Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

THAHARAH

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Agama

Dosen Pengampu: Wahyudi Hidayat, M.Pd.

DISUSUN OLEH :

1. MEISI SUCIAN PERTIWI


2. .EDWIN ADE PUTRA
3. .RUMAYSA
4. ATTIH CHARROMAH

PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI FAKULTAS ILMU


KOMPUTER INSTITUT TEKNOLOGI BISNIS DAN BAHASA
DIAN CIPTA CENDIKIA KOTA BUMI
2023

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga makalh
yang berjudul “Hakikat Agama Islam” dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa
kami mengucapkan terima kasih atas bantuan para pihak yang berkontribusi
dengan membantu pencarian data untuk makalah ini.
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi nilai tugas mata kuliah
Pendidikan Agama Islam Selain itu, pembuatan makalah ini juga memiliki tujuan
agar menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis maupun pembaca. Karena
keterbatasan pengetahuan maka kami yakin makalah ini masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran agar artikel
semakin lebih baik. Akhir kata, semoga makalah ini dapat berguna.

Hormat Kami,

Penulis

2
DAFTAR ISI

BAB I
A. PENDAHULUAN ...................................................................................
BAB II
PEMBAHASAN ..........................................................................................
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam menganjurkan untuk selalu menjaga kebersihan badani selain rohani.
Kebersihan badani tercermin dengan bagaimana umat muslim selalu bersuci
sebelum mereka melakukan ibadah menghadap Allah SWT. Pada hakikatnya
tujuan bersuci adalah agar umat muslim terhindari dari kotoran atau debu yang
menempel di badan sehingga secara sadar atau tidak sengaja membatalkan
rangkaian ibadah kita kepada Allah SWT.
Namun, yang terjadi sekarang adalah, banyak umat muslim hanya tahu saja
bahwa bersuci itu sebatas membasuh badan dengan air tanpa mengamalkan rukun-
rukun bersuci lainnya sesuai syariat Islam. Bersuci atau istilah dalam istilah Islam
yaitu “Thaharah” mempunyai makna yang luas tidak hanya berwudhu saja.
Pengertian thaharah adalah mensucikan diri, pakaian, dan tempat sholat dari
hadas dan najis menurut syariat islam. Bersuci dari hadas dan najis adalah syarat
syahnya seorang muslim dalam mengerjakan ibadah tertentu. Berdasarkan
pengertian tersebut sebenarnya banyak sekali manfaat yang bisa kita ambil dari
fungsi thaharah. Taharah sebagai bukti bahwa Islam amat mementingkan
kebersihan dan kesucian
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis bermaksud untuk
memaparkan penjelasan lebih rinci tentang thaharah, menjelaskan bagaimana
fungsi thaharah dalam menjalan ibadah kepada Allah, serta menjelaskan manfaat
thaharah yang dapat umat muslim peroleh. Dengan demikian umat muslim akan
lebih tahu makna bersuci dan mulai mengamalkannya untuk peningkatan kualitas
ibadah yang lebih baik.

4
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Thaharah
Thaharah menurut bahasa artinya “bersih” Sedangkan menurut istilah syara’
thaharah adalah bersih dari hadas dan najis. Selain itu thaharah dapat juga
diartikan mengerjakan pekerjaan yang membolehkan shalat, berupa wudhu,
mandi, tayamum dan menghilangkan najis.1[1]
Taharah merupakan anak kunci dan syarat sah salat. Dalam kesempatan lain
Nabi SAW juga bersabda:

َّ ‫الص َال ِة أ‬
‫ َوتَ ْح ِريْ ُم َها‬،ُ‫َلط ََ َه َارة‬ َّ ‫اح‬ ِ
ُ َ‫ م ْفت‬:‫قال عليه الصالة والسالم‬
ِ ‫ وتَحلِيْيلُها الت‬،‫التَّ ْ ِيْير‬
ُ ‫َّسل ْي‬
ْ َ ْ ْ َ ُْ
Artinya: “Nabi Bersabda: Kuncinya shalat adalah suci, penghormatannya adalah takbir dan
perhiasannya adalah salam.”

