Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH AL ISLAM DAN KEMUHAMMADIYAHAN

THAHARAH

Disusun Oleh:
1. Patriyatismalinda (G2A021176)
2. Yeni Aqnes Khomsiana (G2A021177)
3. Ely Maslina (G2A021178)
4. Amelia Rahma Damayanti (G2A021180)
5. Shintya Nur Mussaadah (G2A021181)
6. Muthoharoh (G2A021182)

PRODI S1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2021/221
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia hadir di dunia bukan atas kehendak dan kemauan sendiri melainkan
menjadi bagian dari rencana besar grand design yang telah Allah tetapkan.1 Manusia
diciptakan oleh Allah swt. sebagai penerima dan pelaksana ajaran agama. Agar
manusia mengakui keberadaan-Nya dan mematuhi hukum- Nya, maka manusia
diciptakan dengan sejumlah maksud dan tujuan. Tujuan paling utama dan sangat
mendasar adalah menjadikan manusia sebagai khalifatullah fi al-ardl, pengganti Allah
di bumi (wakil-Nya), dan menjadikan manusia sebagai pelaksana tugas Allah swt.
yakni menjalankan segala perintahnya dan menjauhi segala larangan-Nya.
Sebagaimana Firman Allah dalam Q.S. al-Baqarah/2: 30:

‫ِيف ًة ۖ َق الُ وا‬


َ ‫ض َخ ل‬ ِ ْ‫ِئك ةِ ِإ ِّن ي َج ا ِع لٌ فِي ا َأْل ر‬َ ‫ك ل ِْل َم اَل‬ َ ‫َو ِإ ْذ َق‬
َ ‫ال َر ُّب‬
َ ‫اء َو َن حْ ُن ُن َس ِّب ُح ب َِح مْ ِد‬
‫ك‬ ِّ ‫ِك‬
َ ‫الد َم‬ َ ‫ِيه ا َم نْ ُي ْف ِس ُد ف‬
ُ ‫ِيه ا َو َي سْ ف‬ َ ‫َأ َت جْ َع لُ ف‬
َ ‫ال ِإ ِّن ي َأ عْ َل مُ َم ا اَل َت عْ َل ُم‬
‫ون‬ َ ‫ك ۖ َق‬ َ ‫َو ُن َق ِّد سُ َل‬

Artinya: “Sungguh, Aku hendak menjadikan seorang Khalifah di bumi.” Mereka


(malaikat-malaikat) berkata: “Apakah Engkau hendak menjadikan orang
yang merusak dan menumpahkan darah disana, sedangkan kami bertasbih
memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman, “Sungguh, Aku
mengetahui apa yang kamu tidak ketahui.”
Manusia dalam paham Islam, tersusun dari dua unsur, yaitu unsur jasmani
dan unsur rohani. Tubuh manusia berasal dari materi dan mempunyai kebutuhan-
kebutuhan materil, sedangkan roh manusia bersifat immateri dan mempunyai
kebutuhan spiritual. Demikian juga dengan badan manusia mempunyai hawa
nafsu yang bisa membawa pada perilaku buruk, sedangkan roh manusia yang
dinilai berasal dari suatu unsur yang suci, memiliki potensi mulia mengajak pada
kesucian. Sehingga, apabila seseorang hanya mementingkan hidup kemateriaan
saja tanpa diimbangi dengan kehidupan spiritual dalam bentuk pengabdian
kepada sang Khalik, maka ia mudah sekali terpengaruh dan terbawa hanyut oleh
kehidupan yang tidak bersih, bahkan lebih dalam lagi dapat terpelosok pada
kejahatan.
Pendidikan jasmani manusia harus disempurnakan dengan pendidikan
rohani. Pengembangan daya-daya jasmani seseorang tanpa dilengkapi dengan
pengembangan daya rohani akan membuat hidupnya berat sebelah dan kehilangan
keseimbangan. Orang yang demikian akan menghadapi kesulitan-kesulitan dalam
hidupnya di dunia, apa lagi kalau hal itu membawa perbuatan tidak baik. Ia akan
menjadi manusia yang merugikan, bahkan membawa kerusakan bagi masyarakat.
Selanjutnya, ia akan kehilangan hidup bahagia di akhirat dan akan menghadapi
kesengsaraan di sana. Oleh karena itu, pengembangan potensi roh (kesucian)
dalam diri manusia amat penting mendapat latihan sebagaimana badan juga mendapat
latihan. Dalam Islam, ibadahlah yang memberikan latihan rohani (spiritual) yang
diperlukan manusia. Hal ini juga yang menjadi tujuan hidup manusia yaitu beribadah
kepada Allah swt. Sebagaimana dalam Q.S. Az-Zariyat/51: 56. Sebagai berikut:

ِ ‫و م ا خ لَ ْق ت ا جْلِ نَّ و ا ِإْل نْ س ِإ اَّل لِ ي ع ب ُد‬


‫ون‬ ُْ َ َ َ ُ َ ََ
Artinya: “Dan tidaklah Aku (Allah) menciptakan jin dan manusia
melainkan hanya untuk beribadah kepada-Ku.”
Semua ibadah yang ada dalam Islam seperti salat, puasa, dan zakat, bertujuan
membuat roh manusia supaya senantiasa tidak lupa kepada Tuhan, bahkan senantiasa
dekat pada-Nya. Keadaan senantiasa dekat pada Tuhan sebagai Zat Yang Maha Suci
dapat mempertahankan kesucian sesorang. Terkait dengan pelaksanaan ibadah, hal
sangat mendasar yang paling utama harus diperhatikan dan patut diketahui dan
dilaksanakan ialah kebersihan dan kesucian seseorang dalam melaksanakan ibadah,
terutama dalam melaksanakan ibadah salat. Anjuran tentang pentingnya pemeliharaan
kebersihan dan kesucian banyak terdapat dalam ayat al-Qur’an dan hadis Nabi saw.
yang di arahkan bagi kebahagiaan hidup. Usaha-usaha menjaga kebersihan dapat
dilakukan dengan menjaga kebersihan pekarangan rumah, termasuk bak mandi, bak
wudhu, tempat belajar, dan yang paling utama ialah menjaga kebersihan tempat
ibadah. Yang tidak kalah pentingnya ialah menjaga kebersihan badan dan pakaian
karena seseorang dapat dikatakan bersih apabilah dapat menjaga kebersihan badan
dan pakaian. Seperti yang terungkap dalam syair arab.

