Anda di halaman 1dari 9

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT. Yang telah memberikan kesehatan jasmani
dan rohani sehingga kita masih tetap bisa menikmati juga mensyukuri indahnya alam
ciptaan-Nya. Sholawat beserta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada teladan kita,
Nabi Besar kita yakni Nabi Muhammad SAW. Yang telah menunjukkan kita jalan yang lurus
berupa ajaran agama yang sempurna dan menjadi rahmat bagi seluruh alam semesta.

Penulis sangat bersyukur karena telah menyelesaikan makalah yang menjadi tugas
Praktikum Ibadah dengan judul “THAHARAH”.

Di samping itu, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu hingga terselesaikannya makalah ini.

Akhir kata, penulis memahami jika makalah ini tentu jauh dari kesempurnaan maka
kritik dan saran sangat kami butuhkan guna memperbaiki karya-karya kami di waktu-waktu
mendatang.

Jakarta, 1 April 2021

Penulis
DAFTAR ISI

BAB I 4
PENDAHULUAN 4
A. LATAR BELAKANG 4
B. RUMUSAN MASALAH 4
C. TUJUAN 4
BAB II 5
PEMBAHASAN 5
A. PENGERTIAN TAHARAH 5
B. HUKUM TAHARAH 5
BAB III 9
PENUTUP 9
A. KESIMPULAN 9
B. SARAN 9
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Islam menganjurkan untuk selalu menjaga kebersihan badani selain rohani.


Kebersihan badani tercermin dengan bagaimana umat muslim selalu bersuci
sebelum mereka melakukan ibadah menghadap Allah SWT. Pada hakikatnya tujuan
bersuci adalah agar umat muslim terhindari dari kotoran atau debu yang menempel
di badan sehingga secara sadar atau tidak sengaja membatalkan rangkaian ibadah
kita kepada Allah SWT.
Namun, yang terjadi sekarang adalah, banyak umat muslim hanya tahu saja bahwa
bersuci itu sebatas membasuh badan dengan air tanpa mengamalkan rukun-rukun
bersuci lainnya sesuai syariat Islam. Bersuci atau istilah dalam istilah Islam yaitu
“Thaharah” mempunyai makna yang luas tidak hanya berwudhu saja.
Pengertian thaharah adalah mensucikan diri, pakaian, dan tempat sholat dari hadas
dan najis menurut syariat islam. Bersuci dari hadas dan najis adalah syarat syahnya
seorang muslim dalam mengerjakan ibadah tertentu. Berdasarkan pengertian
tersebut sebenarnya banyak sekali manfaat yang bisa kita ambil dari fungsi thaharah.
Thaharah sebagai bukti bahwa Islam amat mementingkan kebersihan dan kesucian
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, akan dipaparkan penjelasan lebih rinci
tentang thaharah, menjelaskan bagaimana fungsi thaharah dalam menjalan ibadah
kepada Allah, serta menjelaskan manfaat thaharah yang dapat umat muslim peroleh.
Dengan demikian umat muslim akan lebih tahu makna bersuci dan mulai
mengamalkannya untuk peningkatan kualitas ibadah yang lebih baik.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian thaharah?


2. Apa hukum thaharah?

C. TUJUAN

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas,
penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan:
1. Pengertian thaharah.
2. Hukum thaharah.
BAB II

PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN TAHARAH

Pengertian thaharah secara bahasa adalah ”bersuci atau bersih dari kotoran
material dan immaterial”. Sedangkan makna thaharah secara syariat adalah
“mengangkat hadats dan menghilangkan najis”.Taharah juga sering di artikan
bersuci.1

Mengangkat hadats itu terjadi dengan menggunakan air bersama niat.


Bersuci bisa menggunakan apa yang menggantikan air ketika tidak ada air atau tidak
mampu menggunakannya, yaitu dengan cara tayamum.2

Dalil Tentang Thaharah :


● QS. AL-BAQARAH: 222

ُّ ‫اِ ّ َن الل ّ ٰ َه يُ ِح‬


ُّ ‫ب التّ ََّوابِيْ َـن َويُ ِح‬
‫ب ال ُْمتَ َط ِ ّه ِريْ َن‬
“Sungguh, Allah menyukai orang yang tobat dan menyukai orang yang
menyucikan diri.”

• HADIST NABI :

‫الله َصل َا َة أ َ َح ِدك ُْم ِإذَا‬


ُ ‫ ل َا يَ ْقبَ ُل‬: ‫عل َيْ ِه َو َسل َّ َم‬ ُ ‫الله َصلَّى‬
َ ‫الله‬ ِ ‫َال َر ُس ْو ُل‬ َ ‫ ق‬:‫َال‬ َ ‫عن ْ ُه ق‬ ُ ‫ع ْن أَب ِْي ُه َريْ َر َة َر ِض َي‬
َ ‫الله‬ َ
‫رواه البخاري ومسلم‬- ‫ضأ‬ َ َّ ‫ث َحتَّى يَتَ َو‬َ ‫أ ْح َد‬َ

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu berkata: Rasulullah Shalallahun ‘Alaihi


Wasallam bersabda : “Sesungguhnya Allah tidak menerima shalat salah seorang
di antara kalian apabila berhadats sehingga dia berwudhu”
(HR Bukhari dan Muslim)

1 ‫ صفة حكمية توجب أرتفاع الحدث و أزالة الخبث‬: ‫ و أصطالحا‬, ‫ النظافة والنزاهة عن األقذار‬: ‫الطهارة لغة‬
2 Al fauzan, saleh.. Fiqih Sehari-hari. (Jakarta. Gema Insan: 2009). hal: 8
.‫ القصد ألى الصعيد لمسح الوجه واليدين بنية أستباحة الصال ة و نحوها‬: ‫ و شرعا‬,‫ القصد‬: ‫التيمم لغة‬
B. HUKUM TAHARAH

Kesucian dalam ajaran Islam dijadikan syarat sahnya sebuah ibadah, seperti
shalat, thawaf, dan sebagainya. Bahkan manusia sejak lahir hingga wafatnya juga
tidak bisa lepas dari masalah kesucian. Oleh karena itu para ulama bersepakat
bahwa hukum thaharah adalah wajib. Sehingga Allah sangat menyukai orang yang
mensucikan diri sebagaimana firman berikut ini:

‫حوۡاـ ب ُِر ُءو ِۡسكُمۡ َواَر ُۡجلَك ُ ۡم‬ ُ ‫الصل ٰو ِة فَاغ ِۡسلُوۡا ُو ُجو َۡهكُمۡ َواَيۡ ِديَكُمۡ اِل َى ال َۡم َرا ِف ِق َوام َۡس‬ َّ ‫يٰۤـا َيُّ َها ال َّ ِذي َۡنا ٰ َمنُوۡۤاـ اِذَا ُقمۡتُمۡ اِل َى‬
‫ٓإٮ ِطاَوۡ ل َٰمسۡتُ ُم‬ِٕ ‫ٓاء ا َ َحدٌ ِ ّمنۡكُمۡ ِ ّم َن الۡ َغ ِـ‬
َ ‫عل ٰى َسفَ ٍر اَوۡ َج‬ َ ۡ‫َاط ّ َه ُروۡا‌ ؕ َواِنۡـ كُنۡتُمۡ َّمر َۡض ٰىۤ اَو‬ َّ ‫ۡن ؕ َواِنۡـ كُنۡتُمۡ ُجنُبًا ف‬
‌ِ ‫اِل َى الۡـكَعۡبَي‬
ۡ‫علَيۡكُمۡ ِ ّمن‬ َ ‫حوۡا ب ُِو ُجو ِۡهكُمۡ َواَيۡ ِديۡكُمۡـ ِ ّمن ُ‌ۡه ؕ َما يُ ِري ُۡد الل ّ ٰ ُه ِليَج َۡع َل‬ ُ ‫ٓاء َفتَيَ ّ َم ُموۡا َص ِعي ًۡدا َطيِّبًا فَام َۡس‬ ً ‫ٓاء َفلَمۡ تَجِ ُدوۡا َم‬ َ ‫ال ِن ّ َس‬
‫علَيۡكُمۡ ل ََعلَّكُمۡ َتشۡك ُُرو َۡن‬ َ ‫َح َر ٍج َّول ٰـ ِكنۡ يُّ ِري ُۡد ِليُ َط ِ ّه َركُمۡ َو لِيُ ِت ّمَ ِنع َۡمتَ ٗه‬
“Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu hendak melaksanakan shalat,
maka basuhlah wajahmu dan tanganmu sampai ke siku, dan sapulah kepalamu dan
(basuh) kedua kakimu sampai ke kedua mata kaki. Jika kamu junub, maka mandilah.
Dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air
(kakus) atau menyentuh perempuan, maka jika kamu tidak memperoleh air, maka
bertayamumlah dengan debu yang baik (suci); usaplah wajahmu dan tanganmu
dengan (debu) itu. Allah tidak ingin menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak
membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, agar kamu
bersyukur”.
( QS. AL-Maidah: 6 )

Berdasarkan bunyi ayat di atas, Allah SWT memerintahkan kepada orang-orang


yang beriman agar dalam melaksanakan ibadah kondisi tubuh atau badan harus
bersih dan suci dari segala kotoran baik yang terlihat maupun yang tidak terlihat,
tidak ada alasan bagi orang yang beriman untuk tidak bersuci dalam
melaksanakan ibadah terutama salat. Suci yang dimaksud tidak hanya pada badan
saja, tetapi juga suci dari seluruh pakaian, tempat dan yang lainnya. Menjaga
kesucian merupakan hal yang disenangi dan dicintai Allah swt. Bahkan
mendapatkan ampunan dari–Nya Sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an berikut
ini:

‫ب ال ُْمتَ َط ِّ ّـِه ِريْ َن‬ ُّ ‫ب التّ ََّوابِيْ َـن َويُ ِح‬ُّ ‫ِإ ّ َن الل َّ َه يُ ِح‬
“ Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-
orang yang bersuci “
(QS. al-Baqarah/2: 222)
Dalam sebuah hadis dijelaskan pula:
‫يما َِن‬ْ ‫الط ُه ْو ُر َش ْط ُر ا ْ ِإل‬
ُّ
“ Kesucian itu sebagian dari iman.”3
( HR. Muslim )
3 HR. Muslim Fadlul Wudlu: (Daar al-fikr. Beirut) . hal.556.
Secara umum ruang lingkup thaharah ada dua, yakni membersihkan najis
( istinja’ ) dan membersihkan hadas. Dari masing-masing ruang lingkup akan diperinci
lagi. Dalam istinja’ akan dibahas mengenai benda najis, bahan untuk membersihkan
najis, dan cara membersihkan najis.4

Ada dua hal yang menjadi objek taharah. Yaitu hadats, baik hadast kecil
maupun besar dan najis. Dari sini pun kita mengenal istilah bersuci dari najis. Islam
menempatkan masalah taharah sebagai satu masalah penting yang tidak bisa di
anggap remeh. Karena hal ini disebabkan oleh dua hal, yaitu:

Pertama, taharah menjadi syarat sahnya ibadah-ibadah tertentu, misalnya


ibadah sholat. Ini artinya jika sholat tidak dibangun atas dasar taharah, bersih dari
hadats dan najis, maka sholat dianggap tidak sah yang konsekuensi nya tidak akan
Allah terima.

Nabi SAW bersabda :


َ ‫ضأ‬ َ ‫الله َصل َا َة أ َ َح ِدك ُْم ِإذَا أ َ ْح َد‬
َّ ‫ث َحتَّى يَتَ َو‬ ُ ‫ل َايُقْبَ ُل‬
" Allah tidak akan menerima sholat kalian, jika berhadast hingga kalian berwudhu "

Kedua, alasan lain mengapa Islam menempatkan masalah taharah sebagai


urusan sangat penting adalah karena taharah terkait langsung dengan masalah
kebersihan.
Nabi SAW Bersabda :
‫الن ّ ََظا َف ُة ِم َن ال ْ ِأيْ َم ِـ‬
‫ان‬
"Kebersihan adalah sebagian dari Iman"

Allah menegaskan bahwa Dia sangat mencintai orang-orang Islam yang bersih.
Dengan kata lain Allah menyukai orang-orang yang selalu memperhatikan
kebersihan. Itu artinya seseorang bisa saja mendapatkan cinta Allah sebab dalam
hidup mereka menempatkan persoalan taharah sebagai masalah yang benar-benar
harus di perhatikan.

Adanya kenyataan bahwa masalah kebersihan menjadi syarat sahnya sebuah ibadah
menunjukkan bahwa Islam menyerukan agar umat Islam ini hidup bersih dan jauh
dari segala hal yang kotor dan najis. Hal ini dimaksudkan agar umat Islam menjadi
umat yang sehat, baik sehat badan maupun sehat lingkungan. Adalah sebuah
kenyataan bahwa hal yang kotor dan najis sering kali menjadi penyebab timbulnya
penyakit. Inilah mengapa Islam memerintahkan manusia agar menghindarkan diri
dari sesuatu yang kotor dan najis sekaligus melarang keras mengkonsumsi keduanya.

4 Al fauzan, saleh.. Fiqih Sehari-hari. (Jakarta. Gema Insan: 2009) . hal. 9


Islam sangat menekankan hidup sehat dan nyaman. Dan untuk bisa meraihnya
semua orang Islam harus menjaga kebersihan lingkungan dimana mereka tinggal.
Apa pun caranya, yang jelas Islam melihat upaya membersihkan lingkungan sebagai
sebuah amal mulia dan menyimpan pahala yang besar.
Nabi SAW Bersabda :

ُ ‫الط ِريْ ٍقفَأ َ ّخ ََر ُه ف ََشك ََر‬


‫الله ل َُه َف َغفَ َر ل َُه‬ َّ ‫عل َى‬ ْ ‫بَيْن َ َما َر ُج ٌل يَ ْم ِش ْى ب َِط ِريْ ٍق َو َج َد غ ُْص َن‬
َ ‫شوك‬
"Ketika seorang lelaki berjalan di jalan, dia mendapati dahan pohon berduri yang
merintangi jalan, dia pun menyingkirkannya, maka Allah berterimakasih kepadanya
dan sekaligus mengampuninya"

Jangan dianggap remeh tindakan membersihkan lingkungan dengan cara


menyingkirkan sesuatu yang membahayakan di jalan. Meski terkesan tak bernilai, tak
penting dan seperti tiada gunanya nyatanya justru inilah yang bisa menghantarkan
seseorang menuju syurga. Karena Allah sangat berterima kasih kepada orang-orang
yang seperti itu sebab Allah merasa "hutang budi". Betapa tidak, saat seseorang
menyingkirkan duri di jalan, itu artinya ia telah menyelamatkan orang lain. Dan ini
artinya ia telah menyelamatkan salah satu makhluk Allah dari mata bahaya. Maka
wajar jika Allah lalu berterimakasih kepadanya lantas menghadiahinya syurga.

‫ع ِن ال ُْم ْسلِ ِميْ َن ل َايُ ْؤ ِذيْ ِه ْم فَأ َ ْد َخ َلال َْجن ّ َِة‬ ِ ‫ال َو‬
َ ‫الله ل َان ُ ِحيَ ّ َن َه َذا‬ َ َ‫عل َى َظ ْه ِر َط ِريْ ٍق َفق‬ َ ‫َم ّ َر َر ُج ٌل ِب ُغ ْص ِن َش‬
َ ‫ج َر ٍة‬
"Ada seorang lelaki yang membuang dahan pohon yang menghalangi jalan, lalu ia
berkata, "Demi Allah, aku akan singkirkan dahan ini agar tidak mengganggu dan
menyakiti kaum muslimin" maka Allah pun memasukkannya ke syurga"

Bisa dibayangkan betapa Allah mencintai sekaligus menghargai orang-orang yang


selalu memperhatikan kebersihan. Hanya sekedar menyingkirkan dahan atau
sesuatu yang bisa membahayakan orang lain dan dapat menyebabkan kotor Allah
memberikan pahala surga. Dan inilah bukti betapa Allah sangat mencintai hamba-
hambaNya, khususnya terhadap orang-orang yang suka menjaga kebersihan, baik
secara pribadi, maupun secara sosial.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Bersuci dari hadas maupun najis termasuk dalam perihal thaharah atau bersuci.
Dalam hukum Islam juga disebutkan, bahwa segala seluk beluknya termasuk bagian
ilmu dan amalan yang penting.
Bersuci bisa juga menggunakan alat-alat bantu yang dianjurkan oleh
Rasullullah SAW yaitu Air, tanah, dan masih banyak lagi yang bisa digunakan. Macam
- macam hadas juga terbagi menjadi dua ialah hadas kecil yaitu yang disebabkan oleh
keluar sesuatu dari dubur dan kubul, sedangkan hadas besar yaitu yang disebabkan
oleh keluarnya air mani dan bersetubuh.

B. SARAN
Demikian makalah tentang taharah inilah yang dapat kami susun dan kami sangat
menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, maka kritik dan saran yang
membangun demi perbaikan dan pengembangan sangat kami harapkan. Dan
semoga ini dapat menambah pengetahuan kita dan bermanfaat. Amin.
DAFTAR PUSTAKA
● Al fauzan, saleh, Fiqih Sehari-hari, Gema Insan, Jakarta, 2009.
● HR. Muslim, Fadlul Wudlu, Daar al-fikr, Beirut.
● Dainuri Muhamad, Kajian kitab kuning terhadap ajaran islam, Sinar Jaya, Magelang,
1996.
● ‫ بلوغ المرام دارالكتب الألسالمية‬,‫الحافظ ابن الحجر العسقالنى‬

Anda mungkin juga menyukai