Anda di halaman 1dari 14

ASUHAN KEPERAWATAN HIV/AIDS

Ditujukan untuk Memenuhi Mata Kuliah Keperawatan Menjelang Ajal & Paliatif
Dosen : Arlina Muhtar, S.Kep.Ns.,M.Kes

DISUSUN OLEH :
Kelompok : 1
Indrawati Baharuddin (NH0116202)
Ika Rizkiani (NH0116071)
Isda (NH0116076)
Mirna Aprianti (NH0116091)

Kelas :A2

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
NANI HASANUDDIN
MAKASSAR
2018

i
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh
Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat-Nya berupa kesehatan dan kesempatan kepada Penulis sehingga
penulisan Makalah dengan judul “Asuhan Kperawatan Paliatif Pada
HIV/AIDS” dapat di selesaikan dengan baik tanpa ada hambatan apapun.
Makalah ini berisi tentang defenisi, etiologi, tanda dan gejala serta hal-hal yang
menyangkut dengan HIV/AIDS.
Akhir kata, Semoga Makalah ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan
pemikirin untuk teman-teman yang lain. Tiada gading yang tak retak, demikian
pula dengan Makalah ini, masih jauh dari kesempurnaaan, baik dari segi
penulisan, penyusunan maupun pemakaian tata bahasa, untuk itu kritik dan saran
sangat diharapkan demi kesempurnaan Makalah ini.

Makassar, November 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL...............................................................................................i
KATA PENGANTAR................................................................................................ii
DAFTAR ISI..............................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................................. 1
B. Tujuan............................................................................................................... 2

BAB II KONSEP MEDIS


A. Definisi.............................................................................................................3
B. Etiologi.............................................................................................................3
C. Manifestasi Klinis.............................................................................................4
D. Patofisiologi ....................................................................................................5
E. Penatalaksanaan...............................................................................................6
F. Pemeriksaan Diagnostik ................................................................................6

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN


A. Pengkajian.......................................................................................................7
B. Diagnosa Keperawatan....................................................................................7
C. Intervensi.........................................................................................................8

BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan......................................................................................................11
B. Saran................................................................................................................11

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Permasalahan HIV dan AIDS menjadi tantangan kesehatan hampir di
seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Sejak pertama kali ditemukan sampai
dengan Juni 2018, HIV/ AIDS telah dilaporkan keberadaannya oleh 433 (84,2%)
dari 514 kabupaten/kota di 34 provinsi di Indonesia. (Kemenkes RI, 2018)
Jumlah kumulatif infeksi HIV yang dilaporkan sampai dengan Juni 2018
sebanyak 301.959 jiwa (47% dari estimasi ODHA jumlah orang dengan HIV
AIDS tahun 2018 sebanyak 640.443 jiwa) dan paling banyak ditemukan di
kelompok umur 25-49 tahun dan 20-24 tahun. Adapun provinsi dengan jumlah
infeksi HIV tertinggi adalah DKI Jakarta (55.099), diikuti Jawa Timur (43.399),
Jawa Barat (31.293), Papua (30.699), dan Jawa Tengah (24.757). (Kemenkes RI,
2018)
Jumlah kasus HIV yang dilaporkan terus meningkat setiap tahun,
sementara jumlah AIDS relatif stabil. Hal ini menunjukkan keberhasilan bahwa
semakin banyak orang dengan HIV /AIDS (ODHA) yang diketahui statusnya
saat masih dalam fase terinfeksi (HIV positif) dan belum masuk dalam stadium
AIDS. (Kemenkes RI, 2018)
HIV itu ada obatnya, antiretroviral (ARV) namanya. Obat ARV mampu
menekan jumlah virus HIV di dalam darah sehingga kekebalan tubuhnya (CD4)
tetap terjaga. Sama seperti penyakit kronis lainnya seperti hipertensi, kolesterol,
atau DM, obat ARV harus diminum secara teratur, tepat waktu dan seumur
hidup, untuk meningkatkan kualitas hidup ODHA serta dapat mencegah
penularan. (Kemenkes RI, 2018)
ARV dijamin ketersediaannya oleh pemerintah dan gratis
pemanfaatannya. Pelayanan ARV sudah dapat diakses di RS dan Puskesmas di
34 provinsi, 227kab/kota. Total saat ini terdapat 896 layanan ARV, terdiri dari
layanan yang dapat menginisiasi terapi ARV dan layanan satelit. Dukungan

