Anda di halaman 1dari 47

Mata Kuliah : Keperawatan Komunitas I

Dosen Pengampuh : Muhammad Qasim, S.Kep, Ns, M.Kes

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn.A


PADA An.D DENGAN DIAGNOSA HIV/AIDS

KELOMPOK 2 (A4 2016)

1. Triska Yustika Noor Permadani (NH0116179)


2. Sri Wahyuningsih (NH0116171)
3. Ramlah Binti Karim (NH0116136)
4. Sriyanti Ma’tan (NH0116172)
5. Utri Handayani (NH0116181)
6. Rini Tomia (NH0116143)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


STIKES NANI HASANUDDIN
MAKASSAR
2018

1
KATA PENGANTAR

2
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Puji syukur penyusun
panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan rahmat
dan karunia-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini dengan
baik dan tepat pada waktunya.
Dalam makalah ini penyusun akan membahas topik mengenai ASUHAN
KEPERAWATAN KELUARGA Tn.A PADA An.D DENGAN HIV/AIDS DI JL.
AROEPALA No. 11, RT 002, RW 003. Makalah ini dibuat dari beberapa sumber
yang penyusun dapat dari buku kesehatan. Oleh karena itu, penyusun
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini.
Penyusun menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada
makalah ini. Oleh karena itu, penyusun mengundang pembaca untuk memberikan
saran atau kritik yang membangun. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami
harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya. Akhir kata, semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Wassalam.

Makassar, 21 November 2018

Penyusun,

3
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL................................................................................... i
KATA PENGANTAR.................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
A. Latar Belakang................................................................................ 1
B. Tujuan............................................................................................. 2
BAB II KONSEP DASAR MEDIS HIV/AIDS............................................ 3
A. Pengertian....................................................................................... 3
........................................................................................................
B. Etiologi........................................................................................... 3
C. Patofisiologi.................................................................................... 4
D. Manifestasi Klinis........................................................................... 5
E. Penyimpangan KDM...................................................................... 7
F. Pemeriksaan Penunjang.................................................................. 10
G. Penatalaksanaan.............................................................................. 10
H. Pencegahan..................................................................................... 11
I. Komplikasi...................................................................................... 11
BAB III KONSEP DASAR KEPERAWATAN HIV/AIDS........................ 13
A. Pengkajian Keperawatan................................................................ 13
B. Diagnosa Keperawatan................................................................... 13
C. Intervensi Keperawatan.................................................................. 14
D. Implementasi Keperawatan............................................................ 16
E. Evaluasi Keperawatan.................................................................... 16
BAB IV ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA.................................. 17
A. Pengkajian Keperawatan................................................................ 17
B. Diagnosa Keperawatan................................................................... 30
C. Intervensi Keperawatan.................................................................. 30
D. Implementasi Keperawatan............................................................ 33
E. Evaluasi Keperawatan.................................................................... 33

4
BAB V PENUTUP.......................................................................................... 40
A. Kesimpulan..................................................................................... 40
B. Saran............................................................................................... 40
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

5
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan
gejala dan infeksi atau sindrom yang timbul karena rusaknya sistem
kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV. Virusnya Human
Immunodeficiency Virus HIV yaitu virus yang memperlemah kekebalan
pada tubuh manusia. Orang yang terkena virus ini akan menjadi rentan
terhadap infeksi oportunistik ataupun mudah terkena tumor. Meskipun
penanganan yang telah ada dapat memperlambat laju perkembangan virus,
namun penyakit ini belum benar-benar bisa disembuhkan (Russel, 2011).
HIV umumnya ditularkan melalui kontak langsung antara lapisan kulit
dalam (membran mukosa) atau aliran darah, dengan cairan tubuh yang
mengandung HIV, seperti darah, air mani, cairan vagina, cairan preseminal,
dan air susu ibu. Penularan dapat terjadi melalui hubungan intim (vaginal,
anal, ataupun oral), transfusi darah, jarum suntik yang terkontaminasi,
antara ibu dan bayi selama kehamilan, bersalin, atau menyusui, serta bentuk
kontak lainnya dengan cairan-cairan tubuh tersebut (Russel, 2011).
Penyakit AIDS ini telah menyebar ke berbagai negara di dunia.
Bahkan menurut UNAIDS dan WHO memperkirakan bahwa AIDS telah
membunuh lebih dari 25 juta jiwa sejak pertama kali diakui tahun 1981, dan
ini membuat AIDS sebagai salah satu epidemik paling menghancurkan pada
sejarah. Meskipun baru saja, akses perawatan antiretrovirus bertambah baik
di banyak region di dunia, epidemik AIDS diklaim bahwa diperkirakan 2,8

6
juta (antara 2,4 dan 3,3 juta) hidup pada tahun 2005 dan lebih dari setengah
juta (570.000) merupakan anak-anak. Secara global, antara 33,4 dan 46 juta
orang kini hidup dengan HIV.Pada tahun 2005, antara 3,4 dan 6,2 juta orang
terinfeksi dan antara 2,4 dan 3,3 juta orang dengan AIDS meninggal dunia,
peningkatan dari 2003 dan jumlah terbesar sejak tahun 1981 (Russel, 2011).
Di Indonesia menurut laporan kasus kumulatif HIV/AIDS sampai
dengan 31 Desember 2011 yang dikeluarkan oleh Ditjen PP & PL,
Kemenkes RI tanggal 29 Februari 2012 menunjukkan jumlah kasus AIDS
sudah menembus angka 100.000. Jumlah kasus yang sudah dilaporkan
106.758 yang terdiri atas 76.979 HIV dan 29.879 AIDS dengan 5.430
kamatian. Angka ini tidak mengherankan karena di awal tahun 2000-an
kalangan ahli epidemiologi sudah membuat estimasi kasus HIV/AIDS di
Indonesia yaitu berkisar antara 80.000 – 130.000. Dan sekarang Indonesia
menjadi negara peringkat ketiga, setelah Cina dan India, yang percepatan
kasus HIV/AIDS-nya tertinggi di Asia (Russel, 2011).

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Komunitas I
(Keluarga) semester ganjil (V) 2018/2019.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui konsep dasar medis HIV/AIDS
b. Untuk mengetahui konsep dasar keperawatan HIV/AIDS
c. Untuk mengetahui asuhan keperawatan keluarga dengan
HIV/AIDS

7
BAB II

KONSEP DASAR MEDIS HIV/AIDS

A. Pengertian
HIV adalah singkatan dari human Immunodeficiency Virus
merupakan virus yang dapat menyebabkan penyakit AIDS. Virus ini
menyerang manusia dan menyerang sistem kekebalan (imunitas) tubuh,
sehingga tubuh menjadi lemah dalam melawan infeksi Yang menyebabkan
defisiensi (kekurangan) sistem imun (Padila, 2012).