ِ ‫ال َّن َظا َف ُة م َِن اإْل ْي َم‬


‫ان‬

Artiynya: “Kebersihan adalah setengah dari iman.”


Umat Islam harus selalu menjaga kebersihan karena kebersihan akan mewujudkan
kesehatan jasmani dan rohani. Semua usaha yang ditunjukkan kepada kebersihan akan
mendapat imbalan dari Allah swt. sebagaimana terungkap dalam Q.S. al-
Muddatstsir/74: 4-5:

ۡ َ‫ َوٱلرُّ ۡج َز ف‬ ‫ك فَطَه ِّۡر ۝‬


‫ٱهج ُۡر ۝‬ َ َ‫ َوثِیَاب‬ 

Artinya: “Dan pakaianmu bersihkanlah. Dan perbuatan dosa tinggalkanlah.”


Membersihkan pakaian menurut sebagian para ahli tafsir ialah membersihkan rohani
dari segala watak dan sifat-sifat tercela.8 Ringkasnya, ayat itu memerintahkan agar
diri, pakaian, dan lingkungan dibersihkan dari segala najis, kotoran, dan sebagainya.
Di samping itu, juga diperintahkan agar kesucian selalu dijaga. Demikian pula dengan
menanamkan sikap hidup bersih terhadap peserta didik dan masyarakat pada
umumnya. Firman Allah swt. dalam Q.S. al- Baqarah/2: 222:
‫يضۖ[ َو اَل‬ِ ‫اع تَ ِز لُ وا النِّ َس اءَ يِف الْ َم ِح‬
ْ َ‫َأذ ى ف‬ ً ‫يضۖ[ قُ ْل ُه َو‬ ِ ‫ك َع ِن الْ َم ِح‬ َ َ‫َو يَ ْس َألُ ون‬
َّ‫َأم َر ُك ُم اللَّهُ ۚ[ ِإ ن‬
َ ‫ث‬ ُ ‫وه نَّ ِم ْن َح ْي‬ ُ ُ‫وه نَّ َح ىَّت ٰ يَ طْ ُه ْر َن ۖ[ فَ ِإ َذ ا تَ طَ هَّ ْر َن فَ ْأ ت‬
ُ ُ‫َت ْق َر ب‬
َ ‫ب الْ ُم تَ طَ ِّه ِر‬
‫ين‬ ُّ ِ‫ني َو حُي‬ َ ِ‫َّو اب‬
َّ ‫ب ال ت‬ ُّ ِ‫اللَّهَ حُي‬
Artinya: “Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan orang-
orang yang suci (bersih dari kotoran jasmani maupun rohani).”
Telah dijelaskan sebelumnya bahwa Allah menyayangi orang-orang yang
beribadah dan bertaubat dari kesalahan serta kepada mereka yang selalu menjaga
kebersihan.Berdasarkan hasil pengamatan dan beberapa pertanyaan sementara dari
peneliti pada masyarakat tani di Dusun Ma’lengu terkait dengan pengetahuan dan
pengamalan mereka tentang thaharah/bersuci, baik wudhu, mandi, maupun
tayammum, tampak bahwa mereka belum cukup mengetahui apa yang terkait
dengan persoalan thaharah, khususnya para petani yang tinggal di dusun terpencil
itu. Hal inilah sehingga peneliti tertarik mengangkat judul tentang Thaharah atau
dalam bahasanya mereka disebut “appatarangka”.
Terkait dengan judul dalam skripsi ini, bagi peneliti merupakan sesuatu
yang sangat penting untuk diteliti dan diketahui, karena persoalan thaharah erat
hubungannya dengan pelaksanaan ibadah. Salat adalah salah satu ibadah yang
paling sering dilaksanakan terutama salat wajib lima waktu, namun pada
pelaksanaannya salat tersebut tidak sah kecuali sebelumnya seluruh keadaan,
pakaian, badan, tempat dan sebagainya dalam keadaan bersih dan suci, baik suci
dari hadas besar, maupun hadas kecil, dan najis. Firman Allah swt. dalam Q.S. al-
Maidah/5: 6:

