Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

Asuhan Keperawatan Keluarga Tn S, Dengan Peyakit Rhematoid Atritis di


Desa Bontoala Kabupaten Maros
Ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Komunitas II
Dosen:.

Disusun Oleh:
Kelompok IV
Kelas A2, Angk. 2016

Gleni Herlena (NH01160) Kalasian B (NH01160)


Hasriyanti (NH0116062) Sinta mariaty (NH0116164)
Hartina Rumpot (NH01160) Ulfa Muhriana (NH0116201)
Ika Rizkiani (NH0116071) Karisma lolok (NH01160)
Iskandar (NH01160) Muh. A. Sofyan (NH0116095)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
NANI HASANUDDIN
MAKASSAR
2019
KATA PENGANTAR

Assalamu`alaikum warohmatullahi wabarokaatuh

Alhamdulillha, puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah subhanaullahu


wa ta`aala karena atar rahmat dan karunia-nya, kami dapat menyelesaikan tugas
maklah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Penyakit
Reumatoid Athritis” dengan baik makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas
kelompok mata kuliah komunitas.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.


Namun besar harapan penulis bahwa segala informasi mengenai Asuhan
Keperawatan Keluarga Dengan Penyakit Reumatoid Athritis dalam makalah ini
dapat menjadi tambahan pengetahuan bagi kita semua terutama bagi penulis.
Sekian.

Wassalamu`alaikum warahmatullahi wabarokkaatuh.

Makassar, 24 Juni 2019

Kelompok IV
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL………………………………………………………...i

KATA PENGANTAR...........................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................

A. Latar Belakang...........................................................................................
B. Tujuan........................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................
A. Pengertian .................................................................................................
B. Etiologi .....................................................................................................
C. Manifestasi Klinis......................................................................................
D. Patofisiologi ..............................................................................................
E. Pemeriksaan Penunjang ............................................................................
F. Penatalaksanaan ........................................................................................

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA..........................................

BAB IV PENUTUP...............................................................................................

A. KESIMPULAN.........................................................................................
B. SARAN......................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rheumatoid arthritis adalah suatu kondisi ketika kekebalan tubuh
secara keliru menyeang jaringan-jaringan sendi, yang mengakibatkan sendi-
sendi yang terserang akan mengalami peradangan dan menimbulkan gejala
seperti terasa kaku (Alodokter, 2019).
Pada tahun 2009, Penderita Artritis Rhemathoid di seluruh dunia telah
mencapai angka 355 juta jiwa, artinya 1 dari 6 orang didunia ini menderita
Rhemathoid. Diperkirakan angka ini terus meningkat hingga tahun 2025
dengan indikasi lebih dari 25% akan mengalami kelumpuhan.
Di dunia ini, rematik merupakan penyakit muskuloskeletal yang
paling sering terjadi. Angka kejadian rematik pada tahun 2013 yang
dilaporkan oleh World Health Organization (WHO) adalah 20% dari
penduduk dunia yang telah terserang Artritis Rhemathoid, dimana 5-10%
adalah mereka yang berusia 5-20 tahun dan 20% adalah mereka yang berusia
55 tahun (Wiyono,2010).
Data yang diperoleh dari WHO dalam Riskesdas (2013) angka
prevalensi gout artritis di dunia secara global belum tercatat, namun di
Amerika serikat prevalensi gout pada tahun 2010 sebanyak 807.552 orang
(0,27%) dari 293.655.405 orang. Indonesia menempati peringkat pertama di
Asia tenggara yang mengalami gout artritis dengan angka prevalensi 655.745
orang (0,27%) dari 238.452.952 orang Right Diagnosis Statistik (2010).
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (2013), menunjukkan bahwa
kecenderungan prevalensi rematik di Indonesia tahun 2007-2013 pada usia
lansia terdapat 30,3 % pada tahun 2007, dan mengalami penurunan pada
tahun 2013 yaitu menjadi 24,7%. Pada Tahun 2016 jumlah penderita rematik
adalah sebanyak 23,8%.
Provinsi Sulawesi Tenggara pada tahun 2016 melalui Dinas Kesehatan
menyebutkan bahwa penyakit pada sistem otot (rematik) menempati urutan
ke-4 dari 10 penyakit terbanyak yang dilaporkan dari keseluruhan Puskesmas.
Data ini menunjukkan prevalensi penyakit rematik sebanyak 22,5%.
Sementara itu, di Puskesmas Kukutio penyakit ini, menempati urutan ke-3
dari 10 penyakit terbanyak, setelah ISPA dan infeksi penyakit usus lain.
Berdasarkan data terakhir pada Bulan September 2017, dilaporkan bahwa
penyakit pada sistem otot (rematik) menempati urutan ke 4 dari 10 penyakit
terbanyak di Puskesmas Kukutio dan angka terbanyak berada pada rentang
usia 45-54 orang.