1
sosial dari keluarga dan lingkungan terdekat sangat dibutuhkan agar ODHA tetap
semangat dan jangan sampai putus obat. (Kemenkes RI, 2018)
Data Kementerian Kesehatan tahun 2017 mencatat dari 48.300 kasus
HIV positif yang ditemukan, tercatat sebanyak 9.280 kasus AIDS. Sementara
data triwulan II tahun 2018 mencatat dari 21.336 kasus HIV positif, tercatat
sebanyak 6.162 kasus AIDS. Adapun jumlah kumulatif kasus AIDS sejak
pertama kali dilaporkan pada tahun 1987 sampai dengan Juni 2018 tercatat
sebanyak 108.829 kasus. (Kemenkes RI, 2018)
B. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Definisi HIV/ AIDS
2. Untuk Mengetahui Etiologi HIV/ AIDS
3. Untuk Mengetahui Manifestasi klinis HIV/ AIDS
4. Untuk Mengetahui Patofisiologi HIV/ AIDS
5. Untuk Mengetahui Pentalaksanaan HIV/ AIDS
6. Untuk Mengetahui Pemeriksaan Diagnostic HIV/ AIDS
7. Untuk Mengetahui Bagaimana Asuhan Keperawatan Paliatif pada HIV/
AIDS

2
BAB II
KONSEP MEDIS
A. Pengertian
HIV adalah retrovirus yang umumnya menyerang sel-sel system imun tubuh
manusia, sel-sel yang sering di serang antara lain adalah sel T CD4,makrofag dan
sel dendrit. AIDS (acquired immunodeficiency syndrome) adalah bentuk infeksi
lanjut HIV yang terjadi 2-15 tahun kemudian,sehingga jumlah sel T CD4
berkurang jumlahnya menjadi di bawah 200 per µL darah,, yang menyebabkan
kemampuan kekebalan penderita menghilang.( Soedarto. 2016)
AIDS (acquired immune deficiency syndrome) adalah kumpulan berbagai
gejala menurutnya kekebalan tubuh yang disebabkan oleh HIV.orang yang
mengidap AIDS amat mudah tertular oleh berbagai macam penyakit,karena
system kekebalan di dalam tubuhnya telah menurun . Sampai sekarang belum ada
obat yang dapat menyembuhkan AIDS,agar kita dapat terhindar dari
HIV/AIDS,maka kita harus tahu bagaimana cara penularan dan pencegahannya.
(Ridha Nabiel,2014)

B. Etiologi
Banyak orang yang mempunyai risiko tinggi untuk untuk terkana AIDS. Oleh
karena itu upaya preventif dan kehati-hatian dari setiap individu harus selalu di
perhatikan mengingat HIV dapat ditularkan melalui beberapa cara,diantaranya :
1. hubungan seks/heteroseksual/homoseksual (anal.oral,vagina) yang tidak
terlindung dengan orang yang telah terinfeksi HIV.
2. IDU/penggunaan jarum suntik secara bergantian.
3. perinatal/ibu hamil mengidap HIV kepada bayi yang dikandungnya.
4. tidak di ketahui/kemungkinan karena kecelakaan kerja di rumah sakit.

3
C. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis AIDS sangat bervariasi. Berikut ini gejala yang ditemui pada
penderita HIV AIDS yaitu sebagai berikut :
a. Panas lebih dari 1 bulan,
b. Batuk-batuk,
c. Sariawan dan nyeri menelan,
d. Badan menjadi kurus sekali,
e. Diare ,
f. Sesak napas,
g. Pembesaran kelenjar getah bening,
h. Kesadaran menurun,
i. Penurunan ketajaman penglihatan,
j. Bercak ungu kehitaman di kulit.

D. Patofisiologi
Penyebab acquired immunodeficiency syndrome (AIDS) adalah human
immunodeficiency virus (HIV) yang melekat dan memasuki limfosit T helper
CD4+. Virus tersebut menginfeksi limfosit CD4+ dan sel-sel imunologis lain, dan
orang itu mengalami destruksi sel CD4+ secara bertahap. Sel-sel yang
memperkuat dan mengulang respons imunologis, di perlukan untuk
mempertahankan kesehatan yang baik, dan bila sel-sel tersebut berkurang dan
rusak, maka fungsi imun lain mulai terganggu. (Soedarto. 2016)
HIVdapat pula menginfeksi makrofag,sel-sel yang di pakai virus untuk
melewati sawar darah otak masuk ke dalam otak. Fungsi limfosit B juga
terpengaruh dengan peningkatan produksi immunoglobulin total yang
berhubungan dengan penurunan produksi immunoglobulin total yang
berhubungan dengan penurunan produksi antibody spesifik dengan
meningkatnya produksi imunolobin total yang berhubungan dengan penurunan
,produksi antibody spesifik. Dengan memburuknya system imun secara progresif,