Hukum taharah ialah WAJIB di atas tiap-tiap mukallaf lelaki dan


perempuan. Dalam hal ini banyak ayat Al qur`an dan hadist Nabi Muhammad
saw, menganjurkan agar kita senantiasa menjaga kebersihan lahir dan batin.
Firman Allah Swt :

ِ ‫ِّساءَ ِِف الْ َم ِح‬


‫يض َوال‬ ِ ْ َ‫يض قُل ُىو أَ ًذى ف‬
َ ‫اعتَزلُوا الن‬
ِ
َ ْ ِ ‫ك َع ِن الْ َمح‬
َ َ‫َويَ ْسأَلُون‬

ُ ‫وى َّن ِم ْن َحْي‬


َ‫ث أ ََمَرُك ُم اللَّوُ إِ َّن اللَّو‬ ُ ُ‫وى َّن َح ََّّت يَطْ ُه ْر َن فَِإ َذا تَطَ َّه ْر َن فَأْت‬
ُ ُ‫تَ ْقَرب‬

ُّ ‫ني َوُُِي‬
َ ‫ب الْ ُمتَطَ ِّه ِر‬
)٢٢٢( ‫ين‬ َ ِ‫َّواب‬ ُّ ‫ُُِي‬
َّ ‫ب الت‬
Artinya: “Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertobat dan mencintai
orang-orang yang suci lagi bersih”. (QS Al Baqarh:222)

1[1]H. Moch. Anwar, Fiqih Islam Tarjamah Matan Taqrib, (Bandung: PT


Alma’arif, 1987), h. 9.

5
Selain ayat al qur`an tersebut, Nabi Muhammad SAW bersabda.

)‫النظافة من االميان (رواه مسلم‬


Artinya : “Kebersihan itu adalah sebagian dari iman.”(HR.Muslim)2[2]

2. Syarat Wajib Thaharah


Setiap mukmin mempunyai syarat wajib untuk melakukan thaharah. Ada
hal-hal yang harus diperhatikan sebagai syarat sah-nya berthaharah sebelum
melakukan perintah Allah SWT. Syarat wajib tersebut ialah :
1. Islam
2. Berakal
3. Baligh
4. Masuk waktu ( Untuk mendirikan solat fardhu ).
5. Tidak lupa
6. Tidak dipaksa
7. Berhenti darah haid dan nifas
8. Ada air atau debu tanah yang suci.
9. Berdaya melakukannya mengikut kemampuan.

3. Bentuk Thaharah
Taharah terbagi menjadi dua bagian yaitu lahir dan batin. Taharah lahir
adalah taharah/suci dari najis dan hadas yang dapat hilang dicuci dengan air
mutlak (suci menyucikan) dengan wudu, mandi, dan tayamun. Taharah batin
adalah membersihkan jiwa dari pengaruh-pengaruh dosa dan maksiat, seperti
dengki, iri, penipu, sombong, ujub, dan ria.
Sedangkan berdasarkan cara melakukan thaharah, ada beberapa macam
bentuk yaitu : wudhu, tayamum, mandi wajib dan istinjak.
1) Wudhu

2[2]http://dik8874.blogspot.com/2013/11/v-behaviorurldefaultvmlo.html

6
Wudu menurut bahasa berarti bersih. Menurut istilah syara’ berarti membasuh
anggota badan tertentu dengan air suci yang menyucikan (air mutlak) dengan
tujuan menghilangkan hadas kecil sesuai syarat dan rukunnya. Firman Allah SWT
dalam surat Al Maidah ayat 6.
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan
solat, maka basuhlah mukamu, kedua tanganmu sampai siku, dan sapulah
kepalamu dan basuhlah kakimu sampai mata kaki.”(QS Al maidah :6)
Syarat Wudu :
Wudu seseorang dianggap sah apabila memenuhi syarat sebagai berikut.
a. Beragama Islam
b. Sudah mumayiz
c. Tidak berhadas besar dan kecil
d. memakai air suci lagi mensucikan
e. Tidak ada sesuatu yang menghalangi samp[ainya air ke anggota wudu, seperti cat,
getah dsb.
Rukun Wudu:
Hal-hal yang wajib dikerjakan dalam wudu adalah sebagai berikut.
a. Niat berwudu di dalam hati bersamaan ketika membasuh muka.
b. Membasuh seluruh muka
c. Membasuh kedua tangan sampai siku
d. Mengusap atau menyapu sebagian kepala.
e. Membasuh kedua kaki sampai mata kaki, dan
f. Tertib (berurutan dari pertama sampai terakhir
Sunah Wudu:
Untuk menambah pahala dan menyempurnakan wudu, perlu diperhatikan hal-hal
yang disunahkan dalam melakukan wudu, antara lain sebagai berikut.
a. Membaca dua kalimah syahadat ketika hendak berwudu
b. Membaca ta’awuz dan basmalah
c. Berkumur-kumur bagi seseorang yang sedang tidak berpuasa
d. Membasuh dan membersihkan lubang hidung
e. Menyapu seluruh kepala