B. Tujuan
Adapun tujuan dalam pembuatan makalah ini yaitu untuk mengetahui
penanganan pasien yang mengalami reumathoid arthritis.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Rheumatoid arthritis adalah suatu kondisi ketika kekebalan tubuh
secara keliru menyeang jaringan-jaringan sendi, yang mengakibatkan sendi-
sendi yang terserang akan mengalami peradangan dan menimbulkan gejala
seperti terasa kaku (Alodokter, 2019).
Artritis rhemathoid (AR) merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik
kronik yang walaupun manifestasi utamanya adalah Poliartritis yang
progresif, akan tetapi penyakit ini juga melibatkan seluruh organ tubuh.
Terlibatnya sendi pada pasien Artritis Rhemathoid terjadi setelah penyakit ini
berkembang lebih lanjut sesuai dengan sifat progesifitasnya. Pada umumnya
selain gejala artikular, Artritis Rhemathoid dapat pula menunjukkan gejala
konstitusional berupa kelemahan umum, cepat lelah atau gangguan organ
non-ertikular lainnya (Nugroho, 2012).
B. Etiologi
Penyebab utama kelainan ini tidak diketahui.Ada beberapa teori yang
dikemukakan mengenai penyebab Rheumatoid Arthritis,yaitu:
1. Infeksi Streptokokus Hemolitikus dan Streptokokus Non-hemolotikus
2. Endokrim
3. Autoimun
4. Metabolik
5. Faktor genetik serta faktor pemicu lingkungan
(Nurarif & Kusuma, 2016). Rheumatoid Artritis diduga disebabkan
oleh faktor autoimun dan infeksi.Autoimun ini bereaksi terhadap kolagen tipe
2;faktor injeksi mungkin disebabkan oleh virus dan organisme mikroplasma
atau group difterioid yang menghasilkan antigen kolagen tipe 2 dari tulang
rawan sendi penderita.
Kelainan yang dapat terjadi pada suatu Atritis Rheumatoid yaitu:
1. Kelainan pada daerah artikuler
a. Stadium I (stadium sinovitis)
b. Stadium II (stadium destruksi)
c. Stadium III (stadium deformitas)
2. Kelainan pada jaringan ekstra-artikuler
Perubahan patologis yang dapat terjadi pada jaringan ektra artikuler adalah:
a. Otot :terjadi miopati
b. Nodul subkutan
c. Pembuluh darah perifer:terjadi proliferasi tunika intima,lesi pada
pembuluh darah arteriol dan venosa.
d. Kelenjar limfe,terjadi pembesaran limfe yang berasal dari aliran limfe
sendi,hiperplasi folikuler,peningkatan aktivitas sistem retikuloendotelial
dan proliferasi yang mengakibatkan splenomegali.
e. Saraf: terjadi nekrosis fokal,reaksi epitoloid serta inviltrasi leulkosit.
f. Visera.

C. Manifestasi Klinis
Menurut Nugroho (2012), ada beberapa manifestasi klinis yang lazim
ditemukan pada penderita Artritis Rhemathoid. Gejala ini tidak harus timbul
sekaligus pada saat yang bersamaan oleh karena penyakit ini memiliki
gambaran yang sangat bervariasi.
a. Gejala-gejala konstitusional, misalnya lelah, anoreksia, berat badan
menurun dan demam. Terkadang kelelahan dapat demikian hebatnya.
b. Poliartritis simetris terutama pada sendi perifer, termasuk sendi-sendi
ditangan, namun biasanya tidak melibatkan sendi-sendi interfalangs
distal. Hampir semua sendi artrodial dapat terserang.
c. Kekakuan dipagi hari selama lebih dari 1 jam: dapat bersifat generalisata
tetapi terutama menyerang sendi-sendi. Kekakuan ini berbeda dengan
kekakuan sendi pada Osteoartritis, yang biasanya hanya berlangsung
selama beberapa menit dan selalu kurang dari 1 jam.
d. Artritis erosif merupakan ciri khas penyakit ini pada gambaran
radiologik. Peradangan sendi yang kronik mengakibatkan erosi di tepi
tulang dan ini dapat dilihat pada radiogram.
e. Deformitas : kerusakan dari struktur-struktur penunjang sendi dengan
perjalanan penyakit. Pergeseran ulnar atau deviasi jari, subluksasi sendi
metakarpofalangeal, deformitas boutonniere dan leher angsa adalah
beberapra deformitas tangan yang sering dijumpai pada penderita. Pada
kaki terdapat protusi (tonjolan) kaput metatarsal yang timbul sekunder
dari subluksasi metatarsal. Sendi-sendi besar juga dapat terserang dan
mengalami pengurangan kemampuan bergerak terutama dalam
melakukan gerak ekstensi.
f. Nodula-nodula Rhemathoid adalah massa subkutan yang ditemukan pada
sekitar sepertiga orang dewasa penderita Artritis Rhemathoid. Lokasi
yang paling sering dari deformitas ini adalah bursa olekranon (sendi siku)
atau disepanjang permukaan ekstensor dari lengan;
g. walaupun demikian nodula-nodula ini dapat juga timbul pada
tempattempat lainnya. Adanya nodula-nodula ini biasanya merupakan
suatu petunjuk suatu penyakit yang aktif dan lebih berat.
h. Manifestasi ekstra-artikular : Artritis Rhemathoid juga dapat menyerang
organ-organ lain di luar sendi. Jantung (perikarditis), paruparu (pleuritis),
mata dan pembuluh darah dapat rusak.