4
tubuh menjadi semakin rentang terhadapat infeksi ovurtunistik dan juga
berkurang kemampuannya dalam memperlambat replikasi HIV. Infeksi HIV di
manifestasikan sebagai penyakit multi system yang dapat bersifat normal selama
bertahun-tahun karena menyebabkan imunedefisiensi secara bertahap. Kecepatan
perkembangan dan manifestasi klinis penyakit ini berfariasi orang ke orang. Virus
ini di tularkan hanya melalui kontak langsung dengan darah atau produk darah
dan cairan tubuh, seperti cairan selebrosvinal,cairan pleura,air
susu,semen,salifa,air mata,urin dansekresi sevriks, di amerika serikat penggunaain
intravena,kontak seksual,transmisi dari ibu ke bayi, dan menyusui merupakan
cara penularan yang di tetapkan. Tidak ada bukti yang menunjukka infeksi HIV
dapat melalui kontak biasa. Pemberian sidovodin kepada wanita hamil yang
terinfeksi HIV secara siknivikal menurunkan tranfisi dan ibu kepada anak.
Saat ini, mayoritas kasus infeksi HIV/AIDS yang di laporkan di amerika
serikat terjadi pada kaum homo,dan laki-=laki di seksual. Namun,kecepatan
bertambahnya kasus HIV baru tertinggi adalah di antara orang-orang
heteroseksual, 65% remaja HIV positif antara 13-19 tahun terinfeksi melalui
hubungan seksual atau pemakaian obat intravena. Kemajuan dalam penapissan
produk darah terhadap HIV akhir ini sangat mengurangi insiden infejksi baru dari
transfuse darah di Negara-negara berkembang.
4 popolasi utama pada kelompok usia pediatric yang terkena HIV:
1. Bayi yang terinfeksi melalui penularan prinatal dari ibu yang terinfeksi (di
sebut juga transmisi vertical) hal ini menimbulkan lebih dari 90% kasus
AIDS di antara anak-anak yang berusia kurang dari 13 tahun.
2. Anak-anak yang telah menerima produk darah(terutama anak dengan
hemovilia)
3. Remaja yang terinfeksi setelah terlibat dari perilaku resiko tinggi
4. Bayi yang mendapat asi(terutama di Negara-negara berkembang).

5
E. Pemeriksaan Diagnostik
1. Mendeteksi antigen virus dengan PCR (Polimerase Chain Reaction)
2. Tes ELSA memberikan hasil positif 2-3 bulan sesudah infeksi
3. Hasil positif di konfirmasi dengan pemeriksaan western blot
4. Serologis: Skrining HIV dengan ELISA, Tes western blot, limfosit T
5. Pemeriksaan darah rutin
6. Pemeriksaan neurologist
7. Tes fungsi paru, broskoscopi
(Nurarif & Kusuma Hardi. 2015)

F. Penatalaksanaan
1. Pengobatan suportif
a. Pemberian nutrisi yang baik
b. Pemberian multivitamin
2. Pengobatan simptomatik
3. Pencegahan infeksi oportunistik, dapat digunakan antibiotic kotrimoksazol
4. Pemberian ARV (Antiretroviral)
(Nurarif & Kusuma Hardi. 2015)

6
BAB III
KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Pengkajian fisik terdiri dari profil pasien, riwayat penyakit, riwayat
pengobatan/perawatan, riwayat kesehatan, riwayat kesehatan keluarga,
keluhan fisik
2. Pengkajian psikhososiospiritual yang meliputi : pengkajian kondisi
mental/emosional, hubungan interpersonal, suasana hati/emosi, komunikasi
tipe kepribadian/personality kemampuan fungsi social, kegiatan yang
dilakukan saat ini, konflik dalam keluarga, peran sistem budaya, spiritual dan
aspek spiritual, adad istiadad/pembuatan keputusan dalam
keluarga/masyarakat ataupun sumber- sumber lain.
3. Pengkajian hasil pemeriksaan penunjang, yang terdiri dari hasil pemeriksaan
laboratorium klinik, pemeriksaan radiologi, pemeriksaan prosedur
diagnostik/pemeriksaan invasif serta pemeriksaan patologi anatomi.
4. Pada pengkajian fisik, perawat harus melakukan pemeriksaan fisik pasien
secara keseluruhan, dimulai dari ujung rambut sampai ke ujung kaki. akibat
dari penyakit primer, maupun respon akibat dari efek samping terapi, prosedur
/tindakan lain atau akibat dari pemeriksaan lain yang dilakukan.
B. Diagnosis
1. Ketidakberdayaan
2. Ketidakefektifan koping
3. Ansietas kematian
C. Intervensi
1. Ketidakberdayaan
Definisi : Pengalaman hidup kurang pengendalian terhadap situasi, termasuk
persepsi bahwa tindakan seseorang secara signifikan tidak mengaruhi hasil