7
f. Membasuh sela-sela jari tangan dan kaki
g. Mendhulukan anggota wudu yang kanan dari yang kiri.
h. Membasuh anggota wudu tiga kali.
i. Mengusap kedua telinga bagian luar dan dalam
j. Membaca do’a sesudah wudu.
Do’a sesudah wudu.
Hal yang membatalkan wudu:
 Wudu seseorang dikatakan batal apabila yang bersangkutan telah melakukan hal-hal
seperti berikut.
 Keluar sesuatu dari kubul (kemaluan tempat keluarnya air seni) atau dubur(anus),
baik berupa angin maupun cairan(kentut,kencing, tinja, darah, nanah, mazi, mani
dan sebagainya)
 Bersentuhaan kulit laki-laki dan perempuan tanpa pembatas.
 Menyentuh kubul atau dubur dengan tapak tangan tanpa pembatas.
 Tidur dengan nyenyak
 Hilang akal
2) Tayamum
Tayamum secara bahasa adalah berwudu dengan debu,(pasir, tanah) yang
suci karena tidak ada air atau adanya halangan memakai air. Tayamum menurut
istilah adalah menyapakan tanah atau debu yang suci ke muka dan kedua tangan
sampai siku dengan memenuhi syarat da rukunnya sebagai pengganti dari wudu
atau mandi wajib karena tidak adanya air atau dilarang menggunakan air
disebabkan sakit.
Firman Allah SWT dalam surat An Nisa ayat 43.
Artinya : “Dan jika kamu sakit atau sedang dalam musafir atau datang dari tempat buang
air atau kamu telah menyentuh perempuan, kemudian kamu tidak mendapat air,
maka bertayammumlah kamu dengan tanah yang baik (suci), sapulah mukamu
dan tanganmu sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun.” (QS
An Nisa:43)

8
Tayammum merupakan pengganti dari berwudu. Apabila seseorang telah
melaksanakan salat dengan tayamum kemudian dia menemukan air, maka tidak
wajib mengulang sekalipun waktu salat masih ada.
Adapun syarat dan rukun, sunah serta hal-hal yang terkait dengan tayamum
adalah sebagai berikut.
Syarat Tayamum:
Syarat tayamum adalah sebagai berikut :
a. Ada sebab yang membolehkan mengganti wudu atau mandi wajib dengan
tayamum.
b. Sudah masuk waktu salat
c. Sudah berusaha mencari air tetapi tidak menemukan
d. Menghilangkan najis yang melekat di tubuh
e. Menggunakan tanah atau debu yang suci.
Rukun Tayamum:
 Niat
 Mengusap debu ke muka
 Mengusap debu ke dua tangan sampai siku
 Tertib
Sunah Tayamum:
Dalam melaksanakan tayamum, seseorang hendaknya memperhatikan sunah-
sunah tayamum sebagai berikut.
a. Membaca dua kalimah syahadat ketika hendak bertayamum
b. Membaca ta’awuz dan basmalah
c. Menepiskan debu yang ada di telapak tangan
d. Merenggangkan jari-jari tangan
e. Menghadap kiblat
f. Mendahulukan anggota tubuh yang kanan dari yang kiri
g. Membaca do’a (seperti do’a sesudah wudu)
Hal yang membatalkan Tayamum:
Tayamum seseorang menjadi batal karena sebab berikut :
o Semua yang membatalkan wudu juga membatalkan tayamum

9
o Keadaan seseorang melihat air yang suci yang mensucikan (sebelum salat)
o Murtad (keluar dari agama Islam)3[3]
3) Mandi Wajib
Mandi wajib disebut juga mandi besar, mandi junub, atau mandi janabat.
Mandi wajib adalah menyiram air ke seluruh tubuh mulai dari ujung rambut
sampai ujung kaki dengan disertai niat mandi wajib di dalam hati.
Firman Allah Swt :

)٦( ‫َوإِ ْن ُكْنتُ ْم ُجنُبًا فَاطَّ َّهُروا‬


Artinya : “.......dan jika kamu junub maka mandilah.” (QS Al Maidah)

Adapun lafal niatnya adalah sebagai berikut :

‫نويت غسل اجلنابة لرفع احلدث الكرب فرضا هلل تعا ىل‬
Artinya : “Aku niat mandi wajib untuk menghilangkan hadast besar karena Allah Ta’ala.’
Rukun mandi wajib:
Ada beberapa hal yang menjadi rukun dalam melaksanakan mandi wajib,
diantaranya sebagai berikut :
 Niat mandi wajib
 Menyiramkan air keseluruh tubuh dengan merata.
 Membersihkan kotoran yang melekat atau mengganggu sampainya air ke badan.
Sunah Mandi Wajib:
Pada waktu mandi wajib disunahkan melakukan beberapa hal, antara lain :
 Menghadap kiblat
 Membaca basmalah
 Berwudu sebelum mandi
 Mendahulukan anggota badan yang kanan dari yang kiri, dan

3[3]Syaikh Muhammad Nawawi al-Jawi, Fiqih Islam dan Tasawuf, (Surabaya:


Mutiara Ilmu, 2013), h. 64.

10
 Menggosok badan dengan tangan.
Beberapa Penyebab Diwajibkan Mandi Wajib
Berikut ini adalah hal-hal yang menjadi penyebab diwajibkannya mandi wajib:
Keluarnya air mani (sperma) dengan syahwat, baik ketika sedang tidur maupun
dalam keadaan terjaga. Akan tetapi, apabila ia bermimpi tidak disertai keluarnya
mani, maka ia tidak wajib mandi.
Selesainya haid bagi perempuan.
Selesai melahirkan.
Selesai nifas, yakni darah yang keluar sesudah melahirkan.
Meninggalnya seseorang (jenazah).
4) Istinja’
Pengertian istinja’ Menurut bahasa, istinja’ berarti terlepas atau bebas.
Sedangkan menurut istilah, ialah membersihkan kedua pintu alat kelamin manusia
yaitu dubur dan qubul(anus dan penis) dari kotoran dan cairan (selain mani) yang
keluar dari keduanya. Istinja’ hukumnya wajib.
Hal-hal yang dilarang ketika buang air:
o Dilarang menjawab suara adzan
o Dilarang menjawab salam
o Bila bersin hendaknya memuji Allah dalam hati saja, tidak boleh menjawab dengan
suara keras
o Dilarang mengucapkan kalimat-kalimat dzikir
o Dilarang sambil makan, minum dan sebagainya
Alat-alat yang digunakan untuk istinja’:
 Air
 Batu (jika tidak ada air)
 Kertas atau tissue (jika tidak ada air)
 Daun-daunan yang tidak biasa dimakan (jika tidak ada air)
Tata cara istinja’:
 Ada air dapat dibersihkan dengan batu atau kertas sampai bersih. Membasuh tempat
keluarnya najis dengan air hingga bersih

11
 Jika tidak Sekurang-kurangnya dengan 3 buah batu atau 3 sisi sebuah batu. Jika
tidak ada batu dapat digunakan benda-benda lain asal keset atau keras.

4. Fungsi Thaharah
Dalam kehidupan sehari-hari, thaharah memiliki fungsi yaitu :
a) Membiasakan hidup bersih dan sehat
b) Membiasakan hidup yang selektif
c) Sebagai sarana untuk berkomunikasi dengan Allah SWT melalui sholat
d) Sebagai sarana untuk menuju surga
e) Menjadikan kita dicintai oleh Allah SWT4[4]
5. Manfaat Thaharah
Untuk membersihkan badan, pakaian, dan tempat dari hadas dan najis ketika
hendak melaksanakan suatu ibadah.
a. Dengan bersih badan dan pakaiannya, seseorang tampak cerah dan enak dilihat
oleh orang lain karena Allah Swt, juga mencintai kesucian dan kebersihan.
b. Menunjukan seseorang memiliki iman yang tercermin dalam kehidupan sehari-
hari-harinya karena kebersihan adalah sebagian dari iman.
c. Seseorang yang menjaga kebersihan, baik badan, pakaian, ataupun tempat tidak
mudah terjangkit penyakit.
d. Seseorang yang selalu menjaga kebersihan baik dirinya, rumahnya, maupun
lingkungannya, maka ia menunjukan cara hidup sehat dan disiplin.5[5]

6. Empat Keadaan Air Dalam Thaharah


Para ulama telah membagi air ini menjadi beberapa keadaan, terkait dengan
hukumnya untuk digunakan untuk bersuci. Kebanyakan yang kita dapat di dalam
kitab fiqh, mereka membaginya menjadi 4 macam, yaitu :
a) Air Mutlaq

4[4] http://dik8874.blogspot.com/2013/11/v-behaviorurldefaultvmlo.html

5[5]http://dik8874.blogspot.com/2013/11/v-behaviorurldefaultvmlo.html

12
Air mutlaq adalah keadaan air yang belum mengalami proses apapun. Air itu
masih asli, dalam arti belum digunakan untuk bersuci, tidak tercampur benda suci
atau pun benda najis. Air mutlaq ini hukumnya suci dan sah untuk digunakan
bersuci, yaitu untuk berwudhu’ dan mandi janabah. Air yang suci itu banyak
sekali, namun tidak semua air yang suci itu bisa digunakan untuk mensucikan.
Diantara air-air yang termasuk dalam kelompok suci dan mensucikan ini antara
lain adalah :
 Air Hujan
 Salju
 Embun
 Air Laut
 Air Zam-zam
 Air Sumur atau Mata Air
 Air Sungai
b) Air Musta’mal
Jenis yang kedua dari pembagian air adalah air yang telah digunakan untuk
bersuci. Baik air yang menetes dari sisa bekas wudhu’ di tubuh seseorang, atau
sisa juga air bekas mandi janabah. Air bekas dipakai bersuci bisa saja kemudian
masuk lagi ke dalam penampungan. Para ulama seringkali menyebut air jenis ini
air musta'mal.
Kata musta'mal berasal dari dasar ista'mala - yasta'milu ( ‫ يستعمل‬- ‫ )استعمل‬yang
bermakna menggunakan. Maka air musta'mal maksudnya adalah air yang sudah
digunakan untuk melakukan thaharah, yaitu berwudhu atau mandi janabah.
Air musta’mal berbeda dengan air bekas mencuci tangan, atau membasuh
muka atau bekas digunakan untuk keperluan lain, selain untuk wudhu’ atau mandi
janabah. Air sisa bekas cuci tangan, cuci muka, cuci kaki atau sisa mandi biasa
yang bukan mandi janabah, statusnya tetap air mutlak yang bersifat suci dan
mensucikan. Air itu tidak disebut sebagai air musta’mal, karena bukan digunakan
untuk wudhu atau mandi janabah. Perbedaan pendapat itu dipicu dari perbedaan

13
nash dari Rasulullah SAW yang kita terima dari Rasulullah SAW. Beberapa nash
hadits itu antara lain :
Artinya: Dari Abi Hurairah ra berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda,”Janganlah
sekali-kali seorang kamu mandi di air yang diam dalam keadaan junub. (HR.
Muslim)
”Janganlah sekali-kali seorang kamu kencing di air yang diam tidak mengalir,
kemudian dia mandi di dalam air itu”. Riwayat Muslim,”Mandi dari air itu”.
Dalam riwayat Abu Daud,”Janganlah mandi janabah di dalam air itu. (HR.
Muslim)
Dari seseorang yang menjadi shahabat nabi SAW berkata,”Rasululllah SAW
melarang seorang wanita mandi janabah dengan air bekar mandi janabah laki-
laki. Dan melarang laki-laki mandi janabah dengan air bekas mandi janabah
perempuan. Hendaklah mereka masing-masing menciduk air. (HR. Abu Daud dan
An-Nasa’i)
Dari Ibnu Abbas ra bahwa Nabi SAW pernah mandi dengan air bekas Maimunah
ra. (HR. Muslim)
Riwayat Ashhabussunan: ”Bahwasanya salah satu isteri Nabi telah mandi dalam
satu ember kemudian datang Nabi dan mandi dari padanya lalu berkata isterinya,
”saya tadi mandi janabat, maka jawab Nabi SAW.: ”Sesungguhnya air tidak ikut
berjanabat”.
c) Air Yang Tercampur Dengan Barang Yang Suci
Jenis air yang ketiga adalah air yang tercampur dengan barang suci atau
barang yang bukan najis. Hukumnya tetap suci. Seperti air yang tercampur dengan
sabun, kapur barus, tepung dan lainnya. Selama nama air itu masih melekat
padanya. Namun bila air telah keluar dari karakternya sebagai air mutlak atau
murni, air itu hukumnya suci namun tidak mensucikan. Misalnya air dicampur
dengan susu, meski air itu suci dan susu juga benda suci, tetapi campuran antara
air dan susu sudah menghilangkan sifat utama air murni menjadi larutan susu. Air
yang seperti ini tidak lagi bisa dikatakan air mutlak, sehingga secara hukum tidak
sah kalau digunakan untuk berwudhu' atau mandi janabah. Meski pun masih tetap
suci.

14
d) Air Mutanajjis
Air mutanajjis artinya adalah air yang tercampur dengan barang atau benda
yang najis. Air yang tercampur dengan benda najis itu bisa memiliki dua
kemungkinan hukum, bisa ikut menjadi najis juga atau bisa juga sebaliknya yaitu
ikut tidak menjadi najis. Keduanya tergantung dari apakah air itu mengalami
perubahan atau tidak, setelah tercampur benda yang najis. Dan perubahan itu
sangat erat kaitannya dengan perbandingan jumlah air dan besarnya noda najis.
Pada air yang volumenya sedikit seperti air di dalam kolam kamar mandi,
secara logika bila kemasukan ke dalamnya bangkai anjing, kita akan mengatakan
bahwa air itu menjadi mutanajjis atau ikut menjadi najis juga. Karena air itu sudah
tercemar dengan perbandingan benda najis yang besar dan jumlah volume air
yang kecil.
Agar kita bisa menilai apakah air yang ke dalamnya kemasukan benda najis
itu ikut berubah menjadi najis atau tidak, maka para ulama membuat indikator,
yaitu rasa, warna atau aromanya.
დ Berubah Rasa, Warna atau Aroma
Bila berubah rasa, warna atau aromanya ketika sejumlah air terkena atau
kemasukan barang najis, maka hukum air itu iut menjadi najis juga. Hal ini
disebutkan oleh Ibnul Munzir dan Ibnul Mulaqqin.
დ Tidak Berubah Rasa, Warna atau Aroma
Sebaliknya bila ketiga krieteria di atas tidak berubah, maka hukum air itu suci dan
mensucikan. Baik air itu sedikit atau pun banyak.6[6]
7. Pengertian hadas dan najis
a. Hadas
Pengertian Hadas:
Hadas menurut bahasa artinya berlaku atau terjadi. Menurut istilah, hadas adalah
sesuatu yang terjadi atau berlaku yang mengharuskan bersuci atau membersihkan
diri sehingga sah untuk melaksanakan ibadah.
Bermacam hadas dan cara mensucikannya:

6[6]http://siyasahhjinnazah.blogspot.com/2013/05/makalah-fiqh-ibadah-thaharah.html

15
Menurut fiqih, hadas dibagi menjadi dua yaitu :
1) Hadas kecil
Hadas kecil adalah adanya sesuatu yag terjadi dan mengharuskan seseorang
berwudu apabila hendak melaksanakan salat. Contoh hadas kecil adalah sebagai
berikut :
o Keluarnya sesuatu dari kubul atau dubur.
o Tidur nyenyak dalam kondisi tidak duduk.
o Menyentuh kubul atau dubur dengan telapak tangan tanpa pembatas.
o Hilang akal karena sakit atau mabuk.
2) Hadas besar
Hadas besar adalah sesuatu yang keluar atau terjadi sehingga mewajibkan mandi
besar atau junub. Contoh-contoh terjadinya hadas besar adalah sebagai berikut :
o Bersetubuh (hubungan suami istri)
o Keluar mani, baik karena mimpi maupun hal lain
o Keluar darah haid
o Nifas
o Meninggal dunia
2. Najis
Pengertian Najis:
Najis menurut bahasa adalah sesuatu yang kotor. Sedangkan menurut istilah
adalah sesuatu yang dipandang kotor atau menjijikkan yang harus disucikan,
karena menjadikan tidak sahnya melaksanakan suatu Macam-macam Najis dan
Cara Mensucikannya:
Berdasarkan berat dan ringannya, najis dibagi menjadi tiga macam. Najis tersebut
adalah Mukhafafah, Najis Mutawasitah, dan Najis Muqalazah.
- Najis Mukhafafah
Najis mukhafafah adalah najis ringan. Yang tergolong najis mukhafafah yaitu air
kencing bayi laki-laki yang berumur tidak lebih dua tahun dan belum makan apa-
apa kecuali air susu ibunya. Cara mensucikan najis mukhafafah cukup dengan
mnegusapkan/ memercikkan air pada benda yang terkena najis.

16
- Najis Mutawasitah
Najis mutawasitah adalah najis sedang. Termasuk najis mutawasitah antara lain
air kencing, darah, nanah, tina dan kotoran hewan. Najis mutawasitah terbagi
menjadi dua bagian, yaitu :
დ Najis hukmiah adalah najis yang diyakini adanya, tetapi, zat, bau, warna dan
rasanya tidak nyata. Misalnya air kencing yang telah mengering. Cara
mensucikannya cukup dengan mengalirkan air pada benda yang terkena najis
tersebut.
დ Najis ainiyah adalah najis yang nyata zat, warna, rasa dan baunya. Cara
mensucikannya dengan menyirkan air hingga hilang zat, warna, rasa dan baunya.
- Najis Mugalazah
Najis mugalazah adalah najis berat, seperti najisnya anjing dan babi. Adapun cara
mensucikannya ialah dengan menyiramkan air suci yang mensucikan air suci yang
mensucikan (air mutlak) atau membasuh benda atau tempat yang terkena najis
sampai tujuh kali. Kali yang pertama dicampur dengan tanah atau debu sehingga
hilang zat, warna, rasa, dan baunya.

17
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Thaharah memiliki pengertian secara umum yaitu mengangkat penghalang
(kotoran) yang timbul dari hadas dan najis yang meliputi badan, pakaian, tempat,
dan benda-benda yang terbawa di badan. Taharah merupakan anak kunci dan
syarat sah salat. Hukum taharah ialah WAJIB di atas tiap-tiap mukallaf lelaki dan
perempuan.
Syarat wajib melakukan thaharah yang paling utama adalah beragama Islam
dan sudah akil baligh. Sarana yang digunakan untuk melakukan thaharah adalah
air suci, tanah, debu serta benda-benda lain yang diperbolehkan. Air digunakan
untuk mandi dan berwudhu, debu dan tanah digunakan untuk bertayamum jika
tidak ditemukan air, sedangkan benda lain seperti batu, kertas, tisur dapat
digunakan untuk melakukan istinja’.
Thaharah memiliki fungsi utama yaitu membiasakan hidup bersih dan sehat
sebagaimana yang diperintahkan agama. Thaharah juga merupakan sarana untuk
berkomunikasi dengan Allah Swt. Manfaat thaharah dalam kehidupan sehari-hari
yaitu membersihkan badan, pakaian, dan tempat dari hadas dan najis ketika
hendak melaksanakan suatu ibadah.

18
DAFTAR PUSTAKA

H. Moch. Anwar, Fiqih Islam Tarjamah Matan Taqrib, Bandung: PT Alma’arif, 1987.
Syaikh Muhammad Nawawi al-Jawi, Fiqih Islam dan Tasawuf, Surabaya: Mutiara Ilmu,
2013.
http://dik8874.blogspot.com/2013/11/v-behaviorurldefaultvmlo.html
http://siyasahhjinnazah.blogspot.com/2013/05/makalah-fiqh-ibadah-thaharah.html

19

Anda mungkin juga menyukai