D. Patofiologi
Sendi merupakan bagian tubuh yang paling sering terkena inflamasi
dan degenerasi yang terlihat pada penyakit rematik. Inflamasi akan terlihat
pada persendian sebagai sinovitis. Pada penyakit rematik inflamatori,
inflamasi merupakan proses primer dan degenerasi yang terjadi merupakan
proses sekunder yang timbul akibat pembentukan pannus (proliferasi jaringan
synovial). Inflamasi merupakan akibat dari respon imun (Nugroho, 2012).
Pada penyakit rematik degeneratif dapat terjadi proses inflamasi yang
sekunder. Sinovitis ini biasanya lebih ringan serta menggambarkan suatu
proses reaktif. Sinovitis dapat berhubungan dengan pelepasan proteoglikan
tulang rawan yang bebas dari kartilago artikuler yang mengalami degenerasi
kendati faktor-faktor imunologi dapat pula terlibat (Nugroho, 2012).
Artritis Rhemathoid merupakan manifestasi dari respon sistem imun
terhadap antigen asing pada individu-individu dengan predisposisi genetik
(Nugroho, 2012).
Suatu antigen penyebab Artritis Rhemathoid yang berada
padamembran sinovial akan memicu proses inflamasi. Proses inflamasi
mengaktifkan terbentuknya makrofag. Makrofag akan meningkatkan aktivitas
fagositosisnya terhadap antigen dan merangsang proliferasi dan aktivasi sel B
untuk memproduksi antibody. Setelah berikatan dengan antigen, antibody
yang dihasilkan akan membentuk komplek imun yang akan berdifusi secara
bebas ke dalam ruang sendi. Pengendapan komplek imun ini akan
mengaktivasi sistem komplemen C5a (Nugroho, 2012). Komplemen C5a
merupakan faktor kemotaktik yang selain meningkatkan permiabilitas
vaskuler, juga dapat menarik lebih banyak polimorfonukler (PMN) dan
monosit kearah lokasi tersebut (Nugroho, 2012).
Fagositosi komplek imun oleh sel radang akan disertai pembentukan
dan pembebasan radikal oksigen bebas, leukotrin, prostaglandin yang akan
menyebabkan erosi rawan sendi dan tulang. Radikal oksigen bebas dapat
menyebabkan terjadinya depolimerisasi hialuronat sehingga mengakibatkan
terjadinya penurunan viskositas cairan sendi. Selain itu radikal oksigen bebas
juga merusak kolagen dan proteoglikan rawan sendi (Nugroho, 2012).
Pengendapan komplek imun akan menyebabkan terjadinya degranulasi
mast cell yang menyebabkan terjadinya pembebasan histamin dan berbagai
enzim proteolitik serta aktivasi jalur asam arakidonat yang akan memecah
kolagen sehingga terjadi edema, proliferasi membran sinovial dan akhirnya
terbentuk pannus (Nugroho, 2012).
Masuknya sel radang ke dalam membran sinovial akibat pengendapan
komplek imun menyebabkan terbentuknya pannus yang merupakan elemen
yang paling destruktif dalam pathogenesis Artritis Rhemathoid. Pannus
merupakan jaringan granulasi yang terdiri dari sel fibroblast yang
berproliferasi, mikrovaskuler dan berbagai jenis sel radang. Secara
histopatologis pada daerah perbatasan rawan sendi dan pannus terdapatnya sel
mononukleus, umumnya banyak dijumpai kerusakan jaringan kolagen dan
proteoglikan (Nugroho, 2012).
E. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Nugroho (2012), tidak banyak berperan dalam diagnosis Artritis
Rhemathoid, namun dapat menyokong bila terdapat keraguan atau untuk
melihat prognosis pasien. Pada pemeriksaan laboratorium terdapat :
a. Tes faktor reuma biasanya positif pada lebih dari 75% pasien Artritis
Rhemathoid terutama bila masih aktif. Sisanya dapat dijumpai pada
pasien Lepra, Tuberkulosis paru, Sirosis Hepatis, Hepatitis Infeksiosa,
Endokarditis Bakterialis, penyakit kolagen, dan Sarkoidosis.
b. Protein C-reaktif biasanya positif.
c. LED meningkat.
d. Leukosit normal atau meningkat sedikit.
e. Anemia normositik hipokrom akibat adanya inflamasi yang kronik.
f. Trombosit meningkat.
g. Kadar albumin serum menurun dan globulin naik.
Pada pemeriksaan rontgen, semua sendi dapat terkena, tapi yang tersering
adalah sendi metatarsofalang dan biasanya simetris. Sendi sakroiliaka juga
sering terkena. Pada awalnya terjadi pembengkakan jaringan lunak dan
demineralisasi juksta artikular. Kemudian terjadi penyempitan sendi dan erosi
(Nugroho, 2012).
F. Penatalaksanaan
Setelah diagnosis Artritis Rhemathoid dapat di tegakkan, pendekatan
pertama yang harus dilakukan adalah segera berusaha untuk membina
hubungan yang baik antar pasien dengan keluargannya dengan dokter atau
tim pengobatan yang merawatnya. Tanpa hubungan yang baik ini agaknya
akan sukar untuk dapat memelihara ketaatan pasien untuk tetap berobat dalam
suatu jangka waktu yang cukup lama (Nugroho, 2012).
a. Pendidikan pada pasien mengenai penyakitnya dan penatalaksanaan yang
akan dilakukan sehingga terjalin hubungan baik dan terjamin ketaatan
pasien untuk tetap berobat dalam jangka waktu yang lama.
b. OAINS diberikan sejak dini untuk mengatasi nyeri sendi akibat
inflamasi.
c. DMARD digunakan untuk melindungi rawan sendi dan tulang dari
proses destruksi akibat Artritis Rhemathoid.
d. Riwayat penyakit alamiah Pada umumnya 25% pasien akan mengalami
manifestasi penyakit yang bersifat monosiklik ( hanya mengalami satu
episode dan selanjutnya akan mengalami remisi sempurna). Pada pihak
lain sebagian besar pasien akan menderita penyakit ini sepanjang
hidupnya dengan hanya diselingi oleh beberapa masa remisi yang singkat
(jenis polisiklik). Sebagian kecil lainnya akan menderita Artritis
Rhemathoid yang progresif yang disertai dengan penurunan kapasitas
fungsional yang menetap pada setiap eksaserbasi.
e. Rehabilitasi pasien Artritis Rhemathoid
f. Merupakan tindakan untuk mengembalikan tingkat kemampuan pasien
Artritis Rhemathoid dengan cara:
1. Mengurangi rasa nyeri
2. Mencegah terjadinya kekakuan dan keterbatasan gerak sendi
3. Mencegah terjadinya atrofi dan kelemahan otot
4. Mencegah terjadinya deformitas
5. Meningkatkan rasa nyaman dan kepercayaan diri Mempertahankan
kemandirian sehingga tidak bergantung kepada orang lain.
g. Pembedahan Jika berbagai cara pengobatan telah dilakukan dan tidak
berhasil serta terdapat alasan yang cukup kuat, dapat dilakukan
pengobatan pembedahan. Jenis pengobatan ini pada pasien Artritis
Rhemathoid umumnya bersifat ortopedik, misalnya sinovektomi,
artrodesis, total hip replacement, memperbaiki deviasi ulnar, dan
sebagainya.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA TN S, DENAGAN PENYAKIT
RHEMATOID ATRITIS
A. Pengkajian Keluarga
1. Data Dasar
a. Identitas Kepala Keluarga
Tn. S, berumur 49 tahun, sudah menikah dan bertempat tinggal
di Desa Bontoala bersama dengan istrinya dan 2 orang anak, mereka
beragama islam. Tn S bekerja sebagai Petani dan saat ini Tn S.
menderita penyakit Rematik.
Pada tanggal 24 Juni 2019 tim Medis melakukan pengkajian di
rumah Tn. S pukul 8:00 wita. Keluhan utama yang dirasakan pasien
adalah nyeri pada bagian lutut dan pinggang. Nyeri bertambah saat
beraktivitas yang berat pada bagian yang sakit. Riwayat pemyakitnya
sudah dirasakan sejak satu tahun yang lalu.
b. Komposisi Anggota Keluarga
Ny. H adalah istri Tn S berumur 47 tahun. Pekerjaannya hanya
sebagai ibu rumah tangga. Memiiliki dua orang anak. Anak pertama
An. J berumur 15 tahun berjenis kelamin perempuan yang saat ini
sedang menempuh pendidikan sekolah menengah pertama. Sedangkan
yang kedua An. T berumur 12 tahun berjenis kelamin perempuan
yang msih duduk di bangku SD.
c. Genogram
Keterangan :
: laki-laki