‫وه ُك ْم َو َأيْ ِد يَ ُك ْم ِإ ىَل‬َ ‫اغ س لُ وا ُو ُج‬


ِ ْ َ‫َّذ ين آم نُ وا ِإ َذ ا قُ م تُ م ِإ ىَل الصَّ اَل ِة ف‬
ْ ْ
ِ
َ َ ‫يَا َأيُّ َه ا ال‬
‫وس ُك ْم َو َْأر ُج لَ ُك ْم ِإ ىَل الْ َك ْع َب نْي ِ ۚ[ َو ِإ ْن ُك ْن تُ ْم ُج نُ بً ا‬ ِ ‫الْ م ر افِ ِق و ام س ح وا بِ ر ء‬
ُُ ُ َ ْ َ ََ
‫َأح ٌد ِم ْن ُك ْم ِم َن الْ غَ ا ِئ ِط‬ َ َ‫ض ٰى َْأو َع لَ ٰى َس َف ٍر َْأو َج اء‬ َ ‫َّر وا ۚ[ َو ِإ ْن ُك ْن تُ ْم َم ْر‬ ُ ‫فَ اطَّه‬
‫يد ا طَ يِّ بً ا فَ ْام َس ُح وا‬ ً ِ‫ص ع‬َ ‫َّم وا‬
ِ
ُ ‫َْأو اَل َم ْس تُ ُم النِّ َس اءَ َف لَ ْم جَت ُد وا َم اءً َف َت يَ م‬
‫يد اللَّهُ لِ يَ ْج َع َل َع لَ ْي ُك ْم ِم ْن َح َر ٍج َو ٰلَ ِك ْن‬ ُ ‫يك ْم ِم ْن هُ ۚ[ َم ا يُ ِر‬ ُ ‫وه ُك ْم َو َأيْ ِد‬ ِ ‫بِ و ج‬
ُ ُ
‫ون‬
َ ‫َّك ْم تَ ْش ُك ُر‬ ُ ‫يد لِ يُ طَ ِّه َر ُك ْم َو لِ يُ تِ مَّ نِ ْع َم تَ هُ َع لَ ْي ُك ْم لَ َع ل‬
ُ ‫يُ ِر‬
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak
mengerjakan shalat, Maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan
siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata
kaki, dan jika kamu junub Maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam
perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh
perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, Maka bertayammumlah
dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan
tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi dia hendak
membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya
kamu bersyukur.”
Sesuai dengan bunyi ayat di atas, maka dapat dipahami bahwa thaharah
mempunyai kedudukan yang sangat penting bagi kehidupan seorang muslim.
Karena thaharah merupakan syarat sahnya salat, dan salat merupakan tiang
agama. Tanpa thaharah yang benar salat seseorang tidak mungkin sempurna. Oleh
karena itu, dikatakan pendahuluan dalam salat itu ialah thaharah. Mengingat ia
adalah kunci salat, sebagaimana Rasulullah saw bersabda:

‫مفتاح الصالة الطھور‬

Artinya: “Kunci shalat adalah bersuci.” (HR. Tirmiziy:3)

Hadas menghalangi salat, maka bersuci adalah seperti kunci yang diletakkan
kepada orang yang berhadas. Jika ia berwudhu, otomatis kunci itu pun terbuka. Hal
ini juga ditunjukkan oleh ijtihad para fuqaha dalam tulisan-tulisan mereka yang selalu
diawali dengan pembahasan thaharah. Hal tersebut menunjukkan betapa pentingnya
masalah thaharah ini. Untuk itu, thaharah tidak hanya cukup untuk diketahui, tetapi
juga harus dipraktekkan secara benar. Dalam kenyataannya, ada sebagian umat Islam
yang masih kurang tepat dalam melakukan praktek thaharah. Entah karena kurangnya
pengetahuan atau semata-mata salah dalam pelaksanaannya. Dari beberapa uraian di
atas, maka dapat disimpulkan bahwa persoalan thaharah bagi masyarakat, khususnya
masyarakat tani di Dusun Ma’lengu Kecamatan Bontolempangan Kabupaten Gowa
perlu mengetahuinya dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.

B. Tujuan Shinhar
Dalam makalah ini, penulis mengemukakan beberapa tujuan yang ingin
dicapai yaitu sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian dari thaharah
2. Untuk mengetahui jenis-jenis dari thaharah
3. Untuk mengetahui tujuan dan fungsi dari thaharah
4. Untuk mengetahui hikmah dan makna spiritual dari thaharah
5. Untuk mengetahui masalah-masalah yang berhubungan dengan
thaharah
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Thaharah
Kata thaharah berasal dari Bahasa Arab yang secara bahasa artinya kebersihan
atau bersuci. Sedangkan menurut istilah, thaharah adalah mengerjakan sesuatu yang
dengannya kita boleh mengerjakan shalat, seperti wudhu, mandi, tayamun, dan
menghilangkan najis. Menurut syara’, thaharah adalah suci dari hadats atau najis,
dengan cara yang telah ditentukan oleh syara atau menghilangkan najis, yang dapat
dilakukan dengan mandi dan tayamum. (Suad Ibrahim shalih, 2011:83).
Dari beberapa pengertian tentang thaharah tersebut, maka peneliti
menyimpulkan thaharah berarti mensucikan dan membersihkan diri dari najis dan
hadats sebagai salah satu syarat melakukan ibadah yang dapat dilakukan dengan
wudhu, mandi dan tayamum dengan alat yang digunakan yaitu air, debu, dan atau
batu.