AIDS adalah singkatan dari Acquired Imune Deficiency Syndrome


yaitu menurunnya daya tahan tubuh terhadap berbagai penyakit karena
adanya infeksi virus HIV (human Immunodeficiency virus). Antibodi HIV
positif tidak diidentik dengan AIDS, karena AIDS harus menunjukan
adanya satu atau lebih gejala penyakit skibat defisiensi sistem imun selular
(Padila, 2012).

B. Etiologi
Penyebab adalah golongan virus retro yang disebut human
immunodeficiency virus (HIV). HIV pertama kali ditemukan pada tahun
1983 sebagai retrovirus dan disebut HIV-1. Pada tahun 1986 di Afrika
ditemukan lagi retrovirus baru yang diberi nama HIV-2. HIV-2 dianggap
sebagai virus kurang pathogen dibandingkan dengan HIV Maka untuk
memudahkan keduanya disebut HIV. Transmisi infeksi HIV dan AIDS
terdiri dari lima fase yaitu (Padila, 2012):

8
1. Periode jendela. Lamanya 4 minggu sampai 6 bulan setelah infeksi.
Tidak ada gejala.
2. Fase infeksi HIV primer akut. Lamanya 1-2 minggu dengan gejala flu
likes illness.
3. Infeksi asimtomatik. Lamanya 1-15 atau lebih tahun dengan gejala
tidak ada.
4. Supresi imun simtomatik. Diatas 3 tahun dengan gejala demam,
keringat malam hari, B menurun, diare, neuropati, lemah, rash,
limfadenopati, lesi mulut.
5. AIDS. Lamanya bervariasi antara 1-5 tahun dari kondisi AIDS
pertama kali ditegakkan. Didapatkan infeksi oportunis berat dan tumor
pada berbagai system tubuh, dan manifestasi neurologist.

C. Patofisiologi
HIV secara khusus menginfeksi limfosit dengan antigen permukaan
CD4, yang bekerja sebagai reseptor viral, subset limfosit ini yang mencakup
limfosit penolong dengan peran kritis dalam mempertahankan responsivitas
imun, juga memperlihatkan pengurangan bertahap bersamaan dengan
perkembangan penyakit mekanisme infeksi HIV yang menyebabakan
penuruan sel CD4. Virus HIV secar istimewa menginfeksi limfosit dengan
antigen   permukaan CD4, yang bekerja sebagai resepetor viral, meskipun
kemungkinan mencakup infeksi litik sel CD4 itu sendiri, induksi apoptosis
melalui antigen viral yang dapat bekerja sebagai superantigen. HIV dapat
menginfeksi jenis sel selain limfosit, infeksi HIV pada monosit tidak seperti
infeksi pada limfosit CD4, tidak menyebabkan kematian sel. Monosit yang
terinfeksi dapat berperang sebagai resorvoir virus laten tetapi tidak dapat
diinduksi dan dapat membawa virus ke organ, erutama otak. Patologi terkait
HIV melibatkan banyak organ, meskipun sering sulit untuk mengetahui
apakah kerusakan terutama disebabkan oleh virus lokal atau komlikasi
infeksi lain atau autoimun. Infeksi HIV biasanya secara klinis tidak
bergejala saat terakhir meskipun “periode inkubasi” , secara umum lebih

9
singkat pada infeksi perinatal dibandingkan pada infeksi HIV dewasa.
Selama fase ini gangguan regulasi imun sering tampak pada saat tes,
terutama berkenaan dengan fungsi sel B hipergameglobulinemia dengan
produksi antibodi nonfungsional lebih unifersal di antara anak-anak yang
terinfeksi HIV daripada dewasa, sering meningkat pada usia 3 sampai 6
bulan (Padila, 2012).

D. Manifestasi Klinis
1. Fase 1: Terinfeksi HIV
Rentang waktu sejak virus HIV masuk kedalam tubuh sampai
antibodi terhadap HIV menjadi positif disebut window period. Lama
window period antara 15 hari sampai 6 bulan. Dalam fase ini
umumnya seseorang yang telah terinfeksi HIV masih tampak dan
merasa sehat-sehat saja, tanpa menunjukkan gejala apapun bahwa ia
sudah tertular HIV akan tetapi orang ini juga sudah menularkan HIV
pada orang lain (Padila, 2012).

2. Fase 2: Gejala-gejala mulai terlihat


Dalam fase ini umumnya gejala-gejala mulai nampak, seperti
hilangnya selera makan, gangguan pada rongga mulut dan
tenggorokan, diare, pembengkakan kelenjar, bercak-bercak dikulit,
demam serta keringat berlebihan di malam hari tetapi gejala diatas
belum dapat di jadikan patokan bahwa itu adalah AIDS, karena itu
masih gejala-gejala umum  dan harus di periksakan ke dokter untuk
hasil yang lebih spesifik (Padila, 2012).

3. Fase 3 : Penyakit AIDS


Dalam fase ini HIV benar-benar menimbulkan AIDS. Sistem
kekebalan tubuh semakin menurun sehingga tidak ada lagi perlawanan
terhadap penyakit yang menyerang termasuk kanker dan infeksi.
Perwujudan penyakit yang menyerang tubuh seseorang tergantung

10
pada virus, bakteri, jamur atau  protozoa yang menyebabkan infeksi,
sehingga orang tersebut akan menderita penyakit yang parah (Padila,
2012).

4. Fase 4 : Penderita Meninggal karena salah satu penyakit.


Sebagaimana yang telah kita pahami bahwa tanpa sistem
kekebalan tubuh yang baik sulit bagi seseorang untuk
mempertahankan hidupnya dari serangan penyakit. Seseorang bisa
bertahan hidup terhadap berbagai penyakit pada tahapan AIDS, tetapi
hanya berlangsung selama 1-2 tahun saja, selanjutnya penderita akan
meninggal dunia karena penyakt atau komplikasi dari beberapa
penyakit yang ia derita (Padila, 2012).