7
NOC:
Harapan :
a. Mengungkapkan keyakinan
b. Mengungkapkan optimisme
c. Mengungkapkan kedamayan batin
d. Menunjukan semangat hidup

2. Ketidakefektifan Koping
Definisi: ketidakmampuan untuk membentuk penilaian valid tentang sressor,
ketidakadekuatan pilihan respon yang dilakuakan, dan/atau ketidakmampuan
untuk menggunakan sumber daya yang tersedia
NOC:
Koping
a. Dapat menyatakan penerimaan terhadapa situasi
b. Dapat melaporkan pengurangan stress
c. Dapat beradaptasi perubahan hidup
d. Dapat menggunakan strategi kpong yang efektif
NIC:
Peningkatan Koping:
a. Gunaka pendekatan yang tenang dan berikan jaminan
b. Tunjukkan empati, kehangatan dan ketulusan
c. Jelaskan secara perlahan-lahan mengenai penyakit pasien kepa klien atau
keluarga
d. Dukung sikap (pasien) dengan harapan realistis sebagai upaya untuk
mengatasi perasaan ketidakberdayaan
e. Dukung penggunaan sumber-sumber spiritual
f. Berikan penilaian terkait dengan kebutuhan
g. Dukung keterlibatan keluarga

8
3. Ansietas kematian
Definisi: perasaan tidak nyaman atau gelisah yang samar yang ditimbulkan
oleh persepsi ancaman nyata atau imajinasi terhadap eksistensi seseorang.
NOC:
Kesehatan spiritual:
a. Peningkatan kualitas keyakinan
b. Mengerti arti dan tujuan hidup
c. Dapat meningkatkan kemampaun beribadah
d. Dapat menigkatkan kualitas harapan
e. Berpartisipasi dalam kegiatan spiritual
NIC
Pengurangan Kecemasan:
a. Gunakan pendekatan yang tenang dan menyakinkan
b. Nyatakan dengan jelas dengan harapan terhadap perilaku klien
c. Berikan pengertian terkait dengan kematian
d. Dorong keluarga untuk tetap mendampingi klien
e. Dukung penggunaan sumber-sumber spiritual

9
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
HIV (Human Immuno–Devesiensi) adalah virus yang hanya hidup dalam tubuh
manusia, yang dapat merusak daya kekebalan tubuh manusia. AIDS (Acguired
Immuno–Deviensi Syndromer) adalah kumpulan gejala menurunnya gejala
kekebalan tubuh terhadap serangan penyakit dari luar.
Tanda dan Gejala Penyakit AIDS seseorang yang terkena virus HIV pada awal
permulaan umumnya tidak memberikan tanda dan gejala yang khas, penderita
hanya mengalami demam selama 3 sampai 6 minggu tergantung daya tahan tubuh
saat mendapat kontak virus HIV tersebut.
Hingga saat ini penyakit AIDS tidak ada obatnya termasuk serum maupun
vaksin yang dapat menyembuhkan manusia dari Virus HIV penyebab penyakit
AIDS yang ada hanyalah pencegahannya saja. Pada perawatan paliatif sangat
dibutuhkan perawatan secara holistic pada pasien hiv/aids
B. Saran
Diharapkan penulis dapat mengembangkan dan melanjutkan penulisan makalah
mengenai asuhan keperawatan HIV/AIDS dan diharapkan hasil penulisan
makalah ini bisa dijadikan sebagai bahan bacaan.

10
DAFTAR PUSTAKA
Nurarif & Kusuma Hardi. 2015. Apalikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan NANDA. Yogyakarta: MedicaAction

Ridha, Nabiel. 2014. Buku Ajar Keperawatan Anak. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Soedarto. 2016. Infeksi Nosokomial Di Rumah Sakit. Jakarta : Sagung Seto.

11

Anda mungkin juga menyukai