B. Jenis-jenis thaharah
1. Thaharah dari hadats, besar
Besar seperti jima’, keluar mani, haid dan nifas atau wiladah. Cara mengankat
hadas besar dengan mandi atau dengan tayammum (apabila tidak ada air atau
dalam keadaan sakit parah yang tidak bisa kena air).
 Cara bersucinya dengan Mandi Wajib
a. Pengertian mandi
Secara umum dapat berarti meratakan air ke seluruh anngota
tubuh dari ujung rambut sampai dengan ujung kaki. Sedangkan
menurut syariat Islam mandi berarti: “Bersuci dengan air sebagai alat
bersuci dengan cara meratakan air yang suci lagi menyucikan ke
seluruh tubuh dari ujung kepala sehingga ujung telapak kaki menurut
tata cara tertentu yang disertai niat yang ikhlas karena Allah untuk
menyucikan diri. Dengan demikian, mandi wajib atau janabat dapat
diartikan sebagai proses penyucian diri seseorang dari hadas besar
yang menempel (baik terlihat atau tidak terlihat) di badan, dengan cara
menggunakan atau menyiramkan air yang suci lagi menyucikan ke
seluruh tubuh.
b. Tata cara mandi
Bagi orang mukmin, baik laki-laki maupun perempuan apabila
telah berada dalam keadaan berhadats besar, maka wajiblah baginya
untuk mandi. Namun dalam prakteknya harus sesuai dengan tuntunan
dan petunjuk Rasulullah saw. yang dilanjutkan oleh para sahabat-
sahabatnya serta para fuqaha atau ulama-ulama yang memiliki
pengetahuan tentangnya berikut ini penjelasan tentang tata cara mandi
wajib:
 niat dalam hati, telah dijelaskan sebelumnya bahwa segala
amalan harus disertai dengan niat
 membaca basmalah
 diawali dengan membasuh kedua telapak tangan tiga kali
 Membasuh kemaluan dengan tangan kiri, yakni membersihkan
kotoran yang terdapat padanya.
 Membersihkan tangan kiri, sebab tangan kiri sudah
digunakan membasuh kemaluan dan membersihkan kotoran
 Berwudhu, yakni mengambil air whudu sebagaimana berwudhu
ketika ingin melaksanakan salat.
 Menyiram tubuh bagian sebelah kanan terlebih dahulu,
kemudian menyiram tubuh bagian sebelah kiri, dilanjutkan
dengan menyelah-nyelah rambut secara merata atau
menggosoknya sampai menyentuh kulit kepala dan
menyiramkan air ke kepala, masing-masing tiga kali
siraman.
 Meratakan guyuran air ke seluruh tubuh sambil menggosok
seluruh badani. Bergeser dari tempat semula kemudian
membasuh kaki.Apabila mandi wajib sudah dilaksanakan,
maka seseorang boleh melaksanakan ibadah seperti shalat,
sebab di dalam mandi janabah sudah terdapat wudhu sebagai
syarat sahnya salat, selama yakin bahwa dalam proses mandi
tadi wudhu tidak batal. Akan tetapi, apabila ragu batal atau
tidaknya wudhu dalam proses mandi janabah, maka ia harus
mengulang wudhu setelah mandi.
Air sangat penting sebagi alat untuk bersuci, maka mushanif menyusun
penjelasan tentang macam -macam air tersebut:
 air hujan
 air laut atau air asin
 air sungai
 air sumur
 air sumber
 air es atau salju
 air embun
air- air tersebut dibagi menjaid 4 bagian:
a. air suci dan mensucikan,air semacam ini dinamakan air mutlak
seperti air sumur yang masih dalam keadaan sebagai air mutlak
b. air suci yang mensucikan tapi makroh dipakai untuk anggota
badan tetapi tidak makroh untuk mencuci pakaian contoh air
tersebut adalah yaitu air yang dipanaskan dengan sinar
matahari, namun apabila airnya berubah menjadi dingin maka
hilang hukum makruh menggunakanya
c. air suci yang tidak mensucikan yaitu air mustakmal (air yang
telah digunakan) maka dengan demikiaan air yang berubah
tersebut suci tapi tidak bisa mensucikan, baik berubah secara
nyata (bisa dibuktikan dengan panca indra) atau perkiraan saja.
Contohnya air kecampuran suatu benda yang ada kesamaan
sifatnya sepertyi air mawar yang sudah tak berbau.
d. air suci yang kena najis, air ini terbagi menjaid 2
 air sedikit yaitu air yang kurang dari 2 kulah yang
kemasukan najis baik berubah maupun tidak
 air banyak (lebih dari 2 kulah) yang berubah sebab
kemasukan najis dengan perubahan sedikit maupun
banyak
2. Thaharah dari hadas kecil
Yaitu dengan cara mengankat hadas kecil dengan wudhu. Atau tayammun
(apabila tidak ada air atau dalam keadaan sakit parah yang tidak bisa kena air).
(Ahsin W Al-Hafidz, :70.)
 Cara bersucinya dengan Wudhu
a. Pengertian Wudhu’
Secara bahasa, kata wudhu berasal dari kata al-wadha’ah yang
artinya bersih dan cerah. Jika kata ini dibaca al-wudhu artinya aktifitas
wudhu, sedangkan jika di baca al-wadhu artinya air yang dipakai untuk
berwudhu Menurut istilah, wudhu adalah membersihkan anggota tubuh
tertentu (wajah, dua tangan, kepala dan kedua kaki) dengan
menggunakan air, dengan tujuan untuk menghilangkan hadas kecil
atau hal-hal yang dapat menghalangi seorang muslim melaksanakan
ibadah salat atau ibadah lainnya.
3. Pengganti keduanya dalam kondisi yang tidak memungkinkan untuk melakukan
keduanya (mandi wajib dan wudu) yaitu tayamum.
 Cara bersucinya dengan Tayammum
a. Pengertian tayammum
Menurut bahasa, kata tayammum berarti sengaja. Sedangkan
menurut istilah (syariat) tayammum berarti beribadah kepada Allah
SWT. Yang secara sengaja menggunakan debu yang bersih dan suci
untuk mengusap wajah dan tangan dibarengi niat menghilangkan hadas
bagi orang yang tidak mendapati air atau tidak bisa menggunakannya.
(1Sa’id bin Ali bin Wahaf al-Qahthani: 2006 :157)
b. Tata cara tayamum
Tayammum sama halnya dengan berwudhu yang masing-masing
memiliki cara tertentu dalam pelaksanaannya, yang harus diketahui
oleh seorang muslim, baik laki-laki maupun perempuan, apabila
hendak melaksanakannya. Berikut ini cara-cara dalam tayammum:
 Membaca basmalah dengan berniat,
 Meletakkan kedua tangan ke tanah atau debu yang suci, apabila
tidak ada tanah yang khusus disediakan, maka boleh ke dinding
atau jendela atau kaca yang dianggap ada debunya, boleh pasir,
batu atau yang lainnya
 Meletakkan kedua tangan ke tanah atau debu yang suci, apabila
tidak ada tanah yang khusus disediakan, maka boleh ke dinding
atau jendela atau kaca yang dianggap ada debunya, boleh pasir,
batu atau yang lainnya
 Debu yang ada di tangan kemudian ditiup dengan tiupan
ringan, baru mengusapkan debu ke wajah sekali usapan.
 Apabila seseorang menambah usapan ke lengan sampai siku,
maka kembali diletakkan tangan ke debu kemudia diusapkan
kedua telapak tangannya ke lengannya hingga kesiku. Dan jika
hanya mengusap kedua telapak tangannya saja, maka hal itu
dianggap sudah cukup baginya.