: perempuan

: klien

: tinggal serumah
d. Tipe keluarga
Keluarga Tn. S termasuk keluarga inti karena terdiri dri ayah, ibu dan
anak.
e. Suku Bangsa
Keluarga Tn. S merupakan asli suku Makassar, bahasa yang digunakan
adalah bahasa Indonesia dan bahasa daeraah Makassar.
f. Agama
Kelurga Tn. S menganut agama Islam. Keluarga Tn. S taat
menjalankan sholat 5 waktu dan kadang mengikuti kajian di masjid.
g. Status Sosial Ekonomi
Untuk memenuhi keperluan keluarga sehari-hari serta biaya sekolah
kedua anaknya hanya memanfaatkan dari penghasilan sebagai Ptani.
Penghasilan yang didapatkan Rp.2.000.000,- perbulan. Ny. H
mengatakan penghasilan Tn S cukup untuk memenuhi kebutuhan
sehari-harinya dan biaya sekolah anak-anaknya.
h. Akifitas Keluarga
Pada saat libur keluarga Tn S. hanya menghabiskan waktu di ruang
keluarga sambil menonton tv.
2. Riwayat Dan Tahap Pembangunan Keluarga
a. Tahap Perkembangan Keluarga Saat Ini
Kelurga Tn S saat ini berada pada tahap perkembangan 5 dimana pada
saat ini anak pertama An J. telah berada pada usia 15 tahun remaja.
Tugas Perkembangan keluarga diantaranya memberikan ruang
kebebasan disertai pengawasan, memgajarkan tanggung jawab untuk
mengatasi msalahnya serta berkomunikasi secara terbuka anatara anak
dan orang tua.
b. Riwayat kesehatan kelaurga inti
Tn. S memiliki memiliki riwayat penyakit rematik yang sudah diderita
selama satu tahun.
c. Riwayat kesehatan kelurga sebelumnya.
Kelurga Tn S Tidak memiliki riwayat penyakit apapun.
3. Data Lingkungan
a. Karakteristik Rumah
Kelaurga Tn S memiliki rumah pribadi yang brukuran 63 m2 dengan
kondisi semi permanen dan berlantai keramik, mempunyI ventilasi
berukuran 0,2 m2 apda masing-masing ventilasi , dan atap seng. Luas
pekarangan rumah adalah 2500 m2 . Rumah Tn S memiliki dua kamar,
satu ruang taumu seklaigus ruang keluarga, satu ruangan dapur dan 1
kamr mandi/WC. Lingkungan rumah terlihat bersih, matahari dapat
masuk kedalam rumah mealui jendela kaca dan pintu.
Gambar Denah Rumah.