11
E. Penyimpangan KDM
Hubungan seks, transfusi darah, plasenta ibu

HIV masuk dalam tubuh

Peredaran darah

Menginfeksi sel sasaran: sel T

Perlekatan pada reseptor sel T

Oleh gp 120 HIV

Fusi HIV pada membran sel oleh gp 41

Masuk pada bagian tengah

Sitoplasma limfosit

12
Transkripsi RNA virus menjadi DNA

Terintegrasi ke dalam kromosom pejamu

Membentuk 2 untai DNA: provirus

Meninggalkan inti sel

Sitoplasma

Pemotongan protein virus

oleh HIV protease

segmen2 kecil mengelilingi

RNA virus

Membentuk partikel

Virus menular

Menyerang sel – sel rentan lain Menyebar keseluruh sel tubuh

Diseluruh tubuh Saroma kaposi multi organ

13
Kandidiasis oral, oral

Menyerang jaringan limfoid hairy leukoplakia

Anoreksia
Destruksi sistem imun
Nutrisi adekuat

AIDS

penurunan sistem imun perubahan status kesehatan GANGGUAN NUTRISI

KURANG DARI

RESIKO INFEKSI menarik diri dari sosial KEBUTUHAN

Perasaan malu

Penggunaan ARV RISIKO ISOLASI SOSIAL

Ketidakmampuan keluarga

Memodifikasi lingkungan

Program terapi tidak terdukung RISIKO KETIDAKPATUHAN

TERAPI ARV

14
F. Pemeriksaan Penunjang
Adapun pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada klien
dengan hiv/aids adalah sebagai berikut (Padila, 2012):

1. ELISA (positif, hasil tes yang positif dipastikan dengan western blot)
2. Western blot (positif)
3. P24 antigen test (positif untuk protein virus yang bebas)
4. Kultur HIV (positif, kalau dua kali uju kadar secara berturut-turut
mendeteksi enzim reverse transcriptase atau antigen P24 dengan kadar
yang meningkat
5. Tes untuk deteksi gangguan sistem imun
6. LED (Normal namun perlahan-lahan akan mengalami penurunan)
7. CD4 limfosit menurun (jika menurun akan mengalami penurunan
kemampuan untuk beraksi terhadap antigen)
8. Rasio CD4/CD8 limfosit (menurun)
9. Serum mikroglobulin B2 (meningkat bersamaan dengan berlanjutnya
penyakit)
10. Kadar immunoglobin menurun

G. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan kasus HIV/AIDS dapat dilakukan dengan pemberian


pengobatan suportif (Padila, 2012):

1. Meningkatkan keadaan umum pasien

15
2. Pemberian gizi yang sesuai
3. Pemberian obat antivirus seperti golongan dideosinukleotid, yaitu
azidomitin (AZT) yang dapat menghambat enzim RT dengan
berintegrasi ke DNA virus, sehingga tidak terjadi transkip DNA HIV
4. Dukungan psikososial

H. Pencegahan
Program pencegahan HIV/AIDS akan lebih efektif bila dilakukan
dengan komitmen masyarakat dan komitmen politik yang tinggi untuk
mencegah ataupun mengurangi perilaku resiko terhadap penularan HIV,
upaya pencegan meliputi (Padila, 2012):

1. Memberiakan penyuluhan kesehatan disekolah dan di masyarakat


untuk tidak berganti-ganti pasangan
2. Tidak melakukan hubungan seks bebas atau menggunakan kondom
saat berhubungan
3. Menganjurkan pada pengguna jarum suntik untuk menggunakan
metode dekontaminasi dan menghentikan penggunaan jarum bersama
4. Menyediakan fasilitas konseling HIV dimana identitas penderita bisa
dirahasiakan juga menyediakan tempat untuk melakukan pemeriksaan
darah
5. Untuk wanita hamil sebaiknya sejak awal kehamilan disarankan untuk
dilakukan tes HIV sebagai kegiatan rutin
6. Semua donor darah harus di uji antibodi HIVnya

I. Komplikasi
1. Ensefalopati HIV atau yang disebut sebagai dimensia AIDS (ADC;
AIDS dmentia complex). Manifestasi dini mencakup gangguan daya

16
ingat, sakit kepala, kesulitan konsentrasi, konfusi progresif,
perlambatan psikomotorik, apatis dan ataksia. Stadium lanjut
menccakup gangguan kognitif global, kelambatan dalam respons
verbal, gangguan efektif seperti peradangan yang kosong, hiperfleksi
pareparesis spastik, psikosis, halusinasi, tremor, inkontenensia, dan
kematian (Padila, 2012).
2. Meningitis kriptokokus ditandai oleh gejala seperti demam, sakit
kepala, malaise, kaku kuduk, mual, muntah, perubahan status mental
dan kejang-kejang. Diagnosis ditegakkan dengan analisis cairan
serebospinal (Padila, 2012).
3. Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal,
limpoma, dan sarcoma kaposi. Dengan efek, penurunana berat badan,
anoreksia, demam, malabsorbsi, dan dehidrasi (Padila, 2012).
4. Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma, sarcoma kaposi, obat
ilegal, alkoholik. Dengan anoreksia, mual muntah, nyeri abdomen,
ikterik, demam atritis (Padila, 2012).
5. Penyakit anorektal karena abses dan dan fistula, ulkus dan inflamasi
perianal yang sebagai akibat infeksi, dengan efek inflamasi sulit dan
sakit, nyeri rektal, gatal-gatal dan diare (Padila, 2012).

17
BAB III

KONSEP DASAR KEPERAWATAN HIV/AIDS

A. Pengkajian Keperawatan
Keluhan yang paling sering terjadi seperti demam dan penurunan
berat >10% tanpa sebab disertai dengan diare. Klien merasakan sariawan
yang tak kunjung sembuh, diare kronik selama 1 bulan terus-menerus,
demam berkepanjangan. Pada pasien HIV/AIDS sering dijumpai riwayat
yang bergonta-ganti pasangan maupun menggunakan jarum suntik, transfusi
darah yang mengandung HIV. Umumnya infeksi HIV/AIDS ditularkan
kepada bayi ketika dalam kandungan atau masa menyusui (Russel, 2011).

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu penyatuan dari masalah klien
yang nyata maupun potensial berdasarkan data yang telah dikumpulkan.
Adapun diagnosa keperawatan yang dapat muncul pada kasus keluarga
dengan HIV/AIDS antara lain (Herdman, 2015):
1. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan pada keluarga b/d
ketidakmampuan keluarga memenuhi kebutuhan nutrisi pada anggota
keluarga.
2. Risiko terjadi infeksi silang pada keluarga b/d ketidakmampuan
keluarga memodifikasi lingkungan yang menunjang kesehatan dan
ketidakmamouan keluarga merawat angggota keluarganya.

18
3. Risiko terjadi isolasi sosial b/d ketidakmampuan keluarga
menggunakan koping adaptif dalam mengatasi masalah anggota
keluarga.
4. Risiko terjadi ketidakpatuhan terhadap pengelolaan terapi ARV b/d
ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan yang dapat
mendukung penderita menaati program terapi

C. Intervensi Keperawatan
Setelah pengumpulan data, menganalisa data, dan menetapkan
diagnosa keperawatan, maka tahap berikutnya adalah perencanaan pada
tahap ini terdiri dan penetapan prioritas masalah.

1. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan pada keluarga b/d


ketidakmampuan keluarga memenuhi kebutuhan nutrisi pada anggota
keluarga.
NIC:
a. Diskusikan dengan keluarga tentang pentingnya gizi
seimbang bagi klien HIV/AIDS, cara menyajikan makanan, cara
menciptakan suasanan yang dapat meningkatkan selera makan.
b. Jelaskan pada keluarga tentang cara mengatasi anggota keluarag
jika tidak nafsu makan.
c. Demonstrasikan kepada keluarga cara mengolah bahan makan.
d. Ajarkan keluarga cara menyusun menu harian sesuai kebutuhan
gizi seimbang.
e. Ajarkan cara merawat penderita HIV/AIDS dengan gangguan
nutrisi : menanyakan makanan yang disukai atau tidak

2. Risiko terjadi infeksi silang pada keluarga b/d ketidakmampuan


keluarga memodifikasi lingkungan yang menunjang kesehatan dan
ketidakmampuan keluarga merawat angggota keluarganya.
NIC:

19
a. Jelaskan kepada keluarga tentang penularan HIV/AIDS
b. Diskusikan dengan keluarga tentang cara merawat anggota
keluarga, kondisi lingkungan, kondisi klien yang memerlukan
pelayanan kesehatan lanjutan.
c. Demonstrasikan cara perawatan anggota keluarga dengan
HIV/AIDS
d. Ajarkan cara memeberikan dukungan psikologis/ kenyamanan
klien serta cara melakukan kontrol infeksi dirumah.
e. Motivasi keluarga untuk menciptakan lingkungan yang dapat
menunjang tumbuhnya sikap positif.
3. Risiko terjadi isolasi sosial b/d ketidakmampuan keluarga
menggunakan koping adaptif dalam mengatasi masalah anggota
keluarga.
NIC:
a. Jelaskan kepada keluarga tentang faktor apa saja yang dapat
menimbulkan terjadinya isolasi sosial dalam keluarga dan tanda
isolasi sosial yang dialami keluarga.
b. Diskusiakan dengan keluarga tentang : cara mengatasi masalah
isolasi sosial dikeluarga, kondisi lingkungan yang dapat
menimbulkan masalah isolasi sosial.
c. Demoktrasikan cara mengatasi masalah isolasi sosial dalam
keluarga.
d. Beri kesempatan keluarga untuk mengulang dan
mendemonstrasikan kembali apa yang telah diajarkan
e. Motivasi keluarga untuk menciptakan lingkungan yang sehat
dan dapat mencegah terjadinya isolasi sosial dalam keluarga.
4. Resiko terjadi ketidakpatuhan terhadap pengelolaan terapi ARV b/d
ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan yang dapat
mendukung penderita menaati program terapi.
NIC:
a. Jelaskan tujuan terapi ARV

20
b. Jelaskan cara kerja terapi obat ARV
c. Jelaskan pengertian terapi ARV yaitu memakai obat persis
sesuai aturan
d. Diskusikan tentang cara melakukan pendampingan penderita
terkait terapi ARV
e. Berikan motivasi dan lakukan pemantauan selama penderita
minum obat

D. Implementasi Keperawatan
Selama tahap implementasi perawat melaksanakan rencana asuhan
keperawatan. Instruksi keperawatan diimplementasikan  untuk membantu
klien memenuhi kriteria hasil. Implementasi keperawatan biasa dilakukan
secara mandiri maupun berkolaborasi dengan tim medik lainnya (Russel,
2011).

E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan,
dimana evaluasi adalah kegiatan yang dilakukan secara terus menerus
dengan melibatkan pasien, perawat dan anggota tim kesehatan lainnya
(Russel, 2011).

21
BAB IV

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

Fasilitas yenkes :

Tanggal pengkajian :

Masalah kesehatan :

A. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas Data Keluarga
Nama keluarga:
Kepala keluarga adalah Tn.A

Alamat dan nomor telepon:


Jl. Aroepala No.11 RT 002, RW 003

Agama:
Keluarga Tn.A menganut agama Islam

Suku/bangsa:
Keluarga Tn.A termasuk suku bangsa Bugis

Jarak yankes terdekat:


Jarak antara rumah keluarga Tn.A dengan layanan kesehatan terdekat adalah
1 km

Alat transportasi:
Keluarga Tn.A menggunakan sepeda motor sebagai alat transportasi

22
a. Data anggota keluarga

No Nama L/P Umur Hub.klg Pekerjaan Pendidikan


1 Tn.A L 50 thn Suami Buruh harian SMP
2 Ny.B P 47 thn Istri Tukang cuci SMP
3 Nn.C P 20 thn Anak - SD
4 An.D L 11 thn Anak - SD

Ket :

Tn.A adalah kepala keluarga berusia 50 tahun yang bekerja sebagai butuh
harian dengan status pendidikan terakhir SMP. Tn.A tinggal bersama
istrinya Ny.B berusia 47 tahun yang bekerja sebagai tukang cuci dengan
status pendidikan terakhir SMP dan dua orang anaknya yakni Nn.C berusia
20 tahun dan An.D berusia 11 tahun dengan pendidikan terakhir SD.

b. Gambar genogram keluar

GI

G II

G III
50 47

20 11

23
Ket:

GI: Kakek dan nenek klien semuanya masih hidup

GII:

- Tn.A berusia 50 tahun merupakan ayah klien


- Ny.B berusia 47 tahun merupakan ibu klien, Ny.b memiliki
riwayat penyakit Thypoid

GIII: Klien berusia 11 tahun dan merupakan anak ke 2 dari dua


bersaudara

c. Riwayat kesehatan masing – masing keluarga

No Nama Status gizi TTV Status Riwayat


Imunisasi Penyakit
1. Tn.A Kurang 130/80 Tidak Tidak ada
mmHg lengkap
2. Ny.B Kurang 120/90 Tidak thypoid
mmHg lengkap
3. Nn.C Kurang 110/70 Tidak Tidak ada
mmHg lengkap
4. An.D Sangat kurang 100/60 Tidak Tidak ada
mmHg lengkap

2. Data lingkungan

a. Karakteristik Rumah Luas rumah

24
Ukuran luas rumah keluarga Tn.A adalah 3 x 6 m2.

Tipe rumah

Tipe rumah keluarga Tn.A adalah semi permanen. Lantai rumah


masih dari tanah, dinding rumah terbuat dari kayu, rumah agak rapat
dengan tetangga.

Kepemilikan

Status kepemilikan rumah keluarga Tn.A adalah milik sendiri

Kondisi rumah

Keadaan lingkungan rumah bersih, keadaan udara dalam rumah baik

Ventilasi

Terdapat 2 buah jendela di masing-masing kamar

Pencahayaan

Penerangan yang digunakan dalam keluarga Tn.A adalah lampu pijar


dengan kondisi pencahayaan yang terang

Saluran buang limbah

Jarak antara sumur dengan jamban pembuangan adalah 15 meter

Sumber air bersih

jenis air minum yang digunakan adalah bersumber dari air sumur

Jamban

Kamar mandi dan jamban diluar rumah

Pembuangan sampah

Tempat pembuangan sampah berada di samping rumah

b. Denah Rumah

25
Kamar 1 Dapur

Wc

Kamar 2 R.TAMU

c. Karakteristik lingkungan dan komunitas yang lebih besar


Keluarga Tn.A merupakan keluarga pendatang. Hubungan keluarga
Tn.A berlangsung baik, namun terkadang keluarga Tn.A tidak turut
berpartisipasi dalam acara tentang budaya setempat.
d. Asosiasi dan transaksi keluarga dan masyarakat
Sejak pernikahan keluarga tidak pernah berpisah dan mereka hidup
serumah. Kunjungan ke rumah keluarga dilakukan kecuali bila ada
acara saja.

3. Struktur keluarga
(Pola komunikasi)
Dalam keluarga Tn.A pola komunikasi berlangsung kurang baik
dikarenakan Tn.A jarang memeperhatikan anggota keluarga lainnya. Tn.A
juga selalu memaksakan kehendak anggota keluarga lainnya dikarenakan
Tn,A adalah pembuat keputusan tunggal dalam keluarga.

4. Struktur kekuasaan

26
Keputusan dalam keluarga ini selalu diambil oleh kepala keluarga yakni
Tn.A sebagai kepala keluarga memegang wewenang penuh dalam setiap
pengambilan keputusan dan semua anggota keluarga mengikuti keputusan
yang diambil oleh Tn.A

5. Struktur peran
Masing-masing anggota keluarga berperilaku kurang sesuai dengan
perannya. Tn.A yang bekerja sebagai buruh haria belum mampu memenuhi
kebutuhan keluarga sedangkan Ny.B sebagai istri tetap patuh kepada
suaminya.

6. Nilai keluarga
Keluarga Tn.A tidak membawa anggota keluarga yang sakit ke puskesmas
terdekat, kecuali dalam kondisi yang parah.

7. Fungsi keluarga fungsi efektif


dalam keluarga Tn.A kurang tercipta sikap saling menghargai. Hal ini
dikarenakan Tn.A selalu memaksakan kehendaknya kepada istri dan
anaknya. Tn.A yang juga sekaligus menjadi kepala keluarga tidak pernah
bisa menerima saran ataupun pendapat dari anggota keluarganya.

8. Fungsi sosialisasi
Interaksi dalam keluarga Tn.A kurang baik. Interaksi keluarga Tn.A dengan
masyarakat sekitar juga kurang baik dikarenakan keluarga Tn.A jarang
terlibat dalam acara tentang budaya setempat.

27
9. Fungsi perawatan kesehatan
a. Kenyakinan, nilai dan perilaku kesehatan
Keluarga Tn.A meyakini bahwa penyakit datangnya dari yang maha
kuasa dan merupakan ujian hidup. Jika anggota keluarga Tn.A sakit,
mereka hanya meminta kesembuhan dari yang maha kuasa.
b. Definisi sehat-sakit dan tingkat pengetahuan keluarga
Menurut keluarga Tn.A, sehat adalah suatu kondisi terbebas dari
penyakit sehingga dapat beraktivitas. Sedangkan sakit adalah kondisi
ketidakstabilan dalam tubuh. Pengetahuan keluarga Tn.A cukup
kurang mengenai penyakit.
c. Persepsi keluarga tentang status kesehatan dan kerentanan
terhadap penyakit
Keluarga Tn.A belum paham tentang status kesehatan ataupun tingkat
kerentanan terhadap suatu penyakit.
d. Praktik diet keluarga
Keluarga Tn.A mengurangi frekuensi makan dikarenakan untuk
menghemat biaya hidup. Keluarga Tn.A hanya sekali dalam sehari
makanan utama, selebihnya roti.
e. Kebiasaan tidur dan istirahat
Keluarga Tn.A umunya beristirahat pada pukul 21.00 – 06.00
f. Praktik aktivitas fisik dan rekreasi
Keluarga Tn.A jarang berolahraga bahkan tidak pernah meluangkan
waktu dan tidak memiliki dana untuk berekreasi.

g. Praktik penggunaan obat traupetik dan penenang, alkohol serta


tembakau keluarga
Tn.A hanya menggunakan rokok sebagai pelarian ketika memiliki
masalah. Rokok dianggapnya sebagai penenang dan bisa membuatnya
lebih rileks.
h. Peran keluarga dalam praktik perawatan diri

28
Keluarga Tn.A masing-masing melakukan perawatan diri. Keluarga
kurang mampu melakukan perawatan diri dikarenakan kedua orangtua
yang cukup berperan penting sibuk bekerja dari pagi hari hingga
petang.

i. Pemeriksaan Fisik Head To Toe

1) Kesadaran (GCS): Composmentis (15)


2) Tanda vital TD: 100/60 mmHg, N: 60 x/i, S: 36,50C, P: 20 x/i
3) BB: 29 kg, TB: 134 cm
4) Kepala
Inspeksi : Mesocephal, tidak ada lesi, tidak ada hematoma, warna
hitam, tampak kusut, tidak ada kebotakan.
Pelpasi : tidak ada nyeri tekan
5) Mata
Inspeksi: Simetris kiri dan kanan, tatapan mata sayu
Palpasi: Tidak ada oedema periprbital, tidal ada nyeri tekan
6) Leher
Inspeksi: Terdapat pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada
Pembesaran vena jugularis.
Palpasi: Terdapat nyeri tekan
7) Telinga
Inspeksi: Simetris kiri dan kanan, bentuk normal, pendengaran
normal, tidak ada sekret, tidak ada perdarahan.
Palpasi: Tidak ada nyeri tekan
8) Mulut
Inspeksi: Kebersihan buruk, terdapat candidiasis, lidah berwarna
Putih, kebersihan gigi buruk.
9) Hidung
Inspeksi: Tidak ada perdarahan, tidak ada sekret, tidak ada polip,
Tidak ada sinusitis
Palpasi: Tidak ada nyeri tekan