C. Tujuan dan fungsi


 Tujuan
Ada beberapa hal yang menjadi tujuan disyariatkannya thaharah,
diantaranya:
1. Guna menyucikan diri dari kotoran berupa hadats dan najis
2. Sebagai syarat sahnya shalat dan ibadah seorang hamba

Thaharah memiliki hikmah tersendiri, yakni sebagai pemelihara serta


pembersih diri dari berbagai kotoran maupun hal-hal yang mengganggu
dalam aktifitas ibadah seorang hamba. Seorang hamba yang seanantiasa
gemar bersuci ia akan memiliki keutamaan-keutamaan yang
dianugerahkan oleh Allah di akhirat nanti. Thaharah juga membantu
seorang hamba untuk mempersiapakan diri sebelum melakukan ibadah-
ibadah kepada Allah. Sebagai contoh seorang yang shalat sesungguhnya ia
sedang menghadap kepada Allah, karenanya wudhu membuat agar fikiran
hamba bisa siap untuk beribadah dan bisa terlepas dari kesibukan-
kesibukan duniawi, maka diwajibkanlah wudhu sebelum shalat karena
wudhu adalah sarana untuk menenangkan dan meredakan fikiran dari
kesibukan-kesibukan duniawi untuk siap melaksanakan sholat.

 Fungsi
Fungsi thaharah sangatlah banyak, tidak hanya berhubungan dengan
masalah ritual ibadah semata, tetapi mengandung banyak hikmah dan
manfaat yang lebih mendalam dan luas. Secara garis besar manfaat
thaharah mencakup manfaat jasmani yaitu kesehatan badan seseorang dan
manfaat ukhrawi bagi thaharah fisik (Suad Ibrahim shalih:2011: 83).
1. Manfaat jasmani Pertama, membasuh seluruh tubuh dan Seluruh ruas
yang ada dapat menambah kesegaran dan semangat, menghilangkan
keletihan dan kelesuan sehingga ia dapat mengerjakan shalat secara
sempurna, khusyuk dan merasa diawasi Allah SWT. Kedua, bersuci
dapat meningkatkan kesehatan jasmani, karena kotoran biasanya
membawa banyak penyakit dan wabah. Kaum muslimin sangat layak
untuk menjadi orang yang paling sehat fisiknya, jauh dari penyakit
karena agama Islam telah mengajarkan mereka untuk menjaga
kebersihan tubuh, pakaian dan tempat tinggal. Ketiga, bersuci berarti
memuliakan diri seorang muslim, keluarga dan masyarakatnya.
2. Manfaat ukhrawi bagi thaharah fisik Pertama, semua orang yang
memiliki ghirah agama sepakat dapat melakukan tugas ini, tidak
memandang kaya atau miskin, orang desa atau kota. Kedua, thaharah
dapat mengingatkan mereka akan nikmat Allah yang telah
menghilangkan kotoran dari diri mereka. ketiga, dengan melihat
seorang mukmin melaksanakan perintah Allah, beramal shaleh
mencari keridhaan, mengerjakan perintah secara sempurna sesuai
dengan syariat yang ada, akan memupuk keimanan, melahirkan
rasa diawasi Allah sehingga setiap kali ia melakukan thaharah
dengan niat mencari keridhaan Allah SWT. Keempat, kesepakatan
seluruh kaum muslimin untuk melakukan thaharah dengan cara dan
sebab yang sama dimanapun mereka berada dan berapapun
jumlahnya, serta kesepakatan umat dalam beramal adalah sebab
terjalinnya keterpautan antar hati, semakin kompak dalam beramal
akan semakin kuat persatuan mereka. Sedangkan esensi thaharah yang
lengkap bagi seluruh tubuh, ialah:
a. Menghilangkan semua bau busuk yang menjadikan tidak
nyaman, selain tidak disenangi malaikat dan orang shalat
bersama dalam jamaah, dan menyebabkan mereka benci
kepada orang yang berbau busuk. contohnya pada
disyariatkan mandi pada hari raya dan mandi jumat.
b. Supaya tubuh segar dan jiwa bersemangat, tidak dapat
diragukan lagi bahwa hubungan antara kebersihan tubuh
dan ketentraman jiwa sangat erat. Contohnya apabila tubuh
dibersihkan setelah mubasyarah (berhubungan intim), maka
kembalilah ruh kepada kesegaran dan hilanglah kemalasan dari
tubuh.
c. Memalingkan jiwa dari keadaan bahimiyah kepada
malakiyah, keseimbangan jiwa dengan syahwat jima’,
menarik jiwa pada sifat ke-bahimiyah-an, apabila terjadi
demikian kita segera mandi (thaharah), maka jiwa kita akan
kembali pada sifat malakiyyah.
d. Menyucikan diri dari hadats dan najis memberi isyarat
supaya kita senantiasa menyucikan jiwa dari dosa dan
segala perangai yang keji.Hikmah dan manfaat
dilakukannya thaharah tersebut memberikan pengetahuan
kepada kita bahwa betapa pentingnya thaharah tidak hanya
sekedar untuk melaksanakan ibadah, tetapi juga untuk
menjaga kesehatan tubuh manusia.
D. Hikmah dan makna spiritual shinhar
1. Hikmah mengetahui thaharah
Setiap amalan yang dilakukan mempunyai hikmah yang dapat diambil dan bahkan
dirasakan dalam kehidupan sehari-hari, dimana hikmah itulah yang biasanya dapat
mengantarkan seseorang menjadi lebih baik. Kehidupan akan terasa baik apabila
terdapat hikmah di baliknya. Demikian halnya dengan mengamalkan sesuatu
ibadah maka tentunya ada hikmah di balik itu, yang akan menjadi pelajaran bagi
manusia.
Adapun beberapa hikmah mengetahui thaharah ialah sebagai berikut:
 Manusia menginginkan agar terpelihara dalam kesucian.
 Merasa tak ingin melakukan sesuatu yang membuat diri ternoda dengan
sesuatu yang tidak menyenangkan.
 Seseorang akan mengalami kehidupan yang sehat dan merasakan
kebahagian baik dirinya maupun orang lain.
 Manusia akan selalu ingin bersih dan suci dirinya baik lahir maupun batin.
 Merasakan pikiran yang jernih dan tidak ingin melakukan suatu perbuatan
yang merugi.
 Akan terasa suasana jiwa yang tenang dan hati yang damai.
 Manusia selalu merasakan kedekatan dengan Tuhan-Nya
 Keinginan akan ketaatan beribadah kepada Tuhan-Nya.
2. Urgensi thaharah
Thaharah sangat urgen (penting) disebabkan dengan hal-hal berikut:
a. Thaharah merupakan syarat sahnya salat, sebagaimana sabda Nabi saw.