dapur
K1

wc

RT
K2
1) Pengelolaan Sampah
Keluarga Tn. S mengelolah sampah dengan cara bersih dan
tertutup, dikumpulkan kemudian dibakar dibelakang rumah.
2) Sistem darinase Air
Memiliki saluran pembuangan air limbah yang kemudian
dialirkan ke selokan.
3) Penggunaan Jamban
Keluarga Tn. S memiliki WC sendiri dengan jenis jamban WC
jongkok. Kondisi kamar mandi Tn. S bersih.
4) Kondisi Air
Keluarga Tn S memiliki sumber air berupa sumur gali. Yang
digunakan untuk keperluan sehri-hari seperti minum, masak,
kondisi air baik, tidak berbau, tidak berasa, tidak berwrna, dn
tidak ada pengendapan.
b. Karakteristik tetangga dan komintas tempat tinggal
Karakateristik tetangga sekitar tempat tinggal Tn. S bersifat sosial.
Kelaurga Tn S saling berbaur dengan tetangga-tetangganya meski beda
agama maupun beda suku.
c. Mobilitas geografis kelurga
Kelaurga Tn S. menempati rumah yang saat ini dan tidak pernah
berpindah rumah.
4. Struktur keluarga
a. Pola komunikasi keluarga
Keluarga Tn S menggunakan cara komunikasi secara terbuka dan
bermusyawarah saat membicarakan masalah utnuk mencari solusi. Tn
S merupakan anggota keluarga yang paling dominan berbicara, dan
menggunakan bahasa mahassar pada saat bersama Ny. H dan
menggunakan bahsa Indonesia ketika bersama anaknya.
b. Struktur kekuatan kelurga
Keluarga Tn S akan membantu dan mensuport jika ada kelurga yang
sedang mengalami masalah.
c. Struktur peran (formal dan informal)
Tn S sebagai kepala keluarga berperan sebagai pencari nafkah , dan
sebagai pelindung serta panutan untuk Istri dan anak-anaknya. Ny H
sebagai istri yang selalu mendampingi Tn S serta merawat anak-
anaknya dan mengatur urusan rumah tangganya. Kedua anaknya
berperan sebagai anak yang menempuh pendidikan.
d. Nilai dan norma budaya di keluarga
Keluarga Tn S hidup dengan menjunjung nilai budaya yang telah turun
temurun dari leluhurnya. Tutur kata dan sopan santun sangat
diperhatikan bagi keluarga Tn S untuk di ajarkan kepada An J dan An
T kepada orang yang lebih tua.
5. Fungsi Keluarga
a. Fungsi efektif
Tn S dan Ny H sangat menyayangi kelaurga dan anak-anaknya, saling
menjaga dan mendukung antara anggota keluarga satu dengana
anggota keluarga lainnya.
b. Fungsi Sosialisasi
Keluarga Tn S telah menjalankan fungsi sosialisanya dalam kelurga,
berinterkasi dengan tetangga, mengikuti kerja bakti.
c. Fungsi keperawatan kesehatan
Pengetahuan keluarga tentang penyakit dan penanganannya
1) Mengenal masalah kesehatan
Saat dikaji kelaurga Tn S mengatakan bahwa mereka tidak
mengetahui bahwa Tn S terkena Rematik dan tidak mengetahui
tentang penyakit rematik.
2) Mengambil keputusan
Keluarga Tn S mengatakan jika nyeri pada lutut kambuh
mereka akan membawanya ke Puskesmas untuk melakukan
pengobatan.
3) Merawat anggota keluarga yang sakit
Keluarga Tn S mengatakan jika rematiknya kambuh Tn S
hanya beristirahat saja sambil dipijat.
4) Memelihara/memodikfikasi lingkungan
Tn S dan Ny H tidur dikamar menggunakan kasur
5) Meggunakan fasiitas kesehatan yang ada
Keluarga Tn S sudah menggunakan fasilitas kesehatan yang
ada yaitu puskesmas dan memanfaatkan fasilitias kartu BPJS.
6. Stress dan Koping Keluarga
a. Stressor jangka pendek dan jangka panjang
Stressor jangka pendek keluarga Tn S dan Ny H yaiut apa bila banyak
kejraan yang harus dikerjakan, dan stressor jangka panjang adalah
memikirkan pendidikan dan masa depan kedua anaknya.
b. Respon keluarga terhadap stress
Respon keluarga Tn S menghadapi stressor yaitu dengan tetap tenang
dan sabar, namun akan ada perubahan perilaku anggota keluarga yang
brubah menjadi kesal dan cemas apabila menghadapi masalah dan
solusinya adalah bermusyawarah untuk mencari solusi.
c. Strategi koping
Keluarga Tn S menggunakan strategi koping dengan tenang dan sabar
untuk tidka menimbulkan masalah yang baru.
d. Strategi adaptasi disfungsional
Bila Tn S sedang mengalami masalah kesehatan, keluarga cenderung
berisitirahat dan berobat kepuskesmas.
B. Pengkajian Umum