29
10) Dada
Inspeksi: Bentuk dada normal chest, dada simetris kiri dan kanan,
Frekuensi nafas teratur.
Palpasi: Tidak terdapat nyeri tekan
Perkusi: Suara paru sonor
Auskultasi: Bunyi napas vesikular
11) Jantung
Inspeksi: Tidak ada cardiomgali
Palpasi: Tidak ada nyeri tekan
Perkusi: Suara kantung redup
Auskultasi: Irama dan frekuensi denyut jantung tidak teratur
12) Abdomen
Inspeksi: Bentuk normal, tidak ada asites, tidak kembung, tidak ada
jaringan parut
Palpasi: Tidak ada nyeri tekan
Perkusi: Bunyi tympani
Auskultasi: Peristaltik 28 x/i
13) Kulit dan kuku
Inspeksi: Terdapat lesi, sarkoma kiposi, eksim, psoriasis dan herpes,
kebersihan buruk, kuku panjang dan kotoe, turgor buruk
Palpasi: Rasa nyeri pada genetalia
14) Genetalia
Inspeksi: Infeksi perineal, kandidiasis, terdapat kutil
Palpasi: Rasa nyeri pada genitalia
15) Ekstremitas atas dan bawah
Inspeksi: Terdapat deformitas, terdapat atrofi
Palpasi: Terdapat refleks patologik, tonus otot 3/3
j. Riwayat kesehatan keluarga
Keluarga Tn.A tidak memiliki riwayat penyakit menular ataupun
menurun Ny.B pernah mengalami penyakit thypoid.

30
k. Layanan kesehatan yang diterima
Ny.B membawa anaknya ke puskesmas terdekat
l. Perasaan dan persepsi mengenao pelayanan kesehatan
Keluarga Tn.A mengatakan pelayanan kesehatan di puskesmas sudah
cukup dapat membantu masalah kesehatan yang dialami anggota
keluarganya.
m. Sumber pembayaran
Keluarga Tn.A menggunakan BPJS dalam menyelesaikan biaya
administrasi pengobatan

10. Stres koping dan adaptasi keluarga


Keluarga Tn.A saat menghadapi masalah selalu menyelesaikannya secara
tuntas, dikarenakan Tn.A adalah kepala keluarga sekaligus pemegang
wewenang kekuasaan.

11. Startegi koping keluarga


a. Bagaimana keluarga bereaksi terhadap stressor
Keluarga Tn.A pasrah pada kondisi An.D sekarang, dianggap sebagai
cobaan dan berharap Tn.A sebagai kepala keluarga bekerja lebih giat
untuk memenuhi kebutuhan anggota keluarga yang sakit.
b. penggunaan koping internal keluarga
Keluarga Tn.A menerima penyakit yang dialami An.D apa adanya dan
selalu melibatkan Tn.A sebagai kepala keluarga untuk pengambilan
keputusan.

31
SKALA PRIORITAS ASKEP KELUARGA

No KRITERIA SCORE BOBOT


1. Sifat Masalah
Tidak/kuranf sehat 3
Ancaman kesehatan 2 1
Keadaan sejahtera 1
2. Kemungkinan Masalah Bisa
Diubah
Mudah 2 2
Sebagian 1
Tidak dapat 0
3. Potensial Masalah untuk Dicegah
Tinggi 3
Cukup 2 1
Rendah 1
4. Menonjolkan Masalah
Masalah berat, harus segara 2
ditangani 1 1
Ada masalah, tetapi tidak perlu
ditangani 0
Masalah tidak dirasakan
Hasil:

1. Sifat masalah 3 : 3 x 1 =1
2. Kemungkinan masalah bisa diubah 0 : 2 x 2 = 0
3. Potensial masalah untuk dicegah 1 : 3 x 1 = 0,3
4. Menonjolkan masalah 2 : 2 x 1 = 1

Total score = 2,3

Pengelompokan Data

32
1. Keluarga mengatakan An.D malas makan
2. Keluarga mengatakan frekuensi makan An.D selama sakit berkurang
3. BB sebelum sakit 30 kg
4. BB selama sakit 29 kg
5. Hasil pengkajian IMT adalah 17,0 (kurus)
6. Keluarga klien mengatakan takut tertular HIV/AIDS
7. Keluarga klien mengatakan tidak mampu merawat anggota keluarga yang
terkena HIV/AIDS
8. Keluarga tidak memahami tentang cara penularan HIV/AIDS
9. Keluarga tidak mampu merawat anggota keluarga yang menderita HIV/AIDS

Klasifikasi data

1. Data subjektif:

- Keluarga mengatakan An.D malas makan


- Keluarga mengatakan frekuensi makan An.D selama sakit berkurang
- Keluarga klien mengatakan takut tertular HIV/AIDS
- Keluarga klien mengatakan tidak mampu merawat anggota keluarga yang
terkena HIV/AIDS

2. Data objektif:

- BB sebelum sakit 30 kg
- BB selama sakit 29 kg
- Hasil pengkajian IMT adalah 17,0 (kurus)
- Keluarga tidak memahami tentang cara penularan HIV/AIDS
- Keluarga tidak mampu merawat anggota keluarga yang menderita
HIV/AIDS

ANALISA DATA

33
No Data Etiologi Problem
1. DS: AIDS Gangguan nutrisi
- Keluarga mengatakan An.D kurang dari
malas makan Candidiasis oral kebutuhan tubuh
- Keluarga mengatakan
frekuensi makan An.D Anoreksia
selama sakit berkurang
DO: Intake adekuat
- BB sebelum sakit 30 kg
- BB selama sakit 29 kg Gangguan nutrisi
- Hasil pengkajian IMT adalah kurang dari kebutuhan
17,0 (kurus) tubuh

2. DS: AIDS Risiko infeksi silang


- Keluarga klien mengatakan
takut tertular HIV/AIDS Imunodefisiensi
- Keluarga klien mengatakan
tidak mampu merawat Perubahan status
anggota keluarga yang kesehatan
terkena HIV/AIDS
DO: Risiko infeksi silang
- Keluarga tidak memahami
tentang cara penularan
HIV/AIDS
- Keluarga tidak mampu
merawat anggota keluarga
yang menderita HIV/AIDS

B. Diagnosa Keperawatan

34
Berikut ini adalah diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus
diatas
(Herdman, 2015):
1. Gangguan nutrisi: kurang dari kebutuhab pada keluarga Tn.A,
khususnya An.D berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
memenuhi kebutuhan nutrisi pada anggota keluarga yang menderita
HIV/AIDS.
2. risiko terjadi infeksi silang pada keluarga Tn.A khususnya An.D
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga memodifikasi
lingkungan yang menunjang kesehatan dan ketidakmampuan keluarga
merawat anggota keluarga yangmengalami penurunan daya tahan
tubuh akibat HIV/AIDS.

C. Intervensi Keperawatan
Adapun intervensi kepearawatan yang muncul pada kasus diatas
adalah sebagai berikut (Bulechek & Butcher, 2016):
No Diagnosa Keperawatan Intervensi Keperawatan
. Tujuan & Kriteria Hasil NIC
1. Gangguan nutrisi: Setelah dilakukan asuhan 1. Mendiskusikan dengan
kurang dari keperawatan selama 1 x keluarga tentang
kebutuhan pada 24 jam, diharapkam akan pentingnya gizi seimbang
keluarga Tn.A, menangani atau bagi klien
khususnya An.D menimalkan masalah HIV/AIDS,cara
berhubungan dengan kekurangan nutrisi dengan menyajikan makanan,
ketidakmampuan kriteria hasil : cara menciptakan
keluarga memenuhi suasana yang dapat
- Adanya peningkatan
kebutuhan nutrisi meningkatkan selera
berat badan sesuai
pada anggota makan
dengan tujuan.
keluarga yang 2. Menjelaskan pada
- Berat badan ideal
menderita keluarga
sesuai dengan tinggi
tentang cara mengatasi

35
HIV/AIDS badan. anggota keluarga jika
- Mampu tidak nafsu makan
mengidentifikasi
3. Mendemonstrasikan
kebutuhan nutrisi
kepada keluarga cara
- Tidak ada tanda –
mengolah bahan
tanda melnutrisi
makanan
- Menunjukkan
4. Mengajarkan keluarga
peningkatan fungsi
cara menyusun menu
pengecapan dan
harian sesuai kebutuhan
menelan.
gizi seimbang
- Tidak terjadi
5. Mengajarkan cara
penurunan berat badan
merawat penderita
yang berarti.
HIV/AIDS dengan
gangguan nutrisi:
menanyakan makanan
yang disukai atau tidak.
2. Risko terjadi infeksi Setelah dilakukan asuhan 1. Menjelaskan kepada
silang pada keluarga keperawatan selama 1 x keluarga tentang
Tn.A, khususnya 24 jam, diharapkam akan penularan HIV/AIDS
An.D berhubungan menangani atau 2. Mendiskusikan dengan
dengan menimalkan komplikasi keluarga tentang cara
ketidakmampuan dan mencegah terjadinya merawat anggota
keluarga penyebaran infeksi keluarga, kondisi
memodifikasi dengan kriteria hasil : lingkungan, kondisi klien
lingkungan yang yang memerlukan
- Knowledge : infection
menunjang pelayanan kesehatan
- Mengenali tanda dan
kesehatan dan lanjutan
gejala yang
ketidakmampuan 3. Mendemonstrasikan cara
mengidinkasikan
keluarga merawat perawatan anggota
resiko dalam
anggota keluarga keluarga dengan
penyebaran infeksi.
yang mengalami HIV/AIDS

36
penurunan daya - Mengetahuai cara 4. Mengajarkan cara
tahan tubuh akibat mengurangi memberikan dukungan
HIV/AIDS penularan infeksi. psikologis/ kenyamanan
- Mengetahuai aktivitas klien serta cara
yang dapat melakukan kontrol infeksi
meningkatkan infeksi dirumah
5. Memotivasi keluarga
untuk menciptakan
lingkungan yang dapat
menunjang tumbuhnya
sikap positif.

D. Implementasi Keperawatan

37
Adapun implementasi keperawatan sesuai dengan intervensi
keperawatan untuk kasus diatas adalah sebagai berikut:

Hari/Tanggal Dx Implementasi Evaluasi


Sabtu 1 1. Mendiskusikan dengan S:
keluarga tentang
24-11-2018 - Keluarga mengatakan tidak
pentingnya gizi seimbang
mengetahui pentingnya gizi
bagi klien HIV/AIDS,
seimbang dan cara
cara menyajikan makanan,
menyajikan makanan yang
cara menciptakan suasana
bergizi bagi penderita
yang dapat meningkatkan
O:
selera makan
2. Menjelaskan pada - Keluarga tidak memahami

keluarga tentang cara pentingnya gizi seimbang

mengatasi anggota pada penderita HIV/AIDS

keluarga jika tidak nafsu - Keluarga tidak mampu

makan mengolah bahan makanan

3. Mendemonstrasikan - BB: 29 kg

kepada keluarga cara A: Masalah belum teratasi

mengolah bahan makanan P: Lanjutkan intervensi


4. Mengajarkan keluarga
2. Menjelaskan pada
cara menyusun menu
keluarga tentang cara
harian sesuai kebutuhan
mengatasi anggota
gizi seimbang
keluarga jika tidak nafsu
5. Mengajarkan cara
makan
merawat penderita
HIV/AIDS dengan 3. Mendemonstrasikan
gangguan nutrisi: kepada keluarga cara
menanyakan makanan mengolah bahan makanan
yang disukai atau yang
4. Mengajarkan keluarga
tidak disukai.
cara menyusun menu

38
harian sesuai kebutuhan
gizi seimbang

5. Mengajarkan cara
merawat penderita
HIV/AIDS dengan
gangguan nutrisi:
menanyakan makanan
yang disukai atau yang
tidak disukai.
Sabtu 2 1. Menjelaskan kepada S:
keluarga tentang penularan
24-11-2018 - Keluarga klien mengatakan
HIV/AIDS
takut tertular HIV/AIDS
2. Mendiskusikan dengan
- Keluarga klien mengatakan
keluarga tentang cara
tidak mampu merawat
merawat anggota keluarga,
anggota keluarga yang
kondisi lingkungan,
terkena HIV/AIDS
kondisi klien yang
O:
memerlukan pelayanan
kesehatan lanjutan - Keluarga tidak memahami

3. Mendemonstrasikan cara tentang cara penularan

perawatan anggota HIV/AIDS

keluarga dengan - Keluarga tidak mampu

HIV/AIDS merawat anggota keluarga

4. Mengajarkan cara yang menderita HIV/AIDS

memberikan dukungan A: Masalah belum teratasi

psikologis/ kenyamanan P: Lanjutkan intervensi


klien serta cara melakukan
3. Mendemonstrasikan cara
kontrol infeksi dirumah
perawatan anggota
5. Memotivasi keluarga
keluarga dengan
untuk menciptakan

39
lingkungan yang dapat HIV/AIDS.
menunjang tumbuhnya 4. Mengajarkan cara
sikap positif. memberikan dukungan
psikologis/ kenyamanan
klien serta cara
melakukan kontrol
infeksi dirumah
5. Memotivasi keluarga
untuk menciptakan
lingkungan yang dapat
menunjang tumbuhnya
sikap positif.

Minggu 1 2. Menjelaskan pada S:


keluarga tentang cara
25-11-2018 - Keluarga klien mengatakan
mengatasi anggota
memahami pentingnya gizi
keluarga jika tidak nafsu
seimbang bagi penderita
makan
- Keluarga mengatakan
3. Mendemonstrasikan masing bingung cara
kepada keluarga cara mengolah bahan makanan
mengolah bahan makanan O:

4. Mengajarkan keluarga cara - Keluarga mampu


menyusun menu harian menjelaskan bagaimana
sesuai kebutuhan gizi pentingnya gizi seimbang
seimbang bagi penderita HIV/AIDS
- Keluarga belum mampu
5. Mengajarkan cara merawat
mengolah bahan makanan
penderita HIV/AIDS
- BB: 29 kg
dengan gangguan nutrisi:
A: Masalah belum teratasi
menanyakan makanan

40
yang disukai atau yang P: Lanjutkan intervensi
tidak disukai.
3. Mendemonstrasikan
kepada keluarga cara
mengolah bahan makanan

4. Mengajarkan keluarga
cara menyusun menu
harian sesuai kebutuhan
gizi seimbang

5. Mengajarkan cara
merawat penderita
HIV/AIDS dengan
gangguan nutrisi:
menanyakan makanan
yang disukai atau yang
tidak disukai.

Minggu 2 3. Mendemonstrasikan S:
cara perawatan anggota
25-11-2018 - Keluarga mengatakan sudah
keluarga dengan
mulai memahami bagaimana
HIV/AIDS.
cara penularan HIV/AIDS
4. Mengajarkan cara
dan cara merawatnya.
memberikan dukungan
O:
psikologis/
kenyamanan klien serta - Keluarga mampu

cara melakukan kontrol menjelaskan cara penularan

infeksi dirumah HIV/ADS dan bagaimana

5. Memotivasi keluarga cara merawatnya

untuk menciptakan A : Masalah teratasi

lingkungan yang dapat P : Lanjutkan intervensi

41
menunjang tumbuhnya 4. Mengajarkan cara
sikap positif. memberikan dukungan
psikologis/ kenyamanan
klien serta cara
melakukan kontrol
infeksi dirumah
5. Memotivasi keluarga
untuk menciptakan
lingkungan yang dapat
menunjang tumbuhnya
sikap positif.

Senin 1 3. Mendemonstrasikan S:
kepada keluarga cara
26-11-2018 - Keluarga mengatakan
mengolah bahan makanan
memahami pentingnya gizi
4. Mengajarkan keluarga cara seimbang bagi penderita
menyusun menu harian - Keluarga mengatakan
sesuai kebutuhan gizi mengerti cara mengolah
seimbang bahan makanan

5. Mengajarkan cara merawat


penderita HIV/AIDS O:
dengan gangguan nutrisi:
- Keluarga mampu
menanyakan makanan
menjelaskan bagaimana
yang disukai atau yang
pentingnya gizi seimbang
tidak disukai.
bagi penderita HIV/AIDS
- Keluarga mampu
mengolah bahan makanan
- BB: 29 kg
A: Masalah teratasi

42
P: Pertahankan intervensi

3. Mendemonstrasikan
kepada keluarga cara
mengolah bahan
makanan

4. Mengajarkan keluarga
cara menyusun menu
harian sesuai kebutuhan
gizi seimbang

5. Mengajarkan cara
merawat penderita
HIV/AIDS dengan
gangguan nutrisi:
menanyakan makanan
yang disukai atau yang
tidak disukai.
Senin 2 4. Mengajarkan cara S:
memberikan dukungan
26-11-2018 - Keluarga mengatakan sudah
psikologis/
mulai memahami bagaimana
kenyamanan klien serta
cara penularan HIV/AIDS
cara melakukan kontrol
dan cara merawatnya
infeksi dirumah
O:
5. Memotivasi keluarga
untuk menciptakan - Keluarga mampu

lingkungan yang dapat menjelaskan cara penularan

menunjang tumbuhnya HIV/ADS dan bagaimana

sikap positif. cara merawatnya


A: Masalah teratasi

P: Pertahankan intervensi

43
4. Mengajarkan cara
memberikan dukungan
psikologis/ kenyamanan
klien serta cara
melakukan kontrol
infeksi dirumah
5. Memotivasi keluarga
untuk menciptakan
lingkungan yang dapat
menunjang tumbuhnya
sikap positif.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
AIDS adalah sekumpulan gejala dan infeksi atau sindrom yang timbul
karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV.
Etiologi AIDS disebabkan oleh virus HIV-1 dan HIV-2 adalah lentivirus
sitopatik, dengan HIV-1 menjadi penyebab utama AIDS diseluruh dunia.
Cara penularan AIDS yaitu melalui hubungan seksual, melalui darah

44
( transfuse darah, penggunaan jarum suntik dan terpapar mukosa yang
mengandung AIDS), transmisi dari ibu ke anak yang mengidap AIDS.

B. Saran
Berdasarkan simpulan di atas diharapkan agar pembaca dapat
menerapkan asuhan keperawatan AIDS pada klien HIV maupun AIDS. Dan
masyarakat dapat lebih dalam mengenal tentang penyakit HIV/AIDS ini,
serta menghindari hubungan seksual yang tidak sehat untuk pemutusan mata
rantai.

DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, G., & Butcher, H. (2016). Nursing Interventions Classification (NIC)


Edisi Bahasa Indonesia, Ed. 6. Singapore: Elsevier.

Herdman, T. (2015). NANDA Internasional Diagnosis Keperawatan Definisi dan


Klasifikasi, Ed.10. Jakarta: EGC.

45
Padila. (2012). Buku Ajar : KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH . Yogyakarta:
Nuha Medika.

Russel, D. M. (2011). Bebas dari 6 penyakit paling mematikan. Yogyakarta:


MedPress (Anggota IKAPI).

Contoh Soal:

Keluarga Tn.A tinggal di daerah pemukiman padat bersama istri dan 2


orang anaknya yaitu Nn.C berusia 20 tahun dan An.D berusia 11 tahun. Tn.A
mengatakan An.D malas makan, mual dan muntah. Hasil pemeriksaan ditemukan
TD: 100/60 mmHg, N: 60 x/i, P: 20 x/i, S: 37°C, BB: 29 kg. Klien tampak lemah,
tampak bedrest, tampak kurus, terdapat candidiasis. Riwayat HIV (+). Dari hasil

46
pengkajian fungsi perawatan kesehatan didapatkan data bahwa keluarga Tn.A
belum paham tentang status kesehatan ataupun tingkat kerentanan terhadap suatu
penyakit. Dari kasus diatas apakah masalah keperawatan utama pada keluarga
tersebut?

a. Intoleransi aktivitas
b. Risiko infeksi
c. Hipertermi
d. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
e. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

47

Anda mungkin juga menyukai