‫ ال تقبل صالة من أحدث حتى یتوضأ‬:‫ قال رسول صلى هللا علیھ وسلم قال‬: ‫أبا ھریرة یقول‬.

Artinya: “Tidak diterima salat bagi orang yang berhadas hingga ia berwudhu”
b. Pelaksanaan salat dengan disertai thaharah merupakan bentuk pengagungan
kepada Allah swt. sementara keberadaan hadas dan janabah, kendatipun bukan
najis yang terlihat secara kasat mata, merupakan najis maknawi yang
menimbulkan perasaan jijik pada tempat yang terkena. Keberadaannya
mengurangi unsur pengagungan kepada Allah, serta bertentangan dengan
prinsip kebersihan.
c. Allah swt. telah menyanjung orang-orang yang menyucikan diri dan memuji
para penghuni masjid Quba. Firman Allah swt. dalam Q.S. al- Baqarah ayat
222:

َ‫اِ َّن هّٰللا َ يُ ِحبُّ التَّوَّابِ ْينَ َويُ ِحبُّ ْال ُمتَطَه ِِّر ْين‬

Artinya: “Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang taubat dan


menyukai orang-orang yang mensucikan diri.”

Firman Allah dalam Q.S. al-Taubah/9: 108:

‫ِر َجا ٌل ي ُِّحب ُّْو َن اَ ْن يَّتَطَهَّر ُْو ۗا َوهّٰللا ُ ي ُِحبُّ ْال ُمطَّه ِِّري َْن‬
Artinya: “Di dalamnya masjid itu ada orang-orang yang ingin membersihkan
diri. dan Sesungguhnya Allah menyukai orang- orang yang bersih.”
d. Kurang perhatian dalam menjaga kebersihan dari najis menjadi salah satu
sebab datangnya siksa di dalam kubur. sebagaimana hadits yang diriwayatkan
dari Ibnu Abbas r.a.:

,‫ مر انبي صلى هللا علیھ وسلم بحائط من حیطان المدینة[ أو مكة‬:‫عن ابن عباس رضي هللا عنھما قال‬
‫ وما‬,‫ (یعذبان‬:‫فسمع صوت إنسانین یعذبان في قبورھما فقال انبي صلى هللا علیھ وسلم‬
‫ وكان االخر یمشي‬,‫ كان أحدھما ال یستتر من بولھ‬,‫ (بلى‬:‫یعذبان في كبیر) ثم قال‬
)‫بالنمیمة‬.
Artinya: “Diriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a.: “pada suatu hari ketika
Rasulullah saw. tengah berjalan melintasi hiythan (pekuburan) di Madinah
atau Makkah, beliau mendengar suara kesakitan dua orang disiksa karena
melakukan dosa besar.” Nabi saw. menambahkan, “Benar! (mereka disiksa
karena satu dosa besar). Yang seorang tidak membersihkan dirinya dari
kotoran air kencing (setelah buang air kecil) sementara yang lainnya karena
suka memfitnah (membuat permusuhan dengan sahabat-sahabatnya).”
Persoalan thaharah bukan hanya pada teori saja, akan tetapi lebih mengarah
pada pengaplikasian dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini mengingat bahwa
thaharah merupakan kunci diterimanya suatu ibadah.
Dari beberapa hikmah dan urgensi thaharah yang telah dijelaskan di atas,
maka dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan thaharah sangatlah penting
diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Thaharah melambangkan ciri khas
orang Islam. Keberimanan seseorang dapat dilihat dari sejauh mana ia
mengamalkan thaharah. Demikian pula ketaatannya kepada Allah swt. terlihat
dari kesucian hati dan dirinya.
E. Masalah-masalah yang berhubungan dengan thaharah
Contoh masalah yang berhubungan dengan thaharah:
1. Haid
a. Pengertian haid
Haid menurut bahasa (etimologi) adalah mengalir. Seorang wanita disebut
haid jika darahnya mengalir. Adapun yang dimaksud disini adalah darah yang
keluar dari kemaluan perempuan ketika dalam kondisi sehat, bukan karena
penyakit maupun akibat kehamilan. Warna hitam atau merah kental (tua)
adalah warna darah haid menurut kesepakatan ulama.
Darah yang berwarna kuning atau keruh yang dikatakan haid, hanya bila
datangnya pada hari-hari haid. Jika pada hari-hari lain maka tidaklah dianggap
haid, berdasarkan hadits Ummu ‘Athiyah r.a, ia berkata:
Kami tidak menganggap haid (darah) yang berwarna kuning dan keruh setelah
suci.
b. Masa berlangsungnya haid
Batas minimal dan maksimal keluarnya darah haid tidak dapat ditentukan
dengan pasti, karena dalil-dalil yang dijadikan sebagai acuan penentuan batas
minimal dan maksimal haid sebagian berstatus marfu’, namun tidak shahih.
Karena itu, ia tidak bisa dijadikan pegangan dalam menentukan batas minimal
dan maksimal keluarnya darah haid. Akan tetapi, yang dijadikan acuan dalam
hal ini adalah adat kebiasaan yang berulang-ulang, ini bagi wanita yang
mempunyai ritme haid yang teratur. Sedangkan bagi yang haid nya tidak
teratur maka ia dapat mengacu pada bukti sertaan (qarinah) yang didapat dari
darah yang keluar.
Kebolehan berpegang pada kebisaaan sebagai hujjah, batas minimal dan
maksimal haid yang diakui syara’ didasarkan pada beberapa hadis, misalnya
hadis narasi ‘Aisyah r.a bahwasanya Nabi Saw bersabda:
Jika datang haid, maka tinggalkanlah sholat, dan jika ia pergi maka mandi dan
sholatlah.
c. cara bersuci karena haid
Jika haid telah selesai maka wajib mandi. Mandi ini wajib segera dilakukan
bila hendak melakukan ibadah sholat atau ibadah lain yang wajib suci. Oleh
karena itu wanita yang selesai haid pada tengah-tengah waktu sholat wajib
segera mandi kemudian sholat meskipun tengah malam atau sangat dingin.
Tidak boleh menunda-nunda sampai terjadi sholat qadla’ apalagi sampai tidak
dilakukan sama sekali. Yang dimaksud haid telah selesai adalah seandainya
dimasukkan kapas ke dalam farji (kemaluan) sampai pada tempat yang tidak
wajib dibasuh kala istinja’ darah tidak keluar sama sekali. Tapi jika dioleskan
kapas ke dalam farji (kemaluan) masih ada darah walaupun sedikit tidak dapat
dikatan habis masa haid .Jika wanita itu dalam keadaan demikian melakukan
mandi wajib, maka hukumnya tidak syah.Otomatis sholat-sholat yang
dilakukan setelah itu sampai mandi yang syah menjadi tidak syah pula.
d. larangan wanita haid
Bagi wanita yang sedang haid dilarang melakukan hal-hal sebagai berikut:
 sholat, baik sholat fardhu maupun sholat sunnah
 haram berpuasa, baik puasa fardhu maupun sunnah
 membaca Al-Quran
 haram membawa dan menyentuh Al-Quran
 masuk masjid, baik diam ataupun berjalan kesana kemari
 tidak boleh melakukan thawaf
 haram melakukan persetubuhan ketika isteri dalam keadaan haid
2. Nifas
a. Pengertian nifas
Menurut arti bahasa nifas adalah persalinan.Sedangkan menurut istilah, Nifas
adalah darah yang keluar dari kemaluan wanita pada saat melahirkan atau
setelahnya jika bayi lahir prematur. Pengertian dari Nifas adalah darah yang
keluar dari seorang wanita karena melahirkan, meskipun anak yang dilahirkan
mengalami keguguran. Ada juga pengertian Nifas adalah darah yang keluar
dari rahim seorang wanita setelah selesai melahirkan, walaupun anak yang
dilahirkan belum berwujud manusia atau masih berupa ‘alaqah (darah kental)
atau mudghah (segumpal daging).
b. Masa nifas
Masa minimal darah nifas itu tidak ada batasannya sama sekali. Terkadang
hanya keluar pada saat melahirkan lalu setelah itu langsung mampet. Jika ini
yang terjadi maka wanita yang bersangkutan wajib mandi, shalat, dan puasa.
Tanda-tanda mampetnya darah nifas itu sama seperti tanda-tanda mampetnya
darah haid. Adapun masa maksimal itu adalah empat puluh hari.Lebih dari itu
tidak disebut darah nifas, kecuali jika wanita itu yang bersangkutan punya
kebiasaan seperti itu.Maka darah yang masih keluar darinya tetap disebut
sebagai darah nifas sampai enam puluh hari. Tidak lebih dari itu.
Atas dasar ini, nifas dapat terjadi hanya sebentar saja. Jika seorang wanita
melahirkan kemudian darahnya terhenti seiring dengan lahirnya si bayi, atau
bahkan melahirkan tanpa mengeluarkan darah, maka habislah waktu nifas dan
sebagai konsekuensinya ia wajib melakukan semua yang dilakukan oleh orang
yang suci, yaitu puasa shalat dan lain sebagainya.
c. suci di antara haid dan nifas
Kalangan madzab Hanafi berpendapat bahwa sucu di sela-sela nifas dan haid
adalah haid. Begitu pula suci di sela-sela nifas dan haid pada masa nifas
menurut Abu Hanifah dianggap sebagai nifas. Pendapat yang masyhur I
kalangan madzab Syafi’I juga menyatakan bahwa suci yang terjadi di sela-sela
nifas dan haid dianggap sebagai nifas. Sementara itu, kalangan ulama’ Madzab
Maliki dan Hambali menyatakan sebagai kondisi suci, dan wanita yang
mengalaminya wajib mandi pada hari di waktu darah tersebut berhenti, juga
berpuasa, shalat, dan boleh berhubungan badan.
d. cara bersuci karena nifas
Tata cara bagi wanita yang nifas, sama seperti tata cara mandi jinabat lainnya.
Sebagaimana tata cara bersuci karena haid. Hal ini sudah sudah dijelaskan di
atas.
e. larangan bagi wanita yang sedang nifas
Hal-hal yang ada kaitannya dengan munculnya larangan bagi wanita yang
sedang nifas sama seperti hal-hal larangan bagi wanita yang sedang
mengalami haid. Pembahasan ini sudah di jelaskan pada pembahasan tentang
larangan bagi wanita yang sedang haid.
3. istihadhah
a. Pengertian istihadhah
Secara Etimologi, Istihadhah berarti mengalir, sedangkan menurut
terminology syara’ Istihadhah adalah darah yang keluar dari kemaluan wanita
karena adanya suatu penyakit, di luar masa haid nifas, salah satu cirinya
adalah Istihadhah tidak berbau nyinyir.
b. kondisi wanita yang istihadhah
 istihadhah terjadi dalam rentang masa haid telah diketahui secara jelas
sebelum terjadinya istihadhah
 darah terus keluar sementara si wanita tidak memiliki siklus haid rutin
 ia tidak memiliki siklus haid yang rutin (tidak keluar) akan tetapi ia
mampu membedakan antara darah haid dengan lainnya.
c. hukum-hukum yang berkaitan dengan wanita istihadhah
Ada beberapa hukum yang berlaku bagi wanita yang istihadhah, yaitu sebagai
berikut:
 wajib mandi begitu darah haidnya mampet. Dan setelah itu ia tidak
wajib mandi lagi
 setiap kali hendak melakukan sholat ia harus wudhu
 sebelum wudhu ia harus membasuh sebagian tubuh yang
mengeluarkan darah, dan membersihkannya dengan alat pembersih
seperti kapas atau kain atau tisu dan lain sebagainya untuk mengurangi
najis. hal ini ditekankan demi menjaga kebersihan, karena ia boleh
melakukan sholat ketika masih mengeluarkan darah.