Kasus :
Pasien bernama Tn. S, umur 49 tahun, status kawin, bertempat
tinggal di Desa Bontoala, beragama Islam, pekerjaan sebagai petani.
Pengkajian dilakukan dirumah Tn. S pada hari Senin 24 Juni 2019 jam
08:00 wita. Keluhan utama yang dirasakan pasien adalah nyeri pada
bagian pinggang dan lutut. Riwayat penyakit sudah di rasakan sejak enam
bulan yang lalu. Nyeri bertambah saat beraktivitas fisik yang berat dan
terasa kaku saat habis bersila lama.
Pengkajian
1. Data Umum
a. Nama KK : Tn. S
b. Umur : 49 Thn
c. Alamat : Bontoala
d. Agama : Islam
e. Suku : Bugis
f. Pendidikan : SMP
g. Pekerjaan : Wiraswasta
h. Bahasa sehari-hari :Bugis Makassar
i. Jarak layananan kesehatan terdekat : 1 km dari rumah
j. Alat transportasi : Motor
2. Data Anggota Keluarga

No Nama Umur Hub. KK Pendidikan Pekerjaan


.
1. Tn. S 49 Thn Ayah SMP Swasta
2. Ny. H 47 Thn Istri SD IRT
3. Nn. J 15 Thn Anak SMP Siswa
4. Nn. T 12 Thn Anak SD Siswa
3. Pemeriksaan fisik

Jenis
No pemeriksaan Tn. S Ny. H Nn. J Nn. T
fisik
Kesadaran Compos Compos mentis Compos Compos
1
(GCS) mentis mentis mentis
TTV TD: TD: TD: TD:
a. TD: 130/80mmHg 110/80mmHg 90/70mmHg 90/60mmHg
2 b. Suhu: N : 80 x/i N : 70 x/i N : 78 x/i N : 64 x/i
c. Nadi: P : 20 x/i P : 20 x/i P : 20 x/i P : 30 x/i
d. Pernafasan : S : 36oC S : 36oC S : 36oC S : 37,5oC
Berat badan 60 Kg 50 kg 45 kg 43 kg
3. Tinggi badan 168 cm 149 cm 149 cm 145 cm

Kepala Penyebaran Penyebaran Penyebaran Penyebaran


rambut rambut (merata), rambut rambut
(merata), rontok (-), tidak (merata), (merata),
rontok (-), ada massa pada rontok (-), rontok (-),
4. tidak ada kepala, tidak ada tidak ada tidak ada
massa pada nyeri tekan massa pada massa pada
kepala, tidak kepala, tidak kepala, tidak
ada nyeri tekan ada nyeri tekan ada nyeri tekan

5. Mata kesimetrisan kesimetrisan kesimetrisan kesimetrisan


mata( +), mata( +), mata( +), mata( +),
palpebra palpebra oedem palpebra palpebra
oedem ( -), ( -), peradangan oedem ( -), oedem ( -),
peradangan ( - ), benjolan ( - peradangan peradangan
( - ), benjolan ( ), Konjunctiva ( - ), benjolan ( ( - ), benjolan (
- ), (an anemis) - ), - ),
Konjunctiva Konjunctiva Konjunctiva
(an anemis) (an anemis) ( anemis)
Leher Bentuk leher Bentuk leher Bentuk leher Bentuk leher
(simetris), (simetris), (simetris), (simetris),
peradangan peradangan (- ), peradangan peradangan
(- ), jaringan jaringan parut (- ), jaringan (- ), jaringan
parut (- ), (- ), massa ( - ) parut (- ), parut (- ),
massa ( - ) Palpasi : massa ( - ) massa ( - )
Palpasi : pembesaran Palpasi : Palpasi :
6.
pembesaran kelenjar limfe pembesaran pembesaran
kelenjar limfe (- ), pembesaran kelenjar limfe kelenjar limfe
(- ), kelenjar tiroid (- ), (- ),
pembesaran (-) pembesaran pembesaran
kelenjar tiroid kelenjar tiroid kelenjar tiroid
(-) (-) (-)

Telinga lesi ( - ), nyeri lesi ( - ), nyeri lesi ( - ), nyeri lesi ( - ), nyeri


tekan ( - ), tekan ( - ), tekan ( - ), tekan ( - ),
peradangan peradangan (- ), peradangan peradangan
7. (- ), penumpukan (- ), (- ),
penumpukan serumen ( - ), penumpukan penumpukan
serumen ( - ), perdarahan ( -) serumen ( - ), serumen ( - ),
perdarahan ( -) perdarahan ( -) perdarahan ( -)
Mulut lesi (- ), Bibir lesi (- ), Bibir lesi (- ), Bibir Bibir tampak
pecah (- ), pecah (- ), pecah (- ), pucat, lesi (- ),
Perdarahan Perdarahan (- ), Perdarahan Bibir pecah
8. (- ), Peradangan (-) (- ), (+ ),
Peradangan (-) Peradangan (-) Perdarahan
(- ),
Peradangan (-)
9. Hidung Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
pembengkokan pembengkokan, pembengkokan pembengkokan
, perdarahan perdarahan (- ), , perdarahan , perdarahan
(- ), Kotoran Kotoran ( - ), (- ), Kotoran (- ), Kotoran ( -
( - ), Pembengkakan ( ( - ), ),
Pembengkakan - ), pembesaran / Pembengkakan Pembengkakan
( - ), polip (- ) ( - ), ( - ),
pembesaran / pembesaran / pembesaran /
polip (- ) polip (- ) polip (- )
Paru-paru Normal chest, Normal chest, Normal chest, Normal chest,
a. Inspeksi Bentuk dada Bentuk dada Bentuk dada pola nafas
b. Perkusi (simetris), (simetris), Suara (simetris), Takipneu,
c. Auskultasi Suara nafas nafas Area Suara nafas batuk
10. d. Palpasi Area Vesikuler Vesikuler Area Vesikuler (produktif),
(bersih), tidak (bersih), tidak (bersih), tidak Suara
ada Suara ada Suara ada Suara tambahan
tambahan tambahan tambahan Terdengar :
Terdengar, Terdengar, Terdengar Ronchi (+)
Abdomen Massa/Benjola Massa/Benjolan Massa/Benjola Bentuk
a. Inspeksi n (- ), (- ), n (- ), abdomen
b. Perkusi Kesimetrisan Kesimetrisan Kesimetrisan (datar ),

c. Auskultasi (- ), Frekuensi (- ), Frekuensi (- ), Frekuensi Massa/


12. d. Palpasi peristaltic usus peristaltic usus 9 peristaltic usus Benjolan (- ),
10 x/menit x/menit 8 x/menit Kesimetrisan (-
), Frekuensi
peristaltic usus
6 x/menit
Kulit & kuku lesi (- ), lesi (- ), lesi (- ), Lesi (- ),
Jaringan parut Jaringan parut (- Jaringan parut Jaringan parut
13.
(- ), Turgor ), Turgor (baik) (- ), Turgor (- ), Turgor
(baik) (baik) (jelek)
14. Ekstremitas Nyeri kaki, Tidak ada Tidak ada Tidak ada
lutut sampai keluhan keluhan keluhan
pinggang

4. Analisa Data
Keluarga Ny. S Dengan Masalah Kesehatan TB Paru pada Tn. T
No. Data Fokus Etiologic Masalah
1. Data Subjektif: Proses menua Nyeri akut b.d
- Tn. T mengatakan ketidakmampuan
nyeri pada kaki Penurunan daya keluarga merawat
bagian lutut dan ingat anggota keluarga
pinggang sejak 1 yang sakit
tahun yang lalu
- Klien mengatakan Keterbatasan
nyeri bertambah saat informasi
aktifitas berat
Kurang
Data Objektif: pengetahuan
- Klien tampak sering tentang rematik
memijat kakinya

Manajemen
kesehatan tidak
efektif
2. Data Subjektif: Proses menua Ketidakefektifan
- Klien mengatakan manajemen
belum mengetahui Perubahan kesehatan
tentang penyakit yang hormonal keluarga b.d
dideritanya kurang
Data Objektif: Permukaan tulan pengetahuan
Tanda-tanda Vital dan sendi tidak keluarga tentang
TD = 110/80 mmHg lagi licin reumatik
N = 64 x/menit
S = 36,50C
P = 18 x/menit Tulang
mengalami
gesekan pada
persendian

Nyeri

A. Diagnosa
1. Nyeri Kronik b.d ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga
yang sakit
N KRITERIA PERHITUNGAN SKOR pembenaran
O
1 Sifat masalah: 3/3 x 1 1 Apabila masalah nyeri
Aktual pada Tn.S tidak
ditangani, dapat
mengakibatkan
kerusakan
yang berlanjut pada
sendi dan sistem
muskuloskeletal dan
dapat menyebabkan
gangguan mobilisasi
pada Tn.S
2 Kemungkinan 3/2 x 2 3 Kemungkinan masalah
masalah untuk untuk diubah sulit
dirubah: karena pengetahuan
Mudah keluarga Tn.S tentang
penyakit Rematik
kurang, perlu pemberian
pendidikan kesehatan,
meningkatkan
kesadaran keluarga
untuk melakukan
perawatan kepada Tn.S.
3 Potensi 3/3 x 1 1 Dengan mendidik dan
pencegahan memotivasi juga
masalah: melatih keluarga Tn.S
Sedang secara benar.
Kemungkinan
munculnya komplikasi
atau
masalah lain dapat
dicegah.
4 Menonjolnya 2/2 x 1 1 Masalah nyeri pada
masalah: Tn.S harus segera
Masalah ditangani untuk
dirasakan mencegah komplikasi
berat,harus yang lebih berat dan
segera untuk memaksimalkan
ditangani fungsi Tn.S sebagai Ibu
Rumah Tangga
Hasil 6

2. Ketidakefektifan manajemen kesehatan keluarga b.d kurang pengetahuan


keluarga tentang reumatik

B. Rencana Tindakan Keperawatan


NO DIAGNOSIS NOC NIC
1. Nyeri Kronik b.d Setelah dilakukan  
ketidakmampuan Keluraga mampu 1. Kaji skala nyeri
keluarga memutuskan 2. Anjurkan keluarga
merawat anggota untuk merawat, membantu
keluarga yang meningkatkan 3. Tn.I untuk mandi air
sakit 1. atau memperbaiki hangat, kompres
kesehatan sendi- sendi yang
2. Keluarga mampu sakit dengan kompres
merawat anggota hangat
keluarga untuk 4. Berikan masase yang
meningkatkan atau lembut
memperbaiki 5. Ajarkan teknik
kesehatan relaksasi dan
distraksi
6. kolaborasi pemberian
obat
sesuai indikasi yang
diberikan

2. Ketidakefektifan Keluarga mampu 1. Kaji tingkat


manajemen mengenal pengetahuan
kesehatan masalah tentang keluarga
keluarga b.d pengetahuan 2. Berikan pendidikan
kurang kesehatan dan kesehatan tentang
pengetahuan perilaku sehat rematik
keluarga tentang 3. Evaluasi tingkat
reumatik pengetahuan keluarga

C. Implementasi
NO. TGL IMPLEMNTASI
DX
1 24/06/19 1. Mengkaji skala nyeri
2. Menganjurkan keluarga membantu Tn.I untuk mandi air hangat,
kompres sendi- sendi yang sakit dengan kompres hangat
3. Memberikan masase yang lembut
4. Mengajarkan teknik relaksasi dan
distraksi
5. Melakukan kolaborasi pemberian obatcsesuai indikasi yang
diberikan
2 1. Mengkaji tingkat pengetahuan keluarga
2. Memberikan pendidikan kesehatan tentang rematik
3. Mengevaluasi tingkat pengetahuan keluarga

D. Evaluasi
b. EVALUASI
NO.DX TGL EVALUASI TTD
1. 25/11/1 S : Kelurga T. S mengatakan bahwa sudah
8 megetahui cara perawatan mengenai
rematik
O : Keluarga Tn. S kooperatif pada saat
dilakukan pengkajian dan pada saat
pemberian tindakan perawatan
A : Masalah teratasi sebagian
P : pertahankan intervensi.
2 S : keluarga Tn. S mengatakan bahwa telah
memahami mengenai penyakit yang diderita oleh
Tn.S dan telalah memahami mengenai rematik
itu sendiri
O : Keluarga Tn. W kooperatif
A : masalah teratasi
P : pertahankan intervensi.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Artritis rhemathoid (AR) merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik
kronik yang walaupun manifestasi utamanya adalah Poliartritis yang
progresif, akan tetapi penyakit ini juga melibatkan seluruh organ tubuh.
Terlibatnya sendi pada pasien Artritis Rhemathoid terjadi setelah penyakit ini
berkembang lebih lanjut sesuai dengan sifat progesifitasnya. Sendi
merupakan bagian tubuh yang paling sering terkena inflamasi dan degenerasi
yang terlihat pada penyakit rematik.
B. Saran
Untuk meningkatkan asuhan keperawatan yang telah dilakukan maka penulis
dapat memberikan saran sebagai berikut :
1. Bagi keluarga Tn. I agar tetap mempertahankan kerjasama yang telah
terbina dalam memberikan asuhan keperawatan dan tetap melaksanakan
indakan sesuai dengan kemampuan yang telah dicapai keluarga.
2. Agar asuhan keperawatan berkelanjutan diharapkan petugas puskesmas
bekerjasama dengan kader kesehatan untuk menindaklanjuti asuhan
keperawatan keluarga yang telah dilakukan oleh penulis dan
memotivasi keluarga untuk tetap memanfaatkan fasilitas kesehatan
untuk mengatasi masalah kesehatan yang terdapat didalam keluarga.
DAFTAR PUSTAKA
Alodekter, 2019. Reumathoid Arthritis. Available online:
https://www.alodokter.com/rheumatoid-arthritis. Diakses pada tanggal 22
Juni 2019 di Makassar.
Nugroho, 2012. Nugroho Taufan.(2012). Luka Bakar dan Artritis Rhemathoid.
Yogyakarta: Numed.
Nuratif, Amin H & Kusuma, Hardi. 2016. Asuhan Keperawatan Praktik.
Mediaction: Jogjakarta

Anda mungkin juga menyukai