengetahui penyebab penyakitnya,
higienitas pasien sehari-sehari kurang baik.
f. Kognitif atau perceptual pasien masih dapat menerima informasi
namun kurang berkonsentrasi karena tekanan darah menurun, denyut
nadi meningkat, dada berdebar-debar.
g. Persepsi diri atau konsep diri pasien mengalami gangguan konsep diri
karena kebutuhan fisiologisnya terganggu sehingga aktualisasi diri
tidak tercapai pada fase sakit.
h. Peran hubungan pasien memiliki hubungan yang baik dengan keluarga
dan peran pasien pada kehidupan sehari-hari mengalami gangguan.
i. Manajemen koping atau stress pasien mengalami kecemasan yang
berangsur-angsur dapat menjadi pencetus stress. Pasien memiliki
koping yang adekuat.
j. Keyakinan atau nilai pasien memiliki kepercayaan, pasien masih tahap
belajar beribadah.

6. Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan Psikologis yakni keadaan umum yang tampak lemah,
kesadarancomposmentis sampai koma, suhu tubuh tinggi, nadi cepat
dan lemah, adanya sesak nafas, nyeri abdomen, mual, anoreksia,
penurunan hemoglobin, kelemahan otot, akral dingin.
b. Pemeriksaan sistematik
 Inspeksi : Mata cekung, ubun-ubun besar, selaput lendir, mulut
dan bibirkering, berat badan menurun, dada berdebar-debar.
 Perkusi : Adanya distensi abdomen dan nyeri tekan sendi.
 Palpasi : Turgor kulit kurang elastis, denyut nadi meningkat.
 Auskultasi : Terdengarnya suara bising katup, perubahan suara
jantung.

7. Pemeriksaan Tingkat Tumbuh Kembang.Pada anak RHD akan mengalami


gangguan karena anak malnutrisi sehingga berat badan menurun.

8. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
b. Pemeriksaan Radiologi
c. Pemeriksaan Echokardiogram
d. Pemeriksaan Elektrokardio gram

9
B. Diagnosa Keperawatan
a. Penurunan curah jantung
b. Ketidak efektifan pola nafas
c. Resiko penurunan perfusi jaringan jantung
d. Intoleransi aktifitas

C. Intervensi

Diagnosa Intervensi NIC


Penurunan Curah Jantung Cardic care
- Evaluasi adanya nyeri dada
- catat adanya distrimia jantung
- catat adanya tanda dan gejala
penurunan cardia output
- Monotor status kardio vaskuler
- monitor adanya perubahan
tekanan darah
- mpnitor toleransi aktifitasnnya
si pasien
- monitor adanya perubahan
tekanan darah
Vital Sign monitor
- Monitor TD , nadi , suhu , RR
- cata adanya fluktasi tekanan
darah
- monitor suhu warna dan
kelembapan kulit
- auskultasi TD pada kedua
lengan dan bandingkan 10

Ketidak efektifan pola napas Airway management


- Posisikan pasien untuk
memaksimalkan fentilasi
- Identifikasikan pasien perlunya
pemasanagan alat jalan nafs
buatan
- auskultasi suara naps , catat
adanya suara tambahana
- lakukan fisioterpi dada bila
perlu
- monitor respirasi dan status O2
Oxygent therapy
- pertahankan jalan napas yang
pate
- atur peralatan ixygenasi
- observasi adanya tanda – tanda
hipofentilasi
Vital sign monitor
- Monitor TD, nadi , suhu , RR
Resiko penurunan perfusi jaringan Cardiac care
jantung - Evaluasi adanya nyeri dad
- catat adanya distrimia jantung
- monitor status cardiovaskuler
- monitor status pernapasan yang
menandankan gagal jantung
Fluid Management
- Timbang popok
- Pertahankan catatn intake dan
output yang akurat
- Monitor status nutrisi
Fluid monitoring
- tentukan riwayat jumlah dan
tipe intake cairan dan eliminasi
- catat secara akurat intake dan
output
Vital sign monitoring
- monitor tand-tanda vital
Intoleransi aktifitas Activity therapy
- kolaborasikan dengan tenaga
rehabitasi medic dalam
merencanakan program terapi
yang tepat
- bantu untuk
mengidentifikasikan aktifitas
yang di sukai
- sediakan penguatan positif bagi
yang aktif beraktifitas
- monitor respon fisik, emosi, 11
sosial ,dan spiritual

D. Implementasi
Diagnosa Implementasi NOC
Penurunan curah jantung  Cardiac pump effektivenss
 Circulation sttues
 Vital sign status
Kriteria hasil
 Tanda-tanda vital dalam
rentang normal
 Dpata mentoleransi aktivitas ,
tidakm ada kelelahan
 Tidak adanya edema paru
 Tidak adanya penurunan
kesadaran
Ketidak efektifan pola napas  Respiratory status : Ventilation
 Respiratory status : Airway
patensi
 Vital sign Status
Kriteria Hasial
 Mendemostrasika batuk efektif
dan suara napas yang bersih
tidak ada sianosis dan dyspnea.
 Menunjukkan jalan napas yang
paten ( Klien tidak merasa
tercekik, irama napas ,
frekuensi napas dalam rentang
normal , tidak ada suara napas
yang abmormal )
 Tanda –tanda vital dalam
rentang normal
Resiko penurunan perfusi jaringan  Cardiac Pump effectiveness
jantung  Circulation statues
 Vital sign status
Kriteria hasil
 Tekanan systole dan diastole
dalam rentang yang di harapkan
 CVP dalam batas normal
 Nadi perifer kuat dan simetris
 bunyi jantung abnormal tidak
ada 12
 nyeri dada tidak ada
 kelelahan yang kestrime tidak
ada
Intoleransi Aktifitas  Energy conservation
 Aktivity Tolerance
 Self care : ADLs
Kriteria Hasil
 Berpartisipasi dalam aktivitas
fisik tanpa di sertai peningkatan
tekanan darah , nadi , RR
 mampu melakukan katifitas
sehari hari dengan mandiri
 tanda-tanda vital normal
 Sirkulasin Status baik
 Status REspirasi: Pertukaran
gas dan ventilasi adekuat

E. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan,
dimana evaluasi adalah kegiatan yang dilakukan secara terus menerus dengan
melibatkan pasien, perawat dan anggota tim kesehatan lainnya. Tujuan dari
evaluasi ini adalah untuk menilai apakah tujuan dalam rencana keperawatan
tercapai dengan baik atau tidak dan untuk melakukan pengkajian ulang .

13
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Rematoid heart disease (RHD) merupakan penyebab terpenting dari
penyakit jantung yang di dapat, baik pada anak maupun pada dewasa.
Rematoid fever adalah peradangan akut yang sering diawali oleh
peradangan pada farings. Sedangkan RHD adalah penyakit berulang dan
kronis. Pada umumnya seseorang menderita penyakit rematoid fever akut
kirakira dua minggu sebelumnya pernah menderita radang tenggorokan.
Ada faktor mayor dan minor dalam penyakit RHD.

RHD merupakan komplikasi dari demam rematik dan biasanya terjadi


setelah serangan demam rematik. Insiden penyakit jantung rematik telah
dikurangi dengan luas penggunaan antibiotic efektif terhadap streptokokal
bakteri yang menyebabakan demam rematik.

14
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall , Diagnosa keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinik Edisi 6,

Penerbit Buku Kedokteran EGC,;1995

Doenges, E. Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC

Price, Sylvia A. Dkk.2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi


6 Volume 1. EGC, Jakarta

Smeltzer, Suzanna C. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Brunner dan

Suddarth Edisi 8 Volume 2. EGC, Jakarta

15

Anda mungkin juga menyukai