BAB III
PENUTUP
A. kesimpulan
Thaharah merupakan salah satu syarat sah dalam pelaksanaan ibadah baik shalat,
puada maupun haji juga ibadah-ibadag sunat lainya .maka ibadah yang paling sering
dilaksanakan terutama shalat lima waktu jika pelaksanaanya shalat tersebut tidak sah
kecuali seluruh keadaan, pakaian, badan, tempat dan sebagainya dalam keadaan
bersih dan suci, baik suci dari hadas besar, maupun hadas kecil, dan najis.
Hadas menghalangi salat, maka bersuci adalah seperti kunci yang
diletakkan kepada orang yang berhadas. Jika ia berwudhu, otomatis kunci itu pun
terbuka. Hal ini juga ditunjukkan oleh ijtihad para fuqaha dalam tulisan-tulisan
mereka yang selalu diawali dengan pembahasan thaharah. Hal tersebut
menunjukkan betapa pentingnya masalah thaharah ini Untuk itu, thaharah tidak hanya
cukup untuk diketahui, tetapi juga harus dipraktekkan secara benar. Dalam
kenyataannya, ada sebagian umat Islam yang masih kurang tepat dalam melakukan
praktek thaharah. dikarenakan kurangnya pengetahuan atau semata-mata salah dalam
pelaksanaannya.
1. Thaharah dari hadats, dilakukan karena dasar-dasar kebajikan.pokok
pegangannya bahwa perasaan halus dan jiwa yang mendapat cahaya
kemalaikatan,serta perasaan yang meminta kita menjauhkan diri dari keadaan
yang tidak menyenangkan perasaan (hadats), dan jiwa yang merasa tentram
dan senang dengan keadaan suci. Thaharah dapat meliputi seluruh tubuh
seperti jima’, keluar mani, haid dan nifas atau bagian tertentu dari tubuh
seperti kencing, kemih, buang air besar dan yang disamakan dengannya.dapat
diambil kesimpulan bahwa thaharah yang lengkap dibebankan bagi orang
yang hadats lengkap, dan thaharah tidak lengkap dibebankan bagi orang yang
berhadats tidak lengkap pula.
2. Thaharah dari najis yang terdapat di badan, kain dan tempat baik tempat ibadah
maupun tempat umum.Thaharah dari najis digerakkan oleh kehajatan hidup
manusia yang secarakodratnya manusia tidak menyukai dirinya kotor.
3. Thaharah dari kotoranyang bersifat fitrah, seperti bulu ketiak, bulu hidung
dan bulu kemaluan.
B. Saran
Semoga kita dapat mengambil hikmah dari apa yang telah kita bahas bersama, tentang
thaharah. Agar senantiasa kita semua menjadi insan yang selalu menjaga dan
mengutamakan kebersihan. Karena kebersihan adalah bagian dari iman